Proposal Thesis Zohan Nazarudin
Proposal Thesis Zohan Nazarudin
DISUSUN OLEH :
ZOHAN NAZARUDIN
12917211
M A G I S T E R T E K N I K I N F O R M A T I K A
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
mampumempertahankan
keutuhan
dan
penyesuaian
terhadap
oleh mata manusia dan mengolah informasi yang terdapat pada suatu gambar
untuk keperluan pengenalan objek secara otomatis. Bidang aplikasi kedua
yang sangat erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan pole (pattern
recognition) yang umumnya bertujuan mengenali suatu objek dengan cara
mengekstrak informasi penting yang terdapat pada suatu citra. Bila
pengenalan pola dihubungkan dengan pengolahan citra, diharapkan akan
terbentuk suatu sistem yang dapat memproses citra masukan sehingga citra
tersebut dapat dikenali polanya. Proses ini disebut pengenalan citra atau
image recognition. Proses pengenalan citra ini sering diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Pengolahan citra dan pengenalan pola menjadi bagian dari proses
pengenalan citra. Kedua aplikasi ini akan saling melengkapi untuk
mendapatkan ciri khas dari suatu citra yang hendak dikenali. Secara umum
tahapan pengolahan citra digital meliputi akusisi citra, peningkatan kualitas
citra, segmentasi citra, representasi dan uraian, pengenalan dan interpretasi.
Dengan menggabungkan antara citra (gambar) dari histologi hati
dengan teknik pengolahan citra digital diharapkan akan mempermudah
menentukan seberapa besar tingkat kerusakan pada hati. Bukan diagnosis
kerusakan tertentu akan tetapi kerusakan hati secara total yang meliputi
kongesti, peradangan, degenerasi dan nekrosis.
BAB II
LANDASAN TEORI
mampumempertahankan
keutuhan
dan
penyesuaian
terhadap
mendarahi sel-sel hati dengan darah yang mengandung oksigen, sehingga hati
mendapat darah dari dua sumber.
Hati terdiri atas unit-unit heksagonal yaitu lobulus hepaticus (hati).
Bagian tengah setiap lobulus tedapat sebuah vena sentralis, yang dikelilingi
secara radial oleh lempeng sel hati (lamina hepatocytica), yaotu hepatosit, dan
sinusoid kearah perifer. Di sini, di jaringan ikat membentuk kanalis porta atau
derah porta (spatium portale), tempat terdapatnya cabang-cabang arteri
hepatika, vena porta hepatis, dukdus biliaris, dan pembuluh limfe. Pada
manusia, dapat ditemukan tiga samapai enam daerah porta setiap lobulus.
Daerah arteri dan darah vena dari derah porta perifer mula-mula bercampur di
sinusoid hati saat mengalir ke vena sentralis. Dari sini, darah masuk ke
sirkulasi umum melalui vena hepatika yang keluar dari hati dan masuk ke
vena kava inferior.
Sinusoid hati adalah saluran darah yang melebar dan berliku-liku,
dilapisi oleh lapisan tidak utuh sel endotel berfenestra (endotheliocytus
fenestratusm) yang juga menunjukkan lamina basalis yang berpori dan tidak
utuh. Sinusoid hati dipisahkan dari hepatosit dibawahnya oleh spatium
perisinusoideum (disse) subendotelial. Akibatnya, zat makanan yang
mengalir di dalam sinusoid memiliki akses langsung melalui dinding endotel
yang tidak utuh dengan hepatosit. Struktur vdan jalur sinusoid yang berliku di
hati memungkinkan pertukaran zat yang efisien antara hepatosit dan darah.
Selain sel endotel, sinusoid hati juga mengandung makrofag, yang disebut sel
Kupffel (macrophagocytus stellatus), terletak di sisi luminal sel endotel.
Daerah ini disebut celah portal yang dijumpai pada sudutsudut lobulus hati.
Hepar manusia memiliki 36 celah portal per lobulus, dengan masingmasing
terdiri dari venula, arteriol, sebuah duktus (bagian dari sistem duktus biliaris),
dan pembuluh limfe. (Mescher, 2013).
Dibagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat
yang disebut traktus portalis/triad yaitu traktus portalis yang mengandung
cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, duktus biliaris. Cabang dari vena
porta dan arteri hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam
sinusoid setelah banyak percabangan. Sistem bilier dimulai dari kanalikuli
biliaris yang halus yg terletak di antara sel-sel hepar dan bahkan turut
membentuk dinding sel. Kanalikuli akan mengeluarkan isinya ke dalam
intralobularis, dibawa ke dalam empedu yang lebih besar , air keluar dari
saluran empedu menuju kandung empedu.
