Latar Belakang
Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu
baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon
ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi
lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol (http://www.dasar2ilmutanah.com).
Tanah adalah tubuh alam merupakan kulit bumi, dimana manusia, hewan dan tumbuhtumbuhan dapat hidup. Kehidupan manusia tergantung pada tanah dan sebaliknya baik
buruknya tanah tergantung kerpada manusia dan pengelolaannya, sehingga bukan
kebalikannya yang terjadi, yakni kesalahan dalam pengelolaannya akan dapat mengakibatkan
kerusakan-kerusakan pada tanah ditinjau dari kesuburan dan produktivitasnya (Hasibuan,
2006).
Tanah Entisol merupakan tanah yang relatif kurang menguntungkan untuk pertumbuhan
tanaman, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan produktivitasnya dengan jalan
pemupukan. Sistem pertanian konvensional selama ini menggunakan pupuk kimia dan
pestisida yang makin tinggi takarannya.
Tanah pertanian merupakan ekosistem tersubsidi yang diperlukan untuk membuat kondisi
optimum yang diinginkan dengan tujuan efisiensi produsen pada tingkat batas maksimum.
Subsidi itu tentu saja sangat diperlukan, lebih-lebih dengan waktu singkat harus
menghasilkan, seperti pada kebanyakan tanaman semusim antara 60 90 hari saja
sumbsistem produsen mencapai kemasakan dan efisiensi fotosintesis menurun karena umur
(Hanum, 2009
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari paper ini adalah untuk mengetahui sifat fisik, kimia, dan
biologi pada tanah Ensiptisol, Andisol, Insetisol, Ultisol, Tanah Sawah dan Tanah Rawa
Pasang Surut di Laboratorium Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Kegunaan Penulisan
Merupakan salah satu tugas di Laboratorium Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Sifat Fisik, Kimia, Dan Biologi Berbagai Jenis TanahSifat Fisik, Kimia, Dan
Biologi Berbagai Jenis Tanah
I.Tanah Entisol
. Peningkatan takaran ini menyebabkan terakumulasinya hara yang berasal dari
pupuk/pestisida di perairan maupun air tanah, sehingga mengakibatkan terjadinya
pencemaran lingkungan, sementara yang lain belum tertarik karena belum mengetahui
manfaatnya terutama terhadap perbaikan sifat tanah (Pradopo, 2000).
Sifat Kimia
. Nilai ratio C/N tergolong sedang sampai tinggi, kandungan P potensial bervariasi sebagian
rendah sampai sangat rendahdan sebagian sedang sampai tinggi. Demikian juga dengan K
potensial. Jumlah basa dapat tukar, KB dan KTK juga bervariasi dari rendah sampai tinggi.
Potensi kesuburan Entisol sangat bervariasi tergantung komposisi bahan dari sedang sampai
tinggi. Psmment umumnya lebih miskin hara, sedangka orthens dan fluvens bervariasi dari
sedang sampai tinggi (Damanik, dkk).
P tersedia tanah. Hasil analisis statistik dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test)
menunjukkan bahwa terdapat beda nyata antar perlakuan. Budidaya organik nyata
meningkatkan P tersedia tanah. Peningkatan P tersedia ini dapat terjadi karena pelepasan P
dari bahan organik yang ditambahkan, juga karena terjadinya pengaruh tidak langsung bahan
organic terhadap P yang ada dalam kompleks jerapan tanah. (Hardjowigeno, 1992).
Sifat Fisika
Tanah entisol dari berbagai wilayah menunjukkan bahwa sifat tanahnya tergantung dari
komposisi bahan endapan yang membentuknya. Entisol memiliki khas tekstur yang sangat
beragam, dari berpasir, berliat sampai lempung dengan kandungan debu tinggi (Damanik,
dkk, 2010).
Selain diatas sifat fisik lainnya adalah :
a.Tanah ultisol pada umum nya berwarna kelabu.
b.Tanah ultisol berstruktur gugat kuat, gumpal gumpal bersudut.
c.Agregat tanah kurang stabil.
d.Permeabilitas relative rendah.
e.Kandungan liat tinggi.
