Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................................... 1
Daftar Isi.............................................................................................................................. 2
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 3
BAB II
Pembahasan
2.1. Data Tutorial......................................................................................... 4
2.2. Skenario Kasus...................................................................................... 5
2.3. Paparan
I. Klarifikasi Istilah............................................................................... 8
II. Identifikasi masalah ........................................................................ 9
III. Analisis Masalah............................................................................. 10
IV. Learning Issues................................................................................ 40
V. Kerangka Konsep............................................................................ 45
BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan........................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 47
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok IKM-IKK merupakan blok 25 pada semester 6 dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang.
Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi kasus yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Adapun maksud dan
tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor
Moderator
: Roby Juniadha
Sekretaris
: Achmad Dodi M.
Hari, Tanggal
Peraturan
2.2
Skenario A
Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Suatera di Ogan Ilir yakni di desa Mjt.
Komunitas disini terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi sekitar 2000 orang. Mata
pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan. Pertanian terutama
padi sawah dan karet alam.
Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen sesuai dengan
kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang lantainya dari tanah.
Anak anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih banyak yang
telanjang kaki.
Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai Ogan, dan juga
air rawa yaitu dari sawah di sekitar desa. Sebagian besar KK memiliki sumur sendiri,
namun sumur tersebut biasanya kering di musim kemarau.
Sumber energi yang digunakan oleh penduduk untuk lampu/penerangan adalah listrik.
Untuk memasak, sebagian besar masih memakai kayu bakar, sebagian kecil memakai
kompor minyak tanah. Tapi sejak minyak tanah menjadi langka, penduduk kembali
menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang menggunakan gas LPG. Ada
sebagian masyarakat yang menggunakan briket batubara.
Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara di desa baik sekali, namun pada
bulan September sampai Desember seringkali ada serangan kabut asap yang dapat
sampai berminggu minggu.
Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu, sedangkan Puskesmas ada di
kota kecamatan sekitar 15 km ke arah Palembang.
Petugas kesehatan yang ada di desa adalah Mantri dan bidan desa. Tapi, jumlah
kelahiran yang ditolong dukun masih lebih banyak dari bidan. Peran dukun masih
cukup penting sebagai garis pertama yang melayani orang sakit.
Di desa ini pengelolaan sampah dilakukan oleh masing masing rumah tangga. Tidak
ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena di sekitar desa banyak
rawa, maka ini menjadi tempat ideal untuk buang sampah.
ISPA
Gastrointestinal dan diare
Kulit
Malaria
DHF
Tuberkulosis
Asthma
Gigi dan mulut
Hipertensi
Cidera karena kecelakaan lalu lintas
Dalam kurun waktu tahun 2010 2011, desa ini dua kali mengalami keracunan
makanan yaitu tatkala ada hajatan perkawinan yang melibatkan banyak orang.
Dari pihak kabupaten, pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum yang
bersumber dari air sumur penduduk dan hasilnya diberikan pada lampiran. Dari pihak
provinsi, juga pernah melakukan pengukuran kualitas udara tatkala ada serangan asap,
hasilnya juga diberikan di lampiran.
Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri di desa ini di tahun 2009
yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality). Menurut studi
itu, akibat penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang, sedangkan ventilasi di
dapur tidak baik, maka kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya
kadar debu halus (PM10) yang tinggi.
Akhir akhir ini sejak harga karet alam naik, desa ini kebanjiran motor yang
menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut penuturan Kades, selain
kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai mengalami budaya minuman keras dan
narkoba.
Lampiran
1. Hasil Pengujian Kualitas Air Minum
6
Parameter
Hasil Uji
E. Coli
2000/100 cc
Total Coliform
1000/100 cc
Arsen
0,05 mg/L
Fluorida
1,4 mg/L
Total Kromium
0,03 mg/L
Kadmium
0,001 mg/L
Nitrit
2 mg/L
Nitrat
25 mg/L
Sianida
0,07 mg/L
Selenium
0,01 mg/L
2. Kualitas Udara
Parameter
Waktu Pengukuran
Hasil Uji
SO2
24 jam
500 microgram/m3
CO
24 jam
30.000 microgram/m3
NOx
24 jam
200 microgram/m3
O3
1 jam
200 microgram/m3
Hidrokarbon
3 jam
100 microgram/m3
500 microgram/m3
Pb
5 microgram/m3
24 jam
2.3 Paparan
I. Klarifikasi istilah
7
1. Komunitas
sengaja dibuat untuk menembus tanah yang digunakan untuk mendapatkan air.
