Anda di halaman 1dari 35

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan masyarakat, dalam

pekerjaan sehari-hari melibatkan sumber daya manusia, dalam hal ini adalah
perawat memiliki peran penting dalam pengelolahan layanan keperawatan,
khususnya ketersediaan jumlah dan kualitas sumber daya manusia, mengingat
salah satu indikator keberhasilan rumah sakit yang efektif dan efisien adalah
tersedianya SDM yang cukup dengan kualitas yang tinggi, profesional sesuai
dengan fungsi dan tugas setiap personel, terutama kebutuhan tenaga keperawatan.
Perencanaan tenaga keperawatan atau staffing merupakan fungsi organic
manajemen yang merupakan dasar atau titik tolak dari kegiatan pelaksanaan
kegiatan tertentu dalam usaha mencapai tujuan organisasi (Arwani, 2006).
Ketersediaan SDM rumah sakit disesuaikan dengan kebutuhan

rumah sakit

berdasarkan tipe rumah sakit dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Untuk itu ketersediaan SDM di rumah sakit harus menjadi perhatian pengelolah.
Salah satu upaya penting yang harus dilakukan pengelolah rumah sakit adalah
merencanakan kebutuhan SDM secara tepat sesuai dengan fungsi pelayanan setiap
unit, bagian, dan instalasi rumah sakit (Ilyas, 2004)
Dalam laporan WHO tahun 2006, Indonesia termasuk salah satu dari 57
negara yang menghadapi krisis SDM kesehatan, baik jumlahnya yang kurang
maupun

distribusinya.

Berdasarkan

penelitian WHO

( 2009 ) , beberapa

negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia ditemukan fakta bahwa perawat

yang bekerja di rumah sakit menjalani peningkatan beban kerja dan masih
mengalami kekurangan jumlah perawat.
Rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk belum memenuhi target
yang ditetapkan sampai dengan tahun 2010. Sampai dengan tahun 2008, rasio
tenaga kesehatan untuk perawat 157,75 dibanding target 158. Dengan
memperhatikan standard ketenagaan rumah sakit yang berlaku, maka pada tahun
2010 masih terdapat kekurangan tenaga kesehatan di rumah sakit milik
pemerintah (Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Daerah), sejumlah 6.677
perawat/bidan. (Kepmenkes, 2010)
Berdasarkan data dari Pusat Data PERSI tanggal 29 Oktober 2013
menyatakan Tempat Tidur RS di Jawa Timur belum ideal dibandingkan populasi
penduduk 37 jiwa. Menurut data jumlah tempat tidur di Jawa Timur tahun 2013
baru 35.656 unit, sementara kebutuhan idealnya 37.000 - 40.000 unit.
Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 5
Desember 2014 Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang memiliki 10 ruangan
dengan 3 unit khusus

dan 8 rawat inap dengan jumlah keseluruhan tenaga

perawat 145 tenaga keperawatan dan jumlah BOR mengalami peningkatan pada 3
bulan terakhir yaitu pada bulan Agustus 56%, September 62% dan Oktober 67%.
Dalam penghitungan tenaga perawat di Rumah Sakit Siti Khodijah ini belum
memiliki patokan pasti dalam menghitung kebutuhan tenaga keperawatan.
Berdasarkan pengelompokan unit kerja dirumah sakit kebutuhan tenaga
keperawatan (perawat dan bidan) harus memperhatikan unit kerja yang ada di
rumah sakit (Depkes RI 2011, dalam Nursalam,2014). Menurut SK Menteri
Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XII/1992 terdapat seksi ketenagaan dan

pengembangan mutu pelayanan medis serta seksi ketenagaan dan pengembangan


mutu penunjang medic serta seksi keperawatan (Aditama,2002).
Dampak kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) rumah sakit dapat
mempengaruhi

pengembangan

mutu

pelayanan.Pelayanan

keperawatan

merupakan pelayanan utama yang harus dilakukan untuk mencapai kesembuhan


pasien yang dirawat. Kurangnya tenaga perawat dapat mempengaruhi tingkat
kesembuhan pasien dikarenakan kesembuhan pasien yang dirawat di rumah sakit
sangat ditunjang oleh peranan perawat dalam pemberian pelayanan kesehatan
berupa asuhan keperawatan,pendidikan terhadap pasien mengenai hal-hal yang
menunjang kesehatan dan mempercepat penyembuhan penyakit (Zaidin,2001).
Upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan khususnya di bagian rawat inap
membutuhkan tenaga perawat yang mencukupi, baik dari segi kuantitas maupun
kualitas untuk menjalankan fungsi tersebut.
Tingkat ketergantungan pasien dapat dilihat melalui observasi terhadap
pasien melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dalam periode waktu tertentu
selama perawatan, seperti : makan,minum, kebersihan diri, eliminasi, aktifitas,
perilaku, terapi dan pendidikan kesehatan. Tingkat ketergantungan ini akan
mengukur jumlah usaha yang diperlakukan untuk melaksanakan kegiatan
keperawatan yang dilakukan pasien. (Luwis & Carini, 1984).
Ada beberapa metode yang dipakai sebagai acuan untuk menghitung
jumlah kebutuhan tenaga perawat yaitu dengan metode Gillies, Ilyas, Departemen
Kesehatan dan dengan menggunakan Klasifikasi derajat ketergantungan pasien
yang dibagi menjadi 3 katagori. yaitu : 1) Minimal care memerlukan waktu 12
jam / 24 jam. 2)Partial care memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. 3) Total care

memerlukan waktu 5-6 jam (Douglas 1984, dalam Nursalam 2014).Belum ada
penelitian secara khusus di rumah sakit wilayah Surabaya, terkait pendistribusian
tenaga keperawatan di ruang rawat inap sebagai efisiensi untuk dapat
memperkirakan keseimbangan tingkat ketergantungan pasien dengan jumlah
tenaga perawat. Sehingga peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul
Analisis kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien .
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini :


Bagaimana kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang ?
1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas maka penelitian ini

bertujuan untuk :
1.3.1

Tujuan Umum
Mempelajari kebutuhan tenaga perawat dengan tingkat ketergantungan

pasien di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang


1.3.2

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat kebutuhan tenaga perawat di Rumah Sakit Siti


Khodijah Sepanjang.
2. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien di Rumah Sakit Siti
Khodijah Sepanjang.
3. Menganalisa kebutuhan

tenaga

perawat

berdasarkan

ketergantungan pasien di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang.


