Cahaya Di Balik Tirai Cobaan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

CAHAYA DI BALIK TIRAI COBAAN

Karya: Engki Tornado

Fajar telah menyingsing dan embun pagi pun


masih perawan. Aku mulai mengemasi perlengkapan
dan bersiap untuk berangkat ke kampus. Perkenalkan
nama saya Engki Tornado. Saya lahir di Muara Bungo,
tanggal 10 Mei tahun 1991. Saya tinggal di Kampung
baru jorong lubuk landur Kec. Pasaman Kab. Pasaman
Barat Provinsi Sumatera Barat. Saat ini saya kuliah di
Universitas

Negeri

Padang

jurusan

Teknik

Pertambangan. Saya anak pertama dari 6 orang


bersaudara. Saya merupakan anak dari pasangan
Ambrizal (ayah) dengan Mardianis (ibu). Dengan latar
belakang orang tua sebagai petani dan dengan segala
keterbatasan hidup saya tetap bersyukur dan termotivasi
untuk

terus

kesempatan

berjuang

menggapai

ini

ingin

saya

cita-cita.

Pada

menceritakan

secuil

perjuangan saya untuk dapat menikmati indahnya masa


pendidikan. Untuk dapat menyandang gelar mahasiswa,
saya beserta keluarga harus berjuangan melawan
keterbatasan.
Berawal

dari

saya

menyelesaikan

sekolah

menengah pertama di MTsN Simpang Empat. Puas


menikmati hari libur, tibalah saatnya pendaftaran di

SMAN 1 Pasaman dibuka. Setelah mengikuti berbagai


proses

pendaftaran,

waktunya

untuk

melihat

pengumuman siswa yang diterima di SMAN 1 Pasaman.


Aku selalu berdoa kepada Allah SWT semoga diterima
di SMAN 1 Pasaman. Sungguh senangnya doaku
terkabul dan aku diterima di SMAN 1 Pasaman.
Di balik semua rasa kebahagiaan saat itu terdapat
permasalahan baru. Bahwa aku belum mendaftar ulang .
Sedangkan pendaftarannya telah tutup pada hari jumat
ini. Ayahku terus memohon kepada pihak sekolah agar
aku bisa diterima mendaftar ulang. Namun malangnya
Nasi telah menjadi bubur Begitulah kata kepala
sekolah.
Tapi masih ada harapan Pak, kata kepala sekolah.
Bagaimana caranya, jawab ayah dengan semangat
Bapak harus mendaftarkan anak Bapak ke SMAN Talu,
yang mana sekarang pendaftarannya masih dibuka,
kata kepala sekolah SMAN 1 Pasaman. Namun perlu
Bapak ketahui, bahwa pendaftarannya akan tutup
sebelum sholat jumat nanti , sambungnya dengan
cepat. Jam telah menunjukkan pukul 10.15 WIB. Kami
harus sampai di SMAN Talu sebelum sholat jumat,
sedangkan jarak dari SMAN 1 Pasaman ke SMAN Talu
adalah 35 km. Dengan cepat dan penuh harapan kami
pergi ke SMAN Talu. Agar bisa diterima di SMA N 1

Pasaman kembali, aku harus sekolah selama satu


semester dan

kemudian pindah dari SMAN Talu.

Namun tak seperti yang kami harapkan. Kepala sekolah


SMAN Talu tidak mau merima, karena beliau tahu
bahwa aku hanya akan sekolah 1 semester saja lalu
pindah ke SMAN 1 Pasaman. Ayah merangkul dan
berkata tenang saja, pasti ada jalan keluarnya. Kini
aku harus mengubur mimpi-mimpi itu dan memutuskan
untuk menganggur 1 tahun.
Aku selalu berharap bisa sekolah tahun depan.
Ternyata impian itupun harus ku kubur dalam-dalam,
karena besok pagi tepatnya tanggal 1 syawal atau hari
Raya Idul Fitri, aku harus bersedih hati karena akan
mendapati ayah pergi ke kampung halamannya Pesisir
Selatan untuk sementara waktu. Hari seluruh umat islam
di

seluruh

dunia

berbahagia

dan

merayakan

kemenangan.
Mulai saat itu aku bersama adikku Dani berusaha
mencari pekerjaan yang kami bisa. Mulai dari buruh
harian pembersih kebun hingga buruh angkut padi. Di
usiaku 16 tahun dan adikku dani 14 tahun ini kami harus
memikul padi dengan berat 27 kg. Memang bukan
beban yang pantas untuk kami pikul. Tapi memang
begitulah kenyataan yang harus kami lalui. 2 hari, 5 hari
dan 10 hari telah berlalu namun ayah tak kunjung

pulang. Kami berdua harus bekerja keras agar tetap


bertahan
limpahkan

hidup.

Tidak

kepada

ibu

mungkin
yang

beban

belum

ini

bisa

kami

banyak

bergerak. Hingga suatu ketika, saat kami memberikan


uang kepada ibu untuk dibelikan beras, ibu menangis
dan berkata sebenarnya ibu tak tega menerima uang
ini dari kalian berdua, tetapi mau bagaimana lagi. Ibu
harus menerimanya bu, jawab kami. Meskipun saat itu
untuk menggelengkan kepala saja kami tidak bisa
karena sakit. Hal itu karena beratnya padi yang kami
pikul

setiap

hari.

Terkadang

kakiku

luka karena

banyaknya cangkang keong yang harus kami tempuh


setiap hari. Walaupun sakit bahkan harus diperban tetap
kulangkahkan kaki ini untuk menghasilkan rupiah. Saat
itu kami sadar, mungkin inilah yang dirasakan oleh orang
tua kami selama ini sebagai seorang petani.
Tak terasa satu tahun lebih telah berlalu. Ayah
yang dinanti tak kunjung pulang. Bahkan kami tak
pernah dapat kabar apakah ia masih hidup atau bukan.
Perlahan perasaan mengharapkan ayah pulang mulai
memudar

seiring

dengan

waktu

dan

banyaknya

penderitaan yang kami lalui hari demi hari. Kini ibu telah
bisa bekerja dengan menanam sayuran di sekitar rumah.
Berharap untuk bisa dimakan nantinya. Aku dan Dani
telah memutuskan untuk bekerja sebagai penjual pisang

goreng dan ketan. Perasaan malu dan panasnya terik


matahari harus kami buang demi kelangsungan hidup.
Terkadang aku menangis di perjalanan jika melihat
teman-temanku

berpakaian

seragam

dengan

logo

SMAN 1 Pasaman. Perasaan iri pada mereka harus


kutepis dengan menyorakkan gorengan ini ke rumahrumah warga.
Pada suatu ketika adik kecilku Fadillah jatuh sakit
hingga ahirnya kami sekuarga harus merelakannya
untuk pergi selamanya. Ibu sangat terpukul karena
setelah ditinggal pergi ayah, kini ia harus merelakan
kepergian adik kecilku untuk menghadap kepada Allah
SWT. Kami selalu percaya di balik cobaan pasti ada
jalan. Setelah kepergian Fadillah, saya ditawarkan
bekerja sebagai pemotong ayam pada sebuah usaha
pedagang ayam potong. Saya bekerja tidak sendirian.
Saya bekerja bersama teman yang bernama Dayat. Dia
telah lama bekerja disana sambil sekolah. Jika Dayat
bisa kenapa saya tidak. Mulai saat itu timbul semangat
baru untuk dapat sekolah sambil bekerja.
Setelah satu tahun bekerja. namun saya tidak bisa
meminta kepada Mak Ujang (pemilik usaha) agar bisa
sekolah sambil bekerja seperti Dayat. Karena takut tidak
diizinkan nanti. Pada suatu pagi saya dipanggil oleh Mak
Ujang. Ternyata dia mengetahui dari keponakannya