5. Pelayanan kesehatan: Subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative.
6. Mantri
dikehendaki.
10. Kualitas udara ruangan: Udara di dalam suatu bangunan yang dihuni atau ditempati
untuk satu periodese kurang - kurangnya 1 jam oleh orang dengan status kesehatan
yang berbeda.
11. Debu halus (PM 10) : Partikel udara dalam wujud padat yang berdiameter kurang
dari 10 mikrometer.
1. Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yakni di desa
Mjt. Komunitas disini terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi sekitar 2000 orang.
Mata pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan. Pertanian
terutama padi sawah dan karet alam. Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu
dan ada yang dari semen dan ada yang lantainya dari tanah. Anak anak dan orang
dewasa banyak yang telanjang kaki.
2. Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai Ogan, dan
juga air rawa yaitu dari sawah di sekitar desa. Sebagian besar KK memiliki sumur
sendiri, namun sumr tersebut biasanya kering di musim kemarau.
3. Sebagian besar masyarakat menggunakan kayu bakar dan ada sebagian menggunakan
briket batubara. Akibat penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang dan ventilasi
di dapur tidak baik, maka kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya
kadar debu halus (PM10) yang tinggi.
4. Pada bulan September sampai Desember seringkali ada serangan kabut asap yang
dapat sampai berminggu minggu.
5. Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu, sedangkan Puskesmas ada di
kota kecamatan sekitar 15 km ke arah Palembang. Petugas kesehatan yang ada di desa
adalah mantri dan bidan desa. Tapi, jumlah kelahiran yang ditolong dukun masih lebih
banyak dari bidan. Peran dukun masih cukup penting sebagai garis pertama yang
melayani orang sakit.
6. Pengelolaan sampah dilakukan oleh masing masing rumah tangga. Tidak ada
organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena di sekitar desa banyak rawa,
maka ini menjadi tempat ideal untuk buang sampah.
7. Dalam kurun waktu tahun 2010 2011, desa ini dua kali mengalami keracunan
makanan yaitu tatkala ada hajatan perkawinan yang melibatkan banyak orang.
8. Sejak peningkatan harga karet, jumlah motor di desa ini meningkat yang
menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi.
9. Di desa ini, mulai berkembang budaya minuman keras dan narkoba.
1. Kondisi penduduk
a. Apa saja risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan dari kondisi penduduk di Desa
Mjt?
b. Bagaimana kondisi rumah yang ideal?
c. Bagaimana nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat?
d. Apa saja langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan
ini?
e. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda?
f. Apa rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini?
2. Sumber air
a. Bagaimana standar baku untuk menentukan kualitas air di suatu daerah?
b. Bagaimana kualitas sumber air di Desa Mjt?
c. Apa saja risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kondisi sumber air di Desa Mjt?
d. Bagaimana nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat?
e. Apa saja langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan
ini?
f. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda?
g. Apa rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini?
3. Kualitas Udara
a. Bagaimana standar baku untuk menentukan kualitas udara di suatu daerah?
b. Bagaimana kualitas udara di Desa Mjt?
c. Apa saja risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kondisi udara di Desa Mjt?
d. Bagaimana nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat? Apa saja
langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan ini?
e. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda?
f. Apa rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini?
4. Petugas kesehatan
a. Siapakah yang dimaksud dengan mantri, bidan, dan dukun?
b. Bagaimana kondisi ideal petugas kesehatan di Desa Mjt?
c. Apa saja risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kondisi petugas kesehatan yang
tidak memadai kebutuhan?
d. Bagaimana nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat?
e. Apa saja langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan
ini?
f. Bagaimana nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda?
g. Apa rekomendasi pelatihan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini?
5. Pengolahan sampah
a. Bagaimana pengolahan sampah yang ideal di suatu daerah?
b. Apa saja risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kondisi pengolahan sampah di
Desa Mjt?
c. Bagaimana nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat?
d. Apa saja langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan
ini?
10
I.
Sintesis
1. Kondisi Penduduk Desa Mjt
a. Risiko Kesehatan yang dapat ditimbulkan dari kondisi penduduk di Desa Mjt
1) Lokasi desa di tepi Jalan Raya Lintas Timur Sumatera memungkinkan polusi
udara yang ditimbulkan dari asap knalpot dan debu kendaraan yang melintas
2) Kebiasaan berjalan tanpa alas kaki meningkatkan risiko kecacingan dan
trauma atau cidera.
