Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
Siti Mardliya
NIM : 06101281320016
Program Studi Pendidikan Kimia
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
I.
PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2
Identifikasi Masalah............................................................................................. 3
1.3
Rumusan Masalah............................................................................................... 3
1.4
Tujuan Penelitian................................................................................................ 3
1.5
Manfaat Penelitian............................................................................................... 4
II.
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................. 5
2.1
Praktikum Kimia................................................................................................. 5
2.2
Modul.............................................................................................................. 5
2.2.1
2.3
2.3.1
2.3.2
2.4
2.5
Kerangka Berfikir.............................................................................................. 14
III.
METODOLOGI PENELITIAN................................................................................ 15
3.1
Jenis Penelitian................................................................................................. 15
3.2
Subjek Penelitian.............................................................................................. 15
3.3
3.4
1.
Wawancara (interview)....................................................................................... 15
2.
Uji Pakar......................................................................................................... 15
3.
Angket........................................................................................................... 15
4.
3.5
3.5.1
3.5.2
3.5.3
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 19
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014
dijelaskan bahwa proses
pembelajaran
menyenangkan, menantang,
inspiratif,
diselenggarakan
memotivasi
secara
peserta
interaktif,
didik
untuk
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu, menurut Amin
(2012) siswa perlu difasilitasi melalui proses pembelajaran sehingga secara aktif
mengkonstruksi
pengetahuan
dan
keterampilan
yang
dipelajari.
Proses
pembelajaran di sekolah terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu kegiatan belajar dan
mengajar. Pada mata pelajaran IPA kegiatan belajar dapat dilakukan di kelas
ataupun di laboratorium. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di
laboratorium disebut praktikum. Menurut Utami (2012), praktikum yang
dilaksanakan disekolah dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu
peristiwa kimia yang terjadi dikarenakan peserta didik terlibat langsung dalam
proses mengamati sehingga hasil belajar akan bertahan lama dalam ingatan siswa.
Dalam pelaksanaan praktikum selain membutuhkan alat dan bahan, praktikum
juga membutuhkan bahan ajar yang relevan sebagai pegangan peserta didik.
Bahan ajar yang dibutuhkan untuk praktikum yakni buku panduan praktikum yang
berisikan tentang percobaan yang akan dilakukan disertai teori penunjang, lembar
pengamatan dan lembar pertanyaan untuk bahan diskusi siswa terkait pelaksanaan
praktikum. Menurut Ariningsih, Nawawi dan Hartono dalam Jurnal Pendidikan
Kimia menyatakan bahwa kegiatan eksperimen di laboratorium memerlukan
panduan praktikum yang mengarahkan agar siswa dapat bekerja dengan prosedur.
Penelitian tentang bahan ajar yang berbasis konstruktivis telah banyak
dilakukan oleh para peneliti. Hasil penelitian yang relevan dalam penelitian ini
antara lain penelitian yang dilakukan oleh Astuti Muh. Amin pada tahun 2012
yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis
Konstruktivisme Berdasar Teori Sosial Vygotsky di Sekolah Menengah Atas.
