Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

Kebutuhan bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnnya merupakan suatu kebutuhan dalam
kehidupan manusia. Perpindahan manusia tersebut didasari kenyataan bahwa sumber
kehidupan manusia tidak terdapat sembarang tempat (Warpani, 1990:4). Untuk itu diperlukan
sarana ataupun prasarana transportasi guna mendukung pergerakan manusia dalam
pemenuhan kebutuhannya.
Transportasi sangat penting peranannya dalam menghubungkan daerah yang menjadi sumber
bahan baku atau daerah produksi dengamn daerah yang membutuhkan akan suatu bahan atau
hasil produksi (konsumen). Seiring dengan perkembangan manusia, maka semakin
berkembang pula kegiatan menusia yang secara otomatis menyebabkan pertambahan
intensitas pergerakannya. Kegiatan pergerakan ini disebut kegiatan perangkutan, yaitu
kegiatan yang terjadi karena adanya perpindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke
tempat lain (Morlock, 1984:79).
Bentuk perpindahan manusia atau barang tersebut secara fisik dapat dilihat dari besarnya
hubungan lalu lintas melalui suatu prasarana penghubung yang disebut dengan jalan. Oleh
sebab itu, jalan sebagai prasarana perangkutan diharapkan dapat menampung semua
kendaraan yang melintas dan memberikan pelayanan yang baik bagi semua pengguna jalan.
Jadi transportasi berfungsi sebagai sektor penunjanng pembangunan dan pemberi jasa bagi
perkembangan ekonomi.
Manusia sebagai subyek yang selalu membutuhkan barang yang selalu pula meningkat baik
dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini harus dibarengi dengan peningkatan
pengembangan dan pengaturan transportasi yang cepat dan lebih baik yaitu peningkatan
ketersediaan prasarana dan sarana perangkutan baik berupa jalan maipun fasilitas lainnya
yang dapat menunjang kegiatan transportasi.
Pertambahan penduduk dan luas kota menyebabkan jumlah lalu lintas juga meningkat.
Sedangkan sistem lalu lintas sudah mendekati jenuh. Sehingga bertambahnya jumlah
kendaraan berpengaruh besar terhadap kemacetan lalu lintas, yang artinya juga bertambahnya
waktu dan biaya perjalanan. Efisiensi penggunaan bahan bakar, energi, ruang dan waktu yang
digunakan dalam transportasi akan sangat berbeda untuk setiap jenis transportasi, menurut
jumlah dan kepadatan penduduk di suatu kota. Pemilihan suatu sistem transportasi salah di
suatu kota maka akan berakibat terjadinya kemacetan lalu lintas, yang berarti pemborosan
dan penggunaan energi dan ruang, serta timbulnya masalah pencemaran udara akibat gas
buangan kendaraan yang semakin banyak jumlahnya.
Kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor di jalan-jalan di suatu kota terutama kota besar,
akhir-akhir ini telah semakin bertambah sehingga sering menimbulkan kemacetan lalu lintas
terutama di jalan protokol serta di jalan utama. Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor
diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya bertambahnya produksi kendaraan bermotor

