Anda di halaman 1dari 42

0

PROPOSAL KERJA PRAKTEK


PT. McDERMOTT
ANALISA KERUSAKAN PENGELASAN PADA SISTEM PERPIPAAN DI
PT. McDERMOTT BATAM
1. Pelaksana
Nama

: Usman Ismail

NIM

: 03051181320023

2. Tempat pelaksanaan

: PT. McDERMOTT BATAM

3. Waktu pelaksanaan

: 11 Juli 2016 s/d 11 September 2016

Menyetujui,
Inderalaya,

Maret 2016

Ketua Jurusan Teknik Mesin dan


Pembimbing Kerja Praktek

Qomarul Hadi, ST, MT


NIP. 196902131995031001

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

A. Judul Kerja Praktek


ANALISA KERUSAKAN PENGELASAN PADA SISTEM PERPIPAAN DI PT.
McDERMOTT.
B. Uraian Singkat
Sejak pulau Batam direncanakan untuk menjadi daerah industri, banyak
perusahanan asing yang masuk ke pulau Batam untuk menanamkan modalnya,
karena letaknya sangat strategis yaitu berdekatan dengan negara tetangga, yaitu
Singapura, Malaysia dan Brunai Darussalam. Perusahaan asing yang pertama kali
menanamkan modalnya di pulau Batam adalah PT. Inggram yang berlokasi
disebelah barat pulau Batam dengan luas 75 Ha. PT. Inggram Constraction
adalah cikal bakal berdirinya PT. McDermott Indonesia di Batam yang mana PT.
Inggram Constraction tersebut memiliki bidang usaha yang bergerak dalam
pembuatan:
1.
2.
3.

Jacket
Plat farm atau deck
Living quarter

Semua alat-alat ini dipakai dalam proses pengeboran minyak lepas pantai,
tetapi perusahaan ini tidak tahan lama, karena pada tahun 1972 PT Inggram
Constraction ini tutup, kemudian dibeli oleh McDermott Indonesia di Batam dan
mulai berjalan tahun 1972, dan merupakan Joint Venture antara Indonesia dan
Amerika. Kerja sama ini menguntungkan kedua belah pihak negara khususnya
Indonesia, di samping sebagai karyawan juga sebagai ahli teknologi. PT.
McDermott Indonesia (PTMI) adalah salah satu anak perusahaan dari McDermott
Incorporated. McDermott Internasional Incorporated bergerak dibidang usaha
besar:

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

1.

Jasa konstruksi lepas pantai di bawah J.Ray McDermott, perusahaan


penyedia jasa kontruksi lepas pantai terkemuka untuk industri minyak
dan gas.

2.

Sistem pembangkit listrik di bawah Babcock dan Wilcock dan anak


perusahaanya yang menyediakan peralatan, sistem, dan jasa untuk
pembangkit tenaga uap dan listrik di seluruh dunia.

3.

Kontrak dengan pemerintah Amerika Serikat dalam hal penyediaan


bahan bakar dan peralatan untuk armada kapal perang nuklir Amerika
Serikat dan pengelola fasilitas milik pemerintah Amerika Serikat di
bawah BWXT Technologies dan anak perusahaannya.

PT. McDermott Indonesia secara resmi mulai beroperasi di Batam pada


tahun 1972, yang berlokasi di Batu Ampar, Batam. Untuk General Manager
Fabrication Batam adalah M. H. Antarisa. Bidang kerja PT. McDermott Indonesia
jasa konstruksi minyak lepas pantai dimana di dalamnya ada 5 sub-bidang yaitu:
1.

Management proyek

2.

Engineering / rekayasa

3.

Fabrikasi merupakan lokasi kerja untuk melakukan kegiatan produksi

4.

Pengadaan Material

5.

Instalasi Lepas Pantai

Sejak didirikan PT. McDermott Indonesia (PTMI) pada tahun 1972 hingga
sekarang, perusahaan ini menjadi perusahaan fabrikasi terbesar di pulau Batam
yang terletak di Jalan Bawal No. 1, Kelurahan Batu Merah, Kecamatan Batu
Ampar. Lokasi tersebut berjarak sekitar 19 kilometer atau 11,8 mil arah tenggara
Singapura dengan luas total area fabrikasimencapai kurang lebih 120 Ha. Area
tersebut terdiri atas:
1.

Areal fabrikasi tertutup sebesar 2,2 hektar

2.

Areal tertutup untuk unit perakitan dan pemasangan sebesar 3,0 hektar

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

3.

Areal untuk perakitan atau rancang bangunan terbuka sebesar 50


hektar

4.

Areal untuk kegiatan blasting dan pengecatan sebesar 1,5 hektar

5.

Areal pergudangan tertutup sebesar 1,5 hektar

6.

Lain-lain seperti areal perkantoran, kantin, mess, karyawan dan ruang


terbuka hijau sebesar 29,8 hektar

C. PENDAHULUAN
C.1 Latar Belakang
Kerja praktek merupakan suatu satu mata kuliah wajib di Jurusan Teknik
Mesin Universitas Sriwijaya yang harus ditempuh oleh mahasiswa Jurusan Teknik
Mesin sebagai salah satu syarat penyelesaian kurikulum. Dalam pelaksanaan kerja
praktek ini mahasiswa diharapkan dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang
didapat untuk diterapkan dalam perusahaan dan industri. Melalui pengalaman ini
diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa sehingga memiliki daya nalar
dan pemahaman mengenai pengetahuan Teknik Mesin yang terarah, sehingga
selanjutnya mahasiswa dapat membuat suatu perencanaan secara teknis, mencari
solusi masalah keteknikan dalam lingkungan suatu perusahaan.
Untuk mempersiapkan tenaga ahli tersebut, sangat diperlukan kerja sama
yang erat antara perguruan tinggi dengan instansi perusahaan, dalam hal ini
industri yang bersangkutan adalah PT. McDermott. Kerjasama tersebut
diwujudkan dengan adanya kerja praktek bagi mahasiswa teknik mesin
Universitas Sriwijaya di perusahaan industri yang bersangkutan.
Tri Dharma Perguruan Tinggi, Yaitu Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian
serta Pengabdian terhadap Masyarakat yang merupakan landasan mahasiswa
dalam mencari, menekuni, dan mengembangkan ilmu yang di dapat dalam
meningkatkan kualitas profesionalisme serta kaitannya untuk terjun ke dalam
masyarakat.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

1. Kurikulum Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.


2. Objek Kuliah Praktek yang dituju adalah industri yang berkenaan dengan
bidang yang dimiliki khususnya industri permesinan ataupun Dunia
Industri secara global.
3. Sebagai aplikasi ilmu sesuai dengan KBK yang diambil.
4. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini merupakan
sesuatu hal yang sangat penting untuk dipelajari dan dikuasai agar dapat
menjadi bekal untuk menunjang karir dimasa yang akan datang.
C.2 TUJUAN
Tujuan Kerja praktek yaitu :
C.2.1 Tujuan Umum
a. Mengadakan studi banding untuk mengetahui secara mendalam sampai
seberapa jauh pengetahuan yang

telah didapat oleh mahasiswa di

bangku kuliah yang dapat dipraktekkan di dunia kerja yang


sesungguhnya.
b. Memahami secara umum kegiatan-kegiatan yang ada di perusahaan,
khususnya di bidang permesinan.
c. Mengikat pengalaman, wawasan dan daya nalar mahasiswa tentang
pengoprasian mesin-mesin dan aspek-aspek keteknikkan dalam
aplikasinya dalam suatu industri.
d. Meningkatkan profesionalisme mahasiswa Teknik Mesin dengan
adanya transfer informasi dari kalangan dunia industri kepada
mahasiswa.
e. Sebagai sarana diskusi tentang keprofesian Teknik Mesin di masa yang
akan datang dan dalam menghadapi persaingan bebas.
C.2.2 Tujuan Khusus
1. Dapat menganalisa kerusakan pada pengelasan yang terjadi di PT.
McDermott
2. Dapat menganalisa jenis-jenis pengelasan yang baik di dunia
perindustrian.
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

C.3 MANFAAT
Adapun manfaat yang diperoleh nantinya :
C.3.1 Bagi Mahasiswa, yaitu :
a. Membantu memberikan perbekalan dan pengetahuan serta keterampilan
kepada setiap mahasiswa tentang kondisi yang terdapat di lapangan
secara nyata.
b. Membuka wawasan setiap mahasiswa dan mendapatkan pengetahuan
melalui praktek di lapangan.
c. Perwujudan program keterkaitan dan kesepadanan antara dunia
pendidikan dan dunia industri/kerja.
d. Menjadi fasilitator bagi pengembangan minat dan bakat mahasiswa
yang bersangkutan.
C.3.2 Bagi PT. McDERMOTT, yaitu :
a. Dapat saling menukar informasi perkembangan teknologi antara
institusi pengguna teknologi dengan lembaga perguruan tinggi.
b. Peserta kerja praktek dapat membantu melaksanakan pekerjaan
operasional

yang

rutin

dilaksanakan,

maupun

memecahkan

permasalahan yang sering dihadapi.


