Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) masih terus menjadi masalah
kesehatan yang utama meskipun kemajuan dalam identifikasi baik agen agen
penyebab baru ataupun lama sangat pesat, dan kemampuan obat obat antimikroba
telah banyak ditingkatkan. Selain itu masih banyak terdapat kontroversi berkenaan
dengan pendekatan diagnostik dan pilihan pengobatan.
ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk
pneumonia. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli). Juga bisa didefinisikan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Dan
menimbulkan angka kesakitan yang tinggi, dengan gejala-gejala batuk, demam, dan
sesak nafas.
Secara klinis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai suatu peradangan paru
yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit, dan lain-lain).
Secara anatomis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia lobaris,
pneumonia

segmentalis,

dan

pneumonia

lobularis

yang

dikenal

sebagai

bronkopneumonia dan biasanya mengenai paru bagian bawah. Selain itu pneumonia
dapat juga dibedakan berdasarkan tempat dapatannya, yaitu pneumonia komunitas
dan pneumonia rumah sakit.

BAB II
PNEUMONIA
A. DEFINISI

Pneunomia adalah peradangan alat parenkim paru, distal dari bronkiolus


terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri.virus,jamur,protozoa).
B. INSIDENSI
Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan
infeksi saluran napas yang terjadi di masyarakat (pneumonia komunitas/PK) atau
di dalam rumah sakit (pneumonia nosokomial/PN). Pneumonia yang merupakan
bentuk infeksi saluran nafas bawah akut di parenkim paru yang serius dijumpai
sekitar 15-20%.
Di AS pneumonia mencapai 13% dari semua penyakit infeksi pada anak
dibawah 2 tahun. Berdasarkan hasil penelitian insiden pada pneumonia didapat 4
kasus dari 100 anak prasekolah, 2 kasus dari 100 anak umur 5-9 tahun,dan 1
kasus ditemukan dari 100 anak umur 9-15 tahun.
UNICEF memperkirakan bahwa 3 juta anak di dunia meninggal karena
penyakit pneumonia setiap tahun. Meskipun penyakit ini lebih banyak ditemukan
pada daerah berkembang akan tetapi di Negara majupun ditemukan kasus yang
cukup signifikan.
Berdasarkan umur, pneumonia dapat menyerang siapa saja. Meskipun
lebih banyak ditemukan pada anak-anak. Pada berbagai usia penyebabnya
cendrung berbeda-beda, dan dapat menjadi pedoman dalam memberikan terapi.

C. EPIDEMIOLOGI
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang
terbanyak di dapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di
seluruh dunia. Di Inggris pneumonia menyebabkan kematian 10 kali lebih banyak
dari pada penyakit infeksi lain, sedangkan di AS merupakan penyebab kematian
urutan ke 15.
Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007, menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka
2

nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%,
angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan Balita 15,5%.
Pneumonia pada dapat terjadi pada orang tanpa kelainan imunitas yang
jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia
didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan
tubuh. Frekuensi relative terhadap mikroorganisme petogen paru bervariasi
menurut lingkungan ketika infeksi tersebut didapat. Misalnya lingkungan
masyarakat, panti perawatan, ataupun rumah sakit. Selain itu factor iklim dan
letak geografik mempengaruhi peningkatan frekuensi infeksi penyakit ini.
D. ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu
bakteri, virus, jamur, protozoa, yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri.
Penyebab

tersering

pneumonia

bakterialis

adalah

bakteri

positif-gram,

Streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri


staphylococcus aureus dan streptococcus aeruginosa. Pneumonia lainnya
disebabkan oleh virus, misalnya influenza.
Pneumonia lobaris adalah peradangan jaringan akut yang berat yang
disebabkan oleh pneumococcus. Nama ini menunjukkan bahwa hanya satu lobus
paru yang terkena. Ada bermacam-macam pneumonia yang disebabkan oleh
bakteri lain, misalnya bronkopneumonia yang penyebabnya sering haemophylus
influenza dan pneumococcus.

E. ANATOMI PARU-PARU
Paru-paru merupakan organ yang elastic, berbentuk kerucut, dan letaknya
berada di dalam rongga dada atau thorax. Kedua paru-paru saling terpisah oleh
mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar.
Setiap paru-paru mempunyai apeks (bagian atas paru-paru) dan basis.
Paru-paru kanan lebih besar dari pada paru-paru kiri. Paru-paru kanan
dibagi menjadi 3 lobus yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior.
Paru-paru kanan terbagi lagi atas 10 segmen yaitu pada lobus superior terdiri atas
3 segmen yakni segmen pertama adalah segmen apical, segmen kedua adalah
segmen posterior, dan segmen ketiga adalah segmen anterior.
Pada lobus medius terdiri atas 2 segmen yakni segmen keempat adalah
segmen lateral, dan segmen kelima adalah segmen medial. Pada lobus inferior
terdiri atas 5 segmen yakni segmen keenam adalam segmen apical, segmen
ketujuh adalah segmen mediobasal, segmen kedelapan adalah segmen
anteriobasal, segmen kesembilan adalah segmen laterobasal, dan segmen
kesepuluh adalah segmen posteriobasal.

Paru-paru kiri terbagi atas dua lobus yaitu lobus superior dan lobus
inferior. Paru-paru kiri terdiri dari 8 segmen yaitu pada lobus superior terdiri dari
segmen pertama adalah segmen apikoposterior, segmen kedua adalah segmen
anterior, segmen ketiga adalah segmen superior, segmen keempat adalah segmen
inferior.
Pada lobus inferior terdiri dari segmen kelima segmen apical atau segmen
superior, segmen keenam adalah segmen mediobasal atau kardiak, segmen
ketujuh adalah segmen anterobasal dan segmen kedelapan adalah segmen
posterobasal.
F. PATOFISIOLOGI
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya , adalah yang paling berisiko.
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada
tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena
penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat
berkembang biak dan merusak organ paru-paru.

Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru


banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu.
Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis
dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah. Ada beberapa
cara mikroorganisme mencapai permukaan:
1.
2.
3.
4.

Inokulasi langsung
Penyebaran melalui pembuluh darah
Inhalasi bahan aerosol
Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara Kolonisasi.

Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria


atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 2,0 nm melalui udara dapat
mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi.
Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian
terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme, hal
ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari
sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50%) juga
pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug
abuse).
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN
dan diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum
terbentuknya antibodi.
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang
paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru,
ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di
paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan
paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran
darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab
pneumonia.
6

Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas:


1. Stadium kongesti (4 12 jam pertama)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari selsel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator
tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga
mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin
dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan
eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga terjadi pembengkakan
dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler
dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh
dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2. Stadium hepatisasi merah (48 jam selanjutnya)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin
yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan.
Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit,
eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan
seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal
sehingga anak akan bertambah sesak. Stadium ini berlangsung sangat singkat,
yaitu selama 48 jam.

3. Stadium hepatisasi kelabu (konsolidasi)


Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang
terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang
cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli
7

mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami
kongesti.
4. Stadium akhir (resolusi)
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna
secara enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk.
Parenkim paru kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih
mencapai keadaan normal.
G. KLASFIKASI
A. Berdasarkan klinis dan epidemiologi
1.
2.
3.
4.

Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP)


Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP)
Pneumonia pada penderita immunocompromised Host
Pneumonia aspirasi

B. Berdasarkan lokasi infeksi


1. Pneumonia lobaris
Sering disebabkan aspirasi benda asing atau oleh infeksi bakteri
(Staphylococcus), jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi
pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh
obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses
keganasan. Pada gambaran radiologis, terlihat gambaran gabungan
konsolidasi berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram adalah udara
yang terdapat pada percabangan bronchus, yang dikelilingi oleh bayangan
opak rongga udara. Ketika terlihat adanya bronchogram, hal ini bersifat
diagnostik untuk pneumonia lobaris.
2. Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)
Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis.
Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen
8

membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan.


Penyakit ini seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran
nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan
sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah,
Pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer.
3. Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstitial dinding
bronkus dan peribronkil. Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus
dan mycoplasma. Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema
jaringan interstisial prebronkial. Radiologis berupa bayangan udara pada
alveolus masih terlihat, diliputi perselubungan yang tidak merata.
H. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis pneumonia dapat dilakukan melalui:
1.
Gambaran Klinis
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia. Gejalagejala meliputi:
a) Demam dan menggigil akibat proses peradangan
b) Batuk yang sering produktif dan purulen
c) Sputum berwarna merah karat atau kehijauan dengan bau khas
d) Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya
serius.
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut
bagian atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam,
menggigil, suhu tubuh kadang-kadang melebihi 40 C, sakit tenggorokan,
nyeri otot dan sendi. Juga disertai batuk, dengan sputum mukoid atau purulen,
kadang-kadang berdarah.
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagiam yang sakit tertinggal
waktu bernafas, pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup,
pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang

kadang-kadang melemah. Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian


menjadi ronkhi basah kasar pada stadium resolusi.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya >10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan
jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk
menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah
dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak
diobati. Anlalisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia, pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
3.

Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia
antara lain:
Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau
segment paru secara anantomis.
Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.
Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil.
Tidak tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada atelektasis.
Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ; batas
lesi dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan
jantung atau di lobus medius kanan.
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.
Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang
paling akhir terkena.
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya
udara pada bronkus karena tiadanya pertukaran udara pada alveolus).
Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab
pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya
10

penyebab pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus


pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat
bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia
sering menunjukan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun
dapat mengenai beberapa lobus.

1) Pneumonia Lobaris
Foto Thorax

11

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus (lobus
kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang mengikutsertakan alveoli yang tersebar.
Air bronchogram biasanya ditemukan pada pneumonia jenis ini.

CT Scan

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke perifer.

2) Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)


Foto Thorax

12

Merupakan Pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang dapat tersumbat oleh
eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus. Pada gambar diatas
tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus bawah kiri.

CT Scan

Tampak gambaran opak/hiperdens pada lobus tengah kanan, namun tidak menjalar sampai
perifer.

3) Pneumonia Interstisial
Foto Thorax

13

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial prebronkial. Radiologis
berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat, diliputi oleh perselubungan yang tidak
merata.

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19 tahun. (A)
Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler yang irreguler. (B) CT Scan
pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan area konsolidasi yang irreguler tersebut
berkembang menjadi bronkiektasis atau bronkiolektasis (tanda panah)

4) Pneumonia Pada Pasien Immunocompromised


Penyakit pneumonia pada pasien immunocompromised melibatkan
infeksidan radang pada saluran pernapasan bagian bawah. Terlepas dari alasan

14

yangmenyebabkan berubahnya fungsi kekebalan tubuh, pneumonia membawa


tingkat kematian tinggi pada pasien

immunocompromised. Keadaan

immunocompromise yang menyebabkan risiko tinggi pneumonia, terkait


dengan

adanya

faktor

faktor

berikut

keganasan,

HIV,

immunodefisiensi primer, transplantasi imunosupresi, kehamilan, alcoholism,


fibrosis kistik,penyakit autoimmun,penyakit neuromuskular,disfungsi kognitif,
cedera sumsum tulang belakang, luka bakar, leukemia, limfoma, kemoterapi
akibat keganasan pada organ padat, penggunaan steroid lama, asplenia, dan
diabetes. Banyak patogen paru yang dapat menyerang pasien yang mengalami
disfungsi sistem imun. Patogen lainnya lebih sering ditemui dengan penyebab
tertentu dari keadaan supresi imun. Oleh karena itu, patofisiologi dapat
dijelaskan secara umum dan konteksnya lebih spesifik. Secara konseptual,
kerentanan pneumonia karena imunosupresi berasal dari defek neutrofil, defek
imunoglobuli, atau defek T-sel. Alasan yang mendasari penekanan kekebalan
mungkin menyarankan terjadinya patologi paru tertentu.
Agen penyebab yang bertanggung jawab untuk pneumonia pada
pasien immunocompromised sering berbeda dari yang ditemukan pada pasien
yang

imunokompeten.

immunocompromised
Coccidioides,

Penyebab

dapat

infeksi

meliputi

Cytomegalovirus

(CMV),

pneumonia
organisme
Tuberkulosis

pada

pasien

bakteri,

spesies

(TB),

spesies

Histoplasma, spesies Aspergillus, Mycobacteriumavium complex (MAC),


pneumonia (carinii) jiroveci (PCP), Influenza , herpes simplex virus (HSV),
varicella-zoster

virus

(VZV),

spesies

Legionella,

spesies

Nocardia,

Cryptococcus neoformans, spesies Mucoraceae, spesies Strongyloides,spesies


Toxoplasma, dan spesies Capnocytophaga.
Penyebab pneumonia non-infeksi pada pasien immunocompromised
meliputi : perdarahan paru, pneumonitis, gagal jantung kongestif, emboli
paru,infark miokard, pneumotoraks, cedera akibat drug-induced, dan cedera
akibat Radiasi x-ray. Sebuah studi di Kanada menemukan angka kematian
15

sebesar 13,7%
pneumonia

pada pasien immunocompromised yang menderita infeksi

komuniti.

Tingkat

kematian

berkorelasi

dengan

etiologi

imunosupresi. Tingkat kejadian kasus pada pasien dengan TB lebih tinggi


pada pasien yang mengalami koinfeksi dengan HIV. Pada infeksi pneumonia
komuniti, angka kematian rawat inap adalah sebesar 9,1%. Sistem stadium
klinis yang dapat memprediksi kematian: gejala neurologis, frekuensi napas
meningkat, dan kreatinin meningkat. Pneumonia adalah penyebab utama
infeksi yang berhubungan dengan kematian pada orang tua.
Pasien yang berusia lebih tua dari 90 tahun memiliki dua kali tingkat
kematian

akibat

pneumonia

-69 tahun. Kematian dari influenza

daripada
dan

pasien
RSV

yang
tidak

berusia

65

proporsional

mempengaruhi orang tua.


4.

Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal,
torakosintesis, bronkoskopi, atau biopsi. Kuman yang predominan pada
sputum disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi.

I. PENATALAKSANAAN
Dalam mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan
klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat dirawat
dirumah.
Penderita yang tidak dirawat di RS
1) Istirahat ditempat tidur, bila panas tinggi di kompres
2) Minum banyak
3) Obat-obat penurunan panas, mukolitik, ekspektoran
4) Antibiotika
Penderita yang dirawat di Rumah Sakit, penanganannya di bagi 2 :
Penatalaksanaan Umum
Pemberian Oksigen
Pemasangan infuse untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit
16

Mukolitik dan ekspektoran, bila perlu dilakukan pembersihan jalan nafas


Obat penurunan panas hanya diberikan bila suhu > 400C, takikardi atau

kelainan jantung.
Bila nyeri pleura hebat dapat diberikan obat anti nyeri.

Pengobatan Kausal
Dalam pemberian antibiotika pada penderita pneumonia sebaiknya
berdasarkan MO (Mikroorganisme) dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi
beberapa hal perlu diperhatikan:
Penyakit yang disertai panas

tinggi

untuk

penyelamatan

nyawa

dipertimbangkan pemberian antibiotika walaupun kuman belum dapat

diisolasi.
Kuman pathogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab sakit,
oleh karena itu diputuskan pemberian antibiotika secara empiric. Pewarnaan

gram sebaiknya dilakukan.


Perlu diketahui riwayat antibiotika sebelumnya pada penderita.
Pengobatan awal biasanya adalah antibiotic, yang cukup manjur mengatasi

pneumonia oleh bakteri., mikroplasma, dan beberapa kasus ricketsia. Kebanyakan


pasien juga bisa diobati di rumah. Selain antibiotika, pasien juga akan mendapat
pengobatan tambahan berupa pengaturan pola makan dan oksigen untuk
meningkatkan jumlah oksigen dalam darah. Pada pasien yang berusia
pertengahan, diperlukan istirahat lebih panjang untuk mengembalikan kondisi
tubuh. Namun, mereka yang sudah sembuh dari pneumonia mikroplasma akan
letih lesu dalam waktu yang panjang.
Kategori

Keterangan

Kuman Penyebab

Obat Pilihan I

Obat Pilihan II

17

Kategori I

Usia
penderita
< 65 tahun
- Penyakit Penyerta
(-)
- Dapat berobat jalan

-S.pneumonia
-M.pneumonia
-C.pneumonia
-H.influenzae
-Legionale sp
-S.aureus
-M,tuberculosis
-Batang Gram (-)

Klaritromisin

2x250 mg
Azitromisin

1x500mg
Rositromisin

Siprofloksasin
2x500mg atau Ofloksasin

2x400mg
Levofloksasin
1x500mg atau

2x150 mg atau 1x300


-

mg

Moxifloxacin 1x400mg
Doksisiklin
2x100mg

`Kategor

- Usia penderita > 65

i II

tahun
- Peny. Penyerta (+)
- Dapat berobat jalan

Kategori
III

- Pneumonia berat.
- Perlu dirawat di
RS,tapi tidak
perlu di ICU

Kategori
IV

- Pneumonia berat
- Perlu dirawat di
ICU

- S.pneumonia
- Virus
- H.influenzae
- Batang gram (-)
- Aerob
- S.aures
- M.catarrhalis
- Legionalle sp

- Sepalospporin generasi

- S.pneumoniae
- H.influenzae
- Polimikroba termasuk

- Sefalosporin Generasi 2
atau 3
- Betalaktam +
Penghambat Beta
laktamase + makrolid

Kotrimoksazol
- Betalaktam

Aerob
- Batang Gram (-)
- Legionalla sp
- S.aureus
- Virus
- C.pneumoniae
- M.pneumoniae
- S.pneumonia
- Legionella sp
- Batang Gram (-) aerob
- M.pneumonia
- Virus H.influenzae
- M.tuberculosis
- Jamur endemic

- Makrolid
- Levofloksasin
- Gatifloksasin
- Moxyfloksasin

2
- Trimetroprim +

Sefalosporin
generasi 3 (anti
pseudomonas) +
makrolid
Sefalosporin
generasi 4
Sefalosporin
generasi 3 +
Kuinolon

- Piperasilin + tazobaktam
- Sulferason

Carbapenem /
meropenem
Vankomicin
Linesolid
Teikoplanin

J. DIAGNOSIS BANDING
Differential Diagnosis dari penyakit pneumonia adalah sebagai berikut:
1. Tuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M. tuberculosis. Jalan masuk untuk organism M. tuberculosis
adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan. Gejala klinis TB antara lain
18

batuk lama yang produktif (durasi lebih dari 3 minggu), nyeri dada, dan
hemoptisis dan gejala sistemik meliputi demam, menggigil, keringat malam,
lemas, hilang nafsu makan dan penurunan berat badan.

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

2. Atelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang
terserang tidak mengandung udara dan kolaps. Memberikan gambaran yang
mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram. Namun terdapat penarikan
jantung, trakea, dan mediastinum ke arah yang sakit karena adanya
pengurangan volume interkostal space menjadi lebih sempit dan pengecilan
dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit. Sehingga akan tampak thorax
asimetris.

Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

19

3. Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia, tanpa air
bronchogram. Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan
jantung, trakea, dan mediastinum kearah yang sehat. Rongga thorax
membesar. Pada edusi pleura sebagian akan tampak meniscus sign, tanda khas
pada efusi pleura.

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA

20

BAB III
KESIMPULAN
Paru - paru adalah salah satu organ yang paling sering terlibat dalam
berbagai komplikasi pada pasien dengan immunocompromised. Diantara komplikasi
paru yang terjadi pada pasien tersebut, infeksi adalah yang paling umum terjadi dan
berhubungan dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Penyakit
pneumonia pada pasien immunocompromised melibatkan infeksi dan radang pada
saluran pernapasan bagian bawah. Terlepas dari alasan yang menyebabkan
berubahnya fungsi kekebalan tubuh, pneumonia membawa tingkat kematian tinggi
pada pasien immunocompromised. Keadaan immunocompromise yang menyebabkan
risiko tinggi pneumonia,terkait dengan adanya faktor - faktor berikut : keganasan,
HIV, immunodefisiensi primer, transplantasi imunosupresi, kehamilan, alkoholisme,
fibrosis kistik,

penyakit autoimmune,

penyakit

neuromuskular,

disfungsi kognitif, cedera sumsum tulang belakang, luka bakar, leukemia, limfoma,
kemoterapi akibat keganasan pada organ padat, penggunaan steroid lama, asplenia,
dan diabetes.
Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia. Terutama apabila dari
pemeriksaan fisik memang menunjukan kelainan di paru dan membutuhkan
pemeriksaan peunjang berupa foto thorax. Koordinasi antara pemeriksaan klinis,
laboratorium dan radiologi akan dapat menunjang penegakan diagnosis yang tepat.
Gambaran khas pada pneumonia adalah adanya perselubungan dengan adanya
gambaran air bronchogram. Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran
khas tersebut. Untuk menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata
menggunakan foto thorax, melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit, dan juga
pemeriksaan laboratorium.
Untuk membedakan antara pneumonia, atelektasis, dan efusi pleura dilihat
dari adanya penarikan atau pendorongan jantung, trakea dan mediastinum ke arah
21

yang sakit atau sehat. Sementara untuk membedakan pneumonia dengan TB adalah
dilihat dari ada atau tidaknya kavitas yang umumnya terdapat pada lobus paru bagian
atas. Jadi dalam menegakkan pneumonia, sangat diperlukan gambaran radiologis
untuk penegakan diagnosis disamping pemeriksaan laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

22

1. American thoracic society. Guidelines for management of adults with communityacquired pneumonia. Diagnosis, assessment of severity, antimicrobial therapy,
and prevention. Am J Respir Crit.Care Med 2001; 163: 1730-54.
2. American thoracic society. Guidelines for management of adults with Guidelines
for the Management of Adults with Hospital-acquired, Ventilator-associated, and
Healthcare-associated Pneumonia. Am J Respir Crit.Care Med 2005; 171: 388416.
3. Aru W, Bambang, Idrus A, Marcellus, Siti S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM; 2007.
4. Barlett JG, Dowell SF, Mondell LA, File TM, Mushor DM, Fine MJ. Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults. Clin
infect Dis 2000; 31: 347-82
5. Mandell LA, IDSA/ATS consensus guidelines on the management of communityacquired pneumonia in adults, CID 2007;44:S27
6. Mylotte JM, Nursing home-associated pneumonia, Clin Geriatr Med 2007;23:553
7. Menendez R,
2007;132:1348

Treatment

failure

in

community-acquired

pneumonia,

8. Niederman MS, Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient


and outpatient, Chest 2007;131;1205
9. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan penatalaksanaan
Pneumonia Komuniti.2003
10. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan penatalaksanaan

Pneumonia Nosokomial.2003

23

Anda mungkin juga menyukai