dan angkutan umum yang di rasa sudah tikan aman dan nyaman. Keadaan seperti ni
mendorong masyarakat untuk menggunakan kendaraan pribadi. Beberapa faktor penyebab
masyarakat beralih menggunakan kendaraan pribadi yaitu aktivitas ekonomi belum mampu
dilayani oleh angkutan umum memadai, dibukannya jalan baru akan mendorong pengguna
angkutan pribadi karena biasanya di jalan baru ini belum ada jaringan angkutan umum, faktor
yang paling mempengaruhi masyarakat un tuk berpindah ke angkutan pribadi yaitu kurang
terjaminnya kondisi rasa aman dan ketepatan waktu yang diinginkan penumpang dalam
pelayanan angkutan umum[1].
Isu mengenai dampak lingkungan akibat trasportasi merupakan isu yang telah muncul sejak
ditemukannya kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar. Perkembangan jumlah
kendaraan bermotor di pet kotaan yang berkembang sangat pesat diduga terkait dengan
kecendrungan terjadinya urban sprawl yang tidak diikuti dengan penyediaan sistem angkutan
umum yang memedai sehingga menyebabkan ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan
pribadi. Transportasi yang tidak terkendali telah mengakibatkan penurunan kualitas
kehidupan di perkotaan seperti menurunnya tingkat kesehatan masyarakat, buruknya kualitas
udara perkotaan, menigkatnya korban kecelakaan lalu lintas, menigkatnya tekanan kejiwaaan
akibat kemacetan dan berkurangnya aktivitas fisik seseorang karena lebih banyak orang yeng
tergantung pada kendaraan bermotor.
Sistem transportasi perkotaan yang disandarkan pada penggunaan kendaraan pribadi telah
terbukti mengkonsumsi energi yang berlebih, mengganggu kondisi kesehatn masyarakat, dan
tingkat pelayanan yang terus menurun walaupun dengan investasi yang terus bertambah,
dengan adanya kendaraan bermotor menyebabkan banyak kerugian. Namun, sebagian besar
dampak negatif tersebut harus ditanggung oleh pihak yang justru idak memiliki akses
terhadap pengguna kendaraan baik pribadi maupun kendaraan umum.
Menurut Delrico (2010), Permasalahan transportasi perkotaan umumnya meliputi kemacetan
lalulintas, parkir, angkutan umum, pedagang kaki lima, konflik antar kendaraan lambat &
cepat, polusi dan masalah ketertiban lalulintas. Secara keseluruhan persoalan transportasi
perkotaan tersebut sebetulnya saling berkaitan beberapa ditunjukkan dengan gejala yang
sama yaitu kemacetan. Dampak yang ditimbulkan oleh persoalan tersebut akan terkena tidak
hanya kepada manusia baik sebagai pengguna atau pemanfaat angkutan / lalu lintas berupa
ketegangan, gangguan kesehatan, kelelahan, daya tahan. Tetapi juga kepada aspek ekonomi
perkotaan berupa biaya angkutan, harga barang maupun kerugian akibat keterlambatan
angkutan.
Berbagai dampak lingkungan yang muncul akibat aktivitas transportasi tersebut telah
mendorong munculnya garakan untuk mengembangkan suatu sistem transportasi yang lebih
ramah lingkungan yang dikenal sebagai transportasi berkelanjutan (sustainable transport).
Menurut Lumru (2009), Perencanaan sistem transportasi harus disertai dengan pengadaan
prasarana yang sesuai dan memenuhi persyaratan dan kriteria transportasi antara lain volume
penampungan, kecepatan rata-rata, aliran puncak, keamanan pengguna jalan. Selain itu harus
juga memenuhi persyaratan lingkungan yang meliputi jenis permukaan, pengamanan
penghuni sepanjang jalan, kebisingan, pencemaran udara, penghijauan, dan penerangan.

Dalam mencapai sistem transportasi yang ramah lingkungan dan hemat energi, persyaratan
spesifikasi dasar prasarana jalan yang digunakan sangat menentukan. Permukaan jalan halus,
misalnya, akan mengurangi emisi pencemaran debu akibat gesekan ban dengan jalan. Tabir
akustik atau tunggul tanah dan jalur hijau sepanjang jalan raya akan mereduksi tingkat
kebisingan lingkungan pemukiman yang ada di sekitar dan sepanjang jalan, dan juga akan
mengurangi emisi pencemar udara keluar batas jalan kecepatan tinggi.
Menurut Lumru (2009), pemilihan model transportasi ditentukan dengan mempertimbangkan
pemindahan barang dan manusia dilakukan dalam jumlah yang terbesar dan jarak yang
terkecil. Karena itu, aspek perencanaan perkotaan dan sistem transportasi akan menjadi faktor
generik yang harus diperhitungkan secara parallel untuk memperhitungkan dampak yang
akan timbul, seperti pencemaran udara-dan upaya mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas.
Selama aspek sistem transportasi yang memadai dan sesuai terlaksana dalam konteks
perencanaan kota melalui manajemen transportasi efisiensi energi dan pencegahan dampak
bagi lingkungan dapat dilakukan. Keadaan yang banyak ditemui sekarang di kota-kota besar
Indonesia, umumnya timbul karena tidak serasi lagi antara program perencanaan tata kota
dengan sistem transportasi yang ada, terutama akibat gejala urbanisasi yang jauh di luar
perkiraan semula.
Dalam keadaan ini, sistem transportasi yang diterapkan lebih banyak bertujuan memecahkan
masalah yang timbul sekarang dan berjangka panjang, tanpa integrasi yang sesuai dengan
perencanaan kotanya. Tanpa perbaikan mendasar pada aspek perencanaan sistem transportasi
secara menyeluruh, masalah sporadik yang timbul beserta implikasi dampaknya tak akan
dapat terpecahkan dengan tuntas.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1

Pengertian Transportasi

Transportasi atau perangkutan adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda,
sapi, kerbau), atau mesin.
2.1.1

Unsur-unsur Dasar Transportasi

1.

