Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

ANALISIS KASUS

Ny. DM usia 39 tahun P2A1 datang dengan keluhan perdarahan dari


kemaluan. Dari anamnesis ditemukan bahwa keluhan pertama muncul kurang
lebih 2 bulan SMRS, pasien mengeluh perdarahan dari kemaluan, berupa bercakbercak merah kehitaman yang terus menerus diluar siklus menstruasi. Nyeri perut
(-), nyeri pinggang (-), post coital bleeding (-), mual (-), muntah (-), sering BAK
(-), nyeri saat BAK (-), sulit BAB (-), sesak (-), penurunan nafsu makan (-),
penurunan berat badan (-). Os mengaku memiliki siklus menstruasi yang tidak
teratur, nyeri saat menstruasi (+) yang semakin berat sejak 1 tahun yang lalu,
riwayat keputihan (-). Pasien tidak berobat. Kurang lebih 1 minggu SMRS, pasien
mengeluh nyeri perut (+), perdarahan dari kemaluan (+), banyaknya 1 kali ganti
pembalut/hari setiap hari, warna merah kehitaman, Pasien juga belum berobat.
Pada 2 hari SMRS, perdarahan dari kemaluan semakin banyak (+), banyaknya 2
kali ganti pembalut/hari setiap hari, warna merah kehitaman, pasien juga
mengeluh badan lemas (+), pandangan berkunang (+), pusing (+), nyeri perut (+).
Pasien lalu berobat ke dokter SpOG, dikatakan mioma uteri lalu dirujuk ke RSMH
untuk dioperasi.
Pada pemeriksaan luar didapatkan abdomen datar, lemas, simetris, fundus
uteri setinggi 1/2 pusat dan simfisis, nyeri tekan (-), tanda cairan bebas (-), massa
(-). Dari pemeriksaan dalam inspekulo didapatkan portio tidak livide, OUE
tertutup, fluor (-), fluksus (+) darah aktif, E/L/P (-), sondase AF 7. Pada
pemeriksaan VT didapatkan portio kenyal, OUE tertutup, adneksa parametrium
kanan-kiri lemas, CUT~ 16 minggu, cavum douglas tidak menonjol. Dilakukan
pula rectal toucher dan didapatkan TSA baik, mukosa licin, massa intralumen (-),
ampulla recti kosong, CUT~ 16 minggu, cavum douglas tidak menonjol, adneksa
parametrium kanan kiri lemas.
Dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium darah
rutin dan pemeriksaan USG. Nilai laboratorium yang tidak normal pada pasien ini

21

22

adalah nilai Hb yang rendah yakni 6,7 g/dl, RBC yang rendah 3,01 juta/m3, dan Ht
yang rendah 32%. Maka pasien ini dapat digolongkan menjadi derajat anemia
sedang. Hasil pemeriksaan USG memberikan kesan mioma uteri intramural.
Diagnosa mioma uteri ditegakan berdasarkan gejala yang timbul,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Mioma uteri adalah tumor jinak
otot polos uterus yang berasal dari sel otot polos yang imatur. Keluhan biasanya
berupa nyeri, tekanan, dan menorragi. Pasien tidak mengeluhkan adanya benjolan
yang timbul, kemungkinan karena ukuran benjolan yang masih kecil dan juga
letak miomanya di intramural. Mioma uteri merupakan tumor terbanyak dari
uterus, prevalensinya mencapai 20% populasi wanita >30 tahun dan 35-40% pada
wanita >60 tahun.
Penyebab mioma uteri belum diketahui secara pasti. Faktor resiko yang
dimiliki ibu ini adalah wanita usia reproduksi (39 tahun); sebagian besar
perempuan terdiagnosa mioma uteri pada usia dekade keempat. Menarche pada
pasien saat usia 9 tahun; menarke pada usia dini (<10 tahun) dapat meningkatkan
resiko mioma uteri. Berdasarkan IMT pasien tergolong obesitas; angka kejadian
mioma uteri akan meningkat hingga 21% setiap kenaikan 10 kg dari berat badan
ideal. Obesitas meningkatkan konversi hormon androgen menjadi estrogen
sehingga terjadi peningkatan jumlah estrogen tubuh, dimana hal ini dapat
menerangkan hubungannya dengan peningkatan prevalensi dan pertumbuhan
mioma uteri.
Perdarahan abnormal pada mioma uteri disebabkan oleh hambatan pasokan
darah endometrium, tekanan dan bendungan pembuluh darah didaerah tumor.
Pembesaran mioma dapat menyebabkan adanya efek tekanan pada organ-organ di
sekitar uterus sehingga perut terasa penuh. Nyeri perut pada mioma uteri
diakibatkan gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai dengan
nekrosis setempat dan peradangan. Dapat juga rasa nyeri disebabkan karena torsi
mioma uteri yang bertangkai. Selain itu mioma uteri dapat menyebabkan
gangguan ke organ lain tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan
pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urin, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada

23

rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
Akan tetapi keluhan-keluhan tersebut disangkal oleh pasien yang menunjukkan
belum ada penekanan pada area tersebut oleh mioma uteri, berdasarkan hasil USG
didapatkan ukuran 5,89 x 8,59 cm. Selain itu, letak mioma pada pasien ini
kemungkinan besar terdapat di fundus uteri karena dari pemeriksaan sondase
didapatkan ukuran uterus 7 cm akan tetapi dari pemeriksaan luar didapatkan
ukuran uterus jarak umbilicus dan simfisis dan tidak ditemukan adanya AP
yang tegang atau arah porsio yang tertarik.
Pada pemeriksaaan laboratorium didapatkan kadar Hb pasien 6,7 mg/dl..
Anemia memang merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan
perdarahan uterus yang berlebihan dan habisnya cadangan zat besi. Kemudian,
pada mioma intramural, diagnosa banding yang paling sering adalah adenomiosis.
Pada pemeriksaan penunjang yaitu USG dapat dibedakan antara penyakit tersebut.
Pada USG mioma uteri, didapatkan massa yang berbatas tegas, berbentuk bulat,
terletak umumnya di fundus, dengan vaskularisasi melingkar di pinggir massa.
Sedangkan, pada adenomiosis didapatkan massa yang tidak tegas, berbentuk
lonjong, lesi kistik kecil, terletak umumnya di corpus, dengan tidak ada
vaskularisasi atau tegak lurus pada massa. Sehingga dari hasil USG didapatkan
kesan bahwa penderita mengalami mioma uteri intramural. Berdasarkan
kepustakaan jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%).
Tatalaksana pada pasien ini adalah dengan cara operasi histerektomi. Terapi
pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan
gejala. Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Pertimbangan
dilakukan histerektomi pada pasien ini adalah faktor umur ibu yang sudah
mencapai 39 tahun dan status persalinan pasien P2A1 dengan usia anak 17 dan 12
tahun dan pasien tidak menginginkan anak lagi dan ukuran tumor lebih besar dari
ukuran uterus 12-14 minggu. Histerektomi yang dianjurkan adalah histerektomi
total karena rekurensi kejadian mioma adalah 40-50%. Tatalaksana awal pada
pasien ini adalah memperbaiki keadaan umum ibu terlebih dahulu, diberikan
IVFD RL gtt xx/menit, Inj. Asam traneksamat 3 x 500 mg untuk mengurangi

24

perdarahan, dan rencana transfusi PRC sampai Hb mencapai 10 mg/dl.

Anda mungkin juga menyukai