88.89 %. Penelitian relevan yang lain juga dilakukan oleh Maratus Sholihah,
Endang Purwaningsih dan Winarto yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar
Berbasis Konstruktivisme dengan Mengoptimalkan Kecerdasan Majemuk untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar Siswa SMP Bab
Bunyi. Hasil penelitian tersebut menyatakan nilai validasi bahan ajar 100 % yang
menunjukkan bahan ajar sangat valid dan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan prestasi belajar. Adapun penelitian relevan yang lainnya
dilakukan oleh Muhammad Habibi yang berjudul Pengembagan Modul Pecahan
Berbasisis Konstruktivisme dengan Sisipan Karikatur untuk Kelas IV Sekolah
Dasar. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa modul yang dikembangkan
tersebut praktis dan efektif digunakan sebagai media pembelajaran matematika.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Supriyono pada tahun 2013 yang
berjudul Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Konstruktivisme Pada Mata Kuliah
Telaah Kurikulum FIsika II (TKF II) untuk Mahasiswa Kelas Internasional di
Jurusan Fisika UNESA. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa buku ajar
tersebut sudah cukup baik dan layak digunakan. Dari hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang berbasis konstruktivisme layak
digunakan sebagai bahan ajar untuk siswa.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang, peneliti mendapatkan informasi tentang modul
panduan praktikum yang digunakan sekolah tersebut. Selama praktikum guru
menggunakan 2 sumber bahan ajar sebagai panduan praktikum siswa yakni
menggunakan buku paket Kimia yang berasal dari penerbit dan Lembar Kerja
Siswa yang telah tersedia dipasaran. Terdapat kekurangan dari bahan ajar yang
digunakan untuk praktikum tersebut, baik pada buku paket maupun Lembar Kerja
Siswa yakni pada desainnya yang kurang menarik juga pada konten buku/LKS itu
sendiri yang belum mendukung siswa untuk membangun konsep yang sudah
dimiliki. Ketika praktikum siswa tidak tertantang karena cara kerja sudah
disiapkan sehingga siswa hanya tinggal bekerja saja. Sehingga dapat dikatakan
bahwa praktikum dengan menggunakan buku paket ataupun LKS belum dapat
2
1. Siswa
Modul panduan praktikum Kimia Kelas XI berbasis konstruktivisme pada
pokok bahasan Termokimia dapat membantu siswa dalam menbangun
konsep/pengetahuan yang telah dimiliki siswa
2. Guru
Penggunaan modul panduan praktikum Kimia Kelas XI berbasis
konstruktivisme ini dapat digunakan untuk meningkatkan profesionalisme
guru dan diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran pada
pokok bahasan Termokimia
3. Sekolah
Modul panduan praktikum Kimia Kelas XI berbasis konstruktivisme pada
pokok bahasan Termokimia dapat digunakan sebagai bahan masukan bahan
ajar untuk pelaksanaan praktikum di sekolan
4. Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan
dan pengalaman peneliti dalam mengembangkan modul panduan praktikum
kimia
II.2 Modul
Modul dapat dikatakan sebagai salah satu alat atau sarana yang
efektif dalam pembelajaran. Modul adalah salah satu bentuk dari bahan ajar
yang disusun secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat
pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta
didik menguasai tujuan belajar yang spesifik. Secara umum memuat tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran dan evaluasi (Jonuarti dkk, 2014). Menurut
Suharjono (1995), modul merupakan materi yang disusun dan disajikan
secara tertulis sedemikian rupa sehingga pembaca diharapkan dapat menyerap
sendiri materi tersebut, dengan tujuan sebagai bahan pembelajaran mandiri
siswa. Menurut Jonuarti dkk (2014), penggunaan modul pada saat praktikum
5
diharapkan dapat memotivasi siswa dan menimbulkan rasa ingin tahu, sehingga
dapat membantu guru menciptakan dan mewujudkan pembelajaran yang
berkualitas. Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara utuh dan sistematis
dengan tujuan untuk membantu siswa dalam pembelajaran (Munika, 2014).
sebaiknya disesuaikan dengan kompetensi yang terdapat pada silabus dan RPP.
Pada dasarnya tiap satu standar kompetensi dikembangkan menjadi satu modul
dan satu modul terdiri dari 2-4 kegiatan
pembelajaran. Perlu disampaikan bahwa yang dimaksud kompetensi disini adalah
standar kompetensi dan kegiatan pembelajaran adalah kompetensi dasar.Tujuan
analisis kebutuhan modul adalah untuk mengidentifikasi dan menetapkan jumlah
dan judul modul yang harus dikembangkan dalam satu satuan program tertentu.
Satuan program tersebut dapat diartikan sebagai satu tahun pelajaran, satu
semester, satu mata pelajaran atau lainnya. Analisis kebutuhan modul sebaiknya
dilakukan oleh tim, dengan anggota terdiri atas mereka yang memiliki keahlian
pada program yang dianalisis. Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut:
1. Tetapkan satuan program yang akan dijadikan batas/lingkup kegiatan.
Apakah merupakan program tiga tahun, program satu tahun, program
semester atau lainnya.
2. Periksa apakah sudah ada program atau rambu-rambu operasional untuk
pelaksanaan
program tersebut. Misal program tahunan, silabus, RPP, atau lainnya. Bila
ada, pelajari program-program tersebut.
peserta didik, karena keduanya terlibat langsung dalam proses implementasi suatu
modul. Dengan demikian hasil evaluasi dapat objektif.
