Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mastoiditis akut (MA) merupakan salah satu komplikasi intratemporal Otitis media
(OM) yang tidak tertangani dengan baik. Mastoiditis adalah segala proses peradangan
pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Lapisan epitel dari telinga tengah
adalah sambungan dari lapisan epitel mastoid air cells yang melekat di tulang temporal.
Mastoiditis dapat terjadi secara akut maupun kronis.1,2
Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah
menderita infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal yang timbul adalah gejalagejala peradangan pada telinga tengah, seperti demam, nyeri pada telinga, hilangnya
sensasi pendengaran, bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat
juga pada sisi telinga yang lainnya). 2
Pada saat belum ditemukan-nya antibiotik, mastoiditis merupakan penyebab
kematian pada anak-anak serta ketulian/hilangnya pendengaran pada orang dewasa. Jika
tidak di obati, infeksi bisa menyebar ke sekitar struktur telinga tengah, termasuk di
antaranya otak, yang bisa menyebabkan infeksi yang serius. Saat ini, terapi antibiotik
ditujukan untuk pengobatan infeksi telinga tengah sebelum berkembang menjadi
mastoiditis, yang akhirnya bisa menyebabkan kematian. 3
Sebuah hasil pencitraan diagnostik merupakan sebuah referensi yang paling
berharga bagi ahli bedah kepala dan leher atau otolaryngologist, yang sangat dibutuhkan
dari pasien. Karena banyaknya bagian pendukung dan struktur dalam dari sebuah kepala
dan leher yang pemeriksaannya bukan hanya sekedar pemeriksaan yang bersifat topografi
(anatomi atau penentuan letak struktur) saja, tetapi juga memerlukan pemeriksaan yang
bersifat fisiologi. Beberapa pasien mungkin hanya memerlukan pencitraan dignostik
konvensional seperti film tipis sinar-X, atau beberapa justru membutuhkan pencitraan
dengan teknologi tinggi untuk memperoleh hasil terbaik demi rencana terapi yang akan dia
jalani nantinya.4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Otitis media (OM) khususnya yang kronik (otitis media supurasi kronik) adalah
infeksi telinga tengah yang ditandai oleh sekret telinga aktif atau berulang di telinga
tengah yang keluar melalui perforasi membran timpani yang kronik. OMSK yang sukar
disembuhkan dapat menyebabkan komplikasi luas. Umumnya penyebaran bakteri merusak
struktur di sekitar telinga atau telinga tengah itu sendiri. Komplikasi ini bisa hanya otore
yang menetap, mastoiditis, labirintitis, paralisis saraf fasialis sampai komplikasi serius
seperti abses intrakranial atau trombosis. Walau dalam praktek kejadian komplikasi ini
rendah, pengobatan harus secepat dan seefektif mungkin untuk menghindari komplikasi.1
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada
telinga tengah, dan jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala
proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Mastoiditis
akut (MA) merupakan perluasan infeksi telinga tengah ke dalam pneumatic system selulae
mastoid melalui antrum mastoid.1,2
2.2. Anatomi System Pendengaran5

Gambar 1. Anatomi System Pendengaran

Gambar 2. Anatomi Tulang Temporal

Mastoid berkembang dari kantong sempit di epitympanum posterior bernama


aditus ad antrum. Pneumatisasi terjadi tak lama setelah kelahiran, setelah terjadi aerasi
telinga tengah. Proses ini selesai pada saat seseorang berumur 10 tahun. Sel udara mastoid
terbentuk oleh invasi kantung berlapis epitel antara spikula tulang baru dan oleh
degenerasi dan redifferensiasi ruang sumsum tulang yang ada. Bagian tulang temporal
lainnya, termasuk apeks petrosus dan akar zygomaticus, mengalami pneumatisasi yang
sama. Antrum, mirip dengan sel-sel udara mastoid, dilapisi dengan epitel respiratorius
yang akan membengkak bila terjadi infeksi. Penyumbatan antrum oleh mukosa yang
mengalami inflamasi memerangkap infeksi di sel udara dengan menghambat drainase dan
menghalangi aerasi kembali dari sisi tengah telinga.
Mastoid dikelilingi oleh fossa cranial posterior, fossa kranial tengah, saluran nervus
fasialis, sinus sigmoid dan lateral, dan ujung petrosus tulang temporal. Mastoiditis bisa
mengikis seluruh antrum dan meluas ke salah satu daerah yang bersebelahan tersebut,
menyebabkan morbiditas yang signifikan secara klinis dan penyakit yang mengancam
jiwa.

Coalescence /Pergabungan
Infeksi akut yang menetap dalam rongga mastoid dapat menyebabkan osteitis, yang
menghancurkan trabekula tulang yang membentuk sel-sel mastoid; oleh karena itu, istilah
mastoiditis coalescent digunakan. Coalescent mastoiditis pada dasarnya merupakan
empiema tulang temporal yang akan menyebabkan komplikasi lebih lanjut, kecuali bila
progresifitasnya dihambat, baik dengan mengalir melalui antrum secara alami yang akan
menyebabkan resolusi spontan atau mengalir ke permukaan mastoideus secara tidak wajar,
apeks petrosus, atau ruang intracranial. Tulang temporal lain atau struktur di dekatnya,
seperti nervus fasialis, labirin, atau sinus venosus, dapat terlibat. Mastoiditis dapat berhenti
pada tahap manapun.
Hal ini berlangsung dalam 5 tahapan:

Tahap 1 - hiperemia dari lapisan mukosa dari sel udara mastoid


Tahap 2 - Transudation dan eksudasi cairan dan / atau nanah dalam sel-sel
Tahap 3 - Nekrosis tulang yang disebabkan oleh hilangnya vascularity dari septa
Tahap 4 - hilangnya dinding sel dengan proses peleburan (coalescence) menjadi

rongga abses
Tahap 5 - Perluasan proses inflamasi ke daerah-daerah berdekatan

2.3. Patofisiologi / Etiologi


Mastoiditis terjadi karena Streptococcus hemoliticus / pneumococcus. Selain itu
kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga serta
bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi traktus respiratorius.
Pada pemeriksaan telinga akan menunjukkan bahwa terdapat pus yang berbau busuk
akibat infeksi traktus respiratorius. 2
Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang
didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi telinga
tengah. Bakteri gram negatif dan St. aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering
didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang
menyebabkan penurunan dari sistem imun dari seseorang juga dapat menjadi faktor
predisposisi mastoiditis. Pada beberapa penelitian terakhir, hampir sebagian dari anakanak yang menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit infeksi telinga tengah
sebelumnya. Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak ini adalah S. Pnemonieae. 2
Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan
ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat
dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua tahun, pada
4

usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan jarak
antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri
adalah, lapisan pelindung pada dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotik dan
kekuatan penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat
dan ringannya penyakit.2
2.4. Gejala Klinis

Gambar 3. Mastoiditis dengan abses subperiosteum.


Perhatikan hilangnya lekukan kulit dan abses yang
menonjol.
Pasien mungkin memiliki gejala unik dari mastoiditis akut dan kronis. Mastoiditis
akut umumnya timbul setelah episode baru atau terjadi bersamaan dengan otitis media
akut (AOM) dan sering menyebabkan demam.
Presentasinya bervariasi menurut usia dan tahap infeksi.

Penyakit kronis, yang dapat subklinis, sering terjadi sekunder pada pengobatan
sebagian AOM dengan antibiotik.
Otorrhea yang berlangsung lebih dari 3 minggu adalah tanda yang paling konsisten
yang menunjukkan bahwa proses kronis yang melibatkan mastoideus telah terjadi.
Demam bisa ditemukan. Suhu pasien dapat tinggi.
Demam dapat tak henti-hentinya pada mastoiditis akut dan mungkin
berhubungan dengan AOM terkait.
Demam yang menetap, terutama jika pasien mendapatkan antimikroba yang

memadai dan tepat, adalah umum pada mastoiditis akut.


Nyeri dapat dilaporkan.
Nyeri terlokalisir jauh di dalam atau di belakang telinga dan biasanya lebih
buruk pada malam hari.
Nyeri yang menetap adalah tanda peringatan penyakit mastoideus. Temuan ini
mungkin sulit untuk mengevaluasi pada pasien muda.
5

Kehilangan pendengaran dapat terjadi.

Hal ini biasa terjadi dengan semua proses melibatkan celah-tengah telinga.

Lebih dari 80% pasien tidak memiliki riwayat otitis media yang berulang.
Gejala nonspesifik (paling umum diamati pada bayi) termasuk kehilangan nafsu
makan dan iritabilitas. 5
2.5. Pemeriksaan Fisik
Temuan pada mastoiditis akut dan kronis termasuk penebalan periosteal, abses
subperiosteal, otitis media, dan tonjolan nipplelike (seperti puting) dari membran timpani
pusat. Menentukan adanya penebalan periosteal memerlukan perbandingan dengan bagian
telinga yang lain. Perubahan posisi dari daun telinga ke arah bawah dan ke luar (terutama
pada anak-anak <2 tahun) atau ke atas dan ke luar (pada anak-anak <2 tahun) dapat
ditemukan. Abses subperiosteal merubah posisi aurikel ke lateral dan melenyapkan lipatan
kulit postauricular. Jika lipatan tetap ada, proses ini terjadi di lateral periosteum. Otitis
media terlihat pada pemeriksaan dengan otoskop.
Tonjolan nipplelike dari membran timpani sentral mungkin ada, ini biasanya
disertai rembesan nanah. Infeksi ringan persisten ( mastoiditis tersembunyi) dapat terjadi
pada pasien dengan otitis media rekuren atau efusi telinga persisten. Kondisi ini dapat
menyebabkan demam, sakit telinga, dan komplikasi lain.
Tanda-tanda mastoiditis akut adalah sebagai berikut:

Bulging membran timpani yang erythematous


Eritema, tenderness, dan edema di atas area mastoid
Fluktuasi postauricular
Tonjolan dari aurikula
Pengenduran dinding kanalis posterosuperior
Demam (terutama pada anak-anak <2 tahun)
Otalgia dan nyeri retroauricular (terutama pada anak-anak <2 tahun)
Temuan pada mastoiditis kronis mungkin konsisten dengan komplikasi ekstensi ke

luar prosesus mastoideus dan periosteum yang mengelilinginya atau dengan komplikasi
lain intratemporal seperti lumpuh wajah.
Tanda-tanda meliputi:

Membran timpani terinfeksi atau normal


Demam berulang atau persisten
Tidak adanya tanda-tanda eksternal dari peradangan mastoideus
Pemeriksaan neurologis umumnya menghasilkan temuan nonfocal. Namun,

keterlibatan saraf kranialis dapat terjadi pada penyakit lanjut.


6

Tanda-tanda meliputi:

Palsy dari saraf abducens (saraf kranial VI)


Palsy dari saraf wajah (saraf kranial VII)
Rasa nyeri dari keterlibatan cabang oftalmik dari saraf trigeminal. 5

2.6. Diagnosis
Diagnosis mastoiditis ditegakkan melalui gejala klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang radiologi yang menunjukkan mastoiditis baik foto polos mastoid
Schuller maupun CT scan mastoid. Dengan CT scan bisa dilihat bahwa air cell dalam
prosesus mastoideus terisi oleh cairan (dalam keadaan normal terisi oleh udara) dan
melebar.1,6
Pemeriksaan penunjang yang dapat diminta adalah, pemeriksaan kultur
mikrobiologi, hitung sel darah merah dan sel darah putih yang menandakan adanya
infeksi, pemeriksaan cairan sumsum untuk menyingkirkan adanya penyebaran ke dalam
ruangan di dalam kepala. Pemeriksaan lainnnya adalah CT-scan kepala, MRI-kepala dan
foto polos kepala. 2
Pemeriksaan Laboratorium
1. Spesimen dari sel-sel mastoid yang diperoleh selama operasi dan cairan myringotomy,
ketika diperoleh, harus dikirim untuk kultur bakteri aerobik dan anaerobik, jamur,
mikobakteri dan basil tahan asam.
Jika membran timpani sudah perforasi, saluran eksternal dapat dibersihkan, dan

2.
3.

sampel cairan drainase segar diambil.


Ketelitian adalah penting untuk mendapatkan cairan dari telinga tengah dan bukan

saluran eksternal.
Kultur dan pengujian kepekaan terhadap isolat dapat membantu dalam memodifikasi

terapi inisial antibiotik.


Hasil kultur yang dikumpulkan dengan benar untuk bakteri aerobik dan anaerobik

sangat membantu untuk pilihan terapi definitif.


Pewarnaan Gram dari spesimen awalnya dapat membimbing terapi antimikroba
empiris.
Kultur darah harus diperoleh.
Pemeriksaan darah rutin dan laju sedimentasi dihitung untuk mengevaluasi efektivitas

terapi seterusnya.
4. Pemeriksaan LCS untuk evaluasi jika dicurigai perluasan proses ke intrakranial. 5
2.7. Gambaran Radiologi, CT-Scan dan MRI Mastoid
7

Tulang temporal merupakan bagian paling kompleks dari keseluruhan struktur


tubuh kita. Pemeriksaan gangguan pada tulang temporal secara konvensional masih
berlaku di seluruh dunia. CT dan MRI saat ini sudah menjadi salah satu metode pencitraan
radiologi untuk sebagian besar penyakit pada telinga dan bila ada kerusakan pada tulang
temporal. Pada penyakit pengikisan tulang, seperti otitis media kronik dengan
kolesteatom, CT dengan pengaturan jendela tertentu akan memberikan sumber informasi
yang akurat. CT dengan penggunaan cairan kontras yang disuntikan pada vena telah
digunakan secara terus menerus pada pemeriksaan cerebellopontine angle masses.
Peralatan pencitraan lain untuk tulang temporal ini meliputi superlatif angiography. 4

Gambar 4. Gambaran Tengkorak

Ada tiga jenis proyeksi radiologik yang paling sering dan cukup bermanfaat serta
dapat mudah dibuat dengan memakai alat rontgen yang tidak terlalu besar untuk menilai
tulang temporal, yaitu:
1. Posisi Schuller
Posisi ini menggambarkan penampakan lateral dari mastoid. Proyeksi foto dibuat
dengan bidang sagital kepala terletak sejajar meja pemeriksaan dan berkas sinar X
ditujukan dengan sudut 30 cephalo-caudad. Pada posisi ini perluasan pneumatisasi
mastoid serta struktur trabekulasi dapat tampak dengan lebih jelas. Posisi ini juga
memberikan informasi dasar tentang besarnya kanalis auditorius eksterna dan
hubungannya dengan sinus lateralis. 8
Posisi Pasien
Pasien diposisikan prone.
Berikan tanda letak Mastoid yang akan diperiksa pada 2,5 cm posterior dari MAE
sebagai CP
Kepala diposisikan lateral, dengan menempatkan :

MSP kepala sejajar dengan bidang film

IPL tegak lurus dengan bidang film

IOML sejajar dengan bidang film


Pastikan tidak terjadi pergerakan kepala dengan melakukan fiksasi
Letakkan CP agar terproyeksi dipertengahan film, pada daerah 2,5 cm posterior MAE.
Central Ray diarahkanmenyudut 25 caudally menembus pertengahan film. 9

Gambar 5. Posisi pasien pada teknik Schuller

10

Kriteria Gambaran
Tampak bagian os mastoid dan sebagian os petrosum dipertengahan film

Mastoid air cells tampak di bagian posterior petrous ridge


TMJ tampak di bagian anterior petrous ridge
Bagian mastoid danpetrossum yang tidakdiperiksaterproyeksi di bagian inferior
Tampak marker R/L di tepi film. 9

11

Gambar 6 : Posisi Schuller

2. Posisi Owen
Posisi ini juga menggambarkan penampakan lateral mastoid dan proyeksi dibuat
dengan kepala terletak sejajar meja pemeriksaan atau film lalu wajah diputar 30 menjauhi
film dan berkas cahaya sinar X ditujukan dengan sudut 30 - 40 cephalocaudad.
Umumnya posisi Owen dibuat untuk memperlihatkan kanalis auditorius eksternus,
epitimpanikum, bagian-bagian tulang pendengaran dan sel udara mastoid. 8

12

Gambar 7. Posisi Owen


3. Posisi Chausse III
Posisi ini merupakan penampakan frontal mastoid dan ruang telinga tengah.
Proyeksi dibuat dengan dengan oksiput terletak di atas meja pemeriksaan, dagu ditekuk ke
arah dada lalu kepala diputar 10-15 ke arah sisi berlawanan dari telinga yang akan
diperiksa. Posisi ini merupakan posisi tambahan setelah pemeriksaan posisi lateral
mastoid. Posisi Chausse III ini merupakan posisi radiologik konvensional yang paling baik
untuk pemeriksaan telinga tengah terutama untuk pemeriksaan otitis kronik dan
kolesteatoma. 8

Gambar 8. Posisi Chausse III

OTITIS MEDIA AKUT / MASTOIDITIS AKUT


Gambaran Radiologik
Pembuatan foto radiologik untuk mastoiditis akut biasanya dipakai posisi Schuller
atau Owen, sedangkan posisi Chausse III dipakai untuk melihat ruang telinga tengah. Dengan
posisi-posisi ini dapat dilihat dengan jelas perselubungan sel udara mastoid, destruksi
trabekulae atau erosi sinus plate. Gambaran radiologik mastoiditis akut bergantung pada
lamanya proses inflamasi dan proses pneumatisasi tulang temporal. Biasanya mastoid akut
tak terjadi pada mastoid yang acellulair.
Gambaran dini mastoiditis akut adalah berupa perselubungan ruang telinga tengah dan
sel udara mastoid, dan bila proses inflamasi terus berlangsung akan terjadi perselubungan
13

yang difus pada kedua daerah tersebut. Pada masa permulaan infeksi biasanya struktur
trabekulae dan sel udara mastoid masih utuh, tetapi kadang-kadang dengan adanya edema
mukosa dan penumpukan cairan seropurulen, maka terjadi kekaburan penampakan
trabekulasi sel udara mastoid. Bersamaan dengan progresivitas infeksi, maka akan terjadi
demineralisasi diikuti dengan destruksi trabekulae dimana pada proses mastoid yang hebat
akan terjadi penyebaran ke arah posterior menyebabkan tromboflebitis pada sinus lateralis
(gambar 9).
Jika terjadi komplikasi intrakranial pada daerah fossa kranii posterior atau media,
maka pemeriksaan computerized tomography (CT) merupakan pemeriksaan terpilih untuk
mendeteksi hal tersebut di mana pada pemeriksaan CT dapat ditemui defek tulang dengan lesi
intrakranial. 8

Gambar 9. Mastoiditis akut. Dengan posisi Schuller tampak perselubungan agak


difus serta sedikit destruksi trabekulasi bagian superior.
Akut otitis media & mastoiditis :

Hilangnya radiolusen dari tuba eustachi dan meatus acusticus media


Gambaran radioopak antrum mastoid dgn perkaburan batas luar dinding mastoid. 10

OTITIS MEDIA KRONIK DAN MASTOIDITIS KRONIK


Gambaran Radiologis
Gambaran radiologik pada mastoditis kronik terdiri atas perselubungan yang tidak homogen
pada daerah antrum mastoid dan sel udara mastoid, serta perubahan yang bervariasi pada
14

struktur trabekulasi mastoid. Proses inflamasi pada mastoid akan menyebabkan penebalan
struktur trabekulasi diikuti demineralisasi trabekulae, pada saat ini yang tampak pada foto
adalah perselubungan sel udara mastoid dan jumlah sel udara yang berkurang serta struktur
trabekulae yang tersisa tampak menebal.
Jika proses inflamasi terus berlangsung, maka akan terlihat obliterasi sel udara mastoid dan
biasanya mastoid akan terlihat sklerotik. Kadang-kadang lumen antrum mastoidikum dan sisa
sel udara mastoid akan terisi jaringan granulasi sehingga pada foto akan terlihat pula sebagai
perselubungan. 8

Gambar 10. Mastoiditis kronik. Dengan posisi Schuller tampak perselubungan tidak
homogen serta adanya penebalan trabekulasi.
Kronik :

Sclerosis dari mastoid air cell


Merupakan komplikasi dari abscess & sequester dgn sclerosis dari mastoid ( sulit

membedakan dengan cholesteatoma ) . Abscess dinding batas tegas


Dapat menyebabkan extradural& intra cerebral sepsis
Komplikasi yang serius Cholesteatoma. 10

15

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada
tulang temporal. Mastoiditis akut (MA) merupakan perluasan infeksi telinga tengah ke dalam
pneumatic system selulae mastoid melalui antrum mastoid. Pembuatan foto radiologik untuk
mastoiditis akut biasanya dipakai posisi Schuller atau Owen, sedangkan posisi Chausse III
dipakai untuk melihat ruang telinga tengah.
Pada akut otitis media & mastoiditis akan ditemukan hilangnya radiolusen dari tuba
eustachi dan meatus acusticus media, gambaran radioopak antrum mastoid dgn perkaburan
batas luar dinding mastoid. Sedangkan pada proses kronik ditemukan sclerosis dari mastoid
air cell, merupakan komplikasi dari abscess & sequester dgn sclerosis dari mastoid ( sulit
membedakan dengan cholesteatoma ), abscess dinding batas tegas, dapat menyebabkan
extradural& intra cerebral sepsis. Komplikasi yang serius diantaranya cholesteatoma.
Gambaran cholesteatoma secara Ro sulit dibedakan kecuali ada riwayat post operasi,
perubahan-perubahan post operasi mastoidectomi pelebaran aditus parsial atau complex,
bergesernya air cell, mastoid system.

16

Anda mungkin juga menyukai