sebut saja Nia, bahwa saya ingin sekali sekolah lagi. Tak
kusangka beliau mengiziinkannya. Rasa senang yang
terlalu besar membuat tubuh yang lemah ini kembali
bersemangat.
Mulai tanggal 15 juli ini, aku kembali merasakan
indahnya pendidikan. Ini semua berkat doa Ibu dan adikadikku. Allah SWT menjawabnya melalui Mak Ujang.
Walaupun telah dua tahun menganggur aku tetap
semangat untuk belajar. Saat ini satu-satunya alasanku
untuk

tetap

bersemangat

adalah

aku

ingin

membahagiakan orang tua dan


adik-adikku. Aku tak ingin melihat
ibu terus-menerus menjual sayur
dengan gerobak dorongnya. Anak
mana yang tega melihat ibunya
harus bekerja keras di tengah panasnya terik matahari.
Untuk tetap melanjutkan sekolah aku harus
bekerja paruh waktu ditempat usaha ayam potong. Aku
sangat bersyukur bisa sekolah sambil bekerja di sana.
Walaupun setiap harinya aku harus bangun pagi-pagi
sekali untuk bekeja hingga pukul 07.00 WIB. Setelah itu
persiapan untuk berangkat ke sekolah ku lakukan
dengan sangat cepat. Karena jadwal masuk di sekolah
adalah pukul 07.30 WIB. Dan untuk bisa naik bus
angkutan umum aku harus berjalan kaki sejauh 600 m.

Jika beruntung maka masih ada angkutan umum. Jika


tidak maka aku harus terlambat ke sekolah, karena
harus menunggu angkutan umum kembali dari sekolah.
Satu tahun telah berlalu. Hari raya yang dinanti
telah tiba. Pada lebaran kali ini aku putuskan untuk
mencari ayah yang telah 3 tahun meninggalkan kami.
Dengan

perbekalan

dan

pengetahuan

seadanya,

kuberanikan diri untuk pergi ke daerah Kambang


Kabupaten Pesisir Selatan. Berbagai cobaan ku lalui
untuk sampai ke kampung halaman ayah. Mulai dari
ditipu oleh supir angkot kota padang dan harus berjalan
kaki sejauh 3 km akibat terjadi longsor di daerah
Siguntua Kec. Bungus. Perjuanganku tak sia-sia karena
di tempat tujuan ahirnya aku bertemu dengan ayah
tercinta. Perasaan rindu dan sedikit rasa kecewa
berbaur dalam pikiranku saat itu. Bagaimana tidak, 3
tahun lamanya tak pernah bertemu dan tanpa kabar.
Dan 3 tahun pula kami sekeluarga di rumah harus
berjuang agar tetap hidup akibat ditinggalkan ayah.
Kemudian ku kabarkan bahwa adikku yang paling kecil
Fadillah telah meninggal. Ayah merasa terpukul dan
sangat menyesal karena telah meninggalkan kami tanpa
bekal sedikitpun. Bagaimanapun juga ayah tetaplah
ayahku. Ayah yang telah memberiku kehidupan di dunia

ini. Oleh karena itu, aku harus tetap merasa senang


untuk menghormati dan patuh padanya.
Rasa rindu yang terlalu dalam membuat aku lupa
akan perjanjian kerja. Bahwa aku diberi izin cuti kerja
selama 3 hari. Aku telah menghubungi Mak Ujang untuk
meminta tambahan 1 hari cuti lagi. Tetapi ia marah dan
menyuruhku untuk istirahat kerja, dalam arti aku dipecat.
Berharap ayah bisa pulang ternyata tidak, karena ayah
telah menikah lagi setahun lalu. Kemudian aku pulang
dengan dengan hati sedih dan membawa kabar bahwa
ayah masih hidup. Kemudian ku putuskan untuk
membantu ibu menjual sayuran sepulang sekolah,
sebab aku sudah tak bekerja lagi.
Beberapa tahun kemudian aku lulus dari SMAN 1
Pasaman dengan nilai cukup menggembirakan. Aku
ingin sekali melanjutkan keperguruan tinggi. Walaupun
keinginanku ini adalah suatu hal yang mustahil.
Bagaimana tidak, untuk makan sehari-hari saja susah
apalagi buat kuliah, kata-kata itulah yang selalu orang
katakan kepada kami. Namun kami sekeluarga tetap
optimis. Dengan kesungguhan hati, semangat juang dan
doa kami pasti bisa mencapainya, walaupun hanya ada
sedikit cayaha harapan.
Dengan dana terbatas kucoba untuk bimbel di
salah-satu tempat bimbingan belajar di Kota Padang.

Dengan tekad dan tak pernah merasa puas kubelajar


dengan sungguh-sungguh. Kami harus berjalan kaki dari
gedung belajar satu ke gedung belajar lain agar dapat
menambah ilmu dari mentor diluar jadwal. Sebab kami
tak ingin mengecewakan orangtua. Hingga ahirnya lulus
pada jurusan yang sejak kelas satu SMA aku impikan.
Impian dan perjuangan itu hampir harus kukubur
dalam-dalam ketika kami harus berhadapan dengan
rupiah. Uang Rp 3.000.000 harus kami bayar sebagai
biaya pendaftaran ulang dalam jangka waktu tiga hari.
Jangankan untuk uang sebanyak itu, untuk membeli
buku tulisku dan adik-adik harus dibayar ibu dengan
menyicil. Hingga kami bertemu dengan seorang bapak
dan ia menganjurkan untuk menemui Pak Hermanto
selaku Ketua BAZDA Pasaman Barat. Berulang kali
kami mendatangi rumah Pak Hermanto. Namun tetap
saja ia tidak di rumah, karena ia pulang kampung karena
bertepatan hari sabtu. Bahkan aku dan Ibuku harus
menunggunya hingga larut malam pukul 02.00 WIB.
Padahal batas pembayaran pendaftaran ulang adalah
hari senin pukul 12.00 WIB. Hingga ahirnya pada pagi
senin tepatnya pukul 06.30 WIB kami bertemu dengan
Pak Hermanto dan langsung mengatakan masalah yang
kami hadapi. Beliau hanya tersenyum seraya bertanya
Engki bisa mengarang ?. Mengarang apa Pak?

sambungku. silahkan engki karang surat yang berisi


pekerjaan yang dilalui ibu sehari-hari, kemudian tujukan
ke Ketua BAZDA Pasaman Barat. Jangan lupa serahkan
setelah kami selesai Upacara Bendera di Kantor Bupati
nanti, kata Pak Hermanto. siap Pak. Jawabku dengan
hati gembira. Dengan teliti ku tulis karangan tentang
pekerjaan yang ditekuni ibu dan dilengkapi dengan bukti
bahwa aku benar lulus di Jurusan Teknik Pertambangan
UNP. Kemudian menyerahkannya pada Pak Hermanto.
Hingga ahirnya Allah SWT menjawab doa kami dengan
memberikan secercah harapan melalui Pak Hermanto
selaku

Ketua

memberikan

BAZDA

sebuah

PASBAR.

amplop

yang

Pak

Hermanto

berisi

kertas

karanganku tadi yang telah diberi tanda tangan beliau


dan tulisan beasiswa sebesar Rp 3.500.000. Beliau
berkata Bapak percaya kepada Engki, bahwa Engki
akan belajar lebih giat lagi. Dan tolong jaga kepercayaan
bapak ini. Dengan air mata yang berderai aku dan Ibuku
menjawab terima kasih banyak Pak, amanat Bapak
akan selalu ku pegang. Sehingga ahirnya aku

bisa

kuliah.
Begitulah cerita tentang perjuanganku untuk dapat
menikmati indahnya menuntut ilmu di Perguruan Tinggi.
Jangan pernah menyerah dalam menggapai mimpi.
Teruslah berdoa kepada sang Pencipta. Bahwa dibalik

tirai cobaan selalu terdapat cahaya kemenangan. Dan


rasakanlah mimpi-mimpi akan terwujud.

Anda mungkin juga menyukai