PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses fisiologis yang terjadi dalam tubuh seorang
wanita, dimana kehamilan merupakan proses fertilisasi atau menyatunya
spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan proses nidasi atau implantasi
yang berlangsung selama 40 minggu (Prawirohardjo, 2008). Meskipun
merupakan suatu proses fisiologis banyak sekali penyulit yang biasanya
menyertai kehamilan yang dapat mengakibatkan tingginya kematian maternal,
salah satu penyulit tersebut adalah pre eklamsi. Pre eklamsia sampai saat ini
masih merupakan masalah obstetri dan salah satu penyebab utama morbiditas
dan mortalitas ibu dan janin selain perdarahan dan infeksi Pre eklamsia dapat
timbul pada masa antenatal, intrapartum, dan postnatal.
akibat peningkatan
permeabilitas
vaskuler (Fauziyah,
2012).
2
Permasalahan terjadinya preeklamsi belum bisa diketahui secara pasti sampai
saat ini, tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklamsi
yaitu primigravida/nulliparitas, usia ibu yang ekstrim (<20 th dan >35 th),
riwayat keluarga pernah preeklamsi/eklamsi, penyakit-penyakit ginjal dan
hipertensi yang sudah ada sebelum hamil, obesitas, diabetes melitus, penyakit
trofoblas
(70%
terjadi
pada
kasus
molahidatidosa)
(Varney,
2006;
Prawirohardjo, 2008).
jauh
dari
target
tujuan
pembangunan
milenium
(Millenium
3
dapat membuat hidup ibu lepas kontrol, mempengaruhi ibu dan segala sesuatu
dalam hidupnya secara mendalam. Dan dapat mengakibatkan kematian ibu
maupun janin, rasa kehilangan dapat menimbulkan distres emosional ibu dan
meninggalkan rasa berduka yang mendalam. Ibu mengungkapkan kebutuhan
akan dukungan dari tenaga profesional atau dukungan sosial. Penelitian
fenomenologi
pada
permasalahan
preeklampsi
yang
dilakukan
oleh
Ambruoso, Abbey&Hussein (2008) menyimpulkan bahwa aspek interpersonal perawatan merupakan kunci dari harapan yang diungkapkan oleh ibu.
Peningkatan pelayanan pada aspek ini berdampak pada perilaku mencari dan
memanfaatkan bantuan kesehatan (health seeking behaviour). Pengalaman
pribadi meninggalkan kesan yang kuat, yang akan mempengaruhi penilaian
dan keyakinan seseorang terhadap suatu kejadian, dalam hal ini kejadian
preeklampsi yang pernah dialami ibu (Rahayuningsih, 2008). Selanjutnya, apa
yang diyakini ibu melalui pengalamannya (Preeklampsi), akan mempengaruhi
juga persepsi dan sikap ibu-ibu disekitarnya, karena sikap seseorang juga
dibangun oleh orang lain yang dianggap penting (significant others)
(Rahayuningsih, 2008).
4
ataupun kecacatan. Dan responden mengungkapkan ketidakaktifan kunjungan
pemeriksaan kehamilan ke bidan desa di karenakan faktor inividu yang
cenderung kurangnya kesadaran dalam hal kesehatan. Hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan ibu tentang permasalahan preeklampsi, diperlukan
suatu pengetahuan dan persepsi positif yang akan membentuk sikap dan
perilaku positif
kesehatan kehamilannya, agar ibu dan bayi yang dikandung serta dilahirkan
dalam kondisi sehat. (Peranginangin,2006).
Kondisi kegawatan yang mengancam ibu dan janin menjadi stresor dan
dampak tersendiri bagi ibu dan keluarga, baik secara fisik, psikis dan
ekonomi. Secara psikologis kesiapan mental, spiritual, dan financial, persepsi
terhadap kondisi yang dialami, serta mekanisme koping yang digunakan ibu
dan keluarga, dapat berpengaruh pada kondisi, kecepatan ibu mendapatkan
penanganan, serta prognosa ibu dengan preeklampsi. Secara fisiologis pada
ibu dengan preeklamsia mengeluh pusing dan bengkak pada kedua kaki.
Keberhasilan dalam penanganan preeklampsi sendiri dipengaruhi oleh banyak
faktor,
seperti
status
reproduksi,
usia,
paritas,
faktor
penanganan
5
Preeklampsi seharusnya dapat dicegah dengan pemberian dan pelayanan
asuhan prenatal yang memadai (Jensen&Bobak, 2006).
Di Indonesia tingkat pemanfaatan antenatal care (ANC) oleh ibu hamil pada
sarana pelayanan kesehatan yang disediakan Pemerintah dan swasta, belum
mencapai hasil atau target yang diharapkan secara optimal. Hal ini tergambar
dari jumlah kunjungan ibu hamil (K1) untuk pelayanan ANC di beberapa
daerah di Indonesia (Mijayanto, 2009). Melalui pelayanan ANC yang
professional dan berkualitas, diharapkan tenaga kesehatan yang dibantu
masyarakat dapat mendeteksi lebih awal beberapa faktor resiko kehamilan,
sehingga kasus komplikasi kehamilan/obstetrik mendapat penanganan secara
cepat dan tepat (Peranginangin, 2006; Depkes RI, 2008; Mijayanto, 2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Peranginangin (2006), ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kunjungan ibu hamil pada pelayanan kesehatan
(K1), yaitu: tingkat pendidikan ibu hamil, tingkat pengetahuan ibu hamil
tentang kesehatan kehamilan, jarak kehamilan anak yang satu dan yang
lainnya, kemampuan keuangan yang digunakan untuk membiayai keperluan
pemeriksaan/pemeliharaan kehamilan, serta jarak tempat tinggal ibu hamil
dengan sarana kesehatan atau tempat pelayanan kesehatan
6
perdarahan pada organ-organ tersebut. Sedangkan dampak pada janin, janin
bisa mengalami afiksia mendadak, solution plasenta, persalinan prematurisasi.