(Soepardi, 1983).
Sifat Biologi
Tanah relatif kurang menguntungksan bagi pertumbuhan tanaman, banyak diusahakan di
daerah persawahan, mempunyai konsistensi lepas-lepas, Tadah hujan pada daerah dataran
rendah
II.Tanah Andisol
Sifat Kimia
Kandungan P dan K potensial bervariasia, mulai rendah sampai tinggi. Jumlah basa dapat
tukar, tergolong sedang sampai tinggi. Jumlah basa dapat tukar tergolong sedang sampai
tinggi dan didominasi ion Ca dan Mg, juga sebagian K. KTK tanah sebagian besar sedang
sampai tinggi, dengan KB sedang. Dengan demikian potensial kesuburan Andisols dinilai
tergolong sedang sampai tinggi (Damanik, dkk, 2010).
Reaksi tanah. Untuk penetapan klasifikasi tanah tingkat seri, reaksi tanah (pH)
dikelompokkan atas 2 kelas, yaitu (1) tanah masam pH < 5.5; dan (2) tanah tidak masam pH
>5.5 (Hardjowigeno et al, 1996). Andisol Cikajang (Dn-1, Dn-2, dan Dn-3) umumnya
bereaksi tidak masam dengan kisaran pH antara 5.7-6.0. Sedangkan Andisol Cikole (Dn-4dan
Dn-5) bereaksi masam kisaran pH antara 4.7-5.2 (Safuan, 2005).
Sifat Fisika
Sifat tanah andisol yaitu :
a. Warna tanah pada umumnya hitam kelam.
b.Sangat berporous.
c.Kerapatan lindak : rendah.
d.Tekstur tanah berlempung.
e.Porositas, permeabilitas, dan stabilitas agregat tinggi (Hardjowigeno, 1989).
f.
Sifat Biologi
Sampai kedalaman 80 cm oleh plagioklas intermedier, dan opak pada kedalaman 106-190
cm, mineral lainnya augit dan hiperstin. Amfibol hijau dan plagioklas intermedier pada pedon
Dn-4 dan Dn-5 relatif dominan, mineral lainnya augit, opak, gelas volkan dan hiperstin
(Sutriadi dan Suradikarta, 2007).
III.Tanah Inceptisol
Sifat Kimia
pH mendekati netral atau lebih (pH < 4 tanah bermasalah) Kejenuhan basa kurang dari 50 %
pada kedalaman 1,8 m COLE antara 0,07 dan 0,09 BO tingi (1,64 %-7,78%)
(http:www.dasartanah.com) . Kandungan P potensial rendah sampai tinggi dan K potensial
sangat rendah sampai sedang. Kandungan P potensial umumnya lebih tinggi daripada K
potensial, baik lapisan atas maupun lapisan bawah. Kapasitas Tukar Kation (KTK) sedang
sampai tinggi disemua lapisan. Kejenuhan basa (KB) rendah sampai tinggi. Secara umum
disimpulkan kesuburan alami Inceptisol bervariasi dari rendah sampai tinggi (Damanik, dkk,
2010). Sifat Fisika Sebagian besar inceptisol menunjukkan kelas tekstur berliat dengan
kandungan liat cukup tinggi (35-78%) tetapi sebagian termasuk berlempung halus dengan
kandungan liat lebih rendah (18 35 %) (Damanik, dkk, 2010). Sifat Biologi Masih terdapat
bahan induk sehingga masih banyak mikroorganisme pendekomposisi sisa tumbuhan Tanah
yang masih banyat terdapat bahan induk termasuk serasah tumbuhan. Masih terdapat bahan
induk sehingga masih banyak mikroorganisme pendekomposisi sisa tumbuhan
((Hardjowigeno,1989). IV.Tanah Ultisol Sifat Kimia Kandungan P potensial sangat rendah,
dan K potensial bervariasi sangat rendah sampai rendah disemua lapisan tanah. Jumlah basa
dapat tukar tergolong sangat rendah disemua lapisan. KTK tanah disemua lapisan termasuk
rendah dan KB sangat rendah, kecuali lapisan atas termasuk rendah sampai sedang. Dengan