3) Risiko kesehatan saat bekerja dapat terjadi karena mayoritas mata
pencaharian penduduk adalah pertanian dan pertukangan yang sering
berkontak dengan tanah dan debu.
11
4) Rumah di desa Mjt ada yang terbuat dari kayu ada yang dari semen
menunjukkan bahwa sebetulnya masih ada kondisi rumah yang belum sesuai
dengan kriteria rumah sehat dan layak huni.
5) Rumah yang berlantai tanah meningkatkan kelembapan udara di dalam rumah
sehingga memudahkan tumbuhnya berbagai mikroorganisme yang dapat
menimbulkan berbagai penyakit..
b. Kondisi rumah yang ideal
1) Menurut Ditjen Cipta Karya (1997) komponen yang harus dimiliki rumah
sehat adalah sebagai berikut.
a) Pondasi yang kuat guna meneruskan beban bangunan ke tanah dasar,
memberi kestabilan bangunan, dan merupakan konstruksi penghubung
antara bagunan dengan tanah;
b) Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari
pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah
panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu;
c) Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan
masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai;
d) Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau
menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan
debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan (privacy) penghuninya;
e) Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari,
minimum 2,4 m dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu,
tripleks atau gipsum;
f) Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta
melindungi masuknya debu, angin dan air hujan.
2) Adapun Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman
menurut Kepmenkes No 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut.
a) Lokasi
Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,
aliran lahar, tanah longsor, gel tsunami, daerah gempa, dll.
Tidak terletak pada daerah bekas TPA sampah atau bekas tambang.
Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran
seperti jalur pendaratan penerbangan.
b) Kualitas udara
Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
Debu dengan diameter kurang dari 10 ug maks 150 ug/m3
Debu mak 350 mm3/m2 perhari
c) Kebisingan dan Getaran
Kebisingan dianjurkan 45 dB A, mak 55 dB. A
12
Pemda:
- Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Provinsi sebaiknya
memprogramkan perumahan layak huni atau minimal rumah
percontohan yang dapat terjangkau masyarakat/rumah murah yang
berkualitas.
Hasil Uji
Kadar
Maksimum Keterangan
yang Diperbolehkan
E. coli
2000/100 cc 0/100 cc
Melebihi
Total Coliform
1000/100 cc 0/100 cc
Melebihi
Arsen
0,05 mg/L
Melebihi
Flourida
1,4 mg/L
Total kromium
0,03 mg/L
0.1 mg/L
1,5 mg/L
0,05 mg/L
Normal
Normal
0,003 mg/L
15
Kadmium
0,01 mg/L
3 mg/L
Normal
Nitrit
2 mg/L
50 mg/L
Normal
Nitrat
25 mg/L
0,07 mg/L
Normal
Sianida
0,07 mg/L
0,01 mg/L
Normal
Selenium
0,01 mg/L
Normal
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa terdapat E. Coli, total coliform,
dan arsen pada air sumur Desa Mjt melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan.
Dengan demikian, kualitas air sumur di Desa Mjt tidak baik.
Tabel Kualitas Air Sumur Desa Mjt berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990
Parameter
Hasil Uji
Kadar
Maksimum Keterangan
yang Diperbolehkan
E. coli
2000/100 cc 50/100 cc
Melebihi
Total Coliform
1000/100 cc 50/100 cc
Melebihi
Arsen
0,05 mg/L
0,05 mg/L
Normal
Flourida
1,4 mg/L
1,5 mg/L
Normal
Total kromium
0,03 mg/L
0,05 mg/L
Normal
Kadmium
0,01 mg/L
0,005 mg/L
Normal
Nitrit
2 mg/L
1 mg/L
Melebihi
Nitrat
25 mg/L
10 mg/L
Melebihi
Sianida
0,07 mg/L
0,1 mg/L
Normal
Selenium
0,01 mg/L
0,01 mg/L
Normal
Berdasarkan syarat air minum yang sehat, air sumur Desa Mjt tidak layak
konsumsi karena tidak memenuhi syarat bakteriologis dan syarat kimia air minum
yang sehat.
c. Risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kondisi air sumur di Desa Mjt
1) Bakteri E. coli dan koliform
Bakteri ini adalah flora normal yang hidup di saluran pencernaan manusia.
Apabila bakteri ini ditemukan di sumber air berarti telah terjadi pencemaran
sumber air, terutama karena pencemaran tinja (ekskreta disposal). Semakin
tinggi kontaminasi bakteri koliform terhadap sumber air maka semakin tinggi
tingkat patogenitas terhadap kesehatan manusia. Air yang bercampur bakteri ini
jika dikonsumsi bisa mengakibatkan diare, kolera, disentri, dan gangguan
pencernaan lainnya karena infeksi bakteri terhadap saluran pencernaan.