1.4

Manfaat Penelitian

tingkat

1.4.1

Manfaat Teoritis
Dapat memberikan gambaran dan informasi tentang kebutuhan tenaga
perawat dapat di pengaruhi dengan tingkat ketergantungan pasien.

1.4.2

Manfaat Praktis
1.

Bagi Rumah Sakit Siti Khodijah


Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan di bidang management keperawatan, serta sebagai
bahan masukan untuk lebih meningkatkan managerial Rumah Sakit
Siti Khodijah

2.

Bagi Peneliti
Meningkatkan

atau

mengembangkan

pengalaman

dalam

melakukan penelitian tentang analisis kebutuhan tenaga perawat


berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep SDM Rumah Sakit


2.1.1 Pengertian
Menurut Dessler (1984), manajemen ketenaagaan organisasi atau disebut
juga sebagai manajemen personalia, merupakan lima fungsi dasar yang di
laksanakan para manajer, mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengisisan
staf, pengarahan dan pengawasan dalan mendapatkan Sumber Daya Insani (SDI)
organisasi yang efektif dan efisien.
Menurut Simamora (2004), manajemen ketenagaan atau manajemen
sumber

daya

insane

adalah

pendayagunaan,

pengembangan,

penilaian,

pemberianjaa dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok


karyawan; juga menyangkut desain dan imolementasi system perencanaan,
penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karie, evaluasi
kinerja, komposisi karyawan, dan hubungan ketenagakerjaan yang baik.
Menurut Nitisenito dalam Arumdati (1996), manajemen ketenagaan atau
manajemen personalia adalah suatu ilmu dan seni untuk melaksanakan antara lain
planning,organizing, controlling, sehingga efektivitas dan efisiensi personalia
dapat ditingkatkan semaksimal mungkin dalam pencapain tujuan organisasi.
Menurut Handoko (1996), manajemen ketenagaan atau manajemen
sumber daya insane adalah penarikan, seleksi, pengembanga, pemeliharaan, dan
penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan individu maupun
tujuan organisasi. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa

manajemen

ketenagaan

mencakup

perencanaan,

penyusunan,

pendayagunaan, pembinaan, pelatihan, pengembangan dan pengendalian dalam


rangka optimalisasi tujuan organisasi.
2.1.2 Faktor faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan
a. Faktor klien, meliputi : tingkat kompleksitas perawat, kondisi pasien
sesuai dengan jenis penyakit dan usianya, jumlah pasien dan
fluktuasinya, keadaan sosial ekonomi dan harapan pasien dan keluarga.
b. Faktor tenaga, meliputi : jumlah dan komposisi tenaga keperawatan,
kebijakan pengaturan dinas, uraian tugas perawat, kebijakan personalia,
tingkat pendidikan dan pengalaman kerja, tenaga perawat spesialis dan
sikap ethis professional.
c. Faktor lingkungan, meliputi : tipe dan lokasi rumah sakit, layout
keperawatan, fasilitas dan jenis pelayanan yang diberikan, kelengkapan
peralatan medik atau diagnostik, pelayanan penunjang dari instalasi lain
dan macam kegiatan yang dilaksanakan.
d. Faktor organisasi, meliputi : mutu pelayanan yang ditetapkan dan
kebijakan pembinaan dan pengembangan.
2.2 Konsep Tingkat Ketergantungan Pasien
2.2.1 Klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantung
Berdasarkan Teori D.Orem :
1. Minimal Care
a. Pasien mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan :
1. Naik turun tempat tidur mandiri
2. Ambulasi dan berjalan sendiri
3. Makan dan minum sendiri
4. Mandi sendiri atau sebagian dengan bantuan
5. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan

6. Mampu BAK dan BAB dengan sedikit bantuan


b. Status Psikologis stabil
c. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostic
d. Operasi ringan
2. Partial Care
a. Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian :
1. Naik turun tempat tidur butuh bantuan satu orang
2. Ambulasi dan berjalan butuh bantuan
3. Makan dan minum disuapi
4. Mandi butuh bantuan
5. Berpakaian dan berdandan dengan butuh bantuan
6. BAK dan BAB butuh bantuan (ditempat tidur/kamar mandi)
Post operasi minor (24 jam)
b.
c.
d.
e.

Melewati fase akut dari post operasi mayor


Fase awal dari penyembuhan
Observasi tanda-tanda vital setiap 24 jam
Gangguan emosional ringan

3. Total care
a. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan
waktu perawat yang lebih lama :
1. Butuh dua orang atau lebih untuk mobilisasi
2. Butuh latihan pasif
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan lewat parenteral atau NGT
4. Dimandikan dan kebersihan mulut
5. Berpakaian dan berdandan dibantu sepenuhnya
6. Inkontinensia, terpasang kateter.
b. 24 jam operasi mayor
c. Pasien tidak sadar
d. Keadaan pasien tidak stabil

e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Observasi TTV kurang dari 4 jam


Perawatan luka bakar
Perawatan kolostmi
Terpasang alat bantu pernafasan
Terpasang WSD
Irigasi kandung kemih terus menerus
Terpasang traksi
Fraktur atau pasca operasi tulang belakang atau leher
Gangguan emosional berat, bingung, dan disorientasi.