demikian potensi kesuburan ultisol dinilai sangat rendah sampai rendah (Damanik, dkk,
2010). Sifat Fisika Data analisis tanah ultisol dari berbagai wilayah menunjukkan bahwa sifat
tanahnya bergantung dari bahan induks (batu liat atau pasir). Ultisol memiliki kelas tekstur
yang bervariasi dari berlempung halus sampai berliat (Damanik, dkk, 2010). Defisiensi
magnesium pada tanaman juga dapat terjadi pada tanaman yang ditanam pada tanah yang
mempunyai perbandingan Ca/Mg dapat ditukar sangat besar. Perbandingan yang ideal adalah
tidak labih dari 7:1. Pada sebagian basar humid, tanah bertekstur besar dan dikapur kalsit
terus-menerus dapat meyebabkan gangguan Ca dan Mg yang akhirnya menyebabkan
defisiensi Mg .Tanah ultisol pada umum nya berwarna kelabu. Tanah ultisol berstruktur gugat
kuat, gumpal gumpal bersudut. Agregat tanah kurang stabil. Permeabilitas relative rendah
Kandungan liat tinggi (Hardjowigeno,1989). Sifat Biologi Sifat-sifat biologi dari ultisol
adalah.Selulosa, zat pati, gula, protein, sukar didekomposisikanJasad heterotropik ( bakteri,
fungi, aktinomisetes ) lebih banyak daripada jasad autotropik. (Sutriadi dan Suradikarta,
2007). V.Tanah Sawah Sifat Kimia Dalam tanah yang mengandung udara cukup, oksigen
yang bertindak sebagai penerima elektron, sehingga Fe dan Mn tidak tereduksi dan tidak
mengalami translokasi. Tanah sawah kahat udara karena dijenuhi air dan karena berstruktur
lumpur tidak ada pori-pori yang mengantarkan udara masuk ke dalam tanah (Damanik, dkk,
2010). Sifat Fisika Kecuali itu, karena penggunaan tanah sebagai sawah umumnya tidak
dilakukan sepanjang tahun, tetapi bergiliran dengan tanaman palawija (lahan kering) atau
bera, maka perubahan-perubahan tersebut dapat dibedakan menjadi: (1) perubahan sementara
dan (2) perubahan permanen (Sutriadi dan Suradikarta, 2007). .Dalam proses pelumpuran,
pori-pori makro pada dasarnya hilang. Sekitar 91 100% volume yang ditempati pori-pori
makro hancurkan akibat pelumpuran sehingga porositas kapiler meningkat sekitar 223%.
Dengan denikian air dapat masuk dengan leluasa (Damanik, dkk, 2010). Sifat Biologi
Susunan mikroba di dalam tanah sebagian besar terdiri dari bakteri, fungi, dan mikroalga.
Populasi mikroba dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba yaitu: 1) jumlah dan macam zat hara, 2) kelembaban, 3) tingkat
aerasi, 4) suhu, 5) pH, dan 6) perlakuan pada tanah seperti penambahan pupuk atau
banjir yang dapat menyebabkan peningkatan jumlah mikroba.
(http://www.dasar2ilmutanah.com). VI.Tanah Rawa Pasang Surut Sifat Kimia KTK Tanah.
Tanah dilokasi penelitian memiliki kapasitas tukar kation (KTK pH 7). Semakin tinggi
dengan meningkatnya kedalaman tanah. Pada pedon secara keseluruhan, nilai kapasitas tukar
kation tergolong tinggi dengan kisaran 30.13 40.34 me/100g tanah. Peningkatan nilai KTK,
disebabkan oleh makin meningkatnya liat dan kandungan bahan organic dengan
meningkatnya kedalaman tanah. Walaupun kandungan litany melebihi 15%, tetapi KTK
efektik > 12 me/100g tanah dan KTK NH4OAc (pH 7) > 16 me/100g tanah, sehingga tidak
memenuhi syarat sebagai horizon oksi (Hasibuan, 2008).