Berdasarkan data dari Puskesmas tentang sepuluh besar penyakit yang
terdeteksi di Desa Mjt, penyakit gastrointestinal dan diare berada pada urutan
kedua. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kualitas air sumur yang tidak
baik.
2) Logam berat arsen
Logam arsen jika kadarnya tinggi bisa mengakibatkan keracunan. Gejala
keracunan arsen secara akut pada saluran pencernaan berupa adanya rasa
terbakar di tenggorokan, sukar menelan, mual, muntah, diare serta rasa nyeri
yang sangat pada perut. Pada sistem kardiorespirasi akan muncul gejala nafas
berbau bawang putih, kulit kebiruan (sianosis), rasa sukar bernafas, serta
turunnya tekanan darah (hipotensi) akibat dari peningkatan kebocoran pembuluh
darah. Gejala keracunan arsen pada sistem saraf yaitu mulai dari penurunan
kesadaran, koma, dan sampai kejang. Adanya kerusakan ginjal secara akut,
dehidrasi akibat muntah dan diare, serta hemolisis darah akan dapat
menimbulkan shock yang fatal. Jika tidak mendapat pertolongan yang sesuai
maka kondisi ini dapat mengakibatkan kematian mendadak.
d. Nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat
Memperhatikan sumber air yang layak untuk digunakan dan dikonsumsi yang
sebaiknya bukan dari air rawa atau sumur yang tercemar
Melakukan dan menerapkan cara pengolahan air minum yang baik. Sebaiknya
ditampung terlebih dahulu, diendapkan atau disaring, kemudian dimasak agar
mikroorganisme yang terlarut di dalamnya mati.
Swadaya penyaringan air. Penduduk Desa Mjt dapat membuat secara mandiri
penyaringan air untuk menyaring air dari sungai jika musim kemarau tiba dan
sumur kering.
Membangun kolam penampungan air atau tangki penampungan air untuk
menjamin pasokan air desa selama musim kemarau. Ukuran kolam atau tangki
dapat diestimasi dengan memperkirakan kebutuhan air warga selama musim
kemarau. Kebutuhan air domestik adalah sekitar 100L/orang/hari. Kebutuhan
17
air warga desa yang berpenduduk 2000 orang dalam waktu 1 hari adalah
200.000 liter atau 200 m3. Bila diperkirakan musim kemarau berlangsung antara
bulan April September (6 bulan), maka kebutuhan air penduduk selama musim
kemarau adalah sekitar 36.000 m3. Maka dari itu, kita harus mempersiapkan
kolam atau tangki penampungan air dengan daya tampung minimal 36.000 m3.
Membuat kakus septik tank dengan prinsip yang tepat guna menghindari
pencemaran sumber air oleh bakteri Escherichia coli dan coliform. Beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam membuat septik tank:
o
Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah
bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di
atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak
ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
o
Bila daerahnya datar, jarak minimal septik tank dengan sumber air adalah
10 meter dan sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering digenangi
banjir. Pada daerah yang sering banjir, lantai jamban harus dibuat lebih
tinggi dari permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.
Dinding septik tank hendaklah tidak tembus air (disemen) agar air tidak
merembes masuk ke tanah sekitar, tetapi ditampung terlebih dahulu pada
tangki sebelum akhirnya masuk ke saluran pembuangan. Bagian atas
septik tank harus ditutup rapat guna menghindari serangga dan bau.
Septik tank dapat menggunakan prinsip septik tank ganda sehingga bila
salah satu septik tank penuh, kita dapat menggunakan tank yang lain. Bak
penampung yang telah penuh dapat ditutup dan didiamkan beberapa lama
agar kotoran dapat menjadi kompos. Kompos dapat digunakan untuk
pupuk pada tanaman karet warga. Bak yang telah dikosongkan dapat
digunakan kembali. Prinsip lain yang dapat digunakan adalah septik tank
3 ruang.
Untuk membuat sumur yang baik untuk suatu desa dapat menggunakan prinsip
berikut:
Bagian atas sumur hendaklah ditutup dengan concrete (semen).
Buat sebuah lubang khusus untuk memasukkan klorin guna membunuh
bakteri di dalam air. Klorinasi dilakukan secara berkala setiap 2 - 3 minggu
dengan menggunakan wadah kecil (gentong kecil) yang dilubangi sebanyak
6 8 lubang pada bagian bawahnya dengan diameter 5 mm. Gentong diisi
batu, pasir ditambah larutan pemutih atau kaporit dengan perbandingan 1 kg
kaporit dan 2 kg pasir, lalu ditutup batu lagi pada bagian atasnya.