c. Membantu menyelaraskan informasi perkembangan teknologi kepada
para peserta kerja praktek sehingga meningkatkan kualitas tenaga kerja
professional.
d. Secara khusus membantu mempersiapkan Mahasiswa Jurusan Teknik
Mesin FT-UNSRI sebagai tenaga kerja professional yang siap pakai
untuk PT. McDermott Batam.
C.3.3 Bagi Fakultas, yaitu
Menyesuaikan ilmu yang didapat di kuliah dengan lapangan kerja praktek
agar kurikulum dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan industri.
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

C.4 PEMECAHAN MASALAH


Ilmu pengetahuan yang dipelajari selama masa perkuliahan adalah tujuh
puluh persen merupakan teori, lebih dari itu ilmu tersebut pada dasarnya mengacu
kepada keadaan ideal yaitu hanya sebatas teori dan filosopinya saja.
Seperti diketahui bahwa dalam suatu pabrik atau industri semua disiplin
ilmu dipakai dan diterapkan, yang salah satu diantaranya adalah ilmu Teknik
Mesin (permesinan). Untuk itu melaui kerja praktek ini diharapkan dapat
mengetahui kondisi perusahaan secara umum misalnya, yaitu mengenai
perkembangan perusahaan, organisasi dan kegiatan-kegiatan perusahaan.
PT. McDermott Batam dipilih sebagai industri yang tepat untuk
melaksanakan kerja praktek karena dinilai sangat baik sebagai tempat penerapan
ilmu teknik khususnya di bidang Teknik Mesin. Selain itu juga telah dinilai
dengan berhasil dan suksesnya mengembangkan inovasi teknologi dalam proses
pembangkit untuk mencapai hasil yang optimal.
Adapun hal-hal yang berhubungan langsung dengan kurikulum Teknik Mesin
adalah :
1.

Material, tujuannya agar mahasiswa dapat mempelajari jenis jenis


bahan ataupun material yang digunakan pada mesin SMAW dan GMAW.

2.

Teknik Pengelasan, tujuannya supaya mahasiswa dapat mempelajari


jenis jenis pengelasan yang diterapkan di PT. McDERMOTT.

3.

Operation, tujuannya adalah Mahasiswa dapat Mengoperasikan MesinMesin yang digunakan di PT McDERMOTT.

4.

Maintenance, tujuannya adalah menjaga peralatan agar mempunyai


unsur kerja yang relatif lama atau panjang, selain itu juga untuk
mengetahui lebih mengenai kerusakan yang lebih fatal pada peralatan
mesin-mesin tersebut.

5.

Repair, tujuannya adalah untuk memperbaiki elemen-elemen mesin


ataupun peralatan-peralatan lainnya sehingga berfungsi sebagaimana
mestinya.
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Selain mengetahui tentang sistem produksi, kami juga membutuhkan sistem


manajemen dari perusahaan itu sendiri. Tujannya adalah agar dapat membantu
kami dalam penyusunan laporan kerja praktek nantinya. Dalam hal ini sistem
yang akan kami pelajari adalah sebagai berikut :
1. Susunan perusahaan.
2. Manajemen Perusahaan.
3. Persoalan Perburuhan.
4. Bahan baku yang digunakan.
5. Proses pengolahan bahan baku.
6. Mesin-mesin yang dipakai.
7. Lay out dari mesin didalam perusahaaan, dan lain-lain yang berhubungan
dengan perusahaan.

D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi maka

berkembanglah material teknik seperti logam dan paduannya, plastik dan karet,
keramik,

bahkan

sekarang

dikenal

material

maju

seperti

komposit,

superkonduktor dan sebagainya.


Ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai material dibagi menjadi dua
material sains dan material teknik. Material sains mempelajari hubungan antara
struktur dan sifat material, sedangkan material teknik mempelajari keterkaitan
antara korelasi struktur dan sifat serta perencanaan.
Aplikasi material Teknik seperti logam, polimer, keramik serta material
maju/modern sangatlah luas yang menyentuh dibidang struktur, mesin dan
peralatan elektronik. Penggunaan pada struktur seperti rangka mesin, jembatan,
tower, reaktor dan sebagainya. Dibidang mesin seperti pada mesin produksi,
motor bakar, turbin uap, turbin gas dan sebagainya. Dibidang elektronik seperti
transistor, strain gauge, fotoelektrik dan sebagainya.Ruang lingkup material teknik
menurut definisinya adalah logam, keramik, polimer, dan komposit.
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

a. Logam (metals)
Logam dapat bersifat murni dan panduan.Logam merupakan gabungan dari
beberapa unsur/elemen. Logam paduan akan lebih kuat dari logam murni.
Sifat logam adalah berat, kuat dan keras, mengkilap, penghatar panas dan
listrik, serta dapat dibentuk.
b. Keramik (ceramics)
Keramik adalah senyawa antara logam dan non logam seperti oksida logam,
nitrida, dan karbida.Yang memiliki sifat tahan temperatur tinggil/panas,
sangat getas, sebagai isolator listrik dan panas.
c. Polimer (polymers)
Polimer seperti halnya plastik dan karet merupakan senyawa organik
karbon, hidrogen dan logam lainnya.Sifatnya ringan, fleksibel, sebagai
isolator listrik, dan tidak tahan panas.
d. Komposit (composites)
Komposit adalah gabungan dari beberapa jenis material teknik. Material
logam dapat digabung dengan polimer seperti polimer dengan matrik logam
seperti penggunaan serat whiskers pada polimer (metal matrix polymer),
logam yang dipadu dengan keramik seperti konkret, paduan yang diperkeras
secara dispersi. Bahkan polimer juga dapat dipadu dengan keramik seperti
polimer yang diperkuat dengan serat. gelas GFRP (gelas fiber reinforced
polymer), serat karbon CFRP (Carbon fiber reinforced polymer), serat
kevlar aramid, serat optik.Yang kesemuanya itu merupakan kemajuan pesat
dibidang material teknik.
Jadi muncul dan berkembangnya material komposit disebabkan oleh adanya
pemikiran bahwa logam bersifat kuat namun berat, dan juga polimer bersifat
ringan. Sehingga muncullah ide untuk mencoba untuk menggabungan kedua
material tersebut sehingga diperoleh material yang kuat tapi ringan.
Disamping itu dikenal juga material-material semikonduktor dan material
superkonduktor yang pemakaiannya banyak dibidang elektronika serta material
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

maju lainnya seperti material superplastisitas, material ingat bentuk (shape


memory alloy), material bio, material nano dan lain-lain.
Jika kita perhatikan suatu konstruksi mesin seperti sebuah kendaraan
bermotor kita mengenal penggunaan logam paling banyak digunakan mencapai
lebih dari 80% untuk kegunaan rangka, mesin, bodi dan sebagainya. Sisanya
menggunakan material non logam seperti roda, jok yang terbuat dari polimer,
kaca, bagian dari busi yang terbuat dari keramik. Sehingga suatu kendaraan akan
terpenuhi kebutuhan serta kenyamananya.
Para mahasiswa teknik, khususnya Teknik mesin dan para praktisi/insinyur
dibidang Teknik mesin harus dibekali ilmu pengetahuan material teknik yang luas,
hal ini dikarenakan disiplin ilmu Teknik mesin tidak hanya mempelajari
karakterisitik material pada kondisi statis, tetapi juga dituntut utuk mengetahui
prilaku material pada kondisi yang dinamis. Berbeda dengan disiplin ilmu Teknik
sipil yang lebih dibatasi pada kondisi pembebanan statis serta aplikasi material
teknik yang terbatas.
Jenis-jenis material serta hubungannya satu sama lain dapat ditunjukkan
pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Material Teknik dan hubungan satu sama lain (Smallman, R.E. 1991)
2. Pengertian Pengelasan
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

10

Pengelasan merupakan penyambungan dua bahan atau lebih yang didasarkan


pada prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan bagian bahan yang
disambung. Kelebihan sambungan las adalah konstruksi ringan, dapat menahan
kekuatan yang tinggi, mudah pelaksanaannya, serta cukup ekonomis. Namun
kelemahan yang paling utama adalah terjadinya perubahan struktur mikro bahan
yang dilas, sehingga terjadi perubahan sifat fisik maupun mekanis dari bahan yang
dilas. (Djamiko, R.D. 2008)

Gambar 2.Shielded Metal Arc Welding (Djamiko, R.D. 2008)