Menurut Soil Taxonomy (Soil Survey Staff 1998), tanah gambut adalah tanah yang tersusun
dari bahan organik dengan ketebalan minimal 40 atau 60 cm, bergantung pada bobot jenis
(BD) dan tingkat dekomposisi bahan organik. Sedangkan bahan organik adalah:
1)Apabila dalam keadaan jenuh air, mempunyai kandungan C-organik paling sedikit 18% jika
kandungan liatnya 60% atau lebih; atau mempunyai Corganik 12% atau lebih jika tidak
mempunyai liat; atau mempunyai C-organik lebih dari {12 + (% liat x 0, 10)}% jika
kandungan liat 060%.
2) Apabila tidak jenuh air, mempunyaikandungan C-organik minimal 20%.
(Sutriadi dan Suradikarta, 2007).
Sifat Fisika
Warna Tanah. Warna tanah dari atas ke bawah pada masing-masing horizon menunjukkan
adanya perubahan warna yang mengarah ke warna lebih hitam. Secara menyolok lapisan atas
tanah berwarna coklat kelabu (10YR5/2 10YR4/1), sedangkan horizon di bawahnya
berwarna kelabu kehitaman hingga kelabu hitam (2.5Y4/0 2.5Y3/0). Hal ini terjadi akibat
adanya proses reduksi secara permanent terendam air (water loged), sehingga warna kelabu
(gley) yang semakin kuat. Karena walau warna tanah lapisan atas mempunyai value lebih
rendah dari 3.5 (lembab), tetapi tidak bisa masuk dalam enam kategori epipedon yang lain,
sehingga dimasukkan dalam ketegori epipedon (Safuan, 2005).
Sifat Biologi
Pengelolaan keharaan N lahan basah tentu tidak hanya melibatkan potensi jasad renik
penambat N2 saja. Jasad renik adalah pelaku utama dari siklus N sehingga regulasi atau
pengendalian siklus hara tersebut dapat dilakukan melalui pengendalian kita terhadap
populasi dan aktivitas jasad renik yang terlibat atau yang ada di lingkungan tersebut (Tisdale,
et all, 1985).
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1.Tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman yang memiliki sifat yang beragam.
2.Kesuburan tanah dapat diperoleh dengan pengelolaan yang tepat
3.Tanah Andisol merupakan tanah yang kaya akan bahan organik
4.Tanah lahan rawa perlu reklamasi agar dapat diolah kembali
5.Jenis Tanah mempengaruhi jenis tanaman yang diatasnya
SARAN
Pengelolaan tanah yang tepat, efektif dan evisien sangat diperlukan agar tercapai produksi
yang diinginkan
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, MMB., Hasibuan, B.E., Fauzi, Sarifuddin, Hanum, H., 2010. Kesuburan Tanah dan
Pemupukan. USU Press. Medan.
http:www.dasar2tanah.com diakses tanggal 5 April.2010
Hasibuan, BE., 2008. Pengelolaan Tanah dan Air Lahan Marginal. USU Press. Medan.
Hasibuan, BE.,2006. Ilmu Tanah. USU Press. Medan.
Hanum. C., 2009. Ekologi Tanaman. USU Press. Medan
Hardjowigeno, S., 1989. Ilmu Tanah (edisi revisi). Media Sarana Perkasa, Jakarta.
Safuan, La Ode. 2005. Pengapuran Tanah. Diakses pada tanggal 3 April 2010.
Diposkan oleh lam 'alif di 03.53
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya
lam 'alif
Lihat profil lengkapku
Pengikut
Arsip Blog
2011 (22)
o Maret (19)
AGROEKOSISTEM
Salinitas
Pencemaran Air
kultur anther
Sterilisasi
o Februari (3)
Sifat kimia dan fisika tanah gambut merupakan sifat-sifat tanah gambut yang
penting diperhatikan dalam pengelolaan lahan gambut. Sifat kimia seperti pH,
kadar abu, kadar N, P, K, kejenuhan basa (KB), dan hara mikro merupakan
informasi yang perlu diperhatikan dalam pemupukan di tanah gambut.