Manusia, yang membutuhkan transportasi

2.

Barang, yang diperlukan manusia

3.

Kendaraan, sebagai sarana transportasi

4.

Jalan, sebagai prasarana transportasi

5.

Organisasi, sebagai pengelola transportasi

Ke lima unsur transportasi diatas saling berpengaruh satu sama lain sebab apabila salah satu
unsur transportasi diatas tidak ada maka kegiatan trasportasi tidak akan berjalan maksimal.
2.1.2

Moda Transportasi

1.
Transportasi darat meliputi kendaraan bermotor, kereta api, gerobak yang ditarik oleh
hewan (kuda, sapi, kerbau), atau manusia
2.

Transportasi air (sungai, danau, laut) meliputi kapal, tongkang, perahu, rakit

3.
Transportasi udara meliputi pesawat terbang. Tarnsportasi udara dapat menjangkau
tempat-tempat yang tidak dapat ditempuh dengan moda darat maupun laut, disamping itu
mampu bergerak cepat, lurus dan bebas hambatan.
2.1.3

Transportasi Sungai, Danau, dan Penyebrangan

Menurut Undang-Undang No. 21 tahun 1992 disebutkan bahwa transportasi sungai, danau
dan penyebrangan adalah angkutan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, waduk,
rawa, anjir, kanal, dan terusan untuk mengangkut penumpang, barang dan/atau hewan, yang
diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan danau, yang penyelenggaraannnya
disusun secara terpadu intra dan antarmoda yang merupakan asatu kesatuan tatanan
transportasi nasional serta menggunakan trayek tetap dan teratur. Sedangtkan yang disebut
dengan alur pelayaran disungai antara lain dapat berupa kolam pemindahan kapal, bendung
pengatur kedalaman, dan bangunan untuk pengangkat kapal.
Sedangkan transportasi penyebrangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan
bergerak yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang terputus
karena adanya perairan, dan mangangkut penumpang dan kendaraan serta muatannya,
diselengarakan dengan trayek tetap dan teratur. Kriteria lintas penyebrangan meliputi jaringan
jalan dan/atau jaringan kereta api yang terputus oleh laut, selat dan teluk. Melayani lintas
dengan tetap dan teratur, berfungsi sebagai jembatan bergerak, menghubungkan antara dus
pelabuhan dan tidak mengangkut barang lepas
2.2

Peranan Transportasi di Kota

Menurut Marbun (1979:90), transportasi yang lancar dan memenuhi kebutuhan minimal kota
masih merupakan angan-angan bagi warga kota dan para perencana kota. Pemerintah kota
dalam mengembangkan strategi transportasi kota bisa mendekati persoalan ini dari sudut:
a.
Perencanaan dan pembuatan sarana jalan yang memadai untuk mendukung keperluan
transportasi. Usaha itu berupa pembuatan jalan, pembuatan trem kereta apiatau trem kota,
pembuatan jembatan-jembatan, pembuatan jalan-jalan atau jalan kereta api bawah tanah,
perluasan jalan dan penyediaan tempat parkir atau terminal, pembuatan kanal dan terminal
kendaraan air secukupnya

b.
Perencanaan lokasi pembangunan tempat tinggal (permukiman), tempat kerja dan
tempat rekreasi sedemikian rupa hingga satu sama lain harmonis dan dapat dicapai oleh
warga kota dengan cepat dan ekonomis
c.
Perencanaan dan penyediaan sarana pengangkutan umum yang memadai untuk
mendukung gerak arus ekonomi kota, dalam arti arus pengangkutan manusia dan arus
pengangkutan barang. Usaha ini berupa penyediaan bis dan angkuta umum lain seperti kereta
api, tem, kereta api bawah tanah, truk, taksi atau jenis angkutan kecil (becak, oplet, minicar,
helicak, bemo, sado, kereta dorong) atau alat transport lain seperti helikopter, berikut stasiun,
terminal dan tempat pemberhentian (halte) dan tempat parkir yang memadai
d.
Pengaturan pola lalu lintas yang mantap sehingga memungkinkan kelancaran usaha
diatas
e.
Pangaturan pola pemilikan kendaraan pribadi dan kendaraan dinas (jabatan) sehingga
tidak memberatkan atau mengganggu strategi dan usaha di atas
2.3

Manfaat Transportasi

Manfaat transportasi meliputi tiga aspek yaitu:


1.