Berdasarkan Teori Douglas :


Kategori I: Perawatan Mandiri
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi dan ganti pakaian.
Makan, dan minum dilakukan sendiri.
Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
Observasi tanda vital setiap sif.
Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
Persiapan prosedur pengobatan.

Kategori II: Perawatan Intermediate/Parsial


a)
b)
c)
d)
e)
f)

Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.


Observasi tanda vital tiap 4 jam.
Pengobatan lebih dari satu kali.
Pakai kateter foley.
Pasang infuse intake-output dicatat.
Pengobatan perlu prosedur.

Kategori III: Perawatan Total


a)
b)
c)
d)
e)
f)

Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur.


Observasi tanda vital tiap 2 jam.
Pamakaian slang NGT.
Terapi intravena.
Pemakaian suction.
Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar.

Catatan :

Dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya

dilakukan oleh perawat yang selama 22 hari.


Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan klasifikasi
pasien.

10

Bila hanya memenuhi satu criteria maka pasien dikelompokkan pada


klasifikasi di atasnya.

Douglas menetapkan jumlah perawat yang di butuhkan dalam suatu unit


perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, di mana masing-masing kategori
mempunyai nilai standar per sif.
2.3 Konsep Perencanaan SDM
2.3.1 Perencanaan SDM
Perencanaan tenaga (staffing) keperawatan merupakan salah satu fungsi
utama pimpinan organisasi dalam keperawatan. Keberhasilan pimpinan
organisasi dalam merencanakan perawat ditentukan oleh kualitas SDM (Arwani
& Suprianto, 2006)
Perencanaan tenaga kesehatan adalah proses memperkirakan jumlah
tenaga dan jenis pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dibutuhkan
untuk mencapai target pelayanan kesehatan yang telah ditentukan dan mencapai
tujuan kesehatan. Perencanaan ini mencakup persiapan: siapa yang berbuat apa,
kapan, dimana, bagaimana, dengan sumber daya apa dan untuk populasi mana.
Perencanaan tenaga rumah sakit adalah sebagai perencanaan tenaga kesehatan
untuk mencapai target pelayanan rumah sakit yang dibutuhkan yang akan
membantu pencapaian target kesehatan.
Langkah-langkah perencanaan tenaga rumah sakit secara garis besar
sama dengan langkah-langkah perencanaan tenaga pada umumnya. Memang ada
beberapa kekhususan-kekhususan sesuai dengan fungsi rumah sakit (Junaidi,
1988 dalam Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Di Instalasi Rawat Inap RSUD
Karimun oleh Liza Sri, 2011).

11

Menurut Ilyas (2004) dalam menentukan kebutuhan SDM rumah sakit


harus memperhatikan beberapa faktor seperti ukuran dan tipe rumah sakit;
fasilitas dan tipe pelayanan yang ditawarkan; jenis dan jumlah peralatan dan
frekuensi pemakaiannya; kompleksitas penyakit; usia pasien dan lamanya waktu
tinggal di rumah sakit; pemberian cuti, seperti melahirkan, liburan, sakit, dan
tugas belajar; keterbatasan anggaran; turn over (mengundurkan diri) personel
dan tingkat ketidak hadiran; pelayanan dan perawatan kesehatan 24 jam dan
lain-lain Menurut Suyanto (2008)
2.3.2 Pengertian Perencanaan
Menurut Usman (2010), perencanaan adalah langkah awal sebelum
melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Perencanaan ialah sejumlah
kegiatan yang di tentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode
tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.
Perencanaan menurut Bintoro Tjokroaminoto dalam Usman 2010 ialah
proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Prajudi Atmosudidjo dalam Usman 2010 mendefisinikan
perencanaan ialah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan
dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, siapa yang melakukan,
bilamana, dimana, dan bagaimana cara melakukannya.
Menurut Siagian dalam Usman 2010 mengartikan perencanaan sebagai
keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang menyangkut hal-hal
yang akan dikerjakan di masa datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.

12

Perencanaan menurut Handoko 2003 dalam Usman 2010 meliputi (1)


pemilihan atas sejumlah alternative (pilihan) mengenai sasaran dan cara-cara yang
akan dilaksanakan dimasa yang akan datang guna mencapai tujuan yang
dikehendaki serta pemantauan dan penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan.
Menurut Marquis dan Houston (2000), perencanaan adalah merumuskan
apa yang harus dikerjakan, siapa yang mengerjakan, serta bagaimana, kapan dan
dimana

dikerjakan.

Perencanaan

merupakan

proses

yang

proaktif

dan

berkesinambungan dimanan ada pilihan dari beberapa alternative pilihan yang


dikemukakan.
Menurut Gilbert (1996), perencanaan adalah suatu jenis pembuatan
keputusan untuk masa depan yang spesifikyang dikehendaki oleh manajer bagi
organisasi mereka.
Menurut Terry dan Ruq (1996), perencanaan adalah proses memutuskan
tujuan-tujuan apa yang akan dikejar selama suatu jangka waktu yang akan datang
dan apa yang dilakukan agar tujuan-tujuan itu dapat dicapai. Perencanaan yang
efektif haruslah berlandaskan pada fakta-fakta dan informasi yang akurat, bukan
berdasarkan pada emosi atau keinginan-keinginan.
Perencanaan tenaga kesehatan adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan
kualifikasi tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan
(Depkes, 2004) . Perencanaan ini diatur dalam PP No. 32 tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan yang menyatakan bahwa pengadaan dan penempatan tenaga
kesehatan dilaksanakan untuk memenuhi tenaga kesehatan yang merata bagi
masyarakat.

13

2.3.3 Tujuan Perencanaan


Perencanaan bertujuan untuk :
1. Standar

pengawasan,

yaitu

mencocokkan

pelaksanaan

dengan

perencanaannya.
2. Mengetahui kapan pelaksanaan dan sekesainya suatu kegiatan.
3. Mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya), baik
kualifikasinya maupun kuantitasnya.
4. Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas tenaga
dan waktu
5. Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat
6.
7.
8.
9.

biaya, tenaga, dan waktu


Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan
Menyerasikan dan memadukan beberapa subkegiatan
Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui
Mengarahkan pada pencapaian tujuan

2.3.4 Manfaat Perencanaan


Perencanaan bermanfaat sebagai :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Standar pelaksanaan dan pengawasan


Pemilihan berbagai alternative terbaik
Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan
Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi
Membantu manajer menyesuaikan diri denganperubahan lingkungan
Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait dan
Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti

2.3.5 Alasan Perencanaan SDM Rumah Sakit


Produk rumah sakit dapat dianalogikan dengan produk konsumsi
yang sekarang banyak berbentuk instan. Pelayanan rumah sakit merupakan
jasa yang dapat dirasakn langsung oleh konsumen sehingga mereka dapat
bereaksi dengan segera terhadap jasa yang mereka beli. Hal ini membuat

14

kualitas jasa layanan yang diberikan oleh rumah sakit menjadi sangat
penting. Keberadaan SDI rumah sakit sangat berperan dalam menentukan
kualitas jasa pelayanan rumah sakit, baik yang berbentuk medis, non
medis, maupun penunjang. Terkait dengan hal tersebut, kualitas dan
kuantitas SDI rumah sakit berperan kritis dalam meningkatkan dan
menjaga kualitas pelayanan kesehatan, sehingga harus direncanakan
dengan sebaik-baiknya (Ilyas 2004 dalam Fikriyah 2013).
1. Rumah Sakit bersifat padat karya
Organisasi rumah sakit adalah padat karya dengan variasi status
dan keahlian yang sangat luas. Rumah sakit berbeda dengan organisasi
lainnya dalam hal proporsi professional SDI rumah sakit yang relative lebh
tinggi sehingga membutuhkan keahlian tersendiri dalam mengelolanya.
Permasalahan yang timbul adalah pemberian imbalan dan insentif
berdasarkan kinerja sangat sulit untuk dilakukan karena terbatasnya dana
dan

penilaian

kinerjayang

efektif.

Pada

demikian,

sangat

sulit

meningkatkan kepuasan kerja staf yang merupakan syarat utama untuk


meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja rumah sakit. Untuk
mencegah terjebaknya rumah sakit perlu direncanakan sebaik-baiknya agar
dapat meningkatkan dan menjaga kualitas pelayanan kesehatan.
2. Pasar tenaga rumah sakit belum terbentuk
Ketersediaan pasar personel rumah sakit di Indonesia belum
terbentuk. Artinya, bila rumah sakit membutuhkan tenaga ahli tertentu,
masih sangat sulit suplainya di pasar tenaga kerja. Terbatasnya market
professional menimbulkan fenomena saling bajak tenaga antara rumah
sakit. Instansi yang beran membayarlebih tinggi akan mendapatkan tenaga

15

yang dibutuhkan. Hal ini berakibat pada bargaining power professional


sangat kuat terhadap manajemen yang berefek semakin sulitnya
manajemen SDI rumah sakit. Oleh karena itu, perencanaan SDI rumah
sakit harus benar, terutama untuk menjaga kontinuitas tenaga dengan baik.
3. Competitive Advantage
Suatu konsep produksi jasa layanan kesehatan yang harus diadopsi
rumah sakit adalah bagaimana memberikan layanan purna jual yang tepat
setelah jasa dibeli konsumen rumah sakit. Dengan demikian, setelah
terjadi transaksi jasa kesehatan maka pelayanan purna jual menjadi sangat
penting untuk membuat konsumen fanatic dan menjadi tenaga promosi
rumah sakit. Rumah sakit mesti berpikir dan mengadopsi budaya bahwa
mereka lah yang membutuhkan pelanggan agar dapat maju dan
berkembang bersama dengan kepuasan pelanggan. Caranya adalah dengan
memberikan pelayanan terbaik yang dapat diberikan oleh rumah sakit
kepada pelanggan.

2.4 Perawat dan Pelayanan Keperawatan


Keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan. Berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk pelayanan bio psiko social spiritual yang menyeluruh ditujukan
kepada individu, kelompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang

16

mencakup seluruh proses kehidupan (Lokakarya Nasional Keperawatan 1983,


dalam Dermawan 2013).
Keperawatan adalah diagnosis dan terapi respon manusia terhadap
masalah-masalah kesehatan yang sifatnya actual atau potensial (American Nurses
Association, 1988).
Menurut UU nomor 32 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Perawat adalah :
mereka yang memiliki kewenangan dan kemampuan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui
pendidikan keperawatan.
Menurut PPNI
1. Perawatan Profesional adalah : Tenaga keperawatan yang berasal dari
jenjang pendidikan tinggi keperawatan (Ahli Madya, Ners, Ners Spesialis,
Ners Konsultan).
2. Perawat Vokasional adalah : seseorang yang telah menyelesaikan
pendidikan Diploma III Keperawatan yang diakui pemerintah dan diberi
tugas penuh oleh pejabat yang berwenang.
2.5 Cara Menganalisis SDM
Berbagai cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat di ruang rawat inap
yang dapat menjadi acuan seperti:
2.5.1

Formula Douglas
Douglas (1984, dalam

Swansburg

&

Swansburg,

1999)

menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan


berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing - masing kategori
mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai berikut :
Table 2.6.1 Nilai Standar Jumlah Perawat berdasarkan Tingkat
Ketergantungan Pasien

17

Nilai Standar Jumlah Perawat per Shift berdasarkan Klasifikasi Pasien


Minimal

Parsial

Total

Pagi = 0,17

Pagi = 0,27

Pagi = 0,36

Sore = 0,14

Sore = 0,15

Sore = 0,30

Malam = 0,10

Malam = 0,07

Malam = 0,20

2.5.2 Formula Gillies


Tenaga Perawat (TP) =

A X B X 365
(365-C) X jam kerja/hari

A = Jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan pasien)


B = Sensus harian (BOR X jumlah tempat tidur)
C = Jumlah hari libur
365
Jumlah hari kerja setahun, jam kerja perhari = 6 jam
2.5.3 Formula Ilyas
Formula yang dikembangkan mulai tahun 1995. Menurut Ilyas
(2004), formula ini sudah dapat dignakan untuk menghitung perawat yang
di butuhkan rumah sakit. Rumus dasar formula ini sebagai berikut :
Tenaga Perawat (TP) =
A X B X 365
255 X jam kerja/hari
A = jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan pasien)
B = sensus harian (BOR X jumlah tempat tidur)
365 = jumlah hari selama setahun
255 = hari kerja efektif perawat/tahun
(365 - (12 hari libur nasional + 12 hari cuti tahunan) x = 255 hari jam
kerja/hari = 6 jam per hari
Formula ini yang membedakan adalah jumlah hari kerja efektif
perawat rumah sakit yaitu 255 hari/ tahun dan ini berdasarkan rincian di
atas. untuk indeks berasal dari karakteristik jadwal kerja perawat di
rumah sakit baik pemerintahmaupun swasta bahwa setiap empat hari kerja
efektif, perawat mendapat libur satu hari setelah perawat jaga malam.
2.5.4 Direktorat pelayanan keperawatan departemen kesehatan

18

Formula yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan melalui


Bidang Pelayanan Keperawatan didasarkan pada pengelompokkan unit
pelayanan yang ada di sebuah rumah sakit. Misalnya terdapat unit
pelayanan rawat inap dewasa, rawat inap anak, rawat inap intensif, ruang
rawat darurat, kamar bersalin, dan lain sebagainya. Kebutuhan tenaga
keperawatan di ruang rawat inap menurut Depkes, mempertimbangkan
dari segi asuhan keperawatan yang terdiri asuhan keperawatan minimal
atau minimal care, asuhan keperawatan sedang, asuhan keperawatan agak
berat dan asuhan keperawatan maksimal dengan masing-masing criteria
seperti yang klasifikasi oleh Rowland (1980) serta tingkat ketergantungan
pasien. Departemen Kesehatan dalam perhitungan tenaga perawat
didasarkan beberpa aspek seperti: tingkat ketergantungan pasien, jenis
kasus,

jumlah

rata-rata

pasien

per

hari,

jam

perawatan

yang

diperlukan/hari/pasien, jam kerja efektif dari perawat yakni 7 jam per hari.
Table 2.6.2 : Jenis/Kategori sesuai dengan Ruangan
N
o

Jenis / Kategori

Rata-rata

Rata-rata jam

Jumlah jam

pasien

perawatan

perawatan/har

perhari
Pasien Interne
10
3,5
Pasien Bedah
8
4
Pasien Gawat
1
10
Pasien Anak
3
4,5
Pasien Kebidanan
1
2,5
Jumlah
23
Sumber : Departemen Kesehatan, 2002
Jumlah Jam Perawatan
= 93 = 13 perawat
Jam kerja efektif per shift
7
Perhitungan jumlah perawat perlu ditambah faktor koreksi yaitu
1
2
3
4
5

i
35
32
10
13,5
2,5
93

a. Loss day/hari libur/cuti/hari besar


Jml.hr.mgg.dlm 1 th + cuti + hr besar X jml.perawat tersedia

19

Jml.hr kerja efektif


b. Tugas non keperawatan
Jml.tng.kep + loss day X 25
100
Table 2.6.3 : Jenis / Kategori sesuai Asuhan Keperawatan
N
o
1
2
3
4

Jenis / Kategori

Rata-rata

Rata-rata jam

Jumlah jam

pasien

perawatan

perawatan/har

perhari
Askep minimal
7
2
Askep sedang
7
3,08
Askep agak berat
11
4,15
Askep maksimal
1
6,16
Jumlah
26
Sumber : Departemen Kesehatan, 2002

i
14
21,56
45,65
6,16
87,37

20

2.6 KERANGKA KONSEP


Faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga perawat
Analisa kebutuhan tenaga
perawatan

Faktor Klien

Faktor Tenaga

Kebutuhan
SDM

Faktor Lingkungan
3

1.
2.
3.
4.

Formula Douglas
Formula Gillies
Formula Ilyas
Formula Depkes RI

Faktor organisasi

Keterangan :

: Di teliti
: Tidak Diteliti

Gambar 2.6 : Kerangka konseptual penelitian analisis kebutuhan tenaga perawat


berdasarkan tingkat ketergantungan pasien di Rumah Sakit Siti Khodijah
Sepanjang.
Perhitungan jumlah kebutuhan perawat yang ada saat ini di rumah sakit
belum ada patokan atau standar khusus. Berbagai teori di gunakan sebagai acuan
oleh rumah sakit-rumah sakit yang ada, namun keseragaman belum Nampak.
Alasan menggunakan teori tertentu lebih kepada beberapa faktor seperti
menyesuaikan jumlah perawat yang ada selain itu ada yang menyesuaikan kondisi
rumah sakit dan tingkat kunjungan.
Bidang keperawatan memiliki wewenang penuh untuk melakukan
perhitungan kebutuhan tenaga perawat, khususnya pada ruang rawat inap yang
memiliki tingkat ketergantungan pasien yang bervariasi dari tiga shift selama 24
jam sehari. Adalah sangat rasional bila perhitungan kebutuhan tenaga dilakukan

21

berdasarkan tingkat ketergantungan pasien yang menjadi tanggung jawab selama


shift berlangsung.
Dalam hal ini penganalisaan kebutuhan tenaga perawat di Rumah Sakit
khususnya di ruang rawat inap di perlukan dengan menganalisa tingkat
ketergantungan pasien.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga perawat
yaitu Faktor klien, meliputi : tingkat kompleksitas perawat, kondisi pasien
sesuai dengan jenis penyakit dan usianya, jumlah pasien dan fluktuasinya,
keadaan sosial ekonomi dan harapan pasien dan keluarga. Faktor tenaga,
meliputi : jumlah dan komposisi tenaga keperawatan, kebijakan pengaturan
dinas, uraian tugas perawat, kebijakan personalia, tingkat pendidikan dan
pengalaman kerja, tenaga perawat spesialis dan sikap ethis professional. Faktor
lingkungan, meliputi : tipe dan lokasi rumah sakit, layout keperawatan, fasilitas
dan jenis pelayanan yang diberikan, kelengkapan peralatan medik atau
diagnostik, pelayanan penunjang dari instalasi lain dan macam kegiatan yang
dilaksanakan. Faktor organisasi, meliputi : mutu pelayanan yang ditetapkan dan
kebijakan pembinaan dan pengembangan.

22

BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara menyelesaikan masalah dengan metode
keilmuan (Nursalam, 2003). Dalam bab ini akan diuraikan tentang : (1) Desain
penelitian, (2) kerangka kerja, (3) populasi sampel dan sampling, (4) variabel
penelitian, (5) definisi operasional, (6) pengumpulan dan pengolahan data, (7) etik
penelitian.
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu sumber yang sangat penting dalam
penelitian, yang memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa
mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2008)
Berdasarkan tujuan penelitian, desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Deskriptif yang didalmnya terdiri dari atas penelitian studi kasus, survey,
study perkembangan, study lanjut, analisis documenter, analisis kecenderungan.
(Furchan 2004, dalam Hidayat 2010).
Dalam penelitian ini menggunakan metode survey dalam pengambilan
desain deskriptifnya yang pada penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan
informasi tentang variable.(Hidayat 2010)
3.2 Kerangka Kerja
Kerangka kerja merupakan bagan kerja terdapat kegiatan penelitian yang
akan dilakukan meliputi subjek penelitian, variabel yang akan diteliti dan variabel
yang mempengaruhi dalam penelitian (Hidayat, 2007).
Kerangka kerja dalam penelitian ini dapat digambarkan secara skematis
sebagai berikut:
Populasi :
Teknik sampling:
Ruang Rawat Inap RS Siti Khodijah Sepanjang
Total Sampling
Sampel :
Seluruh Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang

23

Desain penelitian:
Survey Observasional
Variabel :
Kebutuhan Tenaga Perawat
Analisa data :
Deskriptif Analitik

Penyajian Hasil dan Kesimpulan

Gambar 3.1:Kerangka kerja penelitian Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat


Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Siti Khodijah Sepanjang.

3.3 Populasi, Sampel Dan Sampling


3.3.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti, bukan hanya obyek atau subyek yang dipelajari saja
tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subyek atau obyek tersebut.
(Sugiono 2009 dalam hidayat 2010) .

24

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan di teliti


(Niotoatmojo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah ruangan di rumah sakit
Siti Khodijah Sepanjang.
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yamg dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2010). Pada
penelitian ini sampel yang digunakan menggunakan Total Sampling
Sampel yang di pilih sebanyak 8 ruang rawat inap yang memenuhi criteria
inklusi :
Kriteria Inklusi :
Criteria inklusi memiliki arti dimana subjek penelitian dapat mewakili
dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat,2010).
Pada penelitian ini criteria inklusinya sebagai berikut :
1. ruangan rawat inap.
2. Ruang rawat inap yang memiliki pasien dengan tingkat ketergantungan
minimal,parsial,total.
Criteria Eksklusi :
Criteria eksklusi merupakan criteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
(Hidayat,2010).
1. Ruangan yang bukan ruang rawat inap.
3.3.3 Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam, 2008). Total sampling adalah teknik pengambilan
sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan

25

mengambil total sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang
kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.
3.3.4

Variabel Penelitian
Variabel independent (variabel bebas)
Variabel independent merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan

atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel ini juga dikenal dengan
nama variabel artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain. Variabel ini
punya nama lain seperti variabel predictor, resiko, atau kausa (Hidayat, 2007).
3.4.2 Variabel Dependent
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena varabel bebas (Hidayat, 2007).

3.4.3 Definisi Operasional


Tabel.3.1 : Definisi Operasional Analisa Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan
Tingkat Ketergantungan Pasien
Variable

Definisi

Indikator

Instrument

Operasional
Jumlah tenaga Jumlah pasien

Lembar

an

perawat

observasi

tenaga

dibutuhkan di ketergantungan

perawat

ruang

1. Kebutuh

yang berdasarkan

rawat pasien :

cek list

Skala
Rasio

dan

Criteria/skor
Sesuai dengan
perhitungan
tenaga perawat
menggunakan

26

inap

dihitung a. Minimal (1-2

berdasarkan

jam/24 jam)

tingkat

dengan criteria :
1) Kebersihan

ketergantungan
diri,mandi,
pasien
ganti pakaian
dilakukan
sendiri.
2) Makan dan
minum
dilakukan
sendiri.
3) Ambulasi
dengan
pengawasan
4) Observasi
tanda-tanda
vital
dilakukan
setiap jaga
(shift)
5) Pengobatan
natural
dengan status
psikologis
stabil.
b. Parsial (3-4

metode Douglas

27

jam/24 jam)
dengan criteria :
1) Kebersihan
diri dibantu,
makan dan
minum
dibantu.
2) Observasi
tanda-tanda
vital setiap 4
jam
3) Ambulasi
dibantu,
pengobtan
lebih dari
sekali.
4) Klien dengan
kateter urine,
intake dan
output di
catat.
5) Klien dengan
infuse,
persiapan
pengobatan
yang
memerlukan

28

prosedur.
c. Total (5-6 jam/ 24
jam) dengan
criteria :
1) Semua
keperluan
pasien di
bantu
2) Perubahan
posisi,
observasi
tanda-tanda
vital di
lakukan
setiap 2 jam.
3) Makan
melalui
NGT, terapi
intra vena.
4) Dilakukan
penghisapan
lender.
5) Gelisah/disor
ientasi.

3.5 Pengumpulan Dan Pengolahan Data


3.5.1 Instrumen Penelitian

29

Instrument pengumpulan data adalah alat-alat yang digunakan


untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini
instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data-data adalah lembar
observasi yakni
3.5.1.1 Klasifikasi pasien berdasarkan derajat ketergantungan
Dalam lembar observasi ini peneliti menggolongkan beberapa
criteria dalam penilaian pasien berdasarkan derajat ketergantungan
yaitu Minimal (1-2 jam/24 jam) dengan criteria : Kebersihan
diri,mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri, makan dan minum
dilakukan sendiri, ambulasi dengan pengawasan, Observasi tandatanda vital dilakukan setiap jaga (shift), Pengobatan natural dengan
status psikologis stabil. Parsial (3-4 jam/24 jam) dengan criteria
:Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu, observasi
tanda-tanda vital setiap 4 jam, ambulasi dibantu, pengobtan lebih
dari sekali, klien dengan kateter urine, intake dan output di catat,
klien dengan infuse, persiapan pengobatan yang memerlukan
prosedur. Total (5-6 jam/ 24 jam) dengan criteria : semua keperluan
pasien di bantu,perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital di
lakukan setiap 2 jam,makan melalui NGT, terapi intra vena,
dilakukan penghisapan lender, gelisah/disorientasi. Setelah di
dapatkan pengelompokan pasien sesuai dengan criteria minimal,
parsial ataupun total lalu tiap harinya peneliti menghitung berapa
jumlah pasien sesuai dengan criteria.
3.5.1.2 Perhitungan jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang

30

Dalam lembar observasi ini peneliti melakukan perhitungan


jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang dengan
menggunakan rumus Douglas yaitu sesuai dengan klasifikasi
pasien

berdasarkan

derajat

ketergantungannya.

Dengan

penggunaan rumus tingkat ketergantungan minimal pagi : 0,17 di


kalikan jumlah pasien, sore:0,14 di kalikan jumlah pasien, malam
0,07 di kalikan jumlah pasien. Parsial pagi: 0,27 di kalikan jumlah
pasien, sore : 0,15 di kalikan jumlah pasien, malam : 0,10 di
kalikan jumlah pasien. Total pagi : 0,36 di kalikan jumlah pasien ,
sore: 0,30 di kalikan jumlah pasien, malam : 0,20 di kalikan jumlah
pasien. Maka di dapatkan hasil jumlah perawat yang di butuhkan
padasetiap shift dari masing-masing ketergantungan pasien.
3.5.2

Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap RS Siti Khodijah Sepanjang

dari bulan Maret sampai April 2015. Berbagai alasan yang mendasari peneliti
menggunakan lokasi rumah sakit ini adalah belum ada penelitian seperti ini
sebelumnya. Selain itu diharapkan penelitian dapat dijadikan tolok ukur untuk
pengembangan terkait keperawatan baik terhadap system maupun terhadap upaya
peningkatan mutu pelayanan keperawatan
3.5.3

Prosedur Pengumpulan Data


Proses pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang dilakukan dalam suatu


penelitian (Nursalam, 2008)
3.5.3.1 Tahap persiapan penelitian

31

Pada langkah ini dilakukan pemilihan lahan penelitian dan pengurusan ijin
penelitian di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang. Kemudian peneliti
mengadakan studi pendahuluan tentang penelitian yang dilakukan dalam
menentukan masalah, studi kepustakaan, menyusun proposal, konsultasi dengan
pembimbing, pembuatan instrumen. Proses Pengumpulan data diperoleh setelah
peneliti mendapatkan izin dan persetujuan dari pembimbing Skripsi dan bagian
Akademik S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan serta Pihak Rumah Sakit Siti
Khodijah Sepanjang.
3.5.3.2 Tahap pelaksanaan penelitian
Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah :
a) Identifikasi data primer dan sekunder. Data yang perlu dikumpulkan
dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer
yang dikumpulkan meliputi karakteristik demografi responden yang
terdiri atas umur, jenis kelamin, alamat rumah, pendidikan dan
pekerjaan . Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah profil rumah sakit saat penelitian berlangsung dan diperoleh
dari pihak instansi.

Hasil perolehan data tersebut peneliti

bekerjasama dengan kepala ruangan serta perawat ruang rawat inap


di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang untuk mendapatkan data
yang selanjutnya dilakukan penyaringan data untuk memperoleh
subyek sesuai kriteria inklusi.
b)

Prosedur

pengumpulan

data

dilakukan

oleh

peneliti

setelah

mendapatkan izin dari pihak Kaprodi S1 Keperawatan untuk


mengadakan penelitian. Setelah itu peneliti akan meminta persetujuan

32

dari pihak kabid keperawatan Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang


untuk meneliti di ruang rawat inap Rumah Sakit Siti Khodijah
Sepanjang. Setelah mendapat persetuajuan dari pihak Kabid
Keperawatan Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang maka peneliti
mengunjungi tiap-tiap ruang rawat inap yang terdiri dari 8 ruang
rawat inap dan memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan
tujuan peneliti untuk melakukan penelitian di ruang rawat inap kepada
kepala ruangan di tiap-tiap ruang rawat inap. lalu peneliti memberikan
pada kepala ruangan di ruang rawat inap untuk persetujuan
bahwasannya ruangan tersebut dapat menjadi respondent penelitian
(Informed Consent). Pengumpulan data dilakukan dengan, lembar
observasi yang digunakan peneliti untuk mengetahui analisis
kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
sesuai dengan criteria (1) minimal, (2) parsial, dan (3) total.
Pengumpulan data dilakukan dengan alat ukur lembar observasi yang telah
dibuat oleh peneliti dengan kolom yang tersedia. Lembar Observasi ini akan
menjadi

acuan

peneliti

untuk

menggolongkan

pasien

dengan

tingkat

ketergantungan minimal, parsial dan total. Dalam prosedur pengumpulan data ini
peneliti menggunakan proses dengan survey observasional secara langsung pada
pasien yang di bantu oleh perawat ruangan. Selain itu lembar observasi juga di
berikan kepada perawat di tiap-tiap ruangan agar perawat ruangan dapat
menggolongkan pasien dengan tingkat ketergantungan minimal, parsial dan total.
3.6 Cara Analisa Data

33

Analisa data merupakan cara mengolah data agar dapat disimpulkan atau
diinterpretasikan menjadi informasi. Dalam melakukan analisis data terlebih
dahulu data harus diolah (Hidayat, 2010). Metode pengumpulan data diperoleh
dari pada pasien dengan tingkat ketergantungan minimal, parsial, total di seluruh
Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang.
3.6.1

Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan


data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2010). Dilakukan untuk mencermati
kelengkapan pengisian dan kejelasan tulisan. Dalam melakukan pengecekan
terhadap isian lembar pengamatan termasuk relevan serta konsistensi. Kegiatan ini
dilakukan setelah selesai proses pengumpulan data tiap harinya.
3.6.2

Coding
Merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang

terdiri dari beberapa kategori (Hidayat, 2010). Pada tahap ini merupakan kegiatan
memberikan code pada setiap kegiatan yang dilakukan perawat sesuai yang ada di
instrument.
3.6.3 Scoring
Memberi skor atau nilai padaformat isian sesuai dengan kategori data dan
jumlah item pernyataan dari setiap variable untuk memudahkan proses analisis.
Tidak dilakukan karena tidak ada score untuk tiap kegiatan yang dilakukan.
3.6.4 Tabulating

34

Dalam tabulating ini dilakukan penyusunan dan penghitungan data dari hasil
coding untuk kemudian disajikan dalam bentuk table dan dilakukan evaluasi
(Nursalam., 20013)

3.6.5 Entry Data


Setelah pemberian kode pada setiap format, data dimasukkan ke dalam
program computer untuk dapat dianalisis.
3.6.6 Cleaning
Data-data yang telah dimasukkan ke program computer diperiksa kembali
kebenarannya.
Analisis data perlu dilakukan untuk mendapatkan data yang valid dan
akurat. Selesai pengolahan data, peneliti melakukan analisis data dengan
mengelompokkan data berdasarkan jenis kegiatan perawat pelaksana serta waktu
pencapaian dari kegiatan yang diamati.
Tahap berikutnya menganalisis masing-masing kegiatan sesuai hasil
pengamatan yang didapatkan, kemudian diprosentasekan.
Menganalisis tingkat ketergantungan pasien untuk menentukan jumlah
tenaga perawat yang di butuhkan.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus perhitungan jumlah tenaga dengan
rumus Douglas. Langkah perhitungan kebutuhan tenaga berdasarkan formula
Douglas ini meliputi 3 langkah, yaitu menetapkan tingkat ketergantungan pasien
minimal, parsial, dan total setelah mendapatkan hasilnya maka di hitung dengan
rumus yang sudah di tetapkan, lalu dari hasil tersebut dapat di diketahui jumlah

35

tenaga perawat yang di butuhkan dalam setiap shift sesuai dengan tingkat
ketergantungannya.
3.7 Etika Penelitian
Persetujuan dan kerahasian responden merupakan hal utama yang perlu
diperhatikan. Oleh karena itu sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu
mengajukan informed consent (Lembar Persetujuan Menjadi Responden) yang
terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penelitian, agar tidak terjadi
pelanggaran hak-hak (otonomi) manusia yang menjadi subjek penelitian.
Penelitian akan dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari program studi S1
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya dan
atas ijin dari pihak Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang. Penelitian akan dimulai
dengan melakukan beberapa prosedur yang berhubungan dengan etika penelitian
yang meliputi:
1. Informed consent
Lembar persetujuan di berikan kepada responden yang akan diteliti
yang memenuhi kriteria inklusif dengan memberikan penjelasan
sebelumnya tentang tujuan penelitian. Bila responden menolak maka
peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.
2. Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data atau
kuesioner, cukup dengan memberi nomor kode atau inisial.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek dirahasiakan
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan atau
dilaporkan sehingga rahasianya tetap terjaga.

Anda mungkin juga menyukai