Sifat fisika gambut yang spesifik yaitu berat isi (bulk density) yang rendah
berimplikasi terhadap daya menahan beban tanaman yang rendah. Selain itu
agar tanah gambut dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang lama,maka
laju subsiden (penurunan permukaan tanah) dan sifat mengering tidak balik
(irreversible drying) perlu dikendalikan agar gambut tidakcepat habis.
permeabilitas dan kapasitas infiltrasi tanah sehingga tanah lebih mudah tererosi.
Penyerapan air oleh akar berkurang dan air lebih banyak terkumpul pada permukaan
tanah sehingga mudah hilang akibat proses evapotranspirasi. Penurunan kandungan N
dalam tanah juga terjadi karena meningkatnya denitrifikasi sehingga penguapan N ke
atmosfir meningkat (Makineci et al., 2008). Pemadatan tanah dapat pula terjadi
karena adanya penggembalaan yang tidak terkendali (over grazing), walaupun akibat
yang ditimbulkan lebih ringgan dari pada penggunaan alat berat.
7. Salinitas tanah
Masalah salinitas tanah umum terjadi di bidang pertanian di seluruh dunia karena
menyebabkan penurunan produktivitas dan hasil panen terutama di daerah kering
(arid-semi arid). Menurut Salisbury and Ross (1995) adanya penimbunan garam
dalam tanah menyebabkan tumbuhan mengalami masalah dalam memperoleh air dari
tanah dan mengatasi konsentrasi ion-ion natrium, karbonat dan klorida yang tinggi
yang kemungkinan beracun. Masalah salinitas akan menimbulkan dampak pada
lingkungan, sosial dan ekonomi yang akan dirasakan oleh masyarakat setempat atau
lebih luas yang meliputi bidang pertanian, penurunan kualitas air, kerusakan
infrastruktur masyarakat serta berkurangnya keanekaragaman sumberdaya hayati.
Tumbuhan yang tidak memiliki toleransi terhadap kadar garam yang tinggi akan
banyak yang mati bahkan dapat terancam kepunahan. Peningkatan salinitas dapat
terjadi karena beberapa hal yaitu berkurangnya penutupan tanah, pengaruh
penggenangan dan interusi air laut (daerah pesisir), pengairan dengan air yang
kandungan garamnya tinggi, kandungan garam-garaman dalam bahan induk tanah
yang tinggi, bencana alam tsunami yang membawa endapan lumpur/pasir dari laut
dan faktor iklim (curah hujan).
III. KARAKTERISTIK TANAH TERDEGRADASI
Gejala degradasi lahan yang utama adalah erosi karena akan membahayakan segala
bentuk penggunaan lahan. Gejala lain sebagai akibat dari erosi tanah yaitu penurunan
potensi tanah untuk memasok air dan unsur hara pada tanaman (Notohadiprawiro,
1992). Ciri-ciri umum lahan kritis adalah gundul, gersang bahkan muncul batu-batuan
di permukaan tanah, topografi lahan pada umumnya berbukit atau berlereng curam,
tingkat produktivitas rendah yang ditandai oleh tingginya tingkat kemasaman tanah,
kekahatan hara P, K, C dan Mg, rendahnya kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan
basa dan kandungan bahan organik, tingginya kadar Al dan Mn yang dapat meracuni
tanaman dan kepekaan tanah terhadap erosi. Selain itu, umumnya lahan kritis
didominasi tumbuhan alang-alang, pH tanah relatif rendah (4,8-6,2), tanah mengalami
leaching yang tinggi, banyak ditemukan rizoma yang menjadi hambatan mekanik
dalam budidaya tanaman, terdapat reaksi alelopati dari akar rimpang alang-alang yang
menyebabkan gangguan pertumbuhan pada lahan tersebut.