3. Klasifikasi Proses Las
Sambungan las adalah ikatan dua buah logam atau lebih yang terjadi karena
adanya proses difusi dari logam tersebut. Proses difusi dalam sambungan las dapat
dilakukan dengan kondisi padat maupun cair. Dalam terminologi las, kondisi
padat disebut Solid state welding (SSW) atau Presure welding dan kondisi cair
disebut Liquid state welding (LSW) atau Fusion welding. Proses SSW biasanya
dilakukan dengan tekanan sehingga proses ini disebut juga Presure welding. LSW
merupakan proses las yang sangat populer di kalangan masyarakat kita,
sambungan las terjadi karena adanya pencairan ujung kedua material yang
disambung. Energi panas yang digunakan untuk mencairkan material berasal dari
busur listrik, tahanan listrik, pembakaran gas, dan juga beberapa cara lain
diantaranya adalah sinar laser, sinar electron, dan busur plasma.
Ditinjau berdasarkan cara kerjanya klasifikasi pengelasan dapat dibagi
dalam tiga kelas utama yaitu :

Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan


sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber gas
yang terbakar

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

11

Pengelasan tekan adalah pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan


kemudian ditekan hingga menjadi satu

Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan


disatukan dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik
cair rendah. Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair

Tabel 1 menunjukan berbagai macam proses las yang ditinjau dari kelompok SSW
dan LSW, disamping itu juga dilihat dari jenis sumber panas yang digunakan
beserta kode proses las berdasarkan standar ISO. (Djamiko, R.D. 2008

Tabel 1. Klasifikasi Proses Pengelasan Logam(Djamiko, R.D. 2008)


4. Reaksi Kimia Selama Proses Las
Dalam proses LSW bagian dari logam yang dilas harus dipanasi sampai
mencair. Pemanasan logam dengan temperature yang sangat tinggi ini dapat
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

12

megakibatkan terjadinya reaksi kimia antara logam tersebut dengan Oksigen dan
Nitrogen yang ada dalam udara. Jika selama proses las cairan logam las (welding
pool) tidak dilindungi dari pengaruh udara, maka logam akan bereaksi dengan
Oksigen dan Nitrogen membentuk Oxides dan Nitrides yang dapat menyebabkan
logam tersebut menjadi getas dan keropos karena adanya kotoran (slag
inclutions), sedangkan kandungan unsur Karbon dalam logam akan membentuk
gas CO yang dapat mengakibatkan adanya rongga dalam logam las (caviety).
Reaksi kimia lainnyapun bisa terjadi dalam cairan logam las (welding pool). Gas
Hydrogen dan uap air juga dapat menyebabkan cacat las (welding defect).
Hydrogen yang bereaksi dengan Oxides yang ada dalam logam dasar dapat
menyebabkan terjadinya uap yang mengakibatkan terjadnya porositas pada logam
lasan. (Djamiko, R.D. 2008)
5. Melindungi Cairan Logam Las dari Pengaruh Udara Luar
Type energi panas yang digunakan untuk pencairan logam dan teknik
pelindungan cairan logam las sangat berpengaruh terhadap perubahan komposisi
kimawi dalam deposit logam lasan. Ketika nyala oksidasi dalam las Karbit (Oxyacetylene welding/OAW) akan merubah besi menjadi Oxides sehingga deposit las
keropos karena Oxides tersebut tercampur di dalamnya. Untuk mengelas baja
karbon akan lebih baik bila digunakan nyala Netral. Pengelasan logam dengan
OAW, cairan logam dilindungi dari udara luar oleh reduksi gas hasil pembakaran
gas Acetylene. Dalam teknik pengelasan SMAW, proses pelindungan logam lasan
dilakukan dua tahap. Ketika logam las dalam kondisi cair dilindungi oleh
bermacam-macam gas hasil pembakaran elektroda las dan ketika sedang
membeku cairan ini dilindungi oleh lapisan terak yang terbentu dari fluks yang
membeku.
Pelindungan deposit logam las dalam pengelasan Metal inert gas (MIG) dan
Tungsten inert gas (TIG), terjadi karena sifat inert gas yang tidak dapat mengikat
elemen lain dalam udara sehingga tidak akan terjadi reaksi kimia. Jika las MIG
menggunakan gas pelindung CO2, akan terjadi proses deoksidasi CO2 ketika
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

13

terbakar dengan busur listrik, gas ini terpecah menjadi Karbon monoksida (CO)
dan Oksigen (O2). Oksigen yang lepas tidak bersentuhan dengan logam lasan,
sedangkan deoxidisers bereaksi dengan Oksigen membentuk lapisan slag yang
sangat tipis di atas permukaan deposit logam lasan. Dalam las OAW deposit
logam lasan dapat dilindungi dari oksidasi dan pengaruh reaksi kimia lainnya
dengan menggunakan Flux. Flux merupakan gabungan berbagai elemen yang
berfungsi meminimalkan terjadinya oksidasi. Komposisi kimia flux bervariasi
tergantung jenis logam yang akan dilas. (Van Vlack, L.H. 1980
6. Perubahan Sifat Logam Setelah Proses Las
Pencairan logam saat pengelasan menyebabkan adanya perubahan fasa
logam dari padat hingga mencair. Ketika logam cair mulai membeku akibat
pendinginan cepat, maka akan terjadi perubahan struktur mikro dalam deposit
logam las dan logam dasar yang terkena pengaruh panas (Heat affected
zone/HAZ). Struktur mikro dalam logam lasan biasanya berbentuk columnar,
sedangkan pada daerah HAZ terdapat perubahan yang sangat bervariasi. Sebagai
contoh, pengelasan baja karbon tinggi sebelumnya berbentuk pearlite, maka
seelah pengelasan struktur mikronya tidak hanya pearlite, tetapi juga terdapat
bainite dan martensite (lihat Gambar 3).
Perubahan ini mengakibatkan perubahan pula sifat-sifat logam dari
sebelumnya. Struktur mikro pearlite memiliki sifat liat dan tidak keras, sebaliknya
martensite mempunyai sifat keras dang etas. Biasanya keretakan sambungan las
bearsal dari struktur mikro ini. Gambar 3 juga mendeskripsikan distribusi
temperatur pada logam dasar yang sangat bervariasi telah menyebabkan berbagai
macam perlakuan panas terhadap daerah HAZ logam tersebut.
Logam lasan mengalami pemanasan hingga termperatur 1500 oC dan daerah
HAZ bervariasi mulai 200 oC hingga 1100 oC (lihat Gambar 3). Temperatur 1500
C pada logam lasan menyebabkan pencairan dan ketika membeku membentk
struktur mikro columnar. Temperatur 200 C hingga 1100 C menyebabkan
perubahan struktur mikro pada logam dasar (Djamiko, R.D. 2008)
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

14

Gambar 2 mendeskripsikan distribusi temperatur pada logam dasar yang


sangat bervariasi telah menyebabkan berbagai macam perlakuan panas terhadap
daerah HAZ logam tersebut. Logam lasan mengalami pemanasan hingga
termperatur 1500o C dan daerah HAZ bervariasi mulai 200 C hingga 1100 C.

Gambar 3. Distirbusi Temperatur, Perlakuan Panas Logam Las, Struktur


Makro Sambungan Las, dan Struktur Mikro Baja Karbon (Djamiko, R.D. 2008)
7. Distorsi Sambungan Las Akibat Panas
Setiap logam yang dipanaskan mengalami pemuaian dan ketika pendinginan
akan mengalami penyusutan. Fenomena ini menyebabkan adanya ekspansi dan
konstraksi pada logam yang dilas. Ekspansi dan konstraksi pada logam yang dilas
ini menurut istilah metalurgi dinamakan distorsi. (Djamiko, R.D. 2008)

Gambar 4. Macam macam Distorsi (Djamiko, R.D. 2008)

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

15

Distorsi dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu: 1) distorsi longitudinal,


2) distorsi transfersal, dan 3) distorsi angular. Distorsi longitudinal terjadi akibat
adanya ekspansi dan konstraksi deposit logam las di sepanjang jalur las yang
menyebabkan tarikan dan dorongan pada logam dasar yang dilas. Distorsi
transfersal terjadi tegak lurus terhadap jalur las yang dapat mengakibatkan tarikan
ke arah sumbu tegak jalur las. Distorsi angular menyebabkan efek gerakan sayap
burung yang biasanya terjadi karena pengelasan di satu sisi logam dasar.
(Djamiko, R.D. 2008)
8. Ruang Lingkup Pekerjaan Las
Industri manufaktur tidak dapat terlepas dari penyambungan logam.
Penyambungan logam dilakukan dengan berbagai tujuan, diantaranya adalah
untuk membuat suatu barang yang tidak mungkin dilakukan dengan teknik lain,
memudahkan

pekerjaan,

serta

dapat

menekan

biaya

produksi.