Validasi merupakan proses untuk menguji kesesuaian modul dengan
kompetensi yang menjadi target belajar. Bila isi modul sesuai, artinya efektif
untuk mempelajari kompetensi yang menjadi target berlajar, maka modul
dinyatakan valid (sahih). Validasi dapat dilakukan dengan cara meminta bantuan
ahli yang menguasai kompetensi yang dipelajari. Bila tidak ada, maka dilakukan
oleh sejumlah guru yang mengajar pada bidang atau kompetensi tersebut.
Validator membaca ulang dengan cermat isi modul. Validator memeriksa, apakah
tujuan belajar, uraian materi, bentuk kegiatan, tugas, latihan atau kegiatan lainnya
yang ada diyakini dapat efektif untuk digunakan sebagai media mengasai
kompetensi yang menjadi target belajar. Bila hasil validasi ternyata menyatakan
bahwa modul tidak valid maka modul tersebut perlu diperbaiki sehingga menjadi
valid.
II.3 Konstruktivisme
Menurut pandangan konstruktivistik belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si pembelajar.
Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan member
makna tentang hal-hal yang dipelajari (Budiningsih, 2005:58). Keberhasilan
belajar bergantung bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga
pada pengetahuan awal siswa. Trianto (2007:13) menyatakan bahwa belajar
menurut teori konstruktivis adalah suatu proses pembentukan pengetahuan.
Pada dasarnya, pengetahuan dibentuk pada diri manusia
berdasarkan pengalaman nyata yang dialaminya dan hasil
interaksinya dengan lingkungan sosial di sekelilingnya. Belajar
adalah perubahan proses mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan
pengalamannya yang dialami pra siswa sebagai hasil interaksinya
dengan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan yang mereka peroleh
itu adalah hasil interpretasi pengalaman tersebut yang disusun
dalam pikiran/otaknya (Halimah, 2013:12).
sebagai
bekerja
individual
kelompok
Asrori (2009:28) dalam Halimah (2013:17) menyatakan bahwa ada sejumlah cirriciri dari proses pembelajaran yang sangat ditekankan dalam teori konstruktivisme,
a.
b.
yaitu:
Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa
c. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin
dicapai
d. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan
e.
f.
g.
h.
siswa
i. Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip teori kognitif
j. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaska proses
pembelajaran; seperti: prediksi, inferensi, kreasi dan analisis
k. Menekankan pentingnya bagaimana pada siswa belajar
l. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi
m.
n.
o.
p.
10
q. Memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
membangun
11
berorientasi
untuk
menghasilkan
suatu
produk
tertentu
(product
oriented). Model ini memiliki tiga tahapan pokok dimana masing-masing tahapan
memiliki beberapa sub tahapan. Berikut tiga tahapan pokok dan sub tahapan dari
model ini yaitu:
Tahap 1: Perencanaan tentang penjabaran pembelajar yang terdiri atas:
a. Rumuskan tujuan umum dan khusus,
b. Susun garis besar isi,
c. Tentukan media,
d. Rencanakan pendukung belajar,
e. Pertimbangkan bahan ajar yang ada.
Tahap 2: Pengembangan (persiapan penulisan) dengan mempertimbangkan
sumber-sumber dan hambatannya:
a. Urutkan ide atau gagasan penulisan,
b. Susun garis besar isi,
c. Tentukan contoh-contoh terkait,
d. Tentukan gambar atau grafis,
e. Tentukan peralatan yang dibutuhkan,
f. Rumuskan bentuk fisik yang ada.
Tahap 3: Penulisan dan penyuntingan yaitu:
a. Mulailah membuat draft,
b. Lengkapi draft tersebut dan suntinglah,
c. Tulislah assesment belajar,
d. Ujicobakan dan perbaiki bahan belajar.
Model pembelajaran yang dikembangkan oleh Rowntree ini memiliki
beberapa kelebihan yaitu kejelasan pelaksanaan seluruh kegiatan desain
pembelajaran, terkonsentrasi atas produksi bahan ajar tertentu sehingga
mudah diikuti setiap langkahnya serta model dan cara kerjanya relatif
sederhana tanpa melibatkan komponen (supra) sistem. Disamping memiliki
kelebihan, model ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak menjelaskan
tentang bagaimana proses belajar terjadi karena model ini hanya terkonsentrasi
untuk menghasilkan produk tertentu.