Lima proses utama yang terjadi timbulnya tanah terdegradasi, yaitu: menurunnya
kandungan bahan organik tanah, perpindahan liat, memburuknya struktur dan
pemadatan tanah, erosi tanah, deplesi dan pencucian unsur hara (Lal, 1986). Khusus
untuk tanah-tanah tropika basah terdapat tiga proses penting adanya degradasi tanah,
yaitu: (a) degradasi fisik berhubungan dengan memburuknya struktur tanah sehingga
memicu pergerakan, pemadatan, aliran banjir berlebihan dan erosi dipercepat; (b)
degradasi kimia akibat terganggunya siklus unsur hara, dan (c) degradasi biologi
akibat menurunnya kualitas dan kuantitas bahan organik tanah, aktivitas biotik dan
keragaman spesies fauna tanah (Lal, 1995). Tipe degradasi tanah terbagi 2 macam,
pertama berhubungan dengan displacement bahan tanah akibat dari erosi air
(hilangnya top soil dan deformasi lereng) dan erosi angin (hilangnya top soil,
deformasi lereng, dan overblowing). Kedua berdasarkan degradasi kimia (hilangnya
unsur hara/ bahan organik, salinisasi, acidifikasi, polusi) dan degradasi fisik. Adapun
derajat tipe degradasi terbagi menjadi rendah sedang, kuat dan ekstrim (Oldeman,
1994). Dalam lampiran Peraturan Pemerintah No. 150/2000, dijelaskan beberapa
kriteria tentang kerusakan tanah untuk produksi biomassa yaitu :
Tabel 1. Kriteria baku kerusakan tanah di lahan kering akibat erosi air
Ambang Kritis Erosi
Tebal
Tanah
Ton/ha/th
Mm/10
th
< 20 cm
>0,1- < 1
20 <
50 cm
1<3
1,3 <
4,0
3<7
4,0 <
9,0
Metode
Pengukuran
1. Gravimetrik
50 <
100 cm
79
9,0 12
>
150
cm
>9
> 12
timbangan tabung
ukur, penera debit sungai
dan peta DAS
Patok erosi
2. Pengukuran
langsung
100
150 cm
Peralatan
No
Parameter
Ketebalan
solum
Ambang
Kritis
< 20 cm
Metode Pengukuran
Pengukuran langsung
Peralatan
Meteran
Kebatuan
permukaan
> 40%
Pengukuran langsung
imbangan batu dan tanah
dalam unit luasan
Meteran, counter
(line atau total)
Tabung ukur,
timbangan
< 18%
koloid;
3
Komposisi
fraksi
> 80%
pasir
kuarsitik
Berat isi
1,4 g/cm
Porositas total
Piknometer,
timbangan analitik
Permeabilitas
< 0,7
cm/jam
6
Derajat
pelulusan air
pH (H2O) 1 :
2,5
Potensiometrik
pH meter, pH stick
skala 0,5 satuan
Daya Hantar
Listrik (DHL)
> 4,0
mS/cm
Tahanan listrik
EC meter
Redoks
< 200 mV
Tegangan listrik
pH meter, elektroda
platina
10
Mikroba
< 102
cfu/g tanah
Plating technique
> 8,0
cm/jam
No
Parameter
Subsidensi
gambut di atas
pasir kuarsa
Kedalaman
lapisan berpirit
Ambang Kritis
> 35 cm/5 tahun
untuk ketebalan
gambut 3 m atau
10%/5 tahun untuk
ketebalan < 3m
< 25 cm
Metode
Pengukuran
Peralatan
Pengukura
langsung
Patok subsidensi
Cepuk plastik,
H2O2, pH stick
dari permukaan
tanah
3
4
5
Kedalaman air
tanah dangkal
Redoks untuk
tanah berpirit
Redoks untuk
gambut
pH 2,5
langsung
> 25 cm
Pengukuran
langsung
Meteran
> -100 mV
Tegangan listrik
> 200 mV
Tegangan listrik
pH meter,
elektroda platina
pH meter,
elektroda platina
pH meter, pH
stick skala 0,5
satuan
pH (H2O) 1 : 2,5
Potensiometrik
Daya Hantar
Listrik (DHL)
Tahanan istrik
EC meter
Jumlah mikroba
Plating technique
Cawan petri
colony counter
2. Penggunaan Amelioran
Penggunaan pupuk organik (pupuk kandang atau pupuk hijau ) dan kapur dapat
meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk anorganik, karena kedua unsur tersebut
dapat meningkatkan daya pegang air dan hara di tanah, sementara itu, residu pupuk
diharapkan dapat mengurangi jumlah pemakaian pupuk anorganik pada tanam
berikutnya. Hasil penelitian Arief dan Irman (1993) disimpulkan bahwa pemberian
amelioran berupa kapur, pupuk kandang, daun gamal, jerami padi dan kiserit mampu
meningkatkan hasil padi gogo dan kedelai di tanah podzolik merah kuning. Selain itu
dapat dilakukan dengan penggunaan zeolit yang merupakan kelompok mineral
aluminosilikat yang memiliki ciri-ciri seperti: mempunyai struktur yang khas,
permukaan yang luas dan muatan negatif yang tinggi, mengandung kation (seperti:
Na+, K+, Ca2+, Mg2+). Sehubungan dengan sifat-sifat tersebut bahan ini dapat
digunakan sebagai: penjerap unsur atau senyawa yang tidak diinginkan seperti logam
berat, pembawa unsur hara, meningkatkan kapasitas penyangga tanah, dapat
menyimpan air. Oleh karena itu kelompok mineral ini mempunyai prospek untuk
bahan remediasi lahan bekas tambang. Penggunaan zeolit dapat dilakukan dengan
cara-cara ditebarkan langsung ke tanah sebagai bahan pembenah tanah, dicampur
dengan pupuk untuk meningkatkan efisiensinya, sebagai campuran media tumbuh
tanaman dan penjernih air kolam atau tambak ikan dengan cara ditebar.
Cara lain yang bisa dilakukan untuk meningkatakan pertumbuhan tanaman dilahan
ktritis yang mengalami kendala rehabilitasi lahan akibat kurangnya unsur hara, fiksasi
P yang tinggi, pH sangat asam, toksisitas alumunium dan rendahnya bahan organik
adalah dengan penggunaan mikorisa (Santoso dkk, 2006). Menurut Nuhamara (1994)
sedikitnya ada 5 hal yang dapat membantu perkembangan tanaman dari adanya
mikoriza ini yaitu dapat meningkatkan absorpsi hara dari dalam tanah, berperan
sebagai penghalang biologi terhadap infeksi patogen akar, meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap kekeringan dan kelembaban yang ekstrim, meningkatkan produksi
hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh lainnya seperti auxin dan menjamin
terselenggaranya proses biogeokemis.
3. Sistem Budidaya Lorong
Budidaya lorong adalah upaya pemanfaatan lahan dengan tanaman tahunan dan
tanaman semusim. Tanaman semusim ditanam di lorong tanaman pagar yang
umumnya berupa famili kacang-kacangan. Tanaman pagar berfungsi sebagai penahan
erosi dan penghasil bahan organik yang dapat meningkatkan produktivitas lahan (IPB,
1987). Hasil penelitian Evenson dan Jost (1986) di Sitiung, Sumatera Barat,
menunjukkan bahwa tanaman pagar jenis Albisia menghasilkan biomas dan nitrogen
lebih banyak dibanding Kaliandra. Sedangkan Adiningsih dkk, (1986) mengemukakan
bahwa di Kuamang Kuning, Jambi, Kalindra dan Lamtoro menghasilkan biomas lebih
banyak daripada Flemengia congesta. Hasil penelitian Hakim et al., (1993)
menunjukkan bahwa budidaya lorong dengan rumput raja (king grass) sebagai
tanaman pagar dan rotasi jagung-kedelai atau jagung-jagung sebagai tanaman lorong,
dapat disarankan pada lahan kritis. Rumput raja selain sebagai pupuk hijau juga dapat
menekan laju erosi. Penanaman dengan jenis-jenis legum cover crop pada bawah
tegakana diharapkan akan meningkatkan ketersediaan unsur hara melalui pengikatan
nitrogen (nitrogen fixing) dan tambahan bahan organik tanah.
Nama lokal
Kegunaan
Persyaratan tumbuh
Ficus
subcordata
Reklamasi lahan,
tanaman pagar,
penahan angin
(windbreak)
Gliricidia
sepium
Gamal (J),
Glirisidia (I)
Tanaman penaung,
tanaman pagar,
pupuk hijau,
reklamasi lahan
Leucaena
leucocephala
Lamtoro gung,
petai cina (I),
kemlandingan (J)
Tanaman serbaguna
Sesbania
grandiflora
Penahan angin,
tiang panjat,
tanaman penaung
Sesbania
sesban
Jayanti (S),
Janti (J)
Pupuk hijau,
tanaman naungan
Kaliandra (I)
Tanaman
konservasi pada
lembah, jurang
(gully) dan lahan
berlereng curam,
tanaman pagar,
pupuk hijau.
Calliandra
calothyrsus
Manusia secara langsung atau tidak langsung menjadi faktor yang sangat
mempengaruhi kondisi tanah dan lingkungannnya. Kerusakan-kerusakan lingkungan
tanah tidak lepas dari aktifitas manusia seperti pengolahan tanah pertanian,
pembukaan hutan untuk perladangan, pemukiman, pertambangan, pembakaran hutan,
penebangan secara tidak terkendali dan lain-lain. Oleh karena itu sudah menjadi
tanggung jawab kita semua untuk mengupayakan pengelolaan lingkungan yang baik
dan lestari. Dengan terciptanya kondisi lingkungan yang baik maka manusia akan
merasakan manfaatnya. Tugas tersebut bukan hanya merupakan tugas pemerintah,
rimbawan, ahli tanah dan lingkungan, namun merupakan tugas kita semua sebagai
masyarakat dalam ekosistem secara luas. Usaha yang dilakukan untuk menjaga
kondisi keseimbangan lingkungan dengan memperbaiki kerusakan yang ada serta
tidak melakukan kerusakan lainnya merupakan tugas mulia sebagai perwujudan
ibadah kepada Sang Pencipta alam semesta. Beberapa usaha yang bisa dilakukan
untuk memperbaiki kondisi lingkungan tanah yang telah mengalami degradasi antara
lain adalah penerapan usaha tani konservasi, penerapan sistem pertanian organik,
penggunaan bahan pembenah tanah (amelioran), melakukan daur ulang bahan organik
menjadi pupuk organik, kombinasi tanaman kehutanan dan pertanian serta melakukan
pemilihan jenis-jenis yang adaptif.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A dan Irman. 1993. Ameliorasi lahan kering masam untuk tanaman pangan.
Proseding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Jakarta, Bogor 23-25 Agustus
1993
Arsyad, S. 1989. Konservasi tanah dan air. IPB Press. 290 hal.
Barr, C. 2007. Intensively Managed Forest Plantation in Indonesia. Overview of
recent trend and current plans. Meeting of the Forest Dialogue. Pekanbaru March 7-8,
2007. Center for International Forestry Research (CIFOR)
Barrow, C.J. 1991. Land degradation. Cambridge University Press. 295p.
Darwati. 2007. Keragaman Dan Kelimpahan Mesofauna Tanah Pada Beberapa Tipe
Penggunaan Lahan di Daerah Gunung Bawang. Thesis S2. Fakultas Kehutanan.
Program Pasca Sarjana. UGM. Yogyakarta
Effendi, S., G. Ismail dan G Wibawa, 1986. Pola usahatni konservasi pada lahan
keirng podsolik merah kuning. Makalah disampaikan pada lokakarya usahatni
konservasi di Lahan Alang-alang. Palembang 11 13 Pebruari 1986. 21p
FAO. 1977. FAO soil bulletin: assesing soil degradation. UN. Rome. 83p.
Handayani, I.P. 1999. Kuantitas dan variasi nitrogen-tersedia pada tanah setelah
penebangan hutan. J. Tanah Trop. 8:215-226
Hidayati, N. 2000. Degradasi lahan pasca penambangan emas dan upaya
reklamasinya: kasus penambangan emas Jampang-Sukabumi. PROSIDING Konggres
Nasional VII HITI: Pemanfaatan sumberdaya tanah sesuai dengan potensinya menuju