Gambar 2.5 Glanula glikogen di sel hati. Pulasan: periodic acid-Schiff dengan
pewarna tandingan biru untuk nukleus. Imersi minyak
Sumber : Eroschenko, 2008.
Gambar 2.6 Serat retikular di sinusoid lobulus hati. Pulasan: metode retikulin.
Perbesaran Sedang.
Sumber : Eroschenko, 2008.
2.1.3. Pewarnaan
Sebelum
pengamatan
jaringan
harus
di
buat
dulu
sediaan
penyimpanan,
transmisi,
dan
representasi
bagi
peralatan
persepsi.(Prasetyo, 2011).
Sebuah citra dapat didefinisikan sebagai fungsi dua dimensi f(x,y),
dimana x dan y adalah koordinat spasial, dan amplitudo dari f pada
sembarang koordinat (x,y) disebut intensity (intensitas) atau gray level (level
keabuan) dari citra pada titik tersebut. Ketika x, y dan nilai intensitas dari f
adalah semua terbatas, kita sebut citra tersebut citra digital (digital image).
Citra digital terdiri atas sejumlah elemen tertentu, setiap elemen memeliki
lokasi dan nilai tertentu. Elemen-elemen ini disebit picture elements, image
element, pels, dan pixels. Piksel adalah istilah yang sudah digunakan secara
luas untuk menyatakan elemen citra digital.(Prasetyo, 2011).
Pengolahan citra digital merupakan proses yang bertujuan untuk
memanipulasi dan menganalisis citra dengan bantuan komputer. Pengolahan
citra digital dapat dikelompokkan dalam dua jenis kegiatan yaitu
memperbaiki kualitas suatu gambar sehingga dapat lebih mudah diinterpretasi
oleh mata manusia dan mengolah informasi yang terdapat pada suatu gambar
untuk keperluan pengenalan objek secara otomatis. Bidang aplikasi kedua
yang sangat erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan pole (pattern
recognition) yang umumnya bertujuan mengenali suatu objek dengan cara
mengekstrak informasi penting yang terdapat pada suatu citra. Bila
pengenalan pola dihubungkan dengan pengolahan citra, diharapkan akan
terbentuk suatu sistem yang dapat memproses citra masukan sehingga citra
tersebut dapat dikenali polanya. Proses ini disebut pengenalan citra atau
image recognition. Proses pengenalan citra ini sering diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Penentuan tepian suatu objek dalam citra bertujuan untuk mengenali
objek-objek dalam citra maupun koteks citra secara keseluruhan. Deteksi tepi
berfungsi untuk mengidentifikasi garis batas (boundary) dari suatu objek
dalam citra. Di dalam tepianlah terdapat nilai perbedaah intensitas citra secara
ekstrem.
Pada operator gradien konvensional, diferensiasi intensitas piksel
sesuai arah baris dan kolom mengikuti persamaan:
Selain deteksi tepi, bagian lain yang penting dalam pengolahan citra
adalah pemrosesan morfologi citra. Pemrosesan morfologi citra dilandasi oleh
dua operasi dasar, yaitu operasi dilasi dan operasi erosi, kemudian
dikembangkan menjadi operasi opening dan operasi closing yang dibentuk
dari operasi dasar tersebut.(Yulianti, 2014).
Operasi dilasi dipakai untuk mendapatkan efek pelebaran terhadap
piksel yang bernilai 1 dan biasanya dinotasikan sebagai
definisikan sebagai berikut:
yang di
Dengan kata lain, erosi A oleh B terdiri atas semua titik w=(x,y) dimana BW
ada di dalam himpunan A. Untuk melakukan erosi, B di geser-geser dalam A
dan dicari dimana saja B benar-benar ada di dalam A. Untuk kondisi yang
memenuhi syarat tersebut maka tandailah titik (0,0) yang bersesuaian dengan
B. Titik inilah yang merupakan hasil erosi. (Susilowati, 2009).
Peneliti
Judul Penelitian
Keterangan
Bob Thoolen,
Proliferative and
Robert R.
Nonproliferative
Maronpot,
Takanori
and Mouse
Harada,
Hepatobiliary
histomorphology, physiology
Abraham
System
Nyska, Colin
Rousseaux,
Thomas
Nolte, David
E. Malarkey,
Wolfgang
Kaufmann,
Karin Ku
Ttler, Ulrich
Deschl, Dai
Nakae,
Richard
Gregson,
Michael P.
Vinlove, Amy
E. Brix,
Bhanu Singh,
Fiorella
Belpoggi,
And Jerrold
M. Ward
(2010)
2
Aquaisua N.
Effect of crude
Aquaisua,
extracts of blighia
Rosemary B.
unijugata on
Bassey,
histology of the
Bassey M.
Ikpeme,
Enobong I.
Bassey (2011)
3
Gambaran
Histopatologi
Hepatosit Tikus
histopatologi
Putih Setelah
Fatiha Sri
Pemberian Jintan
Utami Tamad,
Hitam Dosis
Zaenuri
500mg/kgBB,
Syamsu
1000mg/kgBB,
dan
Hidayat,
dan
Hidayat
1500mg/kgBB
(subkronik).
Sulistyo
Selama 21 Hari
(2011)
(Subkronik)
Yanti Rosita
(2011)
Dosis Tunggal
Terhadap
Gambaran Sel
tunggal 60 mg/kgBB
Hati
menyebabkan peningkatan
musculus L.)
Eva Rianah
Vitamin C
(2014)
Mencegah
Nekrosis Dan
Alanine Aminotransferase/ALT,
Gangguan Fungsi
AspartateAminotransferase/AST,
Hati Yang
Disebabkan Oleh
Parasetamol Dosis
toksik.
Toksik Pada
Mencit (Mus
Musculus)
6
I Wayan Andi
Histologi Hati
Yoga
Mencit (Mus
Kurniawan,
Musculus L.)
Ngurah Intan
Yang Diberi
Wiratmini, Ni
Ekstrak Daun
Wayan
Lamtoro
Lestari (2014)
Histologis Organ
mengakibatkan megalositosis
Mencit (Mus
Musculus L)
Jantan Setelah
Perlakuan Dengan
Ekstrak Kayu
Secang
(Caesalpinia
Sappan L)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Belum adanya standar yang pasti dalam menilai kerusakan hati secara
histologi merupakan faktor yang menyulitkan penelitian ini, namun demikian
penelitian ini tetap bisa dilakukan dengan merujuk pada penelitian-penelitian
tentang histologi hati sebelumnya, sehingga hasil segmentasi dinyatakan tepat jika
objek yang di hitung merupakan objek dengan bahan-bahan tambahan baik diluar
maupun di dalam sel, adanya kerusakan membran sel dan adanya pembendungan
darah di regio tertentu.
Tahap pengujian dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana kinerja
sistem yang buat. Metode pengujian kredibilitas sistem menggunakan metode one
feature: single decision threshold. Metode ini membandingkan model sistem yang
dibuat dengan citra normal hasil analisa dokter spesialis histologi untuk
memperoleh empat nilai True Positive (TP), True Negatif (TN), False Positive
(FP), dan False Negative (FN), sehingga diperoleh persentase nilai sensitivity dan
specivicity. True Positive menunjukkan jumlah sel yang teridentifikasi sebagai sel
normal baik berdasarkan pembanding citra hati normal maupun sistem.True
Negative menunjukkan jumlah sel yang teridentifikasi sebagai sel yang tidak
normal baik berdasarkan pembanding citra hati normal maupun sistem. False
Pada penelitian ini citra hati yangtelah di nyatakan normal oleh dokter spesialis
histologi akan digunakan sebagai gold standar.
DAFTAR PUSTAKA
Eroschenko Victor P (2008). diFiores Atlas of Histology with Functional
Correlations. Idaho: University of Idaho.
Thoolen Bob dkk (2010). Proliferative and Nonproliferative Lesions of the Rat
and Mouse Hepatobiliary System. Society of Toxicologic Pathology.
Eko Prasetyo (2011). Pengolahan Citra Digital dan Aplikasinya Menggunakan
Matlab. Yogyakarta. Penerbit Andy.
Mescher Anthony L (2013). Junqueiras Basic Histology Text and Atlas 13th.
Indiana: Indiana University School of Medicine.
Rocky YD, Martini GB, Agus Harjoko (2013). Retinopati Diabetes (Sistem
Deteksi Penyakit Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan). Yogyakarta.
Graha Ilmu.
Sianipar, Heri S. Mangiri, Wiryajati (2013). Matlab Untuk Pemrosesan Citra
Digital. Bandung. Penerbit Informatika.
Anonim (2014). Prosiding Seminar Informatika Medis 2014. Yogyakarta.
Magister Informatika Universitas Islam Indonesia.
Anonim (2014). Hati. From http://id.wikipedia.org/wiki/Hati, 29 November 2014
Anonim (2014). Sirosis Hati. From http://id.wikipedia.org/wiki/Sirosis_hati, 29
November 2014
Anonim (2013). Fibrosis. From
http://id.wikipedia.org/wiki/Fibrosis, 29
November 2014
Anonim (2014). Cirrhosis. From http://en.wikipedia.org/wiki/Cirrhosis, 29
November 2014
Anonim
(2014).
November 2014
Fibrosis.
From
http://en.wikipedia.org/wiki/Fibrosis,
29