12
Model-model
pembelajaran
tersebut
berbeda
satu
sama
lainnya.
Namun semuanya mengandung tiga tahap, yaitu tahap definisi, tahap analisis
dan pengembangan sistem dan tahap evaluasi. Perbedasaan antara model satu
dengan yang lain terletak pada empat factor, yaitu: tingkat penggunaan,
penggunaan istilah, jumlah langkah pada setipa tahap, dan lengkap tidaknya
konsep dan prinsip yang digunakan.
II.5
Kerangka Berfikir
13
III.
METODOLOGI PENELITIAN
III.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan
Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA
Muhammadiyah 1 Palembang
III.3
1. Wawancara (interview)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden yaitu guru kimia kelas XI
SMA Muhammadiyah 1 Palembang.
2.
Uji Pakar
Uji pakar meliputi proses validasi yang dilakukan oleh tiga ahli yaitu ahli
desain, ahli pedagogik dan ahli materi. Proses validasi terhadap produk bertujuan
untuk mengetahui kevalidan modul panduan praktikum kelas XI berbasis
Konstruktivis di SMA Muhammadiyah 1 Palembang.
14
3. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab
(Sugiyono, 2013:199). Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui
efektifitas modul panduan praktikum Kimia Kelas XI berbasis konstruktivis pada
pokok bahasan Termokimia modul yang telah dikekmbangkan dengan melihat
tanggapan siswa terhadap angket yang diberikan.
4. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang
menjadi responden dari penelitian. Data tes diperoleh dari pre test dan post test
yang dilakukan pada tahap field test.
III.5
15
x 100%
(Sugiyono, 2008)
Keterangan :
x = Hasil persentase persepsi validator
III.5.2 Analisa Data Angket
Data yang diperoleh melalui angket tentang tanggapan siswa dianalisis
menggunakan rating scale. Pada tahap ini siswa diminta untuk memberikan
tanggapan atau komentar terhadap bahan ajar yang digunakan dengan cara
mengisi lembar kepraktisan. Analisis jawaban pada lembar kepraktisan yang diisi
responden dapat dihitung dengan cara berikut.
Nilai kepraktisan =
Kategori Penilaian
Sangat praktis
Praktis
Cukup Praktis
Kurang Praktis
Tidak Praktis
16
III.5.3
x 100%
(Arikunto, 2010:235-236)
Tabel 3. Kategori Hasil Belajar Siswa
Nilai Siswa
80 100
66 79
56 65
40 55
0 39
Keterangan
Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
(Arikunto, 2010:245)
G
Gmax
( postpre)
( 100 pre)
Keterangan :
g = gain
Pre = rata-rata tes awal
Post = rata-rata tes akhir
Kategori nilai gain menurut Hake dapat dilihat pada tabel 3 berikut
Tabel 4 Kategori Nilai Gain
G
Kategori Nilai
g>0,7
Tinggi
0,3 < g < 0,7
Sedang
g < 0,3
Rendah
17
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Astuti Muh., 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi
Berbasis Konstruktivisme Berdasar Teori Sosial Vygotsky di Sekolah
Menengah Atas. Jurnal Sainsmat, (Vol.1, No. 2) : 109-124.
Arifin, M, 2003. Common Textbook Strategi Belajar Mengajar Kimia, Jurusan
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, Bandung.
Ariningsih, I., Nawawi, E dan Hartono. Pengembangan Panduan Praktikum
Berbasis Inkuiri Tersturktur di Kelas XII SMAN 1 Indralaya Utara,
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Unsri.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Asrori, Mohammad. 2009. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dikmenjur. (2004). Kerangka Penulisan Modul. Jakarta: Dikmenjur, Depdiknas.
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rhineka Cipta.
Habibi,
Muhammad.
Pengembagan
Modul
Pecahan
Berbasisis
2013.
Pengaruh
Penggunaan
LKS
Eksperimen
Berbasis
18
19
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: XI/Ganjil
1.
