PENDAHULUAN
Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) masih terus menjadi masalah
kesehatan yang utama meskipun kemajuan dalam identifikasi baik agen agen
penyebab baru ataupun lama sangat pesat, dan kemampuan obat obat antimikroba
telah banyak ditingkatkan. Selain itu masih banyak terdapat kontroversi berkenaan
dengan pendekatan diagnostik dan pilihan pengobatan.
ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk
pneumonia. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli). Juga bisa didefinisikan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Dan
menimbulkan angka kesakitan yang tinggi, dengan gejala-gejala batuk, demam, dan
sesak nafas.
Secara klinis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai suatu peradangan paru
yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit, dan lain-lain).
Secara anatomis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia lobaris,
pneumonia
segmentalis,
dan
pneumonia
lobularis
yang
dikenal
sebagai
bronkopneumonia dan biasanya mengenai paru bagian bawah. Selain itu pneumonia
dapat juga dibedakan berdasarkan tempat dapatannya, yaitu pneumonia komunitas
dan pneumonia rumah sakit.
BAB II
PNEUMONIA
A. DEFINISI
C. EPIDEMIOLOGI
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang
terbanyak di dapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di
seluruh dunia. Di Inggris pneumonia menyebabkan kematian 10 kali lebih banyak
dari pada penyakit infeksi lain, sedangkan di AS merupakan penyebab kematian
urutan ke 15.
Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007, menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka
2
nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%,
angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan Balita 15,5%.
Pneumonia pada dapat terjadi pada orang tanpa kelainan imunitas yang
jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia
didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan
tubuh. Frekuensi relative terhadap mikroorganisme petogen paru bervariasi
menurut lingkungan ketika infeksi tersebut didapat. Misalnya lingkungan
masyarakat, panti perawatan, ataupun rumah sakit. Selain itu factor iklim dan
letak geografik mempengaruhi peningkatan frekuensi infeksi penyakit ini.
D. ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu
bakteri, virus, jamur, protozoa, yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri.
Penyebab
tersering
pneumonia
bakterialis
adalah
bakteri
positif-gram,
E. ANATOMI PARU-PARU
Paru-paru merupakan organ yang elastic, berbentuk kerucut, dan letaknya
berada di dalam rongga dada atau thorax. Kedua paru-paru saling terpisah oleh
mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar.
Setiap paru-paru mempunyai apeks (bagian atas paru-paru) dan basis.
Paru-paru kanan lebih besar dari pada paru-paru kiri. Paru-paru kanan
dibagi menjadi 3 lobus yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior.
Paru-paru kanan terbagi lagi atas 10 segmen yaitu pada lobus superior terdiri atas
3 segmen yakni segmen pertama adalah segmen apical, segmen kedua adalah
segmen posterior, dan segmen ketiga adalah segmen anterior.
Pada lobus medius terdiri atas 2 segmen yakni segmen keempat adalah
segmen lateral, dan segmen kelima adalah segmen medial. Pada lobus inferior
terdiri atas 5 segmen yakni segmen keenam adalam segmen apical, segmen
ketujuh adalah segmen mediobasal, segmen kedelapan adalah segmen
anteriobasal, segmen kesembilan adalah segmen laterobasal, dan segmen
kesepuluh adalah segmen posteriobasal.
Paru-paru kiri terbagi atas dua lobus yaitu lobus superior dan lobus
inferior. Paru-paru kiri terdiri dari 8 segmen yaitu pada lobus superior terdiri dari
segmen pertama adalah segmen apikoposterior, segmen kedua adalah segmen
anterior, segmen ketiga adalah segmen superior, segmen keempat adalah segmen
inferior.
Pada lobus inferior terdiri dari segmen kelima segmen apical atau segmen
superior, segmen keenam adalah segmen mediobasal atau kardiak, segmen
ketujuh adalah segmen anterobasal dan segmen kedelapan adalah segmen
posterobasal.
F. PATOFISIOLOGI
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya , adalah yang paling berisiko.
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada
tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena
penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat
berkembang biak dan merusak organ paru-paru.
Inokulasi langsung
Penyebaran melalui pembuluh darah
Inhalasi bahan aerosol
Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara Kolonisasi.
mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami
kongesti.
4. Stadium akhir (resolusi)
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna
secara enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk.
Parenkim paru kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih
mencapai keadaan normal.
G. KLASFIKASI
A. Berdasarkan klinis dan epidemiologi
1.
2.
3.
4.
Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia
antara lain:
Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau
segment paru secara anantomis.
Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.
Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil.
Tidak tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada atelektasis.
Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ; batas
lesi dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan
jantung atau di lobus medius kanan.
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.
Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang
paling akhir terkena.
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya
udara pada bronkus karena tiadanya pertukaran udara pada alveolus).
Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab
pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya
10
1) Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
11
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus (lobus
kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang mengikutsertakan alveoli yang tersebar.
Air bronchogram biasanya ditemukan pada pneumonia jenis ini.
CT Scan
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke perifer.
12
Merupakan Pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang dapat tersumbat oleh
eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus. Pada gambar diatas
tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus bawah kiri.
CT Scan
Tampak gambaran opak/hiperdens pada lobus tengah kanan, namun tidak menjalar sampai
perifer.
3) Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
13
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial prebronkial. Radiologis
berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat, diliputi oleh perselubungan yang tidak
merata.
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19 tahun. (A)
Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler yang irreguler. (B) CT Scan
pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan area konsolidasi yang irreguler tersebut
berkembang menjadi bronkiektasis atau bronkiolektasis (tanda panah)
14
immunocompromised. Keadaan
adanya
faktor
faktor
berikut
keganasan,
HIV,
imunokompeten.
immunocompromised
Coccidioides,
Penyebab
dapat
infeksi
meliputi
Cytomegalovirus
(CMV),
pneumonia
organisme
Tuberkulosis
pada
pasien
bakteri,
spesies
(TB),
spesies
virus
(VZV),
spesies
Legionella,
spesies
Nocardia,
sebesar 13,7%
pneumonia
komuniti.
Tingkat
kematian
berkorelasi
dengan
etiologi
akibat
pneumonia
daripada
dan
pasien
RSV
yang
tidak
berusia
65
proporsional
Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal,
torakosintesis, bronkoskopi, atau biopsi. Kuman yang predominan pada
sputum disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi.
I. PENATALAKSANAAN
Dalam mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan
klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat dirawat
dirumah.
Penderita yang tidak dirawat di RS
1) Istirahat ditempat tidur, bila panas tinggi di kompres
2) Minum banyak
3) Obat-obat penurunan panas, mukolitik, ekspektoran
4) Antibiotika
Penderita yang dirawat di Rumah Sakit, penanganannya di bagi 2 :
Penatalaksanaan Umum
Pemberian Oksigen
Pemasangan infuse untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit
16
kelainan jantung.
Bila nyeri pleura hebat dapat diberikan obat anti nyeri.
Pengobatan Kausal
Dalam pemberian antibiotika pada penderita pneumonia sebaiknya
berdasarkan MO (Mikroorganisme) dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi
beberapa hal perlu diperhatikan:
Penyakit yang disertai panas
tinggi
untuk
penyelamatan
nyawa
diisolasi.
Kuman pathogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab sakit,
oleh karena itu diputuskan pemberian antibiotika secara empiric. Pewarnaan
Keterangan
Kuman Penyebab
Obat Pilihan I
Obat Pilihan II
17
Kategori I
Usia
penderita
< 65 tahun
- Penyakit Penyerta
(-)
- Dapat berobat jalan
-S.pneumonia
-M.pneumonia
-C.pneumonia
-H.influenzae
-Legionale sp
-S.aureus
-M,tuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisin
2x250 mg
Azitromisin
1x500mg
Rositromisin
Siprofloksasin
2x500mg atau Ofloksasin
2x400mg
Levofloksasin
1x500mg atau
mg
Moxifloxacin 1x400mg
Doksisiklin
2x100mg
`Kategor
i II
tahun
- Peny. Penyerta (+)
- Dapat berobat jalan
Kategori
III
- Pneumonia berat.
- Perlu dirawat di
RS,tapi tidak
perlu di ICU
Kategori
IV
- Pneumonia berat
- Perlu dirawat di
ICU
- S.pneumonia
- Virus
- H.influenzae
- Batang gram (-)
- Aerob
- S.aures
- M.catarrhalis
- Legionalle sp
- Sepalospporin generasi
- S.pneumoniae
- H.influenzae
- Polimikroba termasuk
- Sefalosporin Generasi 2
atau 3
- Betalaktam +
Penghambat Beta
laktamase + makrolid
Kotrimoksazol
- Betalaktam
Aerob
- Batang Gram (-)
- Legionalla sp
- S.aureus
- Virus
- C.pneumoniae
- M.pneumoniae
- S.pneumonia
- Legionella sp
- Batang Gram (-) aerob
- M.pneumonia
- Virus H.influenzae
- M.tuberculosis
- Jamur endemic
- Makrolid
- Levofloksasin
- Gatifloksasin
- Moxyfloksasin
2
- Trimetroprim +
Sefalosporin
generasi 3 (anti
pseudomonas) +
makrolid
Sefalosporin
generasi 4
Sefalosporin
generasi 3 +
Kuinolon
- Piperasilin + tazobaktam
- Sulferason
Carbapenem /
meropenem
Vankomicin
Linesolid
Teikoplanin
J. DIAGNOSIS BANDING
Differential Diagnosis dari penyakit pneumonia adalah sebagai berikut:
1. Tuberculosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M. tuberculosis. Jalan masuk untuk organism M. tuberculosis
adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan. Gejala klinis TB antara lain
18
batuk lama yang produktif (durasi lebih dari 3 minggu), nyeri dada, dan
hemoptisis dan gejala sistemik meliputi demam, menggigil, keringat malam,
lemas, hilang nafsu makan dan penurunan berat badan.
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
2. Atelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang
terserang tidak mengandung udara dan kolaps. Memberikan gambaran yang
mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram. Namun terdapat penarikan
jantung, trakea, dan mediastinum ke arah yang sakit karena adanya
pengurangan volume interkostal space menjadi lebih sempit dan pengecilan
dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit. Sehingga akan tampak thorax
asimetris.
19
3. Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia, tanpa air
bronchogram. Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan
jantung, trakea, dan mediastinum kearah yang sehat. Rongga thorax
membesar. Pada edusi pleura sebagian akan tampak meniscus sign, tanda khas
pada efusi pleura.
20
BAB III
KESIMPULAN
Paru - paru adalah salah satu organ yang paling sering terlibat dalam
berbagai komplikasi pada pasien dengan immunocompromised. Diantara komplikasi
paru yang terjadi pada pasien tersebut, infeksi adalah yang paling umum terjadi dan
berhubungan dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Penyakit
pneumonia pada pasien immunocompromised melibatkan infeksi dan radang pada
saluran pernapasan bagian bawah. Terlepas dari alasan yang menyebabkan
berubahnya fungsi kekebalan tubuh, pneumonia membawa tingkat kematian tinggi
pada pasien immunocompromised. Keadaan immunocompromise yang menyebabkan
risiko tinggi pneumonia,terkait dengan adanya faktor - faktor berikut : keganasan,
HIV, immunodefisiensi primer, transplantasi imunosupresi, kehamilan, alkoholisme,
fibrosis kistik,
penyakit autoimmune,
penyakit
neuromuskular,
disfungsi kognitif, cedera sumsum tulang belakang, luka bakar, leukemia, limfoma,
kemoterapi akibat keganasan pada organ padat, penggunaan steroid lama, asplenia,
dan diabetes.
Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini foto thorax konvensional dan CT Scan
menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia. Terutama apabila dari
pemeriksaan fisik memang menunjukan kelainan di paru dan membutuhkan
pemeriksaan peunjang berupa foto thorax. Koordinasi antara pemeriksaan klinis,
laboratorium dan radiologi akan dapat menunjang penegakan diagnosis yang tepat.
Gambaran khas pada pneumonia adalah adanya perselubungan dengan adanya
gambaran air bronchogram. Namun tidak semua pneumonia memberikan gambaran
khas tersebut. Untuk menentukan etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata
menggunakan foto thorax, melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit, dan juga
pemeriksaan laboratorium.
Untuk membedakan antara pneumonia, atelektasis, dan efusi pleura dilihat
dari adanya penarikan atau pendorongan jantung, trakea dan mediastinum ke arah
21
yang sakit atau sehat. Sementara untuk membedakan pneumonia dengan TB adalah
dilihat dari ada atau tidaknya kavitas yang umumnya terdapat pada lobus paru bagian
atas. Jadi dalam menegakkan pneumonia, sangat diperlukan gambaran radiologis
untuk penegakan diagnosis disamping pemeriksaan laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
22
1. American thoracic society. Guidelines for management of adults with communityacquired pneumonia. Diagnosis, assessment of severity, antimicrobial therapy,
and prevention. Am J Respir Crit.Care Med 2001; 163: 1730-54.
2. American thoracic society. Guidelines for management of adults with Guidelines
for the Management of Adults with Hospital-acquired, Ventilator-associated, and
Healthcare-associated Pneumonia. Am J Respir Crit.Care Med 2005; 171: 388416.
3. Aru W, Bambang, Idrus A, Marcellus, Siti S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM; 2007.
4. Barlett JG, Dowell SF, Mondell LA, File TM, Mushor DM, Fine MJ. Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults. Clin
infect Dis 2000; 31: 347-82
5. Mandell LA, IDSA/ATS consensus guidelines on the management of communityacquired pneumonia in adults, CID 2007;44:S27
6. Mylotte JM, Nursing home-associated pneumonia, Clin Geriatr Med 2007;23:553
7. Menendez R,
2007;132:1348
Treatment
failure
in
community-acquired
pneumonia,
Pneumonia Nosokomial.2003
23