Proses

penyambungan logam yang banyak digunakan dalam industri manufaktur adalah


las. Pengelasan logam merupakan pilihan yang cukup tepat. Pengelasan tidak
membutuhkan waktu lama, konstruksi ringan, kekuatan sambungan cukup baik,
serta biaya relatif murah. Penerapan sambungan las sangat luas. Sambungan las
banyak digunakan pada konstruksi jembatan, gedung, industri otomotif, industri
peralatan rumah tangga, bahkan industri barang dengan bahan plastikpun banyak
menggunakan proses las tersebut.(Djamiko, R.D. 2008)
9. Pengaruh Posisi Proses Las Terhadap Keterampilan Juru Las
Sebagaian besar pekerjaan las dilakukan dengan proses LSW (Liquid state
welding) atau proses las dalam kondisi cair. Proses las yang dilakukan dengan
kondisi cair ini, posisi saat pengelasan berlangsung sangat berpengaruh terhadap
bentuk deposit logam las yang terbentuk. Tidak semua juru las mahir di semua
posisi, posisi di bawah tangan (down hand) merupakan posisi yang paling mudah
untuk dilakukan, namun ketika mengelas pipa logam dengan posisi miring akan

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

16

sangat sulit dilakukan. Juru las yang dapat melakukan pengelasan ini adalah juru
las kelas satu yang dilengkapi dengan sertifikat standar internasional.
Dalam dunia industri posisi las diberi kode tertentu agar pada saat
pengelasan dilakukan tidak terjadi kekeliruan menentukan juru las dan prosedur
pengelasan. Ada dua sistim pengkodean yang banyak dikenal, yaitu sistim yang
ditetapkan oleh American Welding Society (AWS) dan sistim International
Standard Organisation (ISO). Berdasarkan kode yang ditetapkan oleh AWS,
posisi las dikaitkan pada jenis teknik sambungan las, jika sambungan berkampuh
(groove) maka kode posisinya dengan huruf G, untuk posisi down-hand 1G,
horisontal 2G, vertikal 3G, over-head 4G, pipa dengan sumbu horisontal 5G, dan
pipa miring 45 6G. Jika sambungan las tidak berkampuh/tumpul (fillet) maka
kodenya adalah F, untuk posisi down-hand 1F, horisontal 2F, vertikal 3F, dan
over-head 4F. (Djamiko, R.D. 2008)
Sistim kode posisi las yang ditetapkan ISO berbeda dengan AWS. Kode
posisi las menurut ISO didasarkan pada posisi elektroda saat pengelasan
dilakukan, untuk pengelasan plat diberi kode PA, PB, PC, PD, dan PE, sedangkan
pengelasan pipa naik PF dan pipa turun PG, lihat Gambar 8 dan 9.

1
2

Gambar 5. Kode ISO Posisi Las Flat dan Kode ISO Posisi Las Pipa
(Djamiko, R.D. 2008)
10. Klasifikasi Bentuk Sambungan Las
Ada beberapa bentuk dasar sambungan las yang biasa dilakukan dalam
penyambungan logam, bentuk tersebut adalah butt joint, fillet joint, lap joint edge

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

17

joint, dan out-side corner joint. Berbagai bentuk dasar sambungan ini dapat dilihat
pada Gambar

Gambar 6. Berbagai Bentuk Sambungan Las (Djamiko, R.D. 2008


11. Beberapa Variabel yang Berkaitan dengan Pekerjaan Las.
Penyambungan logam dengan proses pengelasan tidak dapat dilakukan
sembarangan, banyak variabel yang harus diperhatikan agar kualitas sambungan
sesuai standar yang dipersyaratkan oleh suatu lembaga internasional yang
berkaitan dengan pekerjaan las. Variabel tersebut adalah bahan, proses, metode,
keselamatan dan kesehatan kerja, peralatan, sumber daya manusia, lingkungan,
serta pemeriksaan kualitas sambungan las. Lihat Gambar 11.

Gambar 7. Variabel yang Berpengaruh pada Pengelasan Logam


(Djamiko, R.D. 2008)
Dalam proses pengelasan logam, bahan yang akan disambung harus
diidentifikasi dengan baik. Dengan dikenalinya bahan yang akan dilas, dapat
ditentukan prosedur pengelasan yang benar, pemilihan juru las yang sesuai, serta
pemilihan mesin dan alat yang tepat Metode pengelasan logam yang meliputi

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

18

prosedur pengelasan, prosedur perlakuan panas, desain sambungan, serta teknik


pengelasan disesuaikan dengan jenis bahan, peralatan, serta posisi pengelasan saat
sambungan las dibuat. Aspek efektifitas, efisiensi proses, dan pertimbangan
ekonomis berkaitan erat dengan pemilihan peralatan las. Pengelasan logam
stainless steel akan berkualitas bagus jika menggunakan las TIG, namun akan
lebih murah bila ddilas dengan las listrik, sehingga pemilihan mesin dan peralatan
las sebaiknya disesuaikan dengan tujuan pengelasan serta biaya operasionalnya.
Dalam pelaksanaan pekerjaan las dibutuhkan Sumber daya manusia yang
memenuhi kualifikasi sesuai standar yang ada. Kualifikasi harus mengikuti
standar-standar internasional seperti International Institut of Welding (IIW),
American Welding Society (AWS), dan masih banyak lembaga-lembaga
international di bidang pengelasan logam yang lain. Berdasarkan standar
International Institut of Welding (IIW), profesi las terdiri dari Welding Engineer
(WE), Welding Technologist (WT), Welding Practitioneer (WP), serta Welder (W).
Profesi Welding Engineer mempunyai tugas untuk menentukan prosedur
pengelasan dan prosedur pengujian. Seorang Welding Technologist bertugas untuk
menterjemahkan

prosedur-prosedur

tersebut

kepada

profesi

las

yang

mempunyailevel di bawahnya. Untuk melatih juru las (Welder) dibutuhkan


seorang Welding Practititoneer dan yang melakukan pengelasan adalah Welder
(juru las).
Lingkungan pada waktu pengelasan dilakukan merupakan faktor yang
mempengaruhi kualitas las. Pengelasan yang dilaksanakan pada kondisi
lingkungan sangat ekstrim, diperlukan prosedur khusus agar kualitas sambungan
terjamin dengan baik. Pengelasan kapal yang terpaksa dilakukan di dalam air
memerlukan mesin las yang dilengkapi dengan satu unit peralatan yang dapat
melindungi elektroda dari sentuhan air. Disamping itu juga dibutuhkan Welder
yang sesuai dengan pekerjaan tersebut, pengelasan dalam air cukup sulit
dilakukan karena adanya tekanan gas pelindung terhadap dinding kapal.
(Djamiko, R.D. 2008)

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

19

13. Mendeteksi Material Logam yang Sudah di Las.


Sebelum material adalah radiografi sinar-x.Dalam metode ultrasonik, kita
mendeteksi suatu material menggunakan sebuah sensor ultrasonik.Pendeteksian
yang kita lakukan secara umum untuk mengetahui tebal sebuah material.
Selain itu kita juga dapat mengukur dengan adanya detektor ultrasonik
yang sangat presisi, pemeriksaan suatu logam dapat menggunakan gelombang
ultrasonik.Detektor gelombang ultrasonik juga dapat dipakai dalam pemeriksaan
hasil pengelasan, baik pada pengelasan lempengan logam maupun pada
pengelasan pipa-pipa. Bahkan, juga dipakai untuk mendeteksi keretakan pada
logam atau cacat pada proses pengelasan, serta penipisan yang terjadi pada pipapipa atau dinding-dinding tangki yang tidak dapat diamati secara visual. (Van
Vlack, L.H. 1980)
Salah satunya tentang cacat pada waktu pengelasan material ketika
disambungkan dengan elektroda. Pada proses pengelasan akan terjadi beberapa
kesalahan pada pengelasan sebuah material. Cacat las / defect weld adalah suatu
keadaan hasil pengelasan dimana terjadi penurunan kualitas dari hasil lasan.
Kualitas hasil lassan yang dimaksud adalah berupa turunnya kekuatan
dibandingkan dengan kekuatan bahan dasar base metal, tidak baiknya performa /
tampilan dari suatu hasil las atau dapat juga berupa terlalu tingginya kekuatan
hasil lasan sehingga tidak sesuai dengan tuntutan kekuatan suatu konstruksi.
Terjadinya cacat las ini akan mengakibatkan banyak hal yang tidak diinginkan dan
mengarah pada turunnya tingkat keselamatan kerja, baik keselamatan alat,
pekerja, lingkungan dan perusahaan. Di samping itu juga secara ekonomi akan
mengakibatkan melonjaknya biaya produksi dan akan mengakibatkan kerugian.
Menurut American Society Mechanical Engineers( ASME ), penyebab cacat lasan
dapat dibagi menjadi beberapa faktor antara lain :
1

Kesalahan operator.

Kesalahan teknik pengelasan.

Cacat laminasi (cacatan yang dihasilkan oleh fabrikasi pabrik).


Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

20

14. Jenis Jenis Kerusakan Material


14.1 Kerusakan Material Akibat Korosi
Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat
dihindari, namun dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi
kerugian dan mencegah dampak negatif yang diakibatkannya. Dengan
penanganan ini umur produktif peralatan elektronik menjadi panjang sesuai
dengan yang direncanakan, bahkan dapat diperpanjang untuk memperoleh nilai
ekonomi yang lebih tinggi. Upaya penanganan korosi diharapkan dapat banyak
menghemat biaya opersional, sehingga berpengaruh terhadap efisiensi dalam
suatu kegiatan industri.
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan
lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang
merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan
lingkungan. (Putra, R.M. 2011)
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1. Berasal dari bahan itu sendiri
Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk
kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan
dan sebagainya.
2. Berasal dari lingkungan.
Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu,
kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya.
Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa
serta garam, baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik.
Cara cara penanggulangan korosi antara lain :
1. Melapis permukaan logam dengan cat.
2. Melapis permukaan logam dengan proses pelapisan atau Electroplating.
3. Membuat lapisan yang tahan terhadap korosi seperti Anodizing Plant .
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

21

4. Membuat sistem perlindungan dengan anoda korban.


5. Membuat logam paduan yang tahan terhadap korosi.
14.2 Kerusakan Material Akibat Fatigue
Mekanisme kerusakan fatik dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
1. inisiasi atau pembentukan retak (crack initiation),
2. pertumbuhan dan perambatan retak (crack growth, crack propagation) dan
3. kerusakan fatik (fatigue damage).
Tiga parameter yang menjadi penyebabnya adalah adanya pembebanan
berulang, tegangan tarik dan regangan plastis. Bila salah satu dari parameter ini
tidak ada maka retak sebagai inisiasi kerusakan fatik tidak akan merambat
menjadi kerusakan fatik. Proses kerusakan fatik dimulai dari pembebanan
berulang pada material selama waktu tertentu sehingga terbentuk regangan plastis
pada daerah konsentrasi tegangan. Regangan plastis ini akan memicu
terbentuknya inisiasi retak. Tegangan tarik kemudian akan memicu inisiasi retak
untuk tumbuh dan merambat sampai terjadinya kerusakanSelama pembebanan
siklis pada material secara mikro terjadi deformasi plastis setempat yang
disebabkan oleh besarnya konsentrasi tegangan sehingga terbentuklah bidang slip
khususnya disekitar daerah ekstrusi dan intrusi sehingga munculah inisiasi retak.
(Putra, R.M. 2011)
Kelelahan adalah pertumbuhan inti dan pertumbuhan dari retakan dibawah
kondisi siklus tegangan dan regangan.Penyebab Kelelahandiantaranya:
1.Kelelahan yang dikontrol oleh tegangan
a. Lengkung rotasi (rotating bending)
b. Getaran (vibration)
c. Penekanan (pressurisation)
d. Kontak Gelinding (rolling contacts)
2. Kelelahan yang dikontrol oleh regangan
a) Siklus termal (thermal cycles)
b) Takikan besar (severe notches)
c) Terbuka/tertutup
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

22

Cara cara pencegahan kelelahan diantaranya:


1. Dengan pengikat (fastenings)
Yaitu dengan ekspansi dingin menggunakan madrel (contoh paku keling)
2. Pelubangan mandiri (autofrettage)
Yaitu dengan ekspansi dingin oleh penekanan (contoh ketel bertekanan)
14.3 Kerusakan Material Akibat Coran
Cacat coran Adalah kerusakan atau kesalahan yang terjadi pada benda cor
yang menyebabkan ditolaknya benda cor tersebut oleh konsumen (reject). Adanya
defect ini dalam produksi tidak dapat dihindari, tapi harus diminimalisir.(Putra,
R.M. 2011)
Faktor faktor yang berpengaruh pada cacat coran diantaranya:
1. Perencanaan cetakan yang tidak menyebabkan turbulen pada aliran logam cair
2. Pemakaian pasir yang mempunyai kadar air rendah dan permeabilitas yang
sesuai.
3. Sistem ventilasi yang baik
4. Hindari fasa lumpur (campuran cair dan padat) kalau mungkin
5. Adanya ketebalan berbeda atau hot spot pada casting
14.4 Kerusakan Material Akibat Pengelasan
Cacat las/defect weld, adalah suatu keadaan yang mengakibatkan turunnya
kualitas dari hasil lasan. Kualitas hasil lasan yang dimaksud adalah berupa
turunnya kekuatan dibandingkan kekuatan bahan dasar base metal atau tidak
baiknya performa/tampilan dari suatu hasil las. atau dapat juga berupa terlalu
tingginya kekuatan hasil lasan sehingga tidak sesuai dengan tuntutan kekuatan
suatu konstruksi.
Semua cacat las umumnya disebabkan kurangnya pengetahuan dari
welder/juru las terhadap teknik-teknik pengelasan termasuk pemilihan parameter
las. Oleh karena itu dari mulai pengelasan sampai akhir pengelasan harus selalu
diadakan pemeriksaan dengan cara-cara yang telah ditentukan, misalnya secaravis
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

23

ual, dye penetrat/dye check, radiography, ultra sonic atau dengan cara-cara lain.
Terjadinya cacat las ini akan mengakibatkan banyak hal yang tidak diinginkan dan
mengarah pada turunnya tingkat keselamatan kerja, baik keselamatan alat,
pekerja/user/operator, lingkungan dan perusahaan/industri/instansi. Di samping itu
juga secara ekonomi akan mengakibatkan melonjaknya biaya produksi dan pada
gilirannya

industri/perusahaan/instansi

tersebut

mengalami

kerugian

atau

penurunan laba.(Putra, R.M. 2011)

14.5 Kerusakan Material Akibat Creep/Mulur


Definisi creep adalah aliran plastis yang dialami material pada tegangan
tetap. Meskipun sebagian besar pengujian dilakukan dengan kondisi beban tetap,
tersedia peralatan yang mampu mengurangi pembebanan selama pengujian
sebagai kompensasi terhadap pengurangan penampang benda uji. Pada temperatur
relatif tinggi, creep terhadi pada semua level tegangan, tetapi pada temperatur
tertentu laju creep bertambah dengan meningkatnya tegangan.(Putra, R.M. 2011)
Mekanisme deformasi mulur utama dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Pergelinciran dislokasi mencakup pergerakan dislokasi sepanjang bidang slip
dan melintasi hambatan oleh aktivasi termal. Mekanisme ini terjadi pada tegangan
tinggi, /G > 10-2.
b) Mulur dislokasi mencakup pergerakan dislokasi yang dapat melampaui
habatan oleh mekanisme termal meliputi difusi kekosongan atau interstisi. Terjadi
pada 10-4 </G < 10-2.
c) Mulur difusi mencakup aliran kekosongan dan interstisi melalui kristal di
bawah pengaruh tegangan luar. Terjadi pada /G < 10-4. Mulur Nabarro-Herring
dan Mulur Coble termasuk dalam kelompok ini
15. Pengujian dan Pemeriksaan Daerah Las
Hasil pengelasan pada umumnya sangat bergantung pada keterampilan
juru las. Kerusakan hasil las baik di permukaan maupun di bagian dalam sulit
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

24

dideteksi dengan metode pengujian sederhana. Selain itu karena struktur yang
dilas merupakan bagian integral dari seluruh badan material las maka retakan
yang timbul akan menyebar luasdengan cepat bahkan mungkin bisa menyebabkan
kecelakaan yang serius. Untukmencegah kecelakaan tersebut pengujian dan
pemeriksaan daerah-daerah las sangatlah penting. Tujuan dilakukannya pengujian
adalah untuk menentukan kualitasproduk-produk atau spesimen-spesimen
tertentu, sedangkan tujuan pemeriksaan adalah untuk menentukan apakah hasil
pengujian itu relatif dapat diterima menurut standar-standar kualitas tertentu atau
tidak dengan kata lain tujuan pengujian dan pemeriksaan adalah untuk menjamin
kualitas dan memberikan kepercayaan terhadap konstruksi yang dilas. Untuk
program pengendalian prosedur pengelasan, pengujian dan pemeriksaan dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok sesuai dengan pengujian dan pemeriksaan
dilakukan yaitu sebelum, selama atau setelah pengelasan. Pengujian/pemeriksaan
yang dilakukan sebelum pengelasan meliputi: pemeriksaan peralatan las, material
pengelasan yang akan digunakan; pengujian verifikasi prosedur pengelasan yang
harus sesuai dengan prosedur pengelasan yang memadai; dan pengujian
kualifikasi juru las sesuai dengan ketrampilan juru las. Pemeriksaan untuk
verifikasi pemenuhan standar pengelasan meliputi pemeriksaan kemiringan baja
yang

dilas,

dan

pemeriksaan

galur

las

pada

setiap

sambungan.

Pengujian/pemeriksaan yang dilakukan selama proses pengelasan meliputi:


pemeriksaan tingkat kekeringan dan kondisi penyimpanan elektrode pengelasan;
pemeriksaan las ikat; pemeriksaan kondisikondisi pengelasan terpending (arus
listrik, tegangan listrik, kecepatan proses pengelasan, urutan proses pengelasan,
dsb.);

pemeriksaan

kondisi-kondisi

sebelum

dilakukan

pemanasan;

danpemeriksaan status sumbing-belakang. Pengujian/pemeriksaan yang dilakukan


setelah proses pengelasan meliputi: pemeriksaan temperatur pemanasan dan
tingkat pendinginan sesudah proses pemanasan dan pelurusan; pemeriksaan visual
pada ketelitian ukuran; dan pemeriksaan pada bagian dalam dan permukaan hasil
las yang rusak. (Rice, R.W. 1983)

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

25

15.1. Klasifikasi Metode Pengujian Daerah Las


Metode pengujian daerah las secara kasar dapat diklasifikasikan menjadi
pengujian merusak / destruktif (DT) dan pengujian tidak merusak / non-destruktif
(NDT). Dalam pengujian destruktif, sebuah spesimen atau batang uji dipotongkan
dari daerah las atau sebuah model berukuran penuh dari daerah las yang diuji
dilakukan perubahan bentuk dengan dirusak untuk menguji sifat-sifat mekanik
dan penampilan daerah las tersebut. Dalam pengujian non-destruktif, hasil
pengelasan diuji tanpa perusakan untuk mendeteksi kerusakan hasil las dan cacat
dalam. Klasifikasi metode pengujian daerah las :
Uji destruktif (DT) :
1.Uji mekanis :
a. uji tarik
b. Uji lengkung
c. Uji hentakan
d. Uji kekerasan
e. Uji kelelehan
f. Lain-lain
2. Uji struktur:
a. Uji permukaan pecahan
b. Uji makroskopik
c. Uji mikroskopik
3. Uji kimia:
a. Uji analitis
b. Uji kekaratan
c. uji penentuan kadar air
Pengujian nondestruktif (NDT) :
1. Uji kerusakan pada permukaan :
a. Uji visual (VT)
b. Uji partikel magnet (Magnetic Particle Testing)
c. Uji penetrasi (Liquid Penetrant Testing)
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

26

d. Uji putaran arus listrik


2. Uji kerusakan bagian dalam :
a. Uji radiografi (Radiographic Testing)
b. Uji ultrasonik (UT)
3. Uji lain lain :
a. Uji ketirisan (LT)
b. Uji resistensi tekanan (PRT)

15.2. PENGUJIAN DENGAN CARA MERUSAK /DT


15.2.1 Pengujian mekanik
1. Uji tarik
Uji tarik dilaksanakan untuk menentukan kekuatan tarik, titik mulur
(kekuatan lentur) las, pemanjangan dan pengurangan material las. Langkah
pengujiannya yaitu:
a) Spesimen tersebut ujung-ujungnya dipegang dengan jepitan alat
penguji
b) Kemudian spesimen tersebut ditarik dengan menggunakan beban
tarik.
2. Uji lengkung
Uji lengkung dilaksanakan untuk memeriksa pipa saluran dan keutuhan
mekanis dari material las. Ada dua jenis uji lengkung, yaitu: uji lengkung kendali
dan uji lengkung gulungan. Langkah pengujiannya yaitu sebagai berikut,pada
tiap-tiap jenis uji lengkung itu, sebuah spesimen dalam bentuk dan ukuran tertentu
dilengkungkan sampai radius bagian dalam tertentu dan sudut lengkung tertentu,
kemudian diperiksa keretakan dan kerusakannya
3. Uji Hentakan

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

27

Uji hentakan dilaksanakan untuk menentukan kekuatan material las.


Sebagai sebuah metode uji hentakan yang digunakan di dalam dunia industri, JIS
menetapkan secara khusus uji hentakan charpy dan uji hentakan izod
4. Uji Kekerasan
Uji kekerasan, seperti halnya uji tarik, seringkali dilaksanakan. Karena
daerah las dipanaskan dan didinginkan dengan cepat, maka daerah yang terkena
panas akan menjadi keras dan rapuh. Kekerasan maksimal pada daerah las yang
diukur dengan uji kekerasan digunakan sebagai dasar penentuan kondisi-kondisi
sebelum dan sesudah pemanasan yang akan dilakukan untuk mencegah retakan
hasil pengelasan.
5. Uji struktur
Uji struktur mempelajari struktur material logam. Untuk keperluan
pengujian, material logam dipotong-potong, kemudian potongan - potongan
diletakkan di bawah dan dikikis dengan material alat penggores yang sesuai. Uji
struktur ini dilaksanakan secara makroskopik atau mikroskopik. Dalam uji
makroskopik, permukaan spesimen diperiksa dengan mata telanjang atau melalui
loupe untuk mengetahui status penetrasi, jangkauan yang terkena panas, dan
kerusakannya. Dalam pemeriksaan mikroskopik, permukaan spesimen diperiksa
melalui mikroskop metalurgi untuk mengetahui jenis struktur dan rasio
komponen-komponennya, untuk menentukan sifat-sifat materialnya.
15.3. PENGUJIAN DENGAN CARA TAK MERUSAK / NDT
15.3.1 Uji Kerusakan Permukaan
1. Uji visual (VT)
Uji visual merupakan salah satu metode pemeriksaan terpenting yang
paling banyak digunakan. Uji visual tidak memerlukan peralatan tertentu dan oleh
karenanya relatif murah selain juga cepat dan mudah dilaksanakan.
2. Uji Partikel Magnet (Magnetic Particle Testing)

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

28

Pengujian terhadap partikel magnet merupakan metode yang benar-benar


efisien dan mudah dilaksanakan untuk mendeteksi secara visual kerusakankerusakan halus yang tidak teridentifikasi pada atau di dekat permukaan
logam.Dengan menggunakan metode ini, cacat permukaan (surface) dan bawah
permukaan (subsurface) suatu komponen dari bahan ferromagnetik dapat
diketahui.

Prinsipnya

adalah

dengan

memagnetisasi

bahan

yang

akan

diuji.Adanya cacat yang tegak lurus arah medan magnet akan menyebabkan
kebocoran medan magnet. Kebocoran medan magnet ini mengindikasikan adanya
cacat pada material. Langkah pengujiannya yaitu sebagai berikut:
a) Menaburkan partikel magnetik dipermukaan
b) Kemudian amati apakah partikel partikel magnetik berkumpul di suatu
tempat
c) Apabila partikel tersebut berkumpul,hal ini mengindikasikan adanya
kebocoran pada lasan.
3. Uji Zat Penetran (Liquid Penetrant Testing)
Pada umumnya, uji zat penetran ini dilakukan secara manual, sehingga
dapat tidaknya kerusakan itu berhasil dideteksi sangat bergantung pada
ketrampilan penguji.Melalui metode ini, cacat pada material akan terlihat lebih
jelas. Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
a) Memberikan cairan berwarna terang pada permukaan yang diinspeksi.
b) Cairan ini harus memiliki daya penetrasi yang baik dan viskositas yang
rendah agar dapat masuk pada cacat dipermukaan material.
c) Selanjutnya, penetrant yang tersisa di permukaan material disingkirkan.
Cacat akan nampak jelas jika perbedaan warna penetrant dengan latar
belakang cukup kontras.
d) Seusai inspeksi, penetrant yang tertinggal dibersihkan dengan penerapan
developer.
4. Eddy Current Testing
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

29

Inspeksi ini memanfaatkan prinsip elektromagnet. Prinsipnya, arus listrik


dialirkan pada kumparan untuk membangkitkan medan magnet didalamnya.
Langkah pengujiannya yaitu sebagai berikut:
a) Spesimen yang akan diuji dialiri dengan arus listrik sehingga membangkit
medan magnet di dalamnya.
b) Jika medan magnet ini dikenakan pada benda logam yang aka n diinspeksi,
maka akan terbangkit arus Eddy.
c) Arus Eddy kemudian menginduksi adanya medan magnet. Medan magnet
pada benda akan berinteraksi dengan medan magnet pada kumparan dan
mengubah impedansi bila ada cacat.
5. Ultrasonic Testing
Prinsip yang digunakan adalah prinsip gelombang suara.Langkah
pengujiannya yaitu sebagai berikut:
a) Gelombang suara dirambatkan pada spesimen uji
b) Sinyal yang ditransmisi atau dipantulkandiamati dan interpretasikan.
Gelombang ultrasonic yang digunakan memilikifrekuensi 0.5 20
MHz.Gelombang suara akan terpengaruh jika ada void, retak, atau delaminasi
pada material. Gelombang ultrasinic ini dibnagkitkan oleh tranducer dari bahan
piezoelektri yang dapat menubah energi listrik menjadi energi getaran mekanik
kemudian menjadi energi listrik lagi.
6. Uji Radiografi (Radiographic Testing)
Metode NDT ini dapat untuk menemukan cacat pada material dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma.Langkah pengujiannya yaitu:
a) Sinar X dipancarkanmenembus material yang diperiksa. Saat menembus
objek, sebagian sinar akan diserap sehingga intensitasnya berkurang.
b) Intensitas akhir kemudaian direkam pada film yang sensitif. Jika ada cacat
pada material maka intensitas yang terekam pada film tentuakan
bervariasi.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

30

c) Kemudian amati hasil rekaman pada film. Hal ini lah yang akan
memeperlihatkan bagian material yang mengalami cacat.
15.3.2 Langkah pengujian
Berikut ini adalah langkah langkah untuk melakukan pengujian non
destructive:
1. Permukaan yang diperiksa kemudian dibersihkan dari kotoran yang mungkin
menyumbat/menutupi celah.
2. Permukaan yang bersih dilapisi oleh cairan penetran dalam waktu tertentu agar
cairan penetran dapat masuk kedalam celah. Pelapisan dapat dilakukan melalui
penyemprotan pengolesan atau pencelupan.
3. Sisa cairan penetran di permukaan yang tidak masuk kedalam celah
dibersihkan.
4. Permukaan dilapisi developer untuk menyedot ke luar cairan penetran yang
berada dalam celah, agar menghasilkan indikasi.
5.

Permukaan diinspeksi secara non destructive test seperti uji visual untuk

dideteksi adanya indikasi.


6.

Benda uji dicuci/dibersihkan, bila perlu diberi perlakuan anti karat

16. Cacat-cacat pada pengelasan


Dalam setiap proses pengelasan sering kali terjadi cacat pada benda
kerja.Macam-macam cacat yang timbul pada proses pengelasan yaitu :
1. Slag Inclusion (Terak yang Tertimbun)
Slag Inclusion, dapat terjadi akibat pembersihan pada saat pengelasan
yang berlapis kurang bersih. Hal ini juga dapat diakibatkan penggunaan flux pada
pengelasan yang berlapis.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

31

Gambar 8. Slag Inclusion(Djamiko, R.D. 2008)


Cacat seperti ini dicegah dengan cara :
a) Tiap-tiap lapisan harus benar-benar dibersihkan
b) Ayunan elektroda jangan lebar
c) Kecepatan pengelasan harus kontinyu
2. Porositas (gelembung gas)
Cacat ini merupakan cacat yang dikarenakan adanya gas yang
terperangkap di daerah lasan dalam jumlah yang melebihi syarat batas.

Gambar 9. Porositas(Djamiko, R.D. 2008)


Cacat ini dapat dicegah dengan cara :
a) Elektroda gas harus dikeringkan
b) Gunakan panjang busur yang tepat dan tetap
c) Kurangi kecepatan pengelasan
d) Gunakan tipe elektroda yang lain
3. Undercut
Cacat ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal, antara lain:
a) Excessive amps/volts
b) Excessive travel speed
c) Incorrect electrode angle

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

32

d) Excessive weaving
e) Incorrect welding technique
f)

Electrode too large

Gambar 10. Undercut (Djamiko, R.D. 2008)


Cacat ini dapat dicegah dengan :
a) Mengurangi kuat arus pengelasan
b) Posisi elektroda arah longitudinal dan transversal harus tepat
c) Ayunan elektroda jangan terlalu cepat
d) Usahakan benda kerja agak dingin pada tiap lapisan
4. Crack (retak)
Banyak hal yang dapat menyebabkan cacat ini.contoh bentuk crack adalah
seperti berikut:

Gambar 11. Cracks (Djamiko, R.D. 2008)


a) Hot Cracking
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

33

Yaitu retakan yang biasanya timbul pada saat cairan las mulai membeku
karena luas penampang yang terlalu kecil dibandingkan dengan besar benda kerja
yang akan dilas, sehingga terjadi pendinginan. Cara mengatasi dengan
menggunakan elektroda las low hidrogen yang mempunyai sifat tegang yang
relatif tinggi.
b) Cold Cracking
Cara mengatasinya dengan menggunakan elektroda las low hidrogen,
disamping pemanasan awal yang akan banyak membantu.
c) Underbread Cracking
Terjadi karena adanya hidrogen atau pun karena kuatnya konstruksi
penguat sampingan. Dapat ditanggulangi dengan menggunakan elektroda las low
hidrogen atau pemanasan awal benda kerja sampai 120C.
5. Incomplete Fusion
Cacat ini dapat diakibatkan oleh kesalahan penggunaan besar arus,
kecepatan pengelasan, incorrect electrode manipulation, maupun kesalahan
pengelas.

Gambar 12. Incomplete Fusion (Djamiko, R.D. 2008)

6. Overlap
Cacat ini dikarenakan:
a) Arus terlalu rendah
b) Kecepatan pengelasan rendah
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

34

c) Kesalahan teknik mengelas


d) Kontaminasi sekitar

Gambar 13. Overlap(Djamiko, R.D. 2008)

E. METODOLOGI KERJA PRAKTEK


E.1.Desain Kerja Praktek
Kerja praktekdilakukan dengan melakukan analisis material dan teknik
pengelasanpada sistem perpipaan.Analisis dilakukan untuk mengidentifikasijenis
material maupun teknik pengelasan yang digunakan pada sistem perpipaan
tersebut. Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan, maka dilakukan analisis
lanjutpada tiap-tiap komponen pipa. Analisis tiap komponen dapat memudahkan
analisis sistem perpipaan secara keseluruhan.
Dalam penelitian ini sistem disederhanakan kedalam sebuah control volume
dengan membedakan antara aliran masuk komponen dan aliran keluar dari
komponen, dari setiap volume mewakili setiap aliran yang berbeda dalam instalasi
pipa. Dengan memasukkan parameter-parameter operasi yang sesungguhnya,
evaluasi dengan menggunakan beberapa persamaan terhadap performansi sistem
dilakukan.
E.2. Ruang Lingkup dan Batasan Kerja Praktek
Kerja praktek ini mempertimbangkan kondisi setiap komponen. Proses
analisis dimulai dari tiap komponen sehingga bisa dilakukan analisis secara
keseluruhan. Dalam hal ini parameter-parameter yang dikaji meliputi: Jenis
material, parameter tingkat pH, tekanan, temperature, teknik pengelasan dan lain
lain.
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

35

E.3. Sumber Data


Data-data yang digunakan dalam analisis ini nantinya adalah data-data yang
meliputi:
1. Data operasi keseluruhan pada crane di PT. McDERMOTT BATAM.
2. Data teknis di PT. McDERMOTT meliputi: tekanan, temperatur, standarisasi
dan data penting lainnya yang mendukung dalam penelitian.
3. Buku pedoman operasi PT. MCDERMOTT (Manual Design).
E.4. Analisis dan Pengelolahan Data
Data-data yang didapat kemudian dikaji guna untuk mengetahui unjuk kerja
dan jenis material yang dipakai pada pengelasan serta proses teknik pengelasan
pada setiap komponen yang dipakai. Selanjutnya data hasil pengkajian disusun
dalam bentuk tabel dan diolah lebih lanjut. Kemudian ditampilkan dalam bentuk
grafik. Bila ada perhitungan maka satuan internasional (SI) yang akan digunakan
untuk semua satuan hasil perhitungan.

E.5. Diagram Alir


Adapun tahap-tahap penelitian dan pengambilan data yang dilakukan
dapat dilihat pada diagram alir berikut ini:
START

Awal kerja praktek:


1. Pada awal kerja praktek mahasiswa melakukan survey lapangan.
2. Mahasiswa melakukan peninjauan dan pengamatan terhadap komponen-komponen serta
jenis-jenis material di PT.McDERMOTT.
Tahap pengumpulan data:
Setelah melakukan peninjauan dan pengamatan mahasiswa melakukan pengumpulan data.
1. Data Teknis perpipaan meliputi : panduan material, jenis welding yang digunakan, jenis
kawat las yang dipakai,kondisi pemakaian alat las, temperature, WPS (Welding Procedure
Specification), dan data penunjang lainnya, dimensi, cara kerja, serta teknik pengelasannya.
2. Data Lapangan
3. Spesifikasi komponen untuk mengetahui performance komponen sesudah dan sebelum di
analisis.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

36

Tahap pengkajian data:


Dari pengamatan sistem perpipaan akan didapat antara lain : jenis material yang digunakan,
teknik pengelasan, kekuatan material yang ada serta efisiensi jenis pengelasan yang digunakan.

Tahap analisa data:


Data-data yang didapat kemudian dianalisaguna mengetahui unjuk kerja dan jenis material yang
dipakai serta proses teknik pengelasan pada setiap komponen.
Tahap akhir:
Pada akhir kerja praktek penulis harus membuat hasil laporan dari pengambilan data dan
pengkajian yang telah dilakukan. Hasil output tersebut di antaranya:
1. Tabel spesifikasi material.
2. Grafik pengelasan.
3. Kesimpulan dan saran.

END
Gambar 14. Diagram Alir

E.6. Penjelasan Diagram Alir


Pada awal kerja praktek, penulis melakukan peninjauan dan pengamatan
terhadap sistem perpipaan di PT.McDERMOTT untuk mengenali dan memahami
komponen-komponen seperti Tee, Elbow, dan Flange pada sistem perpipaan
tersebut. Setelah mengenal komponen-komponen sistem perpipaan, penulis harus
mengetahui dan memahami jenis-jenis material yang digunakan dan teknik-teknik
pengelasan yang digunakan.
E.6.1 Data Data Operasi dan Maintenance (Input)
Setelah mengenal komponen-komponen dan jenis-jenis material serta
teknik-teknik pengelasan, barulah kita mencari data-data operasi dan
maintenance (Input) ;
1. Data Teknis meliputi : panduan material, jenis welding yang digunakan,
jenis kawat las yang dipakai,kondisi pemakaian alat las, temperature, WPS
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

37

(Welding Procedure Specification), dan data penunjang lainnya, dimensi,


cara kerja, serta teknik pengelasannya.
2. Data Lapangan
3. Spesifikasi komponen untuk mengetahui performance komponen sesudah
dan sebelum di analisis.
E.6.2 Pengkajian Data
Setelah mendapatkan data-data diatas barulah kita bisa melakukan
pengkajian data Dari pengamatan akan didapat antara lain : jenis material yang
digunakan, teknik pengelasan, kekuatan material yang ada serta efisiensi jenis
pengelasan yang digunakan.
E.6.3 Analisa Data
Data-data yang didapat kemudian dianalisa guna mengetahui unjuk kerja
dan jenis material yang dipakai serta proses teknik pengelasan pada setiap
komponen. Misalkan saat menganalisa kerusakan pada pengelasan dilakukan
beberapa jenis pengujian yaitu:
1. Uji visual (VT)
Uji visual merupakan salah satu metode pemeriksaan terpenting yang
paling banyak digunakan. Uji visual tidak memerlukan peralatan tertentu
dan oleh karenanya relatif murah selain juga cepat dan mudah
dilaksanakan.
2. Uji Partikel Magnet (Magnetic Particle Testing)
Pengujian terhadap partikel magnet merupakan metode yang benar-benar
efisien dan mudah dilaksanakan untuk mendeteksi secara visual kerusakankerusakan halus yang tidak teridentifikasi pada atau di dekat permukaan
logam. Dengan menggunakan metode ini, cacat permukaan (surface) dan
bawah permukaan (subsurface) suatu komponen dari bahan ferromagnetik
dapat diketahui. Prinsipnya adalah dengan memagnetisasi bahan yang akan

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

38

diuji. Adanya cacat yang tegak lurus arah medan magnet akan
menyebabkan kebocoran medan magnet. Kebocoran medan magnet ini
mengindikasikan adanya cacat pada material. Langkah pengujiannya yaitu
sebagai berikut:
a) Menaburkan partikel magnetik dipermukaan
b)

Kemudian amati apakah partikel partikel magnetik berkumpul di


suatu tempat

c)

Apabila partikel tersebut berkumpul,hal ini mengindikasikan adanya


kebocoran pada lasan.

3. Uji Zat Penetran (Liquid Penetrant Testing)


Pada umumnya, uji zat penetran ini dilakukan secara manual, sehingga
dapat tidaknya kerusakan itu berhasil dideteksi sangat bergantung pada
ketrampilan penguji.Melalui metode ini, cacat pada material akan terlihat
lebih jelas. Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
a) Memberikan cairan berwarna terang pada permukaan yang diinspeksi.
b) Cairan ini harus memiliki daya penetrasi yang baik dan viskositas yang
rendah agar dapat masuk pada cacat dipermukaan material.
c) Selanjutnya, penetrant yang tersisa di permukaan material disingkirkan.
Cacat akan nampak jelas jika perbedaan warna penetrant dengan latar
belakang cukup kontras.
d) Seusai inspeksi, penetrant yang tertinggal dibersihkan dengan penerapan
developer.

4. Eddy Current Testing


Inspeksi ini memanfaatkan prinsip elektromagnet. Prinsipnya, arus listrik
dialirkan pada kumparan untuk membangkitkan medan magnet didalamnya.
Langkah pengujiannya yaitu sebagai berikut:
a) Spesimen yang akan diuji dialiri dengan arus listrik sehingga
membangkit medan magnet di dalamnya.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

39

b) Jika medan magnet ini dikenakan pada benda logam yang aka n
diinspeksi, maka akan terbangkit arus Eddy.
c) Arus Eddy kemudian menginduksi adanya medan magnet. Medan
magnet pada benda akan berinteraksi dengan medan magnet pada
kumparan dan mengubah impedansi bila ada cacat.
5. Ultrasonic Testing
Prinsip yang digunakan adalah prinsip gelombang suara, langkah
pengujiannya yaitu sebagai berikut:
a) Gelombang suara dirambatkan pada spesimen uji
b) Sinyal yang ditransmisi atau dipantulkandiamati dan interpretasikan.
Gelombang ultrasonic yang digunakan memilikifrekuensi 0.5 20 MHz.
Gelombang suara akan terpengaruh jika ada void, retak, atau delaminasi pada
material. Gelombang ultrasinic ini dibangkitkan oleh tranducer dari bahan
piezoelektri yang dapat menubah energi listrik menjadi energi getaran mekanik
kemudian menjadi energi listrik.

6. Uji Radiografi (Radiographic Testing)


Metode NDT ini dapat untuk menemukan cacat pada material dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma.Langkah pengujiannya yaitu:
a) Sinar X dipancarkan menembus material yang diperiksa. Saat
menembus objek, sebagian sinar akan diserap sehingga intensitasnya
berkurang.
b)

Intensitas akhir kemudaian direkam pada film yang sensitif. Jika ada
cacat pada material maka intensitas yang terekam pada film tentuakan
bervariasi.
Kemudian amati hasil rekaman pada film. Hal ini lah yang akan

memeperlihatkan bagian material yang mengalami cacat.


E.6.4 Hasil Output

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

40

Pada akhir kerja praktek penulis harus membuat hasil laporan dari
pengambilan data dan pengkajian yang telah dilakukan. Hasil output
tersebut di antaranya:
1. Tabel spesifikasi material.
2. Grafik pengelasan.
3. Kesimpulan dan saran.
Salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktek ini adalah
tugas khusus yang diberikan bersamaan dengan berlangsungnya Kerja
Praktek. Tugas khusus dapat berupa masalah meliputi topik/ruang lingkup
diatas, ataupun dapat disesuaikan dengan permasalahan yang terjadi di
lapangan. Untuk itu penulis memohon diberikan tugas khusus tersebut, di
bawah bimbingan tenaga ahli dari PT. McDERMOTT.

F. WAKTU DAN JADWAL PELAKSANA


Kami mengusulkan untuk melaksanakan kerja praktek ini selama dua bulan
mulai tanggal 11 Juli 2016 s/d 11 September 2016.
Adapun jadwal kegiatan adalah sebagai berikut:
N
O

MINGGU KE
KEGIATAN

Orientasi

Studi
kepustakaan

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

41

3
4
5

Praktek
lapangan
Tugas
Khusus
Penyelesaian
Laporan

V = pelaksanaan kegiatan
- = tidak ada kegiatan

Keterangan

Tempat Kegiatan Kerja Praktek Mahasiswa ini akan dilaksanakan di PT.


McDERMOTT yang beralamatkan di Jl. Bawal No.1, Batu Ampar, Pulau Batam,
Kepulauan Riau 29432, Indonesia.
G. PENUTUP
Demikianlah Proposal Kegiatan Kerja Praktek ini kami buat dengan
sebenarnya untuk diajukan pada perusahaan yang Bapak / Ibu pimpin agar dapat
menjadi bahan pertimbangan. Sekiranya kami dapat ditempatkan di bagian yang
sesuai dengan Jurusan yang kami miliki, dan apabila kami ditempatkan di bagian
yang lain kami bersedia. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai