Page 1
2013
Page 1
2013
Pemerintahan baru yang diresapi oleh ide-ide liberal aliran aufklarung atau Enlightenment
menaruh kepercayaan akan pendidikan sebagai alat untuk mencapai kemajuan ekonomi dan
social. Pada tahun 1808 Deandels seorang Gubernur Belanda mendapat perintah Raja Lodewijk
untuk meringankan nasib rakyat jelata dan orang-orang pribumi poetra,serta melenyapkan
perdagangan budak. Usaha Deandels tersebut tidak berhasil, bahkan menambah penderitaan
rakyat, karena ia mengadakan dan mewajibkan kerja paksa (rodi).
Didalam lapangan pendidikan Deandels memerintahkan kepada Bupati-bupati di Pulau
Jawa agar mendirikan sekolah atasa usaha biaya sendiri untuk mendidik anak-anak mematuhi
adat dan kebiasaan sendiri. Kemidian Deandels mendirikan sekolah Bidan di Jakarta dan sekolah
ronggeng di Cirebon. Kemudian Pada masa (interregnum inggris) pemerintahan Inggris (18111816) tidak membawa perubahan dalam masalah pendidikan walaupun Sir Stamford Raffles
seorang ahli negara yang cemerlang. Ia lebih memperhatikan perkembanagan ilmu pengetahuan,
sedangkan pengajaran rakyat dibiarkan sama sekali. Ia menulis buku History of Java.
Setelah ambruknya VOC tahun 1816 pemerintah Belanda menggantikan kedudukan
VOC. Statuta Hindia Belanda tahun 1801 dengan terang-terangan menyatakan bahwa tanah
jajahan harus memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya kepada perdagangan dan kepada
kekayaan negeri Belanda. Pada tahun 1842 Markus, menteri jajahan, memberikan perintah agar
Gubernur Jendral berusaha dengan segenap tenaga agar memperbesar keuntungan bagi
negerinya. Walaupuan setiap Gubernur Jendaral pada penobatannya berjanji dengan hidmat
bahwa ia akan memajukan kesejahteraan hindia Belanda dengan segenap usaha prinsip yang
masih dipertahankan pada tahun 1854 ialah bahwa hindia Belanda sebagai negeri yang direbut
harus terus memberi keuntungan kepada negeri belanda sebagai tujuan pendidikan itu. Sekolah
pertama bagi anak Belanda dibuka di Jakarta pada tahun 1817 yang segera diikuti oleh
pembukaan sekolah di kota lain di Jawa. Prinsip yang dijadikan pegangan tercantum distatuta
1818 bahwa sekolah-sekolah harus dibuka ditiap tempat bila diperlukan oleh penduduk Belanda
dan diizinkan oleh keadaan.
Gubernur Jendral Van der Capellen (1819-1823) menganjurkan pendidikan rakyat dan
pada tahun 1820 kembali regen-regen diinstruksikan untuk menyediakan sekolah bagi penduduk
untk mengajar anak-anak membaca dan menulis serta mengenal budi pekerti yang baik. Anjuran
Gubernur Jendral itu tidak berhasil untuk mengembangkan pendidikan oleh regen yang aktif.
Tahun 1826 lapangan pendidikan dan pengajaran terganganggu oleh adanyan usahausaha penghematan. Sekolah-sekolah yang ada hanya bagi anak-anak Indonesia yang memeluk
agama Nasrani. Alsannya adalah karena adanya kesulitan financial yang berat yang dihadapi
orang Belanda sebagai akibat perang Diponegoro (1825-1830) yang mahal dan menelan banyak
korban seerta peperangan antara Belanda dan Belgia (1830-1839).
Page 1
2013
Page 1
2013
Page 1
2013
importir tidak ada jalan lain yang harus segera ditempuh selain memperbaiki dan membuat
ekonomi rakyat Indonesia yang sudah rusak.
Selain itu pada tahun 1899 terbit sebuah artikel oleh Van Devender berjudul Hutang
Kehormatan dalam majalah De Gids. Disana ia mengemukakan bahwa keuntungan yang
diperoleh oleh Indonesia selama ini hendaknya dibayar kembali dari perbendaharaan Negara.
Peristiwa itu dapat dipandang sebagai ekspresi ide yang baru kemudian dikenal dengan politik
etika. Van Devender menganjurkan program ini untuk memajukan kesejahteraan rakyat dengan
memperbaiki irigasi agar memproduksi pertanian, menganjurkan trasmigrasi dan perbaikan
dalam lapangan pendidikan. Ia juga mengembangkan pengajaran bahasa Belanda secara kultural
lebih maju dan dapat menjadi pelopor bagi bangsanya.
Factor lain yang menyebabkan berlangsungnya politik etika ini ialah kebangkitan
Nasional dengan berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908, serikat Islam partai politik pertama di
Indonesia yang didasarkan atas organisai Barat didirikan tahun 1919, adanya volksraad tahun
1918 yang merupakan saluran bagi orang Indonesia untuk menyatakan pendapatnya. Sejak
dilaksanakannya politik etika tampak sekali kemajuan dalam pendidikan dengan diperbanyaknya
sekolah rendah, sekolah yang berorientasi Barat untuk orang Cina dan Indonesia didirikan.
Demikian juga pendidikan dikembangkan secara vertical dengam didirikannya MULO dan AMS
yang terbuka bagi anak Indonesia untuk melanjutkan ke tingkat universitas.
Dalam rangka memperbaiki pengajaran rendah bagi kaum bumi putra, maka pada tahun 1907
diambil dua tindakan penting yaitu:
1. Memberi corak dan sifat kebelandaan-belandaan pada sekolah kelas I, misalnya:
a) Bahasa Belanda dijadikan mata pelajaran sejak kelas 3
b) Di kelas 6 bahasa Belanda dijadikan bahasa pengantar
c) Lama belajar menjadi 7 tahun
d) Tahun 1914 dijadikan KIS dan menjadi bagian pengajaran rendah barat
e) Murid-muridnya anak-anak bangsawan dan terkemuka
2. Mendirikan Sekolah Desa
Maksud pemerintah untuk memperhatikan kepentingan rakyat Indonesia tidak tercapai,
karena sekolah-sekolah bumi putra kelas II merupakan lembaga yang mahal dan memerlukan
anggaran yang besar. Maka atas perintah Gubernur Jendral Van Heutsz tahun 1907 didirikan
Page 1
2013
sekolah-sekolah desa. Bangunannya didirikan oleh desa dan guru-gurunya juga diangkat oleh
desa pula, jadi bukan pegawai negeri.
Jadi susunan pengajaran bagi anak-anak Indonesia untuk sekolah rendah ada tiga, yaitu:
a) Sekolah Desa, bagi anak-anak biasa
b) Sekolah kelas II, yang kemudian diubah menjadi sekolah Vervolg
c) Sekolah kelas I, yang sejak tahun 1914 dijadikan HIS bagi anak-anak bangsawan dan
aristocrat
Sekolah Bumi Putra kelas II (Tweede klasee). Sekolah ini disediakan untuk golonagan bumi
Sekolah Desa (Volksschool). Disediakan bagi anak-anak golongan bumi putra. Lamanya
sekolah tiga tahun yang pertama kali didirikan pada tahun 1907.
Page 1
2013
Sekolah Lanjutan (Vorvolgschool). Lamanya dua tahun merupakn kelanjutan dari sekolah
desa, juga diperuntukan bagi anak-anak golongan bumi putra. Pertama kali didirikan pada tahun
1914.
d)
Merupakan sekolah peralihan dari sekolah desa (tiga tahun) kesekolah dasar dengan bahasa
pengantar bahasa Belanda. Lama belajarnya lima tahun dan diperuntukan bagi anak-anak
golongan bumi putra. Disamping sekolah dasar tersebut diatas masih terdapat sekolah khusus
untuk orang Ambon seperti Ambonsche Burgerschool yang pada tahun 1922 dijadikan HIS.
Untuk anak dari golongan bangsawan disediakan sekolah dasar khusus yang disebut sekolah
Raja (Hoofdensschool). Sekolah ini mula-mula didirikan di Tondano pada tahun 1865 dan 1872,
tetapi kemudian diintegrasi ke ELS atau HIS.
3.Pendidikan lanjutan = Pendidikan Menengah
a)
MULO (Meer Uit gebreid lager school), sekolah tersebut adalah kelanjutan dari
sekolah dasar yang berbasa pengantar bahasa Belanda. Lama belajarnya tiga sampai empat
tahun. Yang pertama didirikan pada tahun 1914 dan diperuntukan bagi golongan bumi putra dan
timur asing. Sejak zaman jepang hingga sampai sekarang bernama SMP. Sebenarnya sejak tahun
1903 telah didirikan kursus MULO untuk anak-anak Belanda, lamanya dua tahun.
b)
dari MULO berbahasa belanda dan diperuntukan golongan bumi putra dan Timur asing. Lama
belajarnya tiga tahun dan yang petama didirikan tahun 1915. AMS ini terdiri dari dua jurusan
(afdeling= bagian), Bagian A (pengetahuan kebudayaan) dan Bagian B (pengetahuan alam )
pada zaman jepang disebut sekolah menengah tinggi, dan sejak kemerdekaan disebut SMA.
c)
HBS (Hoobere Burger School) atau sekolah warga Negara tinggi adalah sekolah
menengeh kelanjutan dari ELS yang disediakan untuk golongan Eropa, bangsawan golongan
bumi putra atau tokoh-tokoh terkemuka. Bahasa pengantarnya adalah bahasa belanda dan
berorentasi ke Eropa Barat, khususnyairikan pada belanda. Lama sekolahnya tiga tahun dan lima
tahun. Didirikan pada tahun 1860.
d)
Sebagai pelaksanaan politik etika pemerintah belanda banyak mencurahkan perhatian pada
pendidikan kejuruan. Jenis sekolah kejuruan yang ada adalah sebagai berikut:
1. Sekolah pertukangan (Amachts leergang) yaitu sekolah berbahasa daerah dan menerima
sekolah lulusan bumi putra kelas III (lima tahun) atau sekolah lanjutan (vervolgschool).
Page 1
2013
Sekolah ini didirikan bertujuan untuk mendidik tukang-tukang. didirikan pada tahun
1881.
2. Sekolah pertukangan (Ambachtsschool) adalah sekolah pertukangan berbahasa pengantar
Belanda dan lamanya sekolah tiga tahun menerima lulusan HIS, HCS atau schakel.
Bertujuan untuk mendidik dan mencetak mandor jurusanya antara lain montir mobil,
mesin, listrik, kayu dan piata batu
3. Sekolah teknik (Technish Onderwijs) adalah kelanjutan dari Ambachtsschool, berbahasa
Belanda, lamanya sekolah 3 tahun. Sekolah tersebut bertujuan untuk mendidik tenagatenaga Indonesia untuk menjadi pengawas, semacam tenaga teknik menengah dibawah
insinyur.
4. Pendidikan Dagang (Handels Onderwijs). Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan Eropa yang berkembang dengan pesat.
5. Pendidikan pertanian (landbouw Onderwijs) pada tahun 1903 didirikan sekolah pertaian
Yang menerima lulusan sekolah dasra yang berbahasa penganatar belanda. Pada tahun
1911 mulai didirikan sekolah pertanian (cultuurschool) yang terdiri dari dua jurusan,
pertanian dan kehutanan. Lama belajaranya sekitar 3-4 tahun, dan bertujuan untuk
menghasilkan pengawas-pengawas pertanian dan kehutanan. Pada rtahun 1911 didirikan
pula sekolah pertanian menengah atas (Middelbare Landbouwschool) yang menerima
lulusan MULO atau HBS yang lamanya belajar 3 tahun.
6. Pendidikan kejuruan kewanitaan (Meisjes Vakonderwijs).
7. Pendidikan ini merupakan kejuruan yang termuda. Kemudian sekolah yang sejenis yang
didirikn oleh swasta dinamakan Sekolah Rumah Tangga (Huishoudschool). Lama
belajarnya tiga tahun.
8. Pendidikan keguruan (Kweekschool). Lembaga keguruan ini adalah lembaga yang tertua
dan sudah ada sejak permulaan abad ke-19. Sekolah guru negeri yang pertama didirikan
pada tahun 1852 di Surakarta. Sebelum itu pemerintah telah menyelenggarakan kursuskursus guru yang diberi nama Normal Cursus yang dipersiapkan untuk menghasilkan
guru-guru sekolah desa. Pada abad ke-20 terdapat tiga macam pendidikan guru, yaitu:
9. Normalschool,sekolah guru dengan masa pendidikan empat tahun dan menerima lulusan
sekolah dasar lima tahun, berbahasa pengantar bahasa dearah.
10. Kweekschool, sekolah guru empat tahun yang menerima lulusan berbahasa belanda.
11. Hollandschool Indlandschool kweekschool, sekolah guru 6 tahun berbahasa pengantar
Belada dan bertujuan menghasilkan guru HIS-HCS.
Page 1
2013
Page 1
2013
System ini berarti bahwa pendidikan didaerah penjajahan disesuaikan dengan pendidikan yang
terdapat di Belanda. System ini diasumsikan bahwa dengan System yang berkrkondasi dengan
system yang ada di negeri Belanda, maka mutu pendidikan terjamin setingkat pendidikan di
Negara Belanda.
3. Sentralisasi
Kebijakan pendidikan dizaman colonial diurus oleh departemen pengajaran. Departemen ini
yang mengatur segala sesuatu mengeani pendidikan dengan perwakilannya yang terdapat
dipropinsi-propinsi Besar.
4. Menghambat gerakan Nasional
Pendidikan pada masa itu sangat selektif karena bukan diperuntukan untuk masyarakat pribumi
putra untuk mendapatkan pendidikan dengan seluas-luasnya atau pendidikan yang lebih tinggi.
Didalam kurikulum pendidikan colonial pada waktu itu, misalnya sangat dipentingkan
penguasaan bahasa belanda dan hal-hal mengenai negeri belanda. Misalnya dalam pengajaran
ilmu bumi, anak-anak bumi putra harus menghapal kota-kota kecil yang ada di negeri Belanda.
5. Perguruan swasta yang militer
Salah satu perguruan swasta yang gigih menentang kekuasaan colonial adalah seolah-olah taman
siswa yang didirikan oleh kihajar dewantara tanggal 3 juli 1922.
Perkembangan pendidikan merupakan rangkaian kompromi antara usaha pemerintah untuk
memberikan pendidikan minimal bagi pribumi dan tuntutan yang terus menerus dari pihak
Indonesia untuk memperoleh pendidikan yang sama dengan orang Belanda.
Menurut Prof. Dr. S. Nasution mengemukakan enam cirri umum politik pendidikan
Belanda, yaitu:
1.Dualisme
Dualisme dalam pendidikan dengan adanya sekolah untuk anak Belanda dan untuk yang tak
berada, sekolah yang memberi kesempatan melanjutkan dan tidak memeberi kesempatan.
2.Gradualisme
Gradualisme dengan mengusahakan pendidikan rendah yang sederhana mungkin bagi anak
Indonesia dan memperlambat lahirnya sekolah untuk anak Indonesia.
3.Prinsip Konkordansi
Page 1
2013
Prinsip yang memaksa semua sekolah berorientasi barat mengikuti model sekolah Nederland
dan menghalangi penyesuaiannya dengan keadaan Indonesia.
Page 1
2013
Jepang menjajah Indonesia setelah mengusir pemerintah hindia belanda dalam perang
dunia ke II. Mereka menguasai Indonesia pada tahun 1942, dengan membawa semboyan Asia
Timur Raya untu Asia dan semboyan Asia Baru. Jepang menjajah Indonesia hanya seumur
jagung yaitu selama tiga tahun dari tahun 1942-1945. Namun, walaupun dalam waktu yang
sangat singkat tersebut penjajahan jepang di Indonesia banyak memberikan perubahan baik dari
segi social masyarakat maupun bangsa termasuk didalamnya aspek pendidikan islam.
Pada babak pertamanya pemerintah jepang menampakkan diri seakan-akan membela
kepentingan islam yang merupakan suatu siasat untuk kepentingan perang dunia ke II.
A. Pendidikan Masa Jepang
Didorong semangat untuk mengembangkan pengaruh dan wilayah sebagai bagian dari
rencana membentuk Asia Timur Raya yang meliputi Manchuria, Daratan China, Kepulauan
Filiphina, Indonesia, Malaysia, Thailand, Indo China dan Rusia di bawah kepemimpinan Jepang,
negera ini mulai melakukan ekspansi militer ke berbagai negara sekitarnya tersebut. Dengan
konsep Hakko Ichiu (Kemakmuran Bersama Asia Raya) dan semboyan Asia untuk Bangsa
Asia, bangsa fasis inipun menargetkan Indonesia sebagai wilayah potensial yang akan
menopang ambisi besarnya. Dengan konteks sejarah dunia yang menuntut dukungan militer
kuat, Jepang mengelola pendidikan di Indonesia pun tidak bisa dilepaskan dari kepentingan ini.
Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan di masa pendudukan Jepang sangat
dipengaruhi motif untuk mendukung kemenangan militer dalam peperangan Pasifik.
Setelah Februari 1942 menyerang Sumatera Selatan, Jepang selanjutnya menyerang Jawa dan
akhirnya memaksa Belanda menyerah pada Maret 1942. Sejak itulah Jepang kemudian
menerapkan beberapa kebijakan terkait pendidikan yang memiliki implikasi luas terutama bagi
sistem pendidikan di era kemerdekaan. Hal-hal tersebut antara lain: (1) Dijadikannya Bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar pendidikan menggantikan Bahasa Belanda; (2)
Adanya integrasi sistem pendidikan dengan dihapuskannya sistem pendidikan berdasarkan kelas
sosial di era penjajahan Belanda.
Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu kemudian dapat diikhtisarkan sebagai
berikut:
1)
Page 1
2013
Page 1
2013
Page 1
2013
Page 1
2013
Konsep ideal pendidikan kolonialis adalah pendidikan yang sedemikian mungkin mampu
mencetak para pekerja yang dapat dipekerjakan oleh penjajah pula, bukan lagi untuk
memanusiakan manusia sebagaimana dengan konsep pendidikan yang ideal itu sendiri. Tujuan
pendidikan kolonial tidak terarah pada pembentukan dan pendidikan orang muda untuk
mengabdi pada bangsa dan tanah airnya sendiri, akan tetapi dipakai untuk menanamkan nilainilai dan norma-norma masyarakat penjajah agar dapat ditransfer oleh penduduk pribumi dan
menggiring penduduk pribumi menjadi budak dari pemerintahan kolonial. Selain itu, agar
penduduk pribumi menjadi pengikut negara yang patuh pada penjajah, bodoh, dan mudah
ditundukkan serta dieksploitasi, tidak memberontak, dan tidak menuntut kemerdekaan
bangsanya.
Page 1
2013
yang berasaskan sosialisme menjadi rujukan dasar bagaimana pendidikan akan dibentuk dan
dijalankan demi pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia di masa mendatang. Pada
prinsipnya konsep sosialisme dalam pendidikan memberikan dasar bahwa pendidikan
merupakan hak semua kelompok masyarakat tanpa memandang kelas sosial.Pada masa ini
Indonesia mampu mengekspor guru ke negara tetangga, dan banyak generasi muda yang
disekolahkan di luar negeri dengan tujuan agar mereka kelak dapat kembali ke tanah air untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah mereka dapat. Tidak ada halangan ekonomis yang merintangi
seseorang untuk belajar di sekolah, karena diskriminasi dianggap sebagai tindakan kolonialisme.
Pada saat inilah merupakan suatu era di mana setiap orang merasa bahwa dirinya sejajar dengan
yang lain, serta setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan.
Orde lama berusaha membangun masyarakat sipil yang kuat, yang berdiri di atas demokrasi,
kesamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara, termasuk dalam bidang pendidikan.
Sesungguhnya, inilah amanat UUD 1945 yang menyebutkan salah satu cita-cita pembangunan
nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Banyak pemikir-pemikir yang lahir pada masa
itu, sebab ruang kebebasan betul-betul dibuka dan tidak ada yang mendikte peserta didik. Tidak
ada nuansa kepentingan politik sektoral tertentu untuk menjadikan pendidikan sebagai alat
negara maupun kaum dominan pemerintah. Seokarno pernah berkata:
sungguh alangkah hebatnya kalau tiap-tiap guru di perguruan taman siswa itu satu persatu
adalah Rasul Kebangunan! Hanya guru yang dadanya penuh dengan jiwa kebangunan dapat
menurunkan kebangunan ke dalam jiwa sang anak.
Dari perkataan Soekarno itu sangatlah jelas bahwa pemerintahan orde lama menaruh perhatian
serius yang sangat tinggi untuk memajukan bangsanya melalui pendidikan.
Di bawah menteri pendidikan Ki Hadjar Dewantara dikembangkan pendidikan dengan
sistem among berdasarkan asas-asas kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan, kebangsaan, dan
kemanuasiaan yang dikenal sebagai Panca Dharma Taman Siswa dan semboyan ing ngarso
sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani pada 1950 diundangkan pertama
kali peraturan pendidikan nasional yaitu UU No. 4/1950 yang kemudian disempurnakan (jo)
menjadi UU No. 12/1954 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pada 1961
diundangkan UU No. 22/1961 tentang Pendidikan Tinggi, dilanjutkan dengan UU No.14/1965
tentang Majelis Pendidikan Nasional, dan UU No. 19/1965 tentang Pokok-Pokok Sitem
Pendidikan Nasional Pancasila. Pada masa akhir pendidikan Presiden Soekarno, 90 % bangsa
Indonesia berpendidikan SD.
A.Posisi Siswa sebagai Subjek dalam Kurikulum Orde Lama
Page 1
2013
Jika kita berbicara tentang kurikulum, maka sudah sepatutnya kita membicarakan
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Kurikulum pada era Orde Lama dibagi manjadi 2 kurikulum di antaranya:
Page 1
2013
pendidikan mulai merambah lingkup praksis. Dalam pengertian bahwa setiap pelajaran yang
diajarkan disekolah dapat berkorelasi positif dengan fungsional praksis siswa dalam masyarakat.
B. Pendidikan Masa Orde Baru
Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998, dan dapat dikatakan sebagai era
pembangunan nasional. Dalam bidang pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan dasar,
terjadi suatu loncatan yang sangat signifikan dengan adanya Instruksi Presiden (Inpres)
Pendidikan Dasar. Namun, yang disayangkan adalah pengaplikasian inpres ini hanya
berlangsung dari segi kuantitas tanpa diimbangi dengan perkembangan kualitas. Yang terpenting
pada masa ini adalah menciptakan lulusan terdidik sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan
kualitas pengajaran dan hasil didikan.
Pelaksanaan pendidikan pada masa orde baru ternyata banyak menemukan kendala,
karena pendidikan orde baru mengusung ideologi keseragaman sehingga memampatkan
kemajuan dalam bidang pendidikan. EBTANAS, UMPTN, menjadi seleksi penyeragaman
intelektualitas peserta didik. Selain itu, masa ini juga diwarnai dengan ideologi militeralistik
dalam pendidikan yang bertujuan untuk melanggengkan status quo penguasa. Pendidikan
militeralistik diperkuat dengan kebijakan pemerintah dalam penyiapan calon-calon tenaga guru
negeri.
Pada pendidikan orde baru kesetaran dalam pendidikan tidak dapat diciptakan karena unsur
dominatif dan submisif masih sangat kental dalam pola pendidikan orde baru. Pada masa ini,
peserta didik diberikan beban materi pelajaran yang banyak dan berat tanpa memperhatikan
keterbatasan alokasi kepentingan dengan faktor-faktor kurikulum yang lain untuk menjadi peka
terhadap lingkungan. Beberapa hal negatif lain yang tercipta pada masa ini adalah:
1. Produk-produk pendidikan diarahkan untuk menjadi pekerja. Sehingga, berimplikasi
pada hilangnya eksistensi manusia yang hidup dengan akal pikirannya (tidak
memanusiakan manusia).
2. Lahirnya kaum terdidik yang tumpul akan kepekaan sosial, dan banyaknya anak muda
yang berpikiran positivistik
3. Hilangnya kebebasan berpendapat.
Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Soeharto mengedepankan moto membangun
manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia. Pada tahun 1969-1970 diadakan
Proyek Penilaian Nasional Pendidikan (PPNP) dan menemukan empat masalah pokok dalam
pendidikan di Indonesia: pemerataan, mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Dan hasilnya
digunakan untuk membentuk Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan
(BP3K). Pada masa orde baru dibentuk BP-7 yang menjadi pusat pengarus utamaan
t
Page 1
2013
(mainstreaming) pancasila dan UUD 1945 dengan produknya mata ajar Pendidikan Moral
Pancasila (PMP) dan penataran P-4. Ditahun 1980 mulai timbul masalah pendidikan di
Indonesia. Salah satunya adalah pengangguran terdidik. Depdiknas di bawah Menteri
Wardiman Djojohadiningrat (kabinet pembangunan VI) mengedepankan wacana pendidikan
link and match sebagai upaya untuk memperbaiki pendidikan Indonesia pada masa itu.
Page 1
2013
Pada kurikulum ini peran guru menjadi lebih penting, karena setiap guru wajib untuk
membuat rincian tujuan yang ingin dicapai selama proses belajar-mengajar berlangsung. Tiap
guru harus detail dalam perencanaan pelaksanaan program belajar mengajar. Setiap tatap muka
telah di atur dan dijadwalkan sedari awal. Dengan kurikulum ini semua proses belajar mengajar
menjadi sistematis dan bertahap.
3) Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Proses menjadi lebih penting
dalam pelaksanaan pendidikan. Peran siswa dalam kurikulum ini menjadi mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). CBSA memposisikan guru sebagai fasilitator,
sehingga bentuk kegiatan ceramah tidak lagi ditemukan dalam kurikulum ini. Pada kurikulum
ini siswa diposisikan sebagai subjek dalam proses belajar mengajar. Siswa juga diperankan
dalam pembentukkan suatu pengetahuan dengan diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapat, bertanya, dan mendiskusikan sesuatu.
4) Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Pada kurikulum ini bentuk opresi kepada siswa
mulai terjadi dengan beratnya beban belajar siswa, dari muatan nasional sampai muatan lokal.
Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa
daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu
tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum
super padat. Siswa dihadapkan dengan banyaknya beban belajar yang harus mereka tuntaskan,
dan mereka tidak memiliki pilihan untuk menerima atau tidak terhadap banyaknya beban belajar
yang harus mereka hadapi.
Page 1
2013
BAB 3
Simpulan
Kedatangan bangsa penajajah memang telah membawa kemajuan teknologi. Tetapi
tujuannya adalah untuk meningkatkan hasil penjajahannya bukan untuk kemakmuran bangsa
yang dijajah. Begitu pula di bidang pendidikan. Mereka memperkenalkan sistem dan metode
baru tetapi untuk sekedar menghasilkan tenaga yang dapat membantu kepentingan mereka
dengan upah yang murah dibandingkan dengan jika mereka harus mendatangkan tenaga dari
Bangsa mereka sendiri.
Page 1
2013
DAFTAR PUSTAKA
http://khairuddinhsb.blog.plasa.com/2008/07/21/pendidikan-di-zaman-belanda/
http://rinaikecil.blogspot.com/2010/10/sistem-pendidikan-belanda-di-indonesia.html
Abdulhak, Ishak., Supriadi, D., Wahyudin, Dinn. 2006. Pengantar Pendidikan. Universitas
Terbuka, Jakarta.
Prof. Dr. Umar Tirtarahardja dan Drs. S. L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. PT Rineka
Cipta, Jakarta.
Dra. Zuhairini,dkk. Sejarah Pendidikan Islam.1994.Jakarta: Bumi Aksara.
Page 1