(IUGR (Intra Urterine Growth Retyradation), SGA (Small Gestational Age)
dan stillbirth, kematian janin dalam rahim (Adriaansz, 2007). Dapat
disimpulkan bahwa, dampak terjadinya preeklampsi ini tidak hanya berbahaya
bagi ibu, yaitu kematian dan kesakitan maternal, tetapi juga mengancam
keselamatan bayinya (perinatal mortality).
7
pelaksanaan dan pengawasan program juga dilakukan, seperti kerjasama
Departemen Kesehatan RI dengan HSP-USAID, atau dengan The White
Ribbon Alliance (WRA) for Safe Motherhood (WRA Conference, 2005;
Depkes RI&HSP, 2009). Untuk mendukung upaya-upaya ini, tentunya
diperlukan juga kesadaran dan kerjasama dari masyarakat (khususnya ibu).
Kesadaran untuk datang ke tempat pelayanan kesehatan serta kerjasama yang
baik, merupakan wujud sikap dan perilaku positif ibu terhadap kesehatannya
sendiri. Penelitian/studi untuk menggali respon ataupun pengalaman pasien
dan keluarga baik terkait kondisi yang dialami, faktor resiko yang ada maupun
dampak yang dirasakan sangat diperlukan, karena pengalaman adalah salah
satu komponen yang membentuk sikap seseorang (Rahayuningsih, 2008).
8
1.2
Rumusan Masalah
Ketidakaktifan kunjungan pemeriksaan kehamilan ke bidan desa di karenakan
faktor inividu yang cenderung kurangnya kesadaran dalam hal kesehatan. Dan
dari hasil wawancara terhadap 2 responden yg dilakukan di RSUD Kabupaten
Kediri, responden mengungkapkan seringnya sakit kepala bagian belakang
,mata kabur dan sering kebingungan takut apabila bayinya yang di kandung
terjadi kematian ataupun kecacatan. Dan tingkat kejadian permasalahan
preeklampsi
tiap
tahunnya
tidak
mengalami
penurunan.
Pemerintah
1.3
Tujuan Penelitian
Untuk mempelajari dan menjelaskan tentang Pengalaman (fisik & psikologis)
ibu yang pernah mengalami Pre eklampsi di RSUD Kabupaten Kediri Tahun
2016.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
9
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan
Ilmu Keperawatan dalam lingkup Keperawatan Maternitas dan
menjadi evidence based dalam pendidikan tentang komplikasi
kehamilan, serta dapat berkontribusi dalam membangun intervensi
keperawatan.
1.4.2
Manfaat Aplikatif
1.4.2.1 Bagi Responden (Ibu Post Partum)
Bagi ibu post partum dengan komplikasi preeklampsi dalam
kehamilan. Dengan hasil penelitian ini diharapkan menjadi
masukkan bagi para ibu , baik yang sehat, beresiko ataupun
yang mengalami tanda gejala preeklampsi/eklampsi dimasa
kehamilan, dengan belajar melihat pengalaman keberhasilan
ataupun kesedihan dan hambatan menghadapi preeklampsi.
1.4.2.2 Bagi Petugas Kesehatan
Bagi perawat maternitas lebih memahami dampak psikolgis,
sistem pendukung serta sumber-sumber yang dibutuhkan ibu
dengan faktor rsiko atau tanda gejala eklampsi sehingga dapat
dikembangkan bentuk/model konseling yang sesuai dengan
harapan ibu.
10
1.4.2.4 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar dalam
pengembangan
kurikulum
terkait
dengan
komplikasi
Relevansi
Preeklampsi yang ditandai dengan terjadinya tekanan darah tinggi, kejang dan
koma, menunjukkan gejala yang bervariasi pada seorang ibu, baik pada
sebelum terjadinnya kejang, selama, dan juga setelah kejang atau koma.
Preeklampsi adalah penyebab Angka Kematian Ibu (AKI) paling tinggi.
Dalam masyarakat masih banyak didapatkan ibu hamil yang kurangnya
jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan ke bidan desa di karenakan faktor
inividu yang cenderung kurangnya kesadaran dalam hal kesehatan. Hal ini
disebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang kasus preeklampsi.
Etiologi terjadinya preeklampsi secara pasti masih bersifat idiopatik, namun
proses dari preeklampsi ini sebenarnya telah terjadi/tampak pada awal
kehamilan. Mekanisme utama yang dikaitkan dengan preeklampsi/eklampsi
adalah terjadinya invasi abnormal dari plasenta, sehingga menyebabkan urteri
spiralis tidak dapat berdilatasi untuk mengakomodasi kebutuhan fetoplasenta
yang makin meningkat. Hal ini mengakibatkan tekanan dalam
pembuluh
11
Program pemerintah melalui Depkes dengan pelaksanaan, peningkatan dan
pemantauan
berbagai
program
pelayanan
kesehatan
maternal,
yang
menghasilkan turunnya AKI dari tahun ke tahun salah satunya dengan cara
melakukan konseling. Namun, meskipun secara umum AKI telah mengalami
penurunan, pre eklampsi sebagai salah satu penyebab utama tingginya AKI,
justru mengalami peningkatan angka kejadian, sebenarnya preeklampsi dapat
dicegah terjadinya secata dini dengan mengenali dan mengontrol faktor resiko
yang ada.