Kegiatan Pembelajaran
Guru
Pendahuluan:
a. Guru mengkondisikan siswa
Alokasi
waktu
Siswa
10 menit
a. Siswa duduk bersama
kelompok yang telah dibagi
pada pembelajaran
sebelumnya
20
Inti:
d. Guru membagikan modul panduan d. Membaca materi pada modul
praktikum berbasis
tersebut
e.
Siswa
mengerjakan bagian
konstruktivisme
e. Meminta siswa mengerjakan bagian
pendahuluan modul yaitu
pendahuluan modul
pertanyaan tentang mengapa
tangan terasa panas ketika
memegang detergen dan terasa
dingin ketika memegang air es
65 menit
Penutup:
a. Guru menanyakan kembali kepada
siswa pertanyaan di awal
pertemuan
b. Guru menyampaikan review dan
umpan balik
c. Guru menyampaikan kesimpulan
praktikum
21
15 menit
a. Siswa menjawab pertanyaan
tersebut
b. Siswa mendengarkan
penjelasan guru
c. Siswa mendengarkan
penjelasan guru
Pertemuan Kedua
Alokasi waktu : 90 menit
No.
1.
Kegiatan Pembelajaran
Guru
Pendahuluan:
i. Guru mengkondisikan siswa
Siswa
10 menit
a. Siswa duduk bersama
kelompok yang telah dibagi
pada pembelajaran
sebelumnya
2.
Alokasi
waktu
Inti:
d. Guru membagikan modul panduan l. Membaca materi pada modul
praktikum berbasis konstruktivisme
tersebut
e. Meminta siswa mengerjakan bagian
pendahuluan modul
m. Siswa mengerjakan bagian
pendahuluan modul yaitu
perubahan apa yang terjadi
pada proses pelarutan
22
65 menit
3.
Penutup:
q. Guru menanyakan kembali kepada
siswa pertanyaan di awal
pertemuan
r. Guru menyampaikan review dan
umpan balik
s. Guru menyampaikan kesimpulan
praktikum
Sumber Belajar
Sunarya, Yayan. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Bentuk Instrumen
: Essay
Siti Mardliya
: Penilaian Praktek
Satuan Pendidikan
: SMA
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester/Tahun Pelajaran
: XI/Ganjil / 2016/2017
Kompetensi Dasar
3.5.
4.5.
Nomor Absen
Kelas
Aspek
Baik
(skor 3)
Hasil Penilaian
Cukup
Kurang
(skor 2)
Perencanaan
a. Menyebutkan tujuan praktikum
b. Menyebutkan alat dan bahan yang
digunakan
24
Tujuan Praktikum
reaksi kimia
25
(skor 1)
Gelas Kimia
Air Panas
Air Es
HCl 1 M
Pita Mg
Detergen
Air
Cara Kerja
Pengamatan 1
1. Siapkan gelas kimia yang berisi dengan air panas
2. Amati apa yang terjadi dan pegang gelas kimia rasakan suhunya.
Pengamatan 2
1. Siapkan gelas kimia yang berisi air es.
2. Amati apa yang terjadi dan pegang gelas kimia rasakan suhunya.
Pengamatan 3
1. Masukkan 5 ml larutan HCl kedalam tabung reaksi dan tambahkan pita
Mg.
2. Amati apa yang terjadi dan pegang gelas kimia rasakan suhunya.
Pengamatan 4
1. Masukkan bubuk detergen kedalam 50 ml air kedalam gelas kimia
kemudian aduk.
2. Amati suhu larutan setelah beberapa saat diaduk
Hasil Pengamatan
No
1
2
3
4
Perlakuan
Gelas kimia yang berisi air panas
Gelas kimia yang berisi air es
HCl + Mg
Detergen + Air
26
Hasil
Pertanyaan
1. Mengapa tangan kita akan terasa panas apabila menyentuh gelas berisi
minuman panas?
2. Mengapa gelas akan terasa dingin apabila tangan kita menyentuh gelas
berisi minuman dingin?
3. Jelaskan yang terjadi jika HCl ditambahkan dengan pita magnesium ?
4. Jelaskan yang terjadi pada detergen yang dilarutkan dalam 50 ml air?
5. Manakah yang termasuk reaksi eksoterm?
6. Manakah yang termasuk reaksi endoterm?
Kesimpulan:
27
28