Manfaat Sosial

Dalam hubungan sosial ini, transportasi sangat membantu dalam menyediakan berbagai
fasilitas dan kemudahan, seperti:
a.

Pelayanan untuk perorangan maupun kelompok

b.

Pertukaran dan penyampaian informasi

c.

Perjalanan pribadi maupun sosial

d.

Mempersingkat waktu tempuh antara rumah dan tempat kerja

e.
Mendukung perluasan kota atau penyebaran penduduk menjadi kelompok-kelompok
yang lebih kecil
2.

Manfaat ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia memanfaatkan sumber daya alam untuk
memenuhi kebutuhannya. Sumber daya alam tersebut perlu diolah dimana melalui proses
produksi untuk menjadi bahan siap pakai yang pada akhirnya dipasarkan dimana terjadi
proses jual beli.
Tujuan dari kegiatan ekonomi adalah memenuhi kebutuhan manusia dengan menciptakan
manfaat. Transportasi adalah salah satu jenis kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan manusia malalui cara mengubah letak maupun barang. Dengan transportasi, bahan
baku di bawa ke tempat produksi, dan dengan transportasi pula hasil produksi di bawa ke

pasar. Para konsumen datang ke pasar atau tempat pelayanan umum lainnya dengan
menggunakan transportasi.
3.

Manfaat politik

Transportasi memegang peranan penting dari segi politik, berikut beberapa manfaat politik
dari transportasi adalah:
a.
Transportasi menciptakan persatuan nasional yang semakin kuat dengan meniadakan
isolasi
b.
Transportasi menyebabkan pelayanan kepada masyarakat dapat dikembangkan atau
diperluas secara lebih merata pada setiap bagian wilayah negara
c.
Keamanan negara sangat tergantung pada transportasi yang efisien untuk memudahkan
mobilisasi kemampuan dan ketahanan nasional, serta memungkinkan perpindahan pasukan
selama masa perang atau untuk menjaga keamanan dalam negeri
d.
Sistem transportasi yang efisien memungkinkan perpindahan pendududk dari daerah
bencana
4.

Manfaat fisik

Transportasi mendukung perkembangan kota dan wilayah sebagai sarana penghubung.


Rencana tata guna lahan kota harus didukung secara langsung oleh rencana pola jaringan
jalan yang merupakan rincian tata guna lahan yang direncanakan. Pola jaringan jalan yang
baik akan mempengaruhi perkembangan kota yang direncanakan sesuai dengan rencana tata
guna lahan. Ini berarti transportasi mendukung penuh perkembangan fisik suatu kota atau
wilayah.
2.4
2.4.1

Elemen Dasar Transportasi


Sarana Ankutan

Sarana angkutan adalah kendaraan atau moda yang dapat bergerak di jalan terdiri dari
kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Kendaraan bermotor adalah setiap
kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang
berjalan di atas rel. Setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan harus sesuai
dengan peruntukannya, memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan serta sesuai dengan kelas
jalan yang dilalui. Setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, dan
kendaraan khusus yang dioperasikan di jalan wajib diuji.
Kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia dan/
atau hewan. Setiap kendaraan harus memenuhi syarat teknis, yaitu tentang susunan peralatan,
perlengkapan, ukuran, bentuk, karoseri, pemuatan, rancangan teknis, emisi gas buang,
penggunaan, penggandengan, penempelan kendaraan bermotor (UU. No.22 Th.2009 Tentang
Lalulintas dan Angkutan Jalan). Sarana angkutan darat meliputi:

a.
Kendaraan bermotor seperti sepeda motor, kendaraan penumpang untuk angkutan
orang dan kendaraan barang untuk angkutan barang.
b.
barang.

Kendaraan tidak bermotor seperti dayung, kendaraan penumpang dan kendaraan

2.4.2

Prasarana Angkutan

Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Ruang Lalu Lintas, Terminal, dan
Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, alat
pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan dan pengamanan Jalan, serta
fasilitas pendukung. Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi
gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung.
Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali
jalan rel dan jalan kabel. Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang
digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan
orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan (UU. No.22 Th.2009).
a.

Jalan

Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, bawah permukaan tanah dan/atau air, serta
di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan rel.
Undang-Undang No.38 Tahun 2004 Pasal 5 menerangkan bahwa peran jalan terbagi menjadi
3, yaitu:
1.
Sebagai bagian prasarana transportasi: mempunyai peran penting dalam bidang
ekonomi, sosial, budaya, lingkungan hidup, politik, hankam, serta dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat;
2.
Sebagai prasarana distribusi barang dan jasa: merupakan urat nadi kehidupan
masyarakat, bangsa dan Negara;
3.
Merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan: menghubungkan dan mengikat seluruh
wilayah Republik Indonesia.
Menurut pengelolaannya, jalan dibedakan ke dalam: Jalan Negara, Jalan Propinsi, Jalan
Kabupaten, Jalan Desa. Menurut UU. No. 14 Th. 1992 Untuk Keselamatan, keamanan,
Ketertiban kelancaran lalu lintas, jalan yang baik harus di lengkapi dengan:

Rambu-rambu

Marka jalan

Alat pemberi isyarat lalau lintas

Alat pengendali

Alat pengaman pengguna jalan

Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintaas dan angkutan jalan yang berada di jalan
maupun di luar jalan
b.

Simpul Jasa Angkutan

Simpul adalah tempat yang diperuntukkan bagi pergantian antarmoda dan intermoda yang
berupa Terminal, stasiun kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan sungai dan danau, dan/atau
bandar udara. Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang,
serta perpindahan moda angkutan. Tujuan utama dari terminal adalah untuk membongkar dan
memuat kendaraan atau peti kemas.
Berdasarkan wilayah pelayanannya, terminal dapat dikelompokan beberapa tipe sebagai
berikut: Tipe A, Tipe B, Tipe C, adapun juga berdasarkan fungsi pelayanannya
penyebaran/distribusi, terminal dikelompokkan dalam: Terminal Utama, Terminal
Pengumpan, Terminal Lokal. Perhentian adalah tempat penumpang naik-turun atau berpindah
kendaraan.
2.4.3

Pengelolaan Perangkutan

Angkutan adalah pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan kendaraan (PP No. 41 th. 1993). Pengelolaan adalah proses merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha anggota organisasi. Proses adalah
menggunakan sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Pengelolaan angkutan jalan adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memimpin
dan mengendalikan sistem angkutan jalan untuk mecapai sistem pelayanan yang efisien dan
andal.
2.5

Pengaruh Transportasi terhadap Lingkungan

Tranportasi dalam bentuk lalu lintas kendaraan bermotor di jalan-jalan di dalam kota dapat
menyebabkan terjadinya kemacetan, kecelakaan, pencemaran udara dan kebisingan. Unsur
utama pencemaran lingkungan diakibatkan oleh lalu lintas kendaraan bermotor yang berupa
pencemaran udara, kebisingan, dan getaran.
2.5.1

Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah heidrnya didalam atmosfer/udara luar, satu atau lebih kontaminan
(bahan pencemaran) udara, atau kombinasinya dalam jumlah dan waktu sedemikian yang

cenderung membawa dampak negatif terhadap manusia, tanaman, hewan, atau benda milik
manusia (Poernomosidhi, 1995).
Pencemaran udara akibat kendaran bermotor terjadi di daerah perkotaan dan pada prinsipnya
disebabkan oleh lalu lintas di perkotaan. Kendaraan bermotor yang berhenti dan mulai
berjalan mempunyai pengaruh sangat besar dalam emisi gas-gas hidrokarbon dan karbon
monoksida dari kendaraan. Pencemaran udara di banyak kota-kota besar pada umumnya
berhubungan dengan pembangunan dari kegiatan-kegiatan di sektor transportasi dan industri,
meskipun sektor perdagangan dan permukiman tetap memberikan konstribusi yang cukup
besar.
2.5.2

Gangguan Bising

Bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki, atau tenaga getaran yang tidak terkendali.
Sumber kebisisngan ada 3 macam (Poernomosidhi, 1995):
a.

Kebisingan lalu lintas/ transportasi

b.

Kebisingan pekerjaan/ atau industri

c.

Kebisingan penduduk atau permukiman

Semua kebisingan tersebut dapat menghasilkan kerusakan fisik dