Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Tiap keluarga akan senantiasa menghadapi berbagai masalah, tetapi kemampuan


untuk mengatasinya tidak terlalu memadai. Karena itu harus ada usaha-usaha untuk
memperkuat kemampuan keluarga atau anggota keluarga dalam menghadapi berbagai
tantangan, baik dari dalam keluarga itu sendiri maupun dari luar. Usaha itu harus dimulai oleh
keluarga itu sendiri atau oleh seorang ahli yang dapat membantu mengatasi persoalan
keluarga bila masalah keluarga itu memerlukan orang lain untuk membantu penyelesaian
konflik dalam keluarga.
Kita menyadari bahwa bahtera perkawinan tidak selamanya dapat mengarungi samudera
dengan tenang dan lancar. Setelah keluarga terbentuk, berbagaimasalah dapat timbul dalam
keluarga yang pada gilirannya akan menjadi benih yang mengancam kehidupan perkawinan
dan berakibat keretakan atauperceraian. Sebelum hal ini terjadi di keluarga atau angota
keluarga hendaklah berusaha untuk mencegahnya dengan memperbaiki hubungan dalam
keluarga dan kadang-kadang memerlukan campur tangan orang luar dalam usaha membantu
keluarga itu untuk mengatasi situasi konflik tersebut.
Tujuan pengetahuan ini bagi mahasiswa adalah untuk:
1. Memperoleh wawasan tentang tekhnik-tekhnik Bimbingan dan Konseling Keluarga.
2. Memahami tekhnik-tekhnik dalam Bimbingan dan Konseling Keluarga.
3. Dapat melaksanakan konseling keluarga bedasarkan tekhnik-tekhnik yang telah dipelajari

BAB II
PEMBAHASAN
A. KELUARGA
Definisi dari KELUARGA itu sendiri adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Salvicion dan Celis (1998) didalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua
pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di
hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Keluarga merupakan bagian yang terpenting dalam suatu hubungan kekeluargaan oleh
setiap insan individu, tanpa adanya ikatan keluarga hubungan itu akan terasa tidak sempurna.
Dijabarkan oleh beberapa ahli sebuah anggota keluarga yang penuh cinta kasih saling
menghargai dan mensyukuri akan mengurangi perpecahan dan ketegangan antara anggota
keluarga yang dapat menyebabkan ketidakharmonisan.
Bimbingan dalam keluarga adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu
secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat
latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungan
keluarganya serta dapat mengarahkan diri dengan baik dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan
dirinya dan kesejahteraan masyarakat, khususnya untuk kesejahteraan keluarganya.

Sedangkan definisi bimbingan konseling keluarga menurut para hali lainnya :


1)

Proses upaya bantuan yang diberikan kepada individu sebagai anggota keluarga, baik

dalam mengaktualisasikan potensinya, maupun dalam mengantisipasi serta mengatasi


masalah yang dihadapinya, yang dilakukan melalui pendekatan sistem.
2)

Suatu proses interakif untuk membantu keluarga dalam mencapai keseimbangan,

dimana setiap anggota keluarga memperoleh pencapaian kebahagiaan secara utuh.


B. JENIS-JENIS KONSELING KELUARGA
Sayekti (1994) mengemukakan jenis-jenis konseling keluarga sebagai berikut:
1. Diagnosis dan konseling oleh Ackerman (Ackermans Family Diagnosis and Counseling).
Nothan W. Ackerman,seorang psikiatri di New York yang secara professional telah
mengembangkan dan menyebarluaskan konseling keluarga dengan menekankan
interdipendensi antara prosedur diagnosis dan penanganan (treatment). Ia menjelaskan
putusan diagnotis menentukan kejelasan penentuan tujuan konseling dan kekhususan tekhnik
yang digunakan dalam konseling keluarga serat interview terhadap keluarga menjadi
komponen essential dalam sistem diagnosis dalam konseling keluarga.
Untuk mencapai tujuan, seorang konselor keluarga spesifik sebagai berikut:
a. Membantu keluarga mencapai kejelasan pembatasan konflik.
b. Mendudukkan konflik pada tempat yang sebenarnya.
c. Meluruskan prasangka-prasangka rasional yang tercakup dalam konflik dengan cara:
1) Membebaskan beban yang terlalu banyak pada seseorang sebagai anggota dalam satu
keluarga.
2) Membebaskan beban kesedihan karena konflik dalam keluarga, di mana seharusnyadapat
saling berhubungan dengan efektif.
3) Mengaktifka masuknya unsur emosi yang baik ke dalam hubungan antar anggota keluarga

.2. Konseling keluarga secara bersama-sama oleh Safir (Safirs Conjoint Family
Counseling).
Virgina Safir sebagai seorang ahli terapi, mempunyai ciri seorang yang suka langsung, penuh
semangat, otoriter dalam pertemuan-pertemuan dengan anggota keluarga. Selama
mengadakan pertemuan dengan keluarga, Safir memmbuat pertanyaan lebih banyak daripada
anggota keluarga. Tujuannya adalah untuk mengembangkan interaksi antar anggota keluarga.
Dia melakukan semua hal ini dengan komunikasi verbal yang sangat baik dan dengan dirinya
sendiri sebagai pusatnya.
Dalam pelaksanaan konseling, Safir menuntut suami dan istri sama-sama hadir dalam
wawancara pertama, ia menekankan pentingnya kebutuhan laki-laki dan perempuan dalam
rangka memperoleh informasi tentang masalah keluarga. Dalam wawancara pertama, Safir
mengajukan pertanyaan untuk mengetahui apa yang diinginkan keluarga tersebut dan apa
yang diharapkan dari konseling dan kemudian secara mendalam mengetahui keadaan atau
sifat keluarga yang diberikan bantuan. selanjutnyaSafir menjelaskan bahwa tiap keluarga
memberikan kontribusi yang tidak sama dengan keluarga lainnya dan terhadap kesulitannya.
Hal inilah yang perlu dimengerti oleh konselor sebelum memberikan bantuan.
Dalam membantu keluarga agar hubungannya lebih efektif, Safir menempuh dua jalan,anatar
membantu orang tua untuk mengerti anaknya dan penerimaan timbal balik antar mereka
sendiri.
3. Konseling keluarga berdasarkan Triad (Triads Based Family Counseling)
Grald H. Zuk seorang ahli psikoterapi dari Philadelphia mengembangkan konseling keluarga
berdasarkan hubungan antara tiga atau lebih dalam keluarganya, yang menurut anggapannya
lebih baik daripada berdasarkan dyad yang banyak dilakukan oleh ahli psikoanalisis. Zuk
menekankan bahwa triad itu dipakai sebagai perbaikan dari model dyad, yaitu terapi keluarga
berdasarkan hubungan tiga orang dalam keluarga:
4

a. antara anak ibu anak


b. antara anak ayah anak
c. antara ayah ibu anak
karena kesulitan dan permasalahan keluarga tersebuit kemungkinan harus melibatkan dua
atau lebih anggota keluarga yang saling bertentangan. Dalam mengatasi pertentangan
keluarga, seorang terapis diharapkan mampu berperan sebagai penengah dan pelerai.
4. Konseling kelompok keluarga oleh Bell (Bells Family Group Counseling)
Jhon Elderkin Bell, seorang ahli psikoterapi dari California. Dalam konselingnya
memfungsikan pentingnya hubungan dalam keluarga sebagai cara untuk memperkuat
hubungan sebagai suatu kelompok. Menurut Bell tugas yang harus segera dilakukan adalah
membantu memperluas dan memperbaiki hubungan antar anggota keluarga. Peningkatan
komunikasi keluarga sebagai cara yang paling baik untuk pemecahan masalah keluarga. Bell
mengajarkan kepada keluarga untuk:
a. Sifat yang lebih fleksibel.
b. Lebih terbuka.
c. Langsung.
d. Jelas.
e. Lebih disiplin dalam memilih dan membentuk hubungan.
5. Konseling tingkah laku keluarga oleh Liberman (Behavior Counseling)
R. Paul Liberman, seorang ahli psikiater dari California telah menerapkan teori-teori dan
prosedur konseling tingkah laku dalam keluarga. Menurutnya tugas terapis adalah:
a. Menyebutkan secara panjang lebar mengenai tingkah laku penyesuaian yang buruk
(maladaptive behavior).
b. Memilih tujuan-tujuan yang masuk akaldari beberapa alternatif, tingkah laku yang sesuai
(adaptive behavior).

c. Mengarahkan dan membimbing keluarga untuk merubah tingkah laku yang tak sesuai
dengan tingkah laku yang sesuai.
Dalam penerapan teori tingkah laku ke dalam konseling keluarga, Liberman menekankan
pada tiga hal pokok:
a. Menciptakan dan memelihara konselingyang positif dengan jalan menggunakan penguatan
sosial dan model.
b. Mendiagnosis problem-problem keluarga ke dalam istilah tingkah laku.
c. Mengimplementasikan prinsip-prinsip tingkah laku dari penguat dan model (contoh) dalam
hubungan interpersonal.
Liberman membedakan beberapa tingkah laku konselor yang cendrung mengecilkan
pentingnya hubungan antar konselor dan klien. Bahkan ada beberapa kritik bahwa konseling
tingkah laku cendrung menggunakan pendekatan mengajar secara mesin (teaching machine)
terhadap perubahan kepribadian.
Dalam membuat penialaian tingkah laku, Liberman menanyakan kepada tiap-tiap anggota
keluarga berturut-turut apakah dia senang melihat perubahan-perubahan dari keluarga lain
dan apakah dia menyukai dibedakannya dengan dirinya serta perbedaan apa yang
dikehendaki di lihat pada keluarga lain. Jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu
digunakan sebagai pedoman, sehingga dia dapat membuat pilihan yang seksama terhadap
tujuan tingkah laku yang spesifik. Analisis tingkah laku belum selesai sesudah pertemuan
pertama, tetapi harus dilakukan secara rutin sampai problem tingkah laku mereka berubah.
Liberman menggunakan model atau permainan peranan dalam melakukan penyembuhan.
Model itu dapat dalam satu dari konselor, atau anggota keluarga. Jika model menujukkan
tingkah laku yang diinginkan berarti bantuan yang diterima positif dan mungkin klien akan
menirunya.
Dalam konseling tingkah laku mengutamakan pula adanya kesepakatan antara pribadi, antara

konselor dan anggota keluarga untuk mengubah problem tingkah laku yang lebih sesuai.
Liberman mengatakan bahwa pendekatan tingkah laku pada konseling keluarga memerlukan
keuletan tenaga dari konselor, berlainan dengan pendekatan psikoanalisis.
6. Konseling dampak ganda oleh Gregor (multiple impact counseling)
Robert Ma Gregor seorang ahli psikologi, mengembangkan suatu metode untuk menangani
keluarga dengan melihat gangguan dan krisis pada masa remajanya. Metode itu disebut
multiple impact counseling yang sering disingkat dengan MIC.
MIC melibatkan orang-orang yang ada hubungannya dengan keluarga tersebut, misalnya
saudara, tetangga, teman, dan lain-lain. Konselor pun terdiri dari bermacam-macam ahli,
yaitu ahli psikologi, psikiater, pekerja sosial, dokter dan lain-lain.
MIC mencoba menolong klien dan keluarga melalui proses alamiah menuju keperbaiakan
fungsi. Pelaksanaan konseling dengan cara pertemuan (conference) antara konselor, klien dan
keluarganya dan orang-orang lain seperti tersebut di atas. Dalam pertemuan terjadi
wawancara dan diskusi antara konselor dengan klien dan keluarganya.
MIC dilaksanakan selama dua setengah hari dan sering selama dua hari saja MIC telah
selesai. Pertemuan, wawancara dan diskusi dilakukan pada pagi dan sore hari secara terus
menerus selam dua hari itu.
7. Campur tangan jaringan social oleh Speck (social network intervention)
Ross V. Speck seorang psikiater, dengan teman-temanya telah mengembangkan konseling
keluarga. Dalam campur tangan jaringan sosial ini Speck dan teman-temanya melibatkan
seluruh saudara, teman-teman. Tetangga dari keluarga yang bermasalah yang kelihatannya
mempunyai pengaruh yang berarti bagi keluarga itu. Caranya dengan mengadakan pertemuan
di rumah keluarga tersebut, dan melibatkan kira-kira 40 orang. Tempat pertemuan dapat juga
diadakan di rumah salah satu keluarga. Salah seorang dari mereka dapat juga diadakan dipilih
menjadi pimpinan jaringan sosial tersebut. Seorang pimpinan dibutuhkan perasaan peka

terhadap waktu, empati, perasaan akan suasana hati kelompok dan mempunyai kharisma. Dia
juga harus mempunyai kecakapan untuk memberikan kepercayaan, bertanggung jawab dan
memberikan penyelesaian yang baik terhadap anggota jaringan.
Anggota jaringan mendapatkan perasaan kesatuan dan pikiran yang menyenangkan seperti
halnya tim pemain sepak bola,mereka dapat melepasakan ketegangan dengan berlari,
meloncat dan berteriak. Bagi yang mengalami krisismendapat pusat perhatian dan untuk
penyelesaiannya dilakukan secara terpisah.
Sebelum diskusi jaringan dengan keluarga, informasi yang pokok dikumpulkan untuk
melengkapi konstruksi dari strategi jaringan pada pertemuan pertama. Sebelum sidang,
prosedur yang biasanya dilakukan adalah konselor memasang tape recorder, mengumpulkan
pendapat anggota keluarga, mendengarkan desas-desus dan biasanya didapat informasi
tentang kelompok. Dalam hal ini biasanya konselor bertindak sebagai pembantu dengan dua
atau empat orang berprofesi sebagai penasehat tersebut dalam latihan sebagai konselor
jaringan, tetapi juga berprofesi sebagai pelopor. Kepercayaan tercipta selam hubungan akrab
satu persatu dengan konselor selam sidang, mungkin setelah itu tidak ada hubungan lagi.
Karena iotu dipesankan oleh konselor untuk membentuk jaringa komuniksi secara tetap.
Dalam jaringan ini timbul perasaan baru dari para anggota dan sadar akan rasa kebersamaan.
8. Konseling keluarga ganda oleh Laqueur (multiple family counseling)
H. Peter Laquer adalah seorang psikiater, ia menciptakan multiple family counseling. Ia
mengatakan bahwa konseling yang demikian telah berkembangmenjadi kebutuhan.karena ia
melihat sejumlah ketidak efisienan konselor dalm mengobati krisis keluarga di rumah sakitrumah sakit pemerintah tempat ia bekerja. Laquer dan kelompoknya mulai melakukan terapi
ini pada klien-klien di rumah sakit dan keluarganya.
Dari apa yang dilakukan dan dikembangkan oleh Laquer dan teman-temanya, maka ada
kepercayaan bahwa konselor keluarga ganda dapat memberikan perubahan dala pola-pola

interaksi secara lebih cepat dan lebih efektif dari pada yang biasa dilakukan dengan
penanganan tunggal pada keluarga.
Terutama ketika ada anggota yang mengidap penyakit schizophrenia, konseling keluarga
ganda dapat memberikan hasil yang lebih baik dari pada konseling tunggal kepada keluarga.
Laquer percaya, karena hadirnya keluarga lain dan klien lain akan mendorong orang yang
terserang schizophrenia untukdengan lebih aktif berusaha mengenali perbedaan diri dan
kebebasannya dari pada terus menerus bertahan dalam hubungan simbiotik kepada
keluarganya yang teritama menimbulkan sakitnya itu.
Laquer juga berbicara tentang jenis komunikasi yang sesuai untuk setiap jenis keluarga dan
bahasa untuk orang yang terkena schizophrenia. Di menemukan keluarga lain yang dapat
dugunakan sebagai perantara antara konselor dan keluarga itu, dan antara konselor dan orang
yang terkena schizophrenia serta sering juga untuk menjernihkan hubungan antara klien itu
dengan keluarganya.
Setelah memperkenalkan konseling keluarga ganda di New York Hospital, Laquer pindah ke
Vermont. Di sana dia terus mempraktekkan konseling tersebut. Ketika ia melakukan serentak
untuk empat atau lima keluarga, dari prakteknya sendiri atau dari rumah sakit dan klinik
kesehatan mentalnya, dia menjelaskan bahwa problem mereka akan digabungkan. Tetapi tiaptiap keluarga harus merasa bebas apakah akan ikut bersama-sama mengadakan pembicaraan
lagi ataukah tidak setelah pertemuan pertama. Setiap keluarga akan ditangani hanya jika tiap
anggota keluarga memerlukan bantuan.
Keluarga-keluarga itu bercampur dalam pendidikan dan latar belakang sosial ekonominya.
Laquer percaya bahwa dalam campuran yang acak itu, orang dari latar belakang serupa akan
cendrung untuk berinteraksi secara dangkal. Lain dengan misalnya seorang anak sopir dengan
seorang anak profesor. Menurut laquer dapat membuat orang tua mereka masing-masing
terlibat pembicaraan yang lebih efisien, dibanding dengan dari orang tua yang berlatar

belakang sejenis.
Keluarga yang tidak meninggalkan pertemuan pertama, biasanya suka untuk mengikuti
penangan selanjutnya. Waktu yang diperlukan untuk jenis konseling ini adalah sekitar 12
sampai 18 bulan. Laquer melaporkan bahwa kebanyakan keluarga itu semula tidak
mengetahui mengapa mereka harus berada dalam kelompok itu dan bagaimana dapat dibantu
untuk membicarakan problem mereka dihadapan keluarga lain dengan problemnya sendirisendiri pula. Kemuadian baru mendapatkan pengertian dari pihak keluarga lain dan mendapat
dukungan emosional dalam kelompok itu, sehingga mengurangi rasa sakit daro problem yang
dirasakan. Akhirnya baru dapat menghadapai dengan tenang bahwa mereka memang
telahmenyebabkan adanya problem itu.
Laquer telah menyebutkan satu persatu meklanisme perubahan yang dia yakini dala
konseling keluarga ganda ini, yaitu:
a. Konseling keluarga ganda menggunakan keluarga yang agar tidak terganggu secara cocounselor (konselor pembantu). Karena semua keluarga dala kelompok itu umumnya
memiliki sebuah problem, maka konseling keluarga ganda memberikan kesempatan kepada
mereka dalam kerangka kerja tersebutuntuk mengadakan komunikasi dan memperoleh
pengertian yang lebih baik. Dengan keadaan demikian satu keluarga dengan senang hati dapat
menerima keluarga yang lain dan keluarga yang lain itu dapat berperan sebagai co-counselor
dalam konseling.
b. Laquer percaya bahwa kompetisi di antara keluarga di dalam sistem konseling keluarga
ganda ini, akan menghasilkan perubahan yang lebih cepat dala tahap awal penanganan.
Sedang kooperasi (kerjasama) akan menimbulkan kompetisi pada tahap akhirnya.
c. Konseling keluarga ganda akan membantu menyebarluaskan bahwa individu anggota
keluarga harus mengerti tingkah lakunya, reaksi-reaksinya, dan tabiat-tabiatnya secara umum
terhadapa orang lain dalam lingkungannya. Konselor menggunakan konsep ini dalam

10

mengembangkan interaksi untuk membuat perasaan, problem-problem, dan kebutuhan orangorang yang diobati itu yang sebelumnya ditutp-tutupi, sehingga dengan demikian dapat
ditemuaka cara baru untuk menangani mereka.
d. Anggota kelompok diberi kesempatan untuk mengamati keadaan konflik yang sejenis.
Untuk melihat bahwa keluarga yang lain mempunyai problem yang dapat dibandingkan
dengan problemnya.
e. Konseling keluarga ganda seperti yang dikatakan Laquer, memeberikan kesempatan
dengan apa yang dia sebut belajar melalui identifikasi. Dia tunjukkan bahwa orang dapat
mengerti peranannya dan mengembangkan secara efektif dengan mengamati orang lain dalam
hubungan-hubungannya. Perkawinan dapat menjadi baik setelah orang itu mengamati
perkawinan orang lain. Hubungan anak dan orang tua dapat menjadi baik setelah melihat
hubungan anak dan orang tua lain.
f. Pengalaman konseling keluarga ganda memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
mencoba gaya tingkah laku baru. Dapat melihat bagaimana oramng lain memnerikan kepada
mereka jika mereka beretingkah laku lain. Dalam konseling keluarga ganda ini dimana
hubungan keluarga-keluarga disatukan, klien dan anggota keluarga lain merasa dan aman
untuk membangun tingkah laku yang adaptif dibandingkan dengan keadaan dalam konseling
keluarga tunggal (hanya keluarganya sendiri).
g. Karena adanya sifat terbuka pada akhirnya akan membuat keluarga yang bersangkutan
berbeda-beda tahap penanganannya. Ia menyatakan bahwa orang dengan besar
sintomnyadalam keanggotaan kelompok konseling keluarga ganda ini, mengembangkan
perubahan dan sikap berikutnya dalam perubahan itu terjadi pada anggota kelompok yang
lain setelah melihat adanya tabiat yang dewasa dari model yang pertama tadi.
h. Konseling keluarga ganda memberikan kesempatan kepada konselor untuk menggunakan
tipe tingkah laku yang lebih baru, lebih realistis seperti yang ditunjukkan oleh seorang

11

individu atau keluargasebagai dasar untukmengarahkan perhatian seluruh kelompok serta


untuk mengajak seluruh keluarga dan individu lain memiliki situasi yang efektif dan realistis
seperti tersebut di atas.
Laquer menjelaskan bahwa kelompok konseling keluartga ganda mudah berubah pendirian
dan mudah goncang dan gagal jika konselor tidak membawanya ke dalam situasi yang baru.
Konselor harus memiliki kecakapan untukmembetulkan dengan cepat jika terjadi kesalahan
fungsi, harus ada inisiatif untuk memilih pendekatan-pendekatan dalam situasi yang kritis.
Laquer menganjurkan perlunya evaluasi yang lebih seksama dan penelitia selanjutnya. Dia
juga menunjukkan kesimpulan sementara mengenai konseling keluaraga ganda ini
berdasarkan 600 keluarga yang mengalami konseling ini. Pada mulanya konseling ini dapat
mengurangi frekuensi dan lamanya perawatan, sehingga potensial untuk mencegah adanya
krisis berikutnya dan memungkinkan hubungan-hubungan antar keluarga, sehingga
memperbesar pengertian timbal balik dan lebih realistis dalam memecahkan problem
keluarga.
9. Penanganan krisis oleh Langsley dan Kaplan (crisis intervention)
Donal G. Langsley adalah seorang psikiater dan David M. Kaplan adalah ahli ilmu jiwa.
Mereka mendapat pujia karena telah mengembankan suatu tindakan penanganan awal untuk
keluarga yang mengalami krisis dengan mendirikan Unit Penanganan Keluarga di Colorado
Psychiatric Hospital pada tahun 1964. mereka menggunakan konseling penanganan krisisdan
bergaul dengan keluarga yang memerlukan pengobatan mental dengan segera. Penanganan
kedua ahli ini ke dlam siatuasi keluarga didasarkan pada asumsi bahwa pindahnya seorang
individu dari dalam keluarga ke rumah sakit akan memperumit keadaan dan bukannya
membantu menyelesaikan. Penempatan individu yang mengalami kesulitan ke rumah sakit,
seperti dikatakan Langsley sama dengan membiarkan gangguan dan sebab-sebab kesulitan
serta menghidarkan keluarga dari problem itu, yang kemungkinan sekali keluarga itu sendiri

12

ikut andil terhadap adanya krisis tersebut. Tindakan memindahkan individu ke rumah sakit
mematikan peranan keluarga di mana mereka dapat membantu penyelesaian problem sendiri.
Penanganan krisis keluarga direncakan untuk dilakukan secara segera dan cepat. Tujuannya
adalah untuk membantu keluarga yang bersangkutan memecahkan krisis dan jika
dimungkinkan untuk membantu anggota keluarga yang memerlukan pengobatan supayadapat
kembali ke fungdinya pada tingkat adaptasi yang dimilikinya sebelum sakit. Meskipun terapi
jangka panjang sering diperlukan individu dalam keluarga, penanganan krisis biasanya hanya
berlangsung beberapa minggu dan sekitar enam kali kunjungan (jika dilakukan kunjungan ke
rumah). Penangan terhadap krisis keluarga ini dilakukan oleh tenaga profesional yang
terampil, berkepribadian dan menguasai pengobatan filosofis.
Pada awalnya keluarga yang bersangkutan diajak menyadai sifat penanganan jangka pendek,
tetapi juga diberitahukan bahwa tim akan menangani krisis yang ada selanjutnya (di mana
biasanya tim terapis maupun keluarga tidak menghendaki adanya krisis selanjutnya).
Langsley dan Kaplan menguraikan penanganan krisis keluarga dalam tujuh bagian:
a. Bantuan segera.
b. Penentuan krisis sebagai problem keluarga.
c. Titik pusat dari krisis.
d. Resep umum.
e. Resep khusus.
f. Identifikasi peranan konflik dan perundingan ulang.
g. Pengelolaan krisis selanjutnya.
Berikut uraian ringkas cara penanganan krisis keluarga sesuai dengan tujuh kategori di atas:
Pengobatan dimulai segera setelah keluarga menerima penanganan ini. Klien dan anggota
keluarga yang memerlukan bantuan dapat ditangani dalam batas waktu 24 jam. Dari kontak
pertama, pikiran harus diarahkan bahwaproble itu mencakup seluruh keluarga. Ahli yang

13

menangani segera memanggil seluruh anggota keluarga untuk mengadaka pertemuan


pertama. Pihak-pihak lain seperti ahli agama, dokter dan pekerja sosial yang diperlukan juga
harus dihubungi dan dipersilahkan untuk bekerja sama dengan tim konseling serta
meneruskan hubungan mereka dengan keluarga itu setelah krisis teratasi.
Dalam bagian pertama awal sekali konselor memusatkan perhatian keluarga pada sifat
spesifik dari krisi itu. Penyimpangan di dalam gambaran yang dijelaskan oleh klien biasanya
akan dibetulkan oleh anggota keluarga yang lain terutama anak-anak yang tak dapat
menyembunyikan rahasia keluarga. Hal-hal yang disetujui dan tidak disetujui serrta
penyimpangan harus jelas dalam pertemua pertama ini, sehingga dengan segera (biasanya
dala 12 jam) dapat dilanjutkan.
Informasi mengenai komposisi keluarga dan fungsi-fungsi dala keluarga dapat diperoleh di
rumah keluarga itu dan tidak dapat diperoleh di kantor terapis. Para ahli juga percaya bahwa
konselor yang berkunjung ke rumah itu sungguh-sungguh bekerja dengan sebaik-baiknya.
Resep umum harus dibuat, tujuan konseling keluarga adalah untuk mengurangi tingkat
ketegangan dan gangguan dalam keluarga yang menyebabkan seorang anggota keluarga itu
mengalami gangguan atau sakit mental, menunjukkan kepada keluarga bahwa psikotik
simptom dari klien yang bersangkutan mengambarkan usahanya untuk menjelaskan problem
itu (di mana penjelasan konselor itu dimaksudkan untuk ketenangan keluarga yang
bersangkutan) dan untuk mendorong tingkah laku yang lebih efektif dan adaptif. Pengobatan
dengan obat-obatan penenang juga dapat digunakan pada tahap ini untuk anggota keluarga itu
jika memang diperlukan.
Resep khusus sudah tergantung kepada keadaan/sifat krisis. Langsley dan Kaplan dapat
menghipotesiskan bahwa serangkaian peristiwa/kejadian dapat terjai karena perubahan
keseimbangan dalam keluarga (mungkin karena perubahan peranan yang harus dilakukan
oleh beberapa anggota keluarga atau perubahan keadaan dalam memperoleh peranan baru

14

dala keluarga, misalnya ada salah seorang anggota keluarga yang mengalami sakit bagian
tubuhnya) dan perubahan itu itidak begitu mudah untuk dialihkan begitu saja, karena tugastugas dala keluarga itu harus pula dialihkan sesuai dengan kekhususan krisis yang terjadi.
Jika mungkin tugas-tugas keluargadiaktifkan supaya peranan anggota keluarga dapat
dilibatkan, dan ini akanmembantu keluarga tersebut untuk memusatkan perhatian pada tugastugas dari pada simptom dan konflik.
Selanjutnya pengobatan dilakukan untu tahap identifikasi peranan konflik dan perundingan
ulang, efek ketenangan dari dukungan emosional yang stabil, ketentraman hati dan perasaan
penuh pengharapan akan merubah pengobatan yang harus dilakukan. Kira-kira pada
pertengahan minggu ke tiga, kontak dengan keluarga dapat dilakukan lewat telepon seperti
jika mengunjungi rumah, dilakukan untuk mulai berangsur-angsur menyadarkan anggota
keluarga akan tanggung jawabnya terhadap keluarga. Sebagai suatu unit dan melihat akibat
yang dapat terjadi dari tindakannya terhadap anggota keluarga, khususnya pasien untuk
bersama-sama anggota keluarga yang lain dapat dan berharap untuk saling memahami. Jika
pengelolaan krisis selanjutnya dilakukan, Langsley dan Kaplan melakukan dalam jangka
waktu yang panjang dan bekerja sama dengan terapis lain atau badan-badan lain.
Pada bagian terdahulu terdahulu telah dijelaskan bahwa masalah keluarga adalah masalah
yang berhubungan atau bersumber dari komunikasi, karena segala kebutuhan individu dapat
dipenuhi melalui komunikasi. Oleh karena itu untuk membantu memecahkan masalah klien,
konselor perlu memperhatikan bagaimana sistem komunikasi di atas dalam suatu keluarga.
Komunikasi ini menyangkut komunikasi antara ibu dan bapak (suami istri). Antara orang tua
dan anak, antara anak dan anak (kaka adik) dan antara anggota keluarga yang lainnya.

15

C. TEKNIK PEMECAHAN PERMASALAHAN DALAM KELUARGA


Dengan begitu banyak nya permasalahan yang terjadi di dalam keluarga maka sebagai
konselor perlu diketahui teknik-teknik konseling keluarga guna membantu menyelesaikan
problem yang terjadi pada anak didalam keluarga . Teknik-teknik konseling keluarga di sini
meliputi teknik konseling keluarga dalam pendekatan sistem meliputi teknik sculping
(mematung), bermain peran, silence (diam), konfrontasi, teaching via questioning,
mendengarkan,

mengikhtisarkan,

menyimpulkan,

menjernihkan

dan

refleksi.

Pendekatan system yang dikemukakan oleh perez (1979) mengembangkan 10 teknik


konselingkeluarga,yaitu:
1. Sculpting (mematung)
yaitu suatu teknik yang mengizinkan anggota-anggota keluarga yang menyatakan kepada
anggota lain, persepsinya tentang berbagai masalah hubungan diantara anggota-anggota
keluarga. Klien diberi izin menyatakan isi hati dan persepsinya tanpa rasa cemas. Sculpting
digunakan konselor untuk mengungkapkan konflik keluarga melalui verbal, untuk
mengizinkan anggota keluarga mengungkapkan perasaannya melalui verbal, untuk
mengizinkan anggota keluarga mengungkapkan perasaannya melalui tindakan (perbuatan).
Hal ini bisa dilakukan dengan the family relationshop yaitu anggota keluarga yang
mematung, tidak memberikan respon apa-apa, selama seorang anggota menyatakan
perasaannya secara verbal.
2. Role playing (bermain peran)
yaitu suatu teknik yang memberikan peran tertentu kepada anggota keluarga. Peran
tersebut adalah peran orang lain dikeluarga itu, misalnya anak memainkan peran sebagai ibu.
Dengan cara itu anak akan terlepas atau terbebas dari perasaan-perasaan penghukuman,

16

perasaan tertekan dan lain-lai. Peran itu kemudian bisa dikembalikan lagi kepada keadaan
yang sebenarnya jika ia menghadapai suatu prilaku ibunya yang mungkin kurang ia sukai.
3. Silence (diam)
apabila anggota berada dalam konflik dan frustasi karena ada salah satu anggota lain
yang suka bertindak kejam, maka biasanya mereka datang kehadapan konselor dengan tutup
mulut. Kedaan ini harus dimanfaatkan konselor untuk menunggu suatu gejala prilaku yang
akan muncul menunggu munculnya pikiran baru. Disamping itu juga digunakan dalam
menghadapi klien yang cerewet, banyak omong dan lain-lain.
4. Confrontation (konfrontasi)
ialah suatu teknik yang digunakan konselor untuk mempertentangkan pendapat-pendapat
anggota keluarga yang terungkap dalam wawancara konseling keluarga. Tujuan agar anggota
keluarga itu bisa bicara terus terang, dan jujur serta menyadari perasaan masing - masing.
Contoh respon konselor: siapa biasabya yang banyak omong?, konselor bertanya dalam
suasana yang mungkin saling tuding.
5. Teaching via Questioning
ialah suatu teknik mengajar anggota dengan cara bertanya,.
6. Listening (mendengarkan)
teknik ini digunakan agar pembicaraan seorang anggota keluarga didengarkan dengan
sabar oleh yang lain. Konselor menggunakan teknik ini untuk mendengarkan dengan
perhatian terhadap klien. Perhatian tersebut terlihat dari cara duduk konselor yang
menghadapkan muka kepada klien,

17

penuh perhatian terhada setiap pernyataan klien, tidak menyela ketika klien sedang serius.
7. Recapitulating (mengikhtisarkan)
teknik ini dipakai konselor untuk mengikhtisarkan pembicaraan yang bergalau pada
setiap anggota keluarga, sehingga dengan cara itu kemungkinan pembicaraan akan lebih
terarah dan terfokus. Misalnya konselor mengatakan :rupanya ibu merasa rendah diri dan
tak

mampu

menjawab

jika

suami

anda

berkata

kasar.

8. Summary (menyimpulkan)
dalam suatu fase konseling, kemungkinan konselor akan menyimpulkan sementara hasil
pembicaraan dengan keluarga itu. Tujuannya agar konseling bisa berlanjut secara progresif.
9. Clarification (menjernihkan)
yaitu usaha konselor untuk memperjelas atau menjernihkan suatu pernyataan anggota
keluarga karena terkesan samar-samar. Klarifikasi juga terjadi untuk memperjelas perasaan
yang diungkap secara samar-samar.
Misalnya mislannya konselor mengatakan kepada jeni, bukan kepada saya.Biasanya
klarifikasi lebih menekankan kepada aspek makna kognitif dari suatu pernyataan verbal
klien.
10. Reflection (refleksi)
yaitu cara konselor untuk merefleksikann perasaan yang dinyatakan klien, baik yang
berbentuk kata-kata atau ekspresi wajahnya. tanpaknya anda jengkel dengan prilaku seperti
itu.

18

Untuk dapat melakukan teknik-teknik diatas konselor harus didukung dengan skill
individual, diantaranya sbb :
D. SKIL INDIVIDUAL YANG PERLU DIKUASAI KONSELOR
Jika pelaksanaan konseling keluarga melalui pendekatan system tak mungkin
dilakukan, maka usaha konselor adalah melakukan pendekatan individual terhadap klien
yang mengalami kasus keluarga. Misalnya siswa yang bermasalah bersumber dari keluarga.
Berhubung kedua orang tuanya sulit untuk di datangkan kesekolah maka buat pertama kali
siswa itu diberi konseling individual. Berikut ini adalah beberapa teknik konseling
individual.
1. Teknik-teknik Yang Berhubungan Dengan Pemahaman Diri
Teknik-teknik yang berkaitan dengan pemahaman diri ini dibagi atas tujuh kelompok yaitu:
a.Listening skill (keterampilan mendengarkan)Keterampilan ini terdiri dari;
(1) Attending,yaitu pernyataan dalam bentuk verbal dan non verbal ketika klien memasuki
ruangkonselor,
(2) Paraphrasing, yaitu respon konselor terhadap pesan utama dalam pernyataan klien.
Respon tersebu merupakan pernyataan ringkas dalam bahasa konselor sendiri tentang
pernyataanklien,
(3) Clarfyng, yaitu pengungkapan diri dan memfokuskan diskusi. Konselor memperjelas
masalahklien,
(4) Perception checking, yaitu menentukan ketepatan pendengaran konselor.
b. Leading skill (keterampilan memimpin)
Keterampilan ini terdiri dari;
(1) Indirect leading, digunakan dalam awal pembicaraan dimana konselor secara tak
langsung memimpin klien,
(2) Direct leading, yaitu memberikan klien dan memperluas diskusi,
19

(3) Focusing, yaitu memfokuskan pembicaraan, mengawasi keragu-raguan, memfokuskan


pembiacaraan yang menyebar atau bertele-tele atau bersamar-samar.
(4) Questioning, berhubungan dengan penilikan atau penyelidikan agar klien membuka diri
dengan pernyataan-pernyataan yang baru.
c. Reflecting skill (keterampilan merefleksi)
(1) Reflecting feeling, yaitu keterampilan merefleksi perasaan klien;
(2) Reflecting experience, yaitu keterampilan merefleksikan pengalaman klien
(3) Reflecting content, yaitu keterampilan dalam mengulang ide-ide klien dengan bahasa
yang lebih segar dan memberikan penekanan.
d. Summarizing skill (keterampilan menyimpulkan)
Yaitu keterampilan konselor dalam menarik kesimpulan-kesimpulan yang menonjol dari
pernyataan klien.
e. Confronting skill (keterampilan mengkonfrontasi)
(1) Pengenala perasaan-perasaan dalam diri konselor, konselor sadar akan pengalaman
sendiri dihubungkan dengan pengalaman klien.
(2) Mengkonfrontasikan pengalaman, perasaan dan pemikiran klien yang bertentangan.
(3) Pendapat-pendapat yang mereaksi ekspresi klien, konselor mengkonfrontasikan antara
pernyataan dengan ekspresi klien, atau dengan gerakan tubuh, pandangan mata.
(4) Meningkatkan konfrontasi diri
(5) Membuka perasaan-perasaan yang tak jelas (repeating)
(6) Memudahkan munculnya perasaan-perasaan yang tenggelam (associating)
f. Interpreting skill (keterampilan menafsirkan)
Terdiri dari;
a. Pertanyaan penafsiran (interpretive questions), memudahkan munculnya kesadaran klien.
b. Fantasi dan metafora (fantasy and metaphor), yaitu mengandaikan, menyimbolkan ide-ide

20

dan perasaan klien.


g. Informing skill (keterampilan menginformasikan)
a. Nasehat (advising), yaitu member sugesti dan pandangan berdasarkan pengalaman
konselor.
b. Menginfrmasikan (informing), yaitu memberikan informasi yang valid berdasarkan
keahlian konselor.
2. Keterampilan Untuk Menyenangkan dan Menangani Krisis
Keterampilan ini berhubungan dengan klien atau siapa saja yang mengalami krisis, agar
supaya konselor mampu merespon dengan fleksibel, cepat dan aktif, serta mencapai tujuantujuan yang terbatas. Skill ini juga berhubungan dengan usaha menyenangkan dan konselor
sebagai alatnya.
a. Contacting skill (keterampilan mengadakan kontak). Kontak tersebut bisa berupa kontak
mata, dan kontak fisik dengan cara memegang bahu klien agar dia merasa senang dan aman.
Tetapi kontak tersebut harus didasari oleh kultur, usia, dan keadaan emosinal klien.
b. Reassuring skill (keterampilan menentramkan hati klien) keterampilan ini merupakan
usaha konselor untuk meyakinkan akibat logis perbuatannya atau pendekatan. Hal ini
merupakan hadiah (reward) bagi klien dan mengurangi stress atau konfliknya. Tujuan teknik
ini untuk menanamkan kepercayaan diri klien, memobilisasi kekuatannya, dan mengurangi
kecemasan, dan menguatkan prilaku yang diinginkan. Sebagai contoh: anda dapat
merasakan lebih baik anda dapat menyelesaikan sendiri masalah anda.
c. Relaxing skill (keterampilan untuk member relax/santai), teknik ini berguna untuk
menurunkan ketegangan dengan jalan mengendurkan otot-otot. Teknik relaxation ini dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Tegangkan kedua otot tangan beberapa detik, kemudian kendorkan perlahan-lahan.
2. Tegangkan otot perut dan dada, kemudian kendorkan perlahan-lahan.

21

3. Tegangkan otot kaki, kemudia kendorkan perlahan-lahan.


4. Tegangkan otot muka, kemudian kendorkan perlahan-lahan.
d. Crisis interpeving skill, teknik bertujuan untuk mengurangi atau meringankan krisis
dengan cara mengubah lingkungan klien.
e. Developing action alternatives, teknik ini adalah mengembangkan laternatif-alternatif
dalam mengatasi krisis. Konselor mendorong dan memberanikan klien untuk
mempertimbangkan alternative-alternatif yang mungkin dapat dilakukan dalam mengatasi
krisisnya. Alternative tersebut hendaknya diarahkan konselor berdasarkan persepsi yang
realistic klien. Berdasarkan kenyataan, maka fase mengembangkan tindakan mengambil
alternative dalam peristiwa klien yang krisis adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan persepsi realistic klien terhadap krisis yang dihadapi klien.
b. Memberikan dorongan untuk mengurangi ketegangan karena adanya krisis dan konflik.
c. Mempertimbangkan semua alternative untuk menagatasi krisis tersebut.
d. Membuat suatu komitmen tentang perbuatan yang bertujuan mencapai keseimbangan yang
beralasan dan kesenangan bagi klien.
f. Reffering skill (keterampilan mereferal klien) keterampilan berhubungan dengan sulitnya
bagi konselor untuk membantu klien yang krisis. Karena itu konselor harus merefer atau
mengadakan referral kepada seorang yang ahli terhadap kasus klien tersebut. Akan tetapi
uspaya referral itu berhasil, maka beberapa persyaratan berikut dapat dipenuhi:
(1) Usaha kesediaan klien untuk referal
(2) Mengetahui sumber-sumber referral yang tepat dimasyarakat
(3) Jujurlah dengan keterbatasan konselor sehingga klien perlu direferal.
(4) Mendiskusikan kemungkinan referral dengan lembaga yang menerima.
(5) Bicarakan dengan klien tentang orang-orang atau lembaga yang pernah ia datangi minta
bantuan.

22

(6) Jika klien masih muda, mintalah rekomendasi orang tuanya.


(7) Katakana dengan jujur kepada klien bahwa setiap lembaga juga ada keterbatasannya.
(8) Berilah kesempatan kepada klien atau orang tuanya untuk membuat perundingan dan
perjanjian dengan lembaga baru yang akan menanganinya.
(9) Jangan mengirim informasi kepada lembaga baru tanpa izin tertulis dari klien atau orang
tuanya.
Mengenai kondisi-kondisi krisis yang mungkin dialami manusia dapat dibagi atas tiga
kategori:
1. Keahlian sesuatu (factor luar), yaitu:
a. Perceraian
b. Kehilangan pekerjaan
c. Kehilangan harta milik sperti kebakaran, pencurian, anak meninggal dan lain-lain.
d. Mengalami bencana atau malapetaka
e. Terkena hukuman penjara
2. Keadaan yang sulit dalam diri, yaitu;
a. Kehilangan harapan
b. Putus asa
c. Depresi
d. Kelelahan dalam suasana perang
e. Usaha-usaha bunuh diri
f. Kecanduan narkotika
3. Keadaan transisi, yaitu;
a. Pindah pekerjaan
b. Konflik keluarga
c. Sakit-sakitan

23

d. Pindah tempat tinggal


e. Ketakutan akan keadaan yang akan datang mengancam
3. Keterampilan untuk Mengadakan Tindakan Posistif dan Perubahan Prilaku Klien
Keterampilan ini tampaknya banyak diwarnai oleh aliran behavioral therapy (terapi prilaku).
Perubahan prilaku ini adalah masalah teknologi, dan bukan maslah system etika, Metode
terapi ini mempunyai karakteristik:
a. Pendekatan empiric objektif terhadap tujuan-tujuan klien
b. Perubahan terhadap lingkungan klien
Mengingat tujuan yang akan dicapai, maka konselor terapi perilaku ditntut keahlian khusus.
Adapu keterampilan teknikyang termasuk dalam bagian ini adalah:
a. Modeling. Modeling adalah metode belajar dengan cara mengalami atau memperhatikan
perilaku orang lain. Tentu model perilaku yang akan ditiru klien hendaklah yang positif dan
sesuai dengan tujuan klien. Adapun prinsif-prinsif umum penggunaan teknik modeling
adalah sebagai berikut:
1) Tentukan dulu model perilaku mana yang menarik bagi klien
2) Tentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai
3) Pilihlah model yang terpercaya dan sesuai dengan usia, jenis kelamin dan budaya bangsa.
4) Tentukan cara simulasi dan praktikum modeling itu
5) Buat atau persiapkan dulu format modeling, skrip, dan urutan-urutan permainan peranan
6) Diskusi dengan klien tentang reaksi-reaksinya dalam hal perasaan., belajar dan sugesti.
7) Klien akan melakukan model itu secara informasi terus menerus hingga ia berhasil.
b. Rewarding skill (keterampila memberikan reward atau ganjaran) keterampilan ini
bertujuan untuk memberikan penguat (reinforcement) kepada klien yang;
1) Berhasil mengatasi perilakunya yang kurang baik
2) Mengubah perilaku yang tidak diinginkan oleh klien

24

3) Dapat memelihar perilaku yang baik (perilaku baru)


Prinsip umum skill ini adalah:
Pertama, bahwa reward dan system insentif harus dapat mempertahankan derajat perilaku
yang tinggi dalam waktu lama.
Kedua, reward hendaknya sesuai dengan perilaku yang diinginkan
Ketiga, reward hendaknya cukup kuat dalam menciptakan perilaku baru penguat atau reward
(hadiah) dapat diberikan berupa pujian, semangat, hadiah, benda, senyuman, dan pegangan
pada bahu.
c. Contracting skill (keterampilan mengadakan persetujuan dengan klien). Kontrak adalah
suatu persetujuan (agreement) dengan klien tentang tugas-tugas khusus. Peran reward disini
amat penting.

25

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada makalah ini kami

telah membahas banyak hal mengenai keluarga , sebagai

konselor setidaknya kita memiliki skill dalam membantu seseorang / individu dalam
memecahkan masalah nya , terkhususkan dalam makalah ini yakni permasalahan dalam
keluarga .
Berhubungan dengan teknik pemecahan permasalahan yang dilakukan bersama-sama
didalam keluarga , kami menyimpulkan bahwa teknik yang tepat adalah teknik Sculpting
(mematung) dimana dijelaskan oleh teknik ini bahwa mengizinkan anggota-anggota keluarga
yang menyatakan kepada anggota lain, persepsinya tentang berbagai masalah hubungan
diantara anggota-anggota keluarga. Klien diberi izin menyatakan isi hati dan persepsinya
tanpa rasa cemas. Sculpting digunakan konselor untuk mengungkapkan konflik keluarga
melalui verbal, untuk mengizinkan anggota keluarga mengungkapkan perasaannya melalui
verbal, untuk mengizinkan anggota keluarga mengungkapkan perasaannya melalui tindakan
(perbuatan). Hal ini bisa dilakukan dengan the family relationshop yaitu anggota keluarga
yang mematung, tidak memberikan respon apa-apa, selama seorang anggota menyatakan
perasaannya secara verbal.
Dengan demikian konselor lebih mudah untuk memberi bantuan , baik berupa nasehat ,
arahan atau semacamnya , adapun selain itu sesama anggota keluarga juga mengetahui
kekurangan yang kelebihan masing-masing yang menyebabkan ketidak harmonisan dalam
keluarga , sehingga untuk kedepannya dapat meminimaliskan suatu problem dalam keluarga.
Kami menjelaskan, bukan berarti teknik lainnya tidak dapat digunakan untuk membantu
pemecahan permasalahan dalam keluarga, namun teknik diatas menurut kami lebih tepat .
26

DAFTAR PUSTAKA
https://gebrielleizious.wordpress.com/2012/06/07/teknik-teknik-dalambimbingan-konseling-keluarga/
http://ajenganjar.blogspot.co.uk/2012/03/bagaimanakah-konseling-keluargaitu.html
ttps://freesrrektori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/19590110198403
2-EUIS_FARIDA/Makalah_klmpk_BK_kaluarga.pdfi.wordpress.com/konselingkeluarga/konseling-keluarga/
http://titinmukminatin.blogspot.co.uk/2013/06/aplikasi-humanistik-dalamkonseling.html

27

Anda mungkin juga menyukai