PENDAHULUAN
telah
meninggal karena HIV. Secara global , 35 juta orang hidup dengan HIV
pada akhir 2013. Diperkirakan 0,8 % dari orang dewasa berusia 15-49 tahun
di seluruh dunia hidup dengan HIV. Penyakit HIV AIDS merupakan
golongan penyakit yang mematikan di dunia termasuk di Indonesia. Kasus
HIV AIDS di Indonesia yang dilaporkan oleh Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2014 sebanyak 32.711 kasus untuk HIV dan
AIDS 5.494 kasus (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2014). Jumlah kumulatif
kasus HIV di Propinsi Jawa Tengah yang dilaporkan sampai dengan tahun
2014 sebanyak 2.867 kasus, sedangkan kasus AIDS sebanyak 740 kasus.
Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Jawa Tengah yang mengalami peningkatan kejadian kasus HIV/AIDS. Data
kasus AIDS pada tahun 2010 tercatat sebanyak 13 kasus, tahun 2011 naik
19 kasus dan tahun 2012 kembali naik menjadi 29 kasus. Dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir jumlah kasus AIDS sebanyak 83 kasus dengan 54
kematian. Dari penularan HIV/AIDS tersebut, sebanyak 13% karena jarum
suntik narkoba, 9% penularan lewat ibu hamil, dan 71% lewat pekerja seks
komersial atau berganti-ganti pasangan (Dinkes Kab. Wonogiri, 2014).
Tahun 2014, terdapat 42 kasus HIV/AIDS di Klinik VCT
(Voluntary Counselling Test) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri. Berdasarkan data yang diperoleh di Klinik VCT RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, sampai bulan Mei tahun 2015
terdapat 5 kasus positif HIV dari 17 pasien yang dilakukan test HIV/AIDS.
berlaku di seluruh peserta rute infeksi yang berbeda, jenis kelamin, dan usia.
Banyak keluarga yang menyediakan berbagai dukungan moral dan spiritual
untuk anggota keluarga mereka yang terinfeksi HIV-positif. Pada individu
yang mengalami HIV/AIDS positif, salah satu cara untuk meningkatkan
system imunitas atau untuk menghambat perkembangan virus HIV adalah
dengan program pengobatan (Burgoyne, 2005)
Program pengobatan yang dirasakan oleh pasien HIV AIDS dari
dukungan keluarga yang berupa informasi tentang penyakit HIV AIDS
menjelaskan tentang program pengobatan yang akan dijalani, begitu juga
dalam memenuhi kebutuhan pasien baik dari dalam rumah sakit maupun
dari luar yaitu berupa makanan dan istirahat yang cukup karena dapat
membantu dalam program tersebut (Burnet, 2014).
Masalah kepatuhan terhadap obat-obatan ternyata bukan hanyalah
masalah pasien HIV/AIDS. Angka yang mengejutkan adalah bahwa tingkat
kepatuhan pasien di negara maju terhadap pengobatan yang dianjurkan oleh
dokter adalah hanya sebesar 50% (Haynes, McDonald, Garg, & Montague,
2002). Sangat menarik untuk dicatat bahwa hasil ini konsisten dengan
kepatuhan pada penyakit kronis lainnya dan mendukung pandangan bahwa
ketidakpatuhan adalah perilaku umum, bahkan dengan penyakit serius
seperti infeksi HIV (Chesney, 2000). Angka yang lebih rendah lagi
diasumsikan terjadi di negara berkembang seperti Indonesia dengan
keterbatasan sistem pelayanan kesehatan yang ada.
dukungan keluarga
pasien
HIV/AIDS
dengan
kepatuhan
program
Sumberjambe.
10
BABII
TINJAUAN PUSTAKA
11
sebagai
kebutuhan
psikososial,
saling
mengasuh
dan
siapa
diantara
keluarga
yang
mempunyai
suasana
dirumah
yang
menguntungkan
patuh
rencana
tersebut
serta
melaksanakannya
(Kemenkes
R.I.,2011).
Seseorang dikatakan patuh berobat bila mau datang ke petugas
kesehatan yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan serta mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas
(Lukman Ali et al, 1999 dalam Silvitasari, 2014)). Kepatuhan
(adherence) secara umum didefinisikan sebagai tingkatan perilaku
seseorang yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan atau
melaksanakan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi pemberi pelayanan
kesehatan (WHO, 2003 dalam Evarina, dkk, 2011)
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), patuh berarti
suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin.
Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan
aturan.
2.1.2.2. Variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan
Beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan
menurut Muliawan (2008) adalah :
1. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status
sosio ekonomi dan pendidikan.
yang
mempengaruhi
ketidakpatuhan
dapat
faktor
yang
perlu
diperhatikan
untuk
menghindari
(2014)
profesional
kesehatan
sangat
diperlukan
untuk
diantaranya
adalah
tentang
bagaimana
cara
untuk
AIDS
HIV/AIDS
terjadi
melalui
cairan
tubuh
yang
komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang
dilahirkannya. Oleh karena itu kelompok paling tinggi terhadap
HIV/AIDS misalnya pengguna narkoba, pekerja seks komersil dan
pelanggannya, serta narapidana. (Zubari Djoerban, 2006)
2.1.3.3. Epidemiologi HIV/AIDS
Perkembangan epidemi yang meningkat di awal tahun 2000-an
telah ditanggapi dengan keluarnya Peraturan Presiden nomer 75 tahun
2006 yang mengamanatkan perlunya intensifikasi penanggulangan AIDS
di Indonesia.
Indonesia adalah salah satu negara di Asia dengan epidemi yang
berkembang paling cepat (UNAIDS, 2008). Kementerian Kesehatan
memperkirakan, Indonesia pada tahun 2014 akan mempunyai hampir tiga
kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS dibandingkan pada
tahun 2008 (dari 277.700 orang menjadi 813.720 orang). Ini dapat terjadi
bila tidak ada upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang bermakna
dalam kurun waktu tersebut.
Peningkatan penanggulangan HIV dan AIDS yang efektif dan
komprehensif di Indonesia memerlukan pendekatan yang strategik, yang
menangani faktor-faktor struktural melibatkan peran aktif semua sektor.
Tantangan yang dihadapi sungguh besar dilihat secara geografik dan sosial
ekonomi, Indonesia berpenduduk terbesar ke empat di dunia dan terdiri
lebih dari 17.000 pulau, dengan sistem pemerintahan terdesentralisasi
mencakup lebih dari 400 kabupaten dan kota dan 33 provinsi. Kasus HIV
telah dilaporkan oleh lebih dari 200 kabupaten dan kota di seluruh 33
provinsi. Mengingat epidemi HIV merupakan suatu tantangan global dan
salah satu masalah yang paling rumit dewasa ini maka keberhasilan
penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia, tidak saja memberikan
manfaat bagi Indonesia tetapi juga penanggulangan AIDS secara global
(KPAN, 2010).
2.1.3.4. Patofisiologi HIV/AIDS
Masuknya HIV ke dalam tubuh manusia menurut (Nasronudin dan
Maramis, 2007) melalui 3 cara yaitu :
1. Secara vertikal dari ibu ke anak
2. Secara transeksual (homoseksual maupun heteroseksual)
3. Secara horizontal yaitu kontak antardarah (pemakaian jarum suntik
bersama-sama
secara
bergantian,tato,
tindik,
transfusi
darah,
meninggal.
Perjalanan
penyakit
tersebut
menunjukkan
a. Asimtomatis
b. Limfadenopati generalisata persisten
c. Dengan penampilan klinis derajad I : asimtomatis dan aktivitas
normal
2. Stadium II
bulan
d. Kandidiasis oral
e. Tuberkulosis paru dalam 1 tahun terakhir
f.
j.
Sepsis
k. Tuberkulosis ektrapulmoner
l.
Limfoma maligna
m. Sarkoma kaposi
n. Enselopati HIV
2.1.3.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita HIV-AIDS menurut Nasronudin
dan Maramis tahun 2007 adalah:
1. Penatalaksanaan Umum
Istirahat cukup guna meminimalkan kondisi hipermatabolik
dan hiperkatabolik. Dukungan nutrisi berbasis mikro dan mk
menghindari
makronutrien
harus
optimal
untuk
menghindari
penyebabnya
adalah
virus,
maka
pemberian
Dosis
300mg 3 kali sehari,
atau dalam bentuk
kombinasi dengan ZDV
dan 3TC (Trizivir) 1
tablet, 2 kali sehari
Di
dalam
Trizivir,
terkandung 300 mg
ZDV, 150 mg 3TC, dan
300 mg ABC
Efek Samping
Reaksi hipersensitifitas
(dapat fatal)
Demam,
rash,
kelemahan
umum
Mual, muntah, nafsu
makan
menurun,
gangguan
saluran
pernafasan
(nyeri
tenggorok,
batuk),
Asidosis laktat dengan
dengan hepatic stenosis.
Didanosine
(ddi)
Lamivudin
(3TC)
Stavudine
(d4T)
Zidovudine
(ZDV,AZT)
Nevirapine
(NVP)
Pankretitis, neuropati
perifer, mual, diare,
asidosis lactat dengan
hepatic stenosis
Tokisisitas
minimal,
asidosis laktat dengan
hepatic
stenosis
Pankreatitis, neuropati
perifer, asidosis laktat
dengan hepatic stenosis,
lipoartrophy
Anemia,
neutropeni,
intoleransi
gastrointestinal, sakit
kepala,
insomnia,
miopati, asidosis laktat
dengan hepatic steatosis
200 mg 1 kali untuk 14 Rash kulit, sindrom
hari, yang diikuti oleh steven-johnson,
200 mg 2 kali sehari
peningkatan
kadar
serum
transaminase,
hepatitis
600 mg 1 kali sehari, Keluhan mengenai CNS
: dizziness, somnolen,
diberikan malam hari
insomnia,
confusion,
halusinasi,
agitasi
Peningkatan
kadar
serum
transaminase,
rash kulit
menunjukkan
buku
Panduan
Pengobatan
HIV/AIDS
yang
(AZT/ZDV),
Lamivudin
(3TC),
Tenofovir
(TDF),
memulai
terapi
antiretroviral
perlu
dilakukan
pemeriksaan jumlah CD4 dan penentuan stadium klinis infeksi HIVnya. Hal tersebut adalah untuk menentukan apakah penderita sudah
memenuhi syarat terapi antiretroviral atau belum.
Rekomendasi
Stadium
klinis 3 dan 4
Apapun
stadium
klinis
Apapun
stadium
klinis
Mulai terapi
Berapun jumlah
sel CD4
Mulai terapi
Berapun jumlah
sel CD4
Mulai terapi
Apapun
Berapun jumlah
stadium
sel CD4
klinis
Sumber: Dirjen P3L Kemenkes RI (2011)
Mulai terapi
Target
Populasi
ODHA
dewasa
Pasien
dengan koinfeksi TB
Pasien koinfeksi
Hepatitis B
Kronik aktif
Ibu hamil
Pilihan yang
direkomendasika
n
Catatan
Dewasa dan
anak
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Perbedaan
Ika
Silvitasari,
dkk
(2013)
Evarina
(2011)
Githa
(2013)
Efektivitas
dukungan
keluarga
terhadap
kepatuhan
pengobatan
ARV
pada
ODHA
di
kelompok
dukungan
sebaya
Kartasura
Pengaruh
dukungan
keluarga
terhadap
program
pengobatan
pasien
HIV/AIDS di
Posyansus
RSUP
Haji
Adam Malik
Medan
Kepatuhan
pengobatan
antiretroviral
pada
Pasien
HIV/AIDS di
RSUD Prof.
Dr. Margono
Soekarjo
Purwokerto
Kuantitatif
dengan
desain crosssectional
Terdapat hubungan
efektivitas
dukungan keluarga
terhadap kepatuhan
pengobatan ARV
1.Uji
analisis
data
menggunakn
Chi Square.
2.Tempat
dan
waktu
Kuantitatif
dengan
desain crosssectional
Kuantitatif
dengan
desain crosssectional
34
35
BABIII
METODE PENELITIAN
35
36
3.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2006). Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2009). Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sensus (total sampling)
karena jumlah populasi kurang 50, maka semuanya diambil sebagai
responden, ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) bahwa subyek
penelitian kurang dari 50 sebaiknya diambil semua. Teknik ini digunakan
karena beberapa pertimbangan yaitu karena jumlah populasi hanya 15
responden.
Sampel yang di ambil adalah pasien HIV/AIDS yang berobat di
Puskesmas Sumberjambe sebanyak 15 pasien dengan kriteria sebagai
berikut: Kriteria inklusi:
1. Bersedia menjadi responden
2. Berumur 17-70 tahun.
3. Dapat membaca dan menulis.
4. Pasien yang periksa ke Puskesmas Sumberjambe.
Kriteria eksklusi:
1. Berumur kurang 17 tahun dan lebih 70 tahun.
Dukungan
keluarga
Definisi
Operasional
Ukur
Alat
Skala
Data
Skor
Indikator
1.
2.
3.
4.
Dukungan
Informasional
Dukungan Penilaian
Dukungan
Instrumental
Dukungan emosional
Jumlah
No Soal
Unfavourable
Favourable
Jumlah
1,3,4,5
1,3,4
2,5
1,2,4,5
1,2,3,4
15
20
N XY ( X )(Y )
XY
Keterangan :
X
Skor
responden
keseluruhan N =
pada
kuesioner
Jumlah sampel,
Sigma
tabel
antara 0,551-0,909.
3.5.1.2. Uji Reliabilitas
Suatu
instrumen
pengukuran
dikatakan
reliabel
jika
2006).
dikumpulkan
2
2
k1
i
x2
Keterangan:
rtt
= Varians total
= Jumlah butir
Kategori umur
1) Umur < 30 tahun (1)
2) Umur 30-50 tahun (2)
3) Umur > 50 tahun (3)
b.
Jenis kelamin
1) Laki-laki (1)
2) Perempuan (2)
c.
Pendidikan
1) SD
2) SLTP
3) SLTA
4) Perguruan Tinggi
5) Tidak Sekolah
d.
e.
Lama
Pengobatan
HIV/AIDS 1)
2 - 8 bulan
(1)
2) 10 - 16 bulan (2)
3) > 16 bulan (3)
f.
Dukungan Keluarga
1) Kurang: skore < 7 (1)
2) Sedang: skore 7 - 14 (2)
3) Baik: skore > 14 (3)
g.
Kepatuhan
1) Tidak Patuh = nilai < 95% dari nilai tertinggi(1)
2) Patuh = > 95% dari nilai tertinggi (2)
NX
3.6.1.4. Tabulasi
Tabulasi data adalah merupakan kegiatan menggambarkan
jawaban responden dengan cara tertentu. Tabulasi juga dapat digunakan
untuk menciptakan statistik deskriptif variabel-variabel yang diteliti atau
yang variabel yang akan di tabulasi silang. (Monalia, 2012). Adapun
pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi.
3.6.2. Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis statistik sebagai berikut:
3.6.2.1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan masingmasing variabel. Dalam penelitian ini yang dilakukan analisis univariat
adalah karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin,
pendidikan, lama terpapar dan lama pengobatan, variabel dukungan
keluarga dan variabel kepatuhan.
Hasil dari analisis univariat ini adalah distribusi dan prosentase
dari tiap variabel tersebut dengan rumus menurut Budiarto
sebagai berikut :
f
P = N x100%
Keterangan :
f = frekuensi
N= jumlah seluruh observasi
( X ) 2 N Y
( Y ) 2
(2005)
3.7.
Etika Penelitian
Etika mempunyai pengertian sebagai ukuran tingkah laku atau perilaku
manusia yang baik, yakni tindakan yang tepat yang harus dilakukan oleh
manusia sesuai dengan moral pada umumnya. Etika penelitian berguna sebagai
pelindung terhadap institusi tempat penelitian dan peneliti itu sendiri.
3.7.1. Persetujuan (Informed Consent)
Lembar
persetujuan
penelitian
diberikan
pada
responden.
BABIV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian diperoleh melalui proses
pengumpulan data yang dilakukan sejak tanggal 26 Juli sampai dengan 05
Agustus 2016, di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sumberjambe
4.1.
Analisis Univariat
Berdasarkan hasil data penelitian ini mengenai karakteristik
responden akan disajikan sebagai berikut:
4.1.1. Karakteristik responden
4.1.1.1. Umur
Sampel pada penelitian ini adalah adalah pasien HIV/AIDS yang
berobat di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sumberjambe sebanyak 15
orang. Responden maksimal berumur 59 tahun, minimal 21 tahun dan ratarata berumur 39,1 tahun. Distribusi umur responden dijelaskan pada tabel
berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Umur di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Sumberjambe
21 - 33 Tahun
Frekuensi
(Orang)
14
33 - 46 Tahun
19
47 - 59 Tahun
No
Kelompok Umur
Jumlah
45,3
21,4
42
50
Prosentase
(%)
33,3
100
51
Jenis Kelamin
1
Perempuan
Laki-laki
Jumlah
Frekuensi Prosentase
(Orang)
(%)
23
54,8
19
45,2
42
100
distribusi
frekuensi
mengenai
pendidikan
responden
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Pendidikan
di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sumberjambe
No
Frekuensi
Pendidikan
Prosentase
(%)
(Orang)
Tidak Sekolah
SD
19
45,2
SLTP
11
26,2
SLTA
12
28,6
Perguruan Tinggi
Jumlah
0
42
100
Frekuensi
Pekerjaan
Tidak Bekerja
(Orang)
19
Buruh
16
Wiraswasta
Jumlah
Prosentase
(%)
42,1
38,1
16,7
42
100
Lama Terpapar
HIV/AIDS
Frekuensi
(Orang)
Prosentase
(%)
2- 9 Bulan
21
50
10 -17 Bulan
14
33,3
18 -25 Bulan
16,7
42
100
Jumlah
Frekuensi
Lama Pengobatan
2-8 Bulan
(Orang)
21
9-15 Bulan
14
16-25 Bulan
Jumlah
Prosentase
(%)
50
33,3
16,7
42
100
Frekuensi
Dukungan Keluarga
(Orang)
Prosentase
(%)
9,5
Kurang
Sedang
14
33,3
Baik
24
57,1
42
100
Jumlah
Kepatuhan
1
Tidak Patuh
Patuh
Jumlah
Frekuensi Prosentase
(Orang)
(%)
8
19
34
81
42
100
4.2.
Analisis Bivariat
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini uji analisis
Spearman dengan derajat kemaknaan kurang dari sama dengan 0,05 (5%)
Dukungan
Keluarga
Total
Kurang Baik
%
Cukup Baik
%
Baik
%
Jumlah
%
1
6
1
8
Kepatuhan
Tidak Patuh
Patuh
3
25
75
8
42,6
57,1
23
4,2
95,8
34
19
82
Total
4
100
36
100
22
100
9542
100
Tabel 4.10
Hasil Analisis Spearman's rho Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Program Pengobatan Pasien HIV/AIDS
Dukungan
Keluarga
Spearman'
Dukungan
s rho
Keluarga
Correlation
Coefficient
Kepatuhan
Pengobatan
1,000
,398(**)
42
,009
42
Sig. (2-tailed)
N
nilai
rs hitung dengan rs tabel
BABV
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Hasil analisis deskriptif karakteristik responden dapat dijelaskan sebagai
berikut:
5.1.1. Umur
Pada penelitian ini, didapatkan bahwa paling banyak responden
berusia antara 33-46 tahun. Data ini dapat menjelaskan bahwa infeksi HIV
ternyata lebih banyak terjadi pada usia produktif. Hal ini dapat disebabkan
karena pada usia produktif dimungkinkan lebih banyak melakukan
perilaku seks tidak aman yang berisiko terhadap penularan HIV (Firman,
2015). Biasanya penderita tertular HIV/AIDS karena penyalahgunaan
narkotika, kontak seksual dan hubungan seks bebas. Perlu diketahui bahwa
mayoritas jalur penularan HIV di Wonogiri melalui kontak seksual.
Hasil penelitian ini memperlihatkan secara proporsi sejalan dengan
pola penularan HIV di Indonesia maupun dunia selama 5 tahun terakhir
59
60
bahwa infeksi HIV banyak terjadi pada kelompok usia produktif 25-49
tahun (Ditjen PPM dan PL Depkes RI. 2014). Hasil ini juga sejalan dengan
penelitian Evarina (2011) bahwa mayoritas penderita HIV/AIDS di Medan
berada pada kelompok umur 25-40 tahun sebanyak 22 orang (73,3%).
5.1.2. Jenis Kelamin
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa HIV/AIDS lebih banyak
terjadi pada perempuan yaitu 54,8%. Hal ini terjadi karena di Wonogiri
kebanyakan kasus terjadi karena tertular dari suaminya. Perlu diketahui
bahwa kultur di Sumberjambe
seksual
dengan
bergonta-ganti
pasangan,
sehingga
mengenai
HIV/AIDS,
sehingga
dengan
kurangnya
suaminya
positif,
penelitian
ini
meliputi
dukungan
emosional,
dukungan
banyak
penderita
HIV/AIDS
yang
merasakan
dukungan
keluarganya masih kurang, hal ini disebabkan oleh tingginya stigma yang
terkait dengan penyakit HIV/AIDS sehingga anggota keluarga yang
menderita penyakit ini seringkali dianggap telah melanggar norma-norma
dalam kelurga dan memalukan keluarga sehingga seringkali dikucilkan
atau ditelantarkan bahkan diisolasi dari lingkungan sosial.
Hubungan
Dukungan
Keluarga
dengan
Kepatuhan
Program
Pengobatan
Pasien yang telah dinyatakan HIV positif, penting untuk bekerja
sama dan berbicara secara terbuka dengan penyedia layanan kesehatan.
Karena gejala HIV sering tidak terlihat sampai infeksi telah benar-benar
maju, melakukan pengawasan sistem kekebalan tubuh dapat membantu
menentukan seberapa banyak infeksi sistem anda telah mengambil alih.
Tes CD4 Reguler (yang menunjukkan berapa banyak sel per milimeter
kubik dalam darah) dapat memberikan pemahaman yang berharga
mengenai keadaan sistem kekebalan tubuh. Semakin rendah jumlah CD4,
alasan yang miliki untuk memulai terapi obat karena sistem kekebalan
tubuh melemah (Epigee,2009).
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji spearman diperoleh
nilai Spearman's rho ( rs ) sebesar 0,398 dengan probabilitas (p) sebesar
0,009, hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan
Evarina
BABVI
PENUTUP
6.1.
Simpulan
72
73
6.2.
Saran
6.2.1. Bagi Pasien
Penulis mengharapkan agar pasien selalu menjalin hubungan yang
baik dengan keluarga karena dukungan keluarga merupakan suatu
kebutuhan yang sangat penting dalam memberikan motivasi, nutrisi,
makan, minum dan obat-obatan pasien untuk menjalankan program
pengobatan. Dengan hal ini maka prosedur tetap program pengobatan yang
ada dapat dijalani dengan baik.
6.2.2. Bagi Keluarga
Penulis menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberikan
dukungan, motivasi dan memenuhi kebutuhan pasien sehari-hari baik
fisiologi maupun psikologi selama menjalani program pengobatan,
sehingga program pengobatan dapat lancar sesuai dengan protap
6.2.3. Bagi Rumah Sakit
Bagi rumah sakit diharapkan dengan mengetahui keefektivan
dukungan keluarga terhadap kepatuhan pengobatan ARV pada penderita
HIV-AIDS, dapat meningkatkan kualitas dukungan keluarga untuk
memberikan konseling kepada penderita HIV-AIDS
6.2.4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan
desain dan variabel lebih banyak lagi sehingga mampu mengetahui faktorfakto r lain yang mempengaruhi kepatuhan terapi antiretroviral.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., (2006). Prosedur Penelitian Edisi Revisi IV. Jakarta : Penerbit
Rineka Cipta.
Bart, Smet, 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Budiarto, Eko. (2005). Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta:EGC
Chesney, 2000. Patient Care Committee & Adherence Working Group Of The
Outcomes Committee Of The Adult Aids Clinical Trials Group (AACTG):
Department of Medicine, Division of Infectious Disease , Indiana
University , Indianapolis, Indiana.
Cobb, M. H., 2002. Pharmacological Inhibitors of MAPK Pathways. Trends in
Pharmacological Sciences.
Departemen Kesehatan Wonogiri, 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa tenggah
Tahun 2014.
Ditjen PPM dan PL Depkes RI. 2014. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia di
Laporkan Januari-Desember 2014. www.spiritia.ro.id/start/statcurr.pdf.
Diakses 2 Juni 2015.
Dinna,
2009.
Kepatuhan
Minum
Obat
(Compliance).
windiasari.blogspot.com. Diakses 2 Juni 2015.
dinna-
Dirjen P3L Kemenkes RI, 2011. Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral, Edisi
II. Jakarta:Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.
Evarina, dkk, 2011. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Program
Pengobatan Pasien HIV/AIDS di Posyansus RSUP Haji Adam Malik
Medan. sari-mutiara.ac.id. Diakses tanggal 23 Juni 2015
Firman, Herdiansyah., 2014. Usia Produktif Peringkat Pertama HIV/AIDS.
firmanherdiansyah045.blogspot.com. Diakses tanggal 23 Desember
2015.
74
75
Friedman, Marlyn, M., 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan
Praktek, Edisi ketiga. Jakarta: EGC.
Githa, 2013. Kepatuhan pengobatan antiretroviral pada Pasien HIV/AIDS di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. journal.uad.ac.id.
Diakses tanggal 23 Mei 2015.
Hasan, Ramadhan,. 2013. Jurnal Perempuan; Media Indonesia, Rabu 21 Agustus
2013. hasan@jurnalperempuan.com. Diakses 23 Desember 2015.
Haynes, McDonald, Garg, & Montague, 2002. AIDS and Non-AIDS Morbidity
and Mortality Across the Spectrum of CD4 Cell Counts in HIV-Infected
Adults Before Starting Antiretroviral Therapy in Co te dIvoire vol 54.
http://ncbi.nml.nih.gov/m/pudmed/22173233/. Diakses tanggal 23 Mei
2015.
Ika, Silvitasari, Hermawati, Martini, 2014. Efektivitas dukungan keluarga
terhadap kepatuhan pengobatan ARV pada ODHA di kelompok
dukungan sebaya Kartasura. ws.ub.ac.id. Diakses tanggal 23 Juni 2015.
Kemenkes RI., 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan
Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
KPAN, 2010. Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV Dan
AIDS Tahun 2010 - 2014. Jakarta: Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)
Nasional.
Lukman Ali et al, 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.
Monalia, 2012. Pengolahan Data (Editing, Coding, Recording, & Cleaning).
monaliasakwati.blogspot.com. Diakses tanggal 23 Juli 2015.
Muliawan, B.T., 2008. Pelayanan Konseling Akan Meningkatkan Kepatuhan
Pasien Pada Terapi Obat. http://www.binfar.depkes.go.id/def_menu.php.
Diakses tanggal 23 Juni 2015.
Nasronudin dan Maramis. 2007. Konseling, Dukungan, Perawatan, dan
Pengobatan ODHA. Surabaya : Airlangga University Press.
Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Nursalam,
2009.
Konsep
dan
Penerapan
Metodologi
Ilmu
Keperawatan. Jakarta: PT Salemba medika.
Penelitian
Spiritia, 2012. Hubungan yang Konsisten antara Depresi dan Kepatuhan yang
rendah terhadap terapi HIV. http://spritia.or.id. Diakses tanggal 23 Juni
2015.
Sudoyo, Aru, W., 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : InternaPublishing.
Suparyanto, 2014. Konsep Keluarga. dr-suparyanto.blogspot.com. Diakses
tanggal 23 Juni 2015.
UNAIDS, 2008. Report on the global HIV/AIDS epidemic. WHO Library
Cataloguing-in-Publication Date.
Zubari, Djoerban., 2012. Meningkatkan Tes HIV dan Terapi ART di Indonesia.
File Presentasi Disampaikan pada Acara Pokdisus Award 2012. Jakarta :
UPT HIV RSCM.