Di tepian, ada saluran drainase agar air kotor dari kegiatan mencuci tidak
masuk ke dalam sumur kembali.
19
Untuk mengatasi tingginya kadar arsen pada air, dapat digunakan penyaring
SONO filter yang memiliki struktur sebagai berikut:
20
Air dimasukkan melalui bagian atas dan akan mengalir melalui penyaring
tersebut sebelum akhirnya keluar pada bagian bawah. Air yang keluar pada
bagian bawah akan bebas arsenik karena arsenik akan diikat oleh lapisan besi
berpori pada filter tersebut (CIM).
e. Langkah yang harus dilakukan Puskesmas
Upaya promosi kesehatan : Pembentukan kader sanitarian berkoordinasi
dengan Puskesmas pembantu. Mengadakan penyuluhan mengenai air bersih,
bagaimana kriteria sumber air bersih, bagaimana cara memilih sumber air yang
tepat. Masyarakat diberi larangan membuang hajat dan sampah pada sumber air
desa.
Upaya kesehatan lingkungan: mengupayakan pengukuran kualitas sumber air
baku secara berkala minimal 2 kali dalam 1 tahun. Untuk sumber air minum,
pengukuran sebaiknya dilakukan 1 bulan sekali untuk parameter mikrobiologi
dan parameter fisik serta 6 bulan sekali untuk parameter kimia wajib dan kimia
tambahan. Hasil pengukuran dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setiap bulan dan kemudian dilaporkan oleh Dinkes
Kabupaten/Kota kepada Dinas Kesehatan Provinsi setiap 6 bulan.
Berkoordinasi aktif dan secara berkala melakukan kunjungan dan inspeksi ke
Puskesmas Pembantu(Pustu) yang ada di desa Mjt untuk mendata dan
mengevaluasi bagaimana upaya manajemen kesehatan yang dilakukan oleh
Puskesmas pembantu tersebut.
21
Hasil Uji
Keterangan
Melebihi
SO2
24 jam
365 g/Nm3
500 g/Nm3
CO
24 jam
10.000 g/Nm3
NOx
24 jam
150 g/Nm3
200 g/Nm3
Melebihi
O3
1 jam
235 g/Nm3
200 g/Nm3
Normal
Hidrocarbon
3 jam
160 g/Nm3
100 g/Nm3
Normal
230 g/Nm3
500 g/Nm3
Melebihi
Pb
2 g/Nm3
5 g/Nm3
Melebihi
24 jam
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa kualitas udara di Desa Mjt adalah tidak
baik.
22
Parameter
Waktu
Baku Mutu
Pengukuran
CO (Karbon Monoksida)
O3 (Oksidan)
1 Jam
900 ug/m3
24 Jam
365 ug/m3
1 Thn
60 ug/m3
1 Jam
30.000 ug/m3
24 Jam
10.000 ug/m3
1 Thn
1 Jam
400 ug/m3
24 Jam
150 ug/m3
1 Thn
100 ug/m3
1 Jam
235 ug/m3
1 Thn
50 ug/m3
HC (HidroKarbon)
3 Jam
160 ug/m3
24 Jam
150 ug/m3
24 Jam
65 ug/m3
1 Thn
15 ug/m3
24 Jam
230 ug/Nm3
1 Thn
90 ug/m3
24 Jam
2 ug/m3
1 Thn
1 ug/m3
30 hari
10 Ton/km2/Bulan
9.
TSP (Debu)
Pb
Dustfall
(Debu Jatuh )
(Pemukiman)
23
20 Ton/km2/Bulan
(Industri)
10
24 Jam
3 ug/m3
90 hari
0,5 ug/m3
11.
Fluor Indeks
30 hari
12.
24 Jam
150 ug/m3
13.
Sulphat Indeks
30 hari
1 mg SO3/100 cm3
Berdasarkan data diatas, kandungan udara di desa ini yang tidak memenuhi standar
baku mutu udara ambien adalah :
24
5) Bagi masyarakat yang tidak mampu mengikuti program konversi dari bahan
bakar tradisonal ke bahan bakar menggunakan gas, kita dapat mengajarkan
mereka untuk membuat ventilasi yang cukup di dapur guna mengurangi jumlah
asap yang masuk ke ruangan rumah yang lain.
6) Penggunaan cerobong asap pada tempat memasak juga dapat membantu. Bila
tidak memungkinkan, pertimbangkan untuk membuat tempat memasak di luar
rumah.
f. Langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk mengatasi permasalahan ini
Puskesmas dapat melakukan beberapa hal berikut.
1) Penyuluhan tentang pemakaian masker atau penutup hidung dan mulut pada saat
terjadi serangan asap kabut
2) Membagikan masker secara berkala untuk mengantisipasi serangan kabut asap
berulang,
3) Memberikan penyuluhan mengenai bahaya polusi udara dalam ruangan.
4) Identifikasi atau skrining kasus tuberkulosis paru baru dan penyakit ISPA.
5) Berkoordinasi aktif dan secara berkala melakukan kunjungan dan inspeksi ke
Puskesmas Pembantu(Pustu) yang ada di desa Mjt untuk mendata dan
mengevaluasi bagaimana upaya manajemen kesehatan yang dilakukan oleh
Puskesmas pembantu tersebut.
g. Nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda
1) Dinkes: persiapan tenaga kesehatan dalam manajemen pasien ISPA terutama
pada musim kemarau dan serangan asap kabut.
2) Pemda: mengajukan permohonan bantuan kepada Pemda untuk membantu
program konversi di desa Mjt ini dengan memberikan bantuan stimulan kepada
warga berupa kompor gas dan regulator LPG. Pemda juga harus dapat
menjamin pasokan LPG bersubsidi ke daerah tersebut sehingga harga LPG
terkontrol dan mampu dijangkau masyarakat.
h. Rekomendasi pelatihan khusus
Pelatihan khusus yang direkomendasikan adalah pelatihan
pemeriksaan, dan penggunaan kompor gas LPG (Pemda).
pemasangan,
4. Petugas Kesehatan
a. Definisi Mantri, Bidan, dan Dukun
1) Menurut KBBI, mantri kesehatan adalah pegawai yang kerjanya sebagai
pembantu dokter dalam pelayanan kesehatan; perawat kepala (biasanya lakilaki.
2) Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah
seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah
dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki
kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi, dan atau secara sah
mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
26
Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab dan akuntabel
yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan
dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi
baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi
persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan
medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,
tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.
Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang
tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau
kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
3) Dukun adalah seseorang yang membantu masyarakat dalam penyembuhan
penyakit melalui kekuatan supranatural (Wikipedia). Kebudayaan dukun setua
kebudayaan manusia. Dukun banyak terbagi dalam macam dan aliran, dukun
beranak (bidan desa), dukun pijat, dukun ramal, dukun pawang hujan, dukun
pawang hujan, dukun pelet, dukun santet, dukun kanuragan , dukun pesugihan
dan masih banyak lagi.
b. Kondisi Ideal Petugas Kesehatan di Desa Mjt
1) Berdasarkan Undang-Undang Tenaga Kesehatan No. 39 tahun 2009,
Pasal 23 Ayat (3)
Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib
memiliki izin dari pemerintah.
Pasal 24 Ayat (1)
Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi
ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan,
standar pelayanan, dan standar prosedur operasional.
2) Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996,
(1) Tenaga kesehatan terdiri dari:
a. Tenaga medis;
b. Tenaga keperawatan;
c. Tenaga kefarmasian;
d. Tenaga kesehatan masyarakat;
e. Tenaga gizi;
f. Tenaga keterapian fisik
(2) Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.
(3) Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.
(4) Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi, dan asisten apoteker.
(5) Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiologi kesehatan, entomolog
kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator
kesehatan, dan sanitarian.
(6) Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.
(7) Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasioterapis, dan terapis
wicara.
(8) Tenaga teknisi medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis, analis kesehatan, refleksionis optisien, otorik prostetik, teknisi
transfusi dan perekam medis.
27
luas wilayah;
kebutuhan kesehatan;
jumlah dan persebaran penduduk;
pola penyakit;
pemanfaatannya;
fungsi sosial; dan
kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.
28
29
5) Mengalokasikan sumber daya pendukung seperti alokasi dana dan sarana yang
memadai.
g. Rekomendasi Pelatihan Khusus
Peningkatan kualitas SDM, baik dari segi peningkatan pengetahuan maupun
pelayanan kesehatan.
5. Pengelolaan Sampah
a. Pengolahan sampah yang ideal
Beberapa hal yang wajib diperhatikan dalam mengelola tempat sampah rumah
tangga atau tempat pembuangan sampah pribadi adalah sebagai berikut.
Ditinjau dari segi teknik operasional, pengelolaan sampah yang ideal meliputi
kegiatan pewadahan sampai pembuangan akhir. Operasional bersifat terpadu
karena setiap proses tidak dapat berdiri sendiri. Di dalam pengelolaan sampah
harus diperhitungkan tenaga, alat-alat, dan biaya. Pengelolaan sampah ini sangat
penting untuk keberhasilan program penanggulangan sampah pada suatu daerah.
Menurut SK SNI T-13-1990-F, tata cara pengelolaan teknik sampah di perkotaan
meliputi dasar-dasar perencanaan untuk kegiatan-kegiatan pewadahan sampah,
pengelolaan sampah dan pembuangan akhir sampah.
31
Timbunan
Sampah
Pewadahan
Pemindahan dan
pengangkutan
Pemanfaatan
Pengumpulan
32
2) Sampah yang dibuang ke rawa dapat mencemari air rawa yang menjadi salah
satu sumber air Desa Mjt sehingga meningkatkan risiko penyakit kulit dan
keracunan.
c. Nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat
1) Pembersihan rutin lingkungan desa dengan menggalakkan gotong royong
melakukan bakti desa.
2) Himbauan untuk membuang sampah pada tempatnya, tidak membuang sampah
ke rawa atau sumber air lainnya.
3) Pembentukan tempat pembuangan akhir sampah khusus Desa Mjt.
d. Langkah yang harus dilakukan Puskesmas
Dengan mengetahui beberapa risiko kesehatan akibat sampah yang tidak terkelola
dengan baik, Puskesmas harus mewaspadai adanya lonjakan penyakit infeksi atau
keracunan. Dengan demikian Puskesmas harus mempersiapkan:
1) Pengobatan yang memadai untuk penyakit infeksi yang sering terjadi di Desa
Mjt.
2) Melakukan penyuluhan dan penggalakan pola perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS).
3) Melaporkan kondisi kesehatan desa ke pejabat setempat beserta rekomendasi
yang diajukan.
e. Nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda
1) Dinkes: penyediaan tenaga sanitarian yang dapat memberi pelatihan atau
penyuluhan tentang higiene dan sanitasi lingkungan.
2) Pemda: menyediakan tempat pembuangan sampah dengan ketentuan minimal
sebagai berikut.
Dibangun di jenis tanah kedap air, di daerah yang tidak produktif untuk
pertanian, dan bebas banjir
Dapat dipakai minimal 5-10 tahun,
Tidak membahayakan atau mencemarkan sumber air,
Jarak tempat pembuangan akhir sampah dari daerah pusat pelayanan 10 km.
f. Rekomendasi pelatihan khusus
Pelatihan atau penyuluhan yang dapat dilakukan adalah mencakup hal-hal berikut.
1) Membuang sampah pada tempatnya serta pengelolaannya yang tepat.
2) Penyuluhan tentang higiene dan sanitasi lingkungan
3) Penyuluhan tentang 3R ( Re-use, Recycle, Reduce )
4) Pelatihan warga terutama pemuda untuk mengolah atau mendaur ulang sampah
menjadi kompos atau benda lain yang bernilai ekonomi tinggi sehingga dapat
meningkatkan pendapatan desa.
6. Keracunan Makanan
a. Faktor risiko penyebab keracunan makanan di Desa Mjt
Beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab terjadinya keracunan makanan di
Desa Mjt adalah sebagai berikut.
33
1) Sumber air yang tercemar E. coli karena air yang digunakan kemungkinan
merupakan resapan aliran sungai yang juga dipakai sebagai kebutuhan MCK,
2) Pembuangan sampah ke rawa yang juga merupakan sumber air minum ketika
musim kemarau. Rawa yang menjadi tempat pembuangan sampah dapat
menjadi tempat berkembang biak vektor patogen penyakit seperti lalat yang
menyebarkan penyakit ke makanan warga.
3) Pada acara pesta pernikahan di Desa Mjt kemungkinan menggunakan air yang
banyak mengandung patogen penyakit sehingga menimbulkan keracunan
makanan.
b. Nasihat spesifik yang dapat disampaikan kepada masyarakat
Karena penyebab keracunan kemungkinan berasal dari makanan atau minuman
yang terkontaminasi patogen, nasihat yang perlu disampaikan kepada masyarakat
adalah sebagai berikut.
1) Mengolah makanan dengan higiene yang baik termasuk mencuci bahan dan
peralatan masak,
2) Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan,
3) Menghindari hinggapan lalat atau hewan-hewan yang mungkin menjadi vektor
pada makanan dengan cara menutup makanan sebelum dihidangkan.
c. Langkah yang harus dilakukan Puskesmas
Puskesmas sebaiknya melakukan hal-hal berikut.
1) Pelatihan ibu-ibu Desa Mjt untuk mencuci bahan makanan yang higienis
2) Penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan,
3) Melakukan investigasi jika terjadi keracunan ulang.
d. Nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda
1) Dinkes: mempersiapkan tenaga kesehatan dalam investigasi keracunan
makanan.
2) Pemda: mendukung sarana dan prasarana yang berperan dalam pencegahan
terjadinya kasus keracunan makanan. Misalnya, membangun tempat
pembuangan sampah umum.
e. Rekomendasi pelatihan khusus
Pelatihan yang direkomendasikan adalah pelatihan manajemen kegawatdaruratan
pada pasien keracunan makanan.
7. Kebiasaan Masyarakat
a. Risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kebiasaan masyarakat di Desa Mjt
1) Kebiasaan masyarakat Desa Mjt ini tidak baik karena cenderung konsumtif dan
tidak bertanggung jawab. Kebiasaan membeli kendaraan ketika panen dan
penghasilan tinggi beresiko meningkatkan angka kecelakaan lalu lintas.
2) Kebiasaan minum-minuman keras beresiko penurunan daya ingat, perasaan
was-was, kesulitan memecahkan masalah, stroke, impoten, mandul, penyakit
34
36
Lampiran-lampiran
37
38
II. Hipotesis
Desa Mjt berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan lingkungan.
39
III.
Learning Issue
KESEHATAN LINGKUNGAN
A. DEFINISI
-Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :
1. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan
agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang
sehat dan bahagia.
B. RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN
-Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan, yaitu :
1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan
sanitasi
yang
berhubungan
dengan
keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
-Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22
ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :
1. Penyehatan Air dan Udara
40
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2)
3)
4)
5)
42
4. Pembuangan Sampah
-Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktorfaktor /unsur, berikut:
Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah
adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk
sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi
Penyimpanan sampah
Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
Pengangkutan
Pembuangan
-Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui
hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan
masalah-masalah ini secara efisien.
5. Serangga dan Binatang Pengganggu
-Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian
disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk
Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah
Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis.
Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan merancang
rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang
dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan
3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah
penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida
untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
-Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat
menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara
perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat
menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi
bakteri penyebab.
6. Makanan dan Minuman
43
-Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa
boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan
atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang
disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
-Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan
meliputi :
Persyaratan lokasi dan bangunan
Persyaratan fasilitas sanitasi
Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan pengolahan makanan
Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan peralatan yang digunakan
Pencemaran Lingkungan
-Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,
pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution
dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem
perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih
berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia
cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat
pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu
faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.
44
Kerangka Konsep
Mata pencaharian utama :
pertanian (sawah dan karet)
dan pertukangan
Harga karet
Peningkatan daya
beli sebagian
masyarakat
Jumlah motor
Kecelakaan
Pengguna alkohol
dan minuman
keras
Cidera akibat
kecelakaan
lalu lintas
Tidak ada organisasi
khusus sampah, buang
sampah ke rawa
Banyak tempat
perkembangbiak
an vektor
(nyamuk)
Sebagian rumah
berlantai tanah
penggunaan kayu
bakar dan briket u/
memasak
Perkembangbiakan
bakteri dan jamur
saat musim hujan
Debu (termasuk PM
10) di dalam rumah
Iritasi saluran
napas dan paru
Kualitas udara
Penyakit Kulit
Pencemaran
sumber air
Tidak menggunakan
alas kaki
Tingkat ekonomi
rendah
Sumber air
domestik tidak
layak
ISPA, Asthma
Sumur: E. Coli (+),
arsen (0,05 mg/L)
Gastrointestinal dan
diare
Di sekitar
desa banyak
rawa
Malaria, DHF
Sumur kering
di musim
kemarau
Sanitasi
makanan jelek
Keracunan makanan
(2010 - 2011)
Penggunaan air
rawa sebagai
sumber air
Tuberkulosis
Penularan TBC
Kader dan
Nakes kurang
45
Persalinan dibantu
nakes
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Masalah Kesehatan Lingkungan yang kompleks di desa Mjt terjadi karena perilaku dan
pengetahuan individu, dan peran tenaga kesehatan serta kepatuhan pada perundangundangan yang berlaku tidak berjalan sinergi.
46
DAFTAR PUSTAKA
World
Health
Organization
(WHO).
Environmental
Health.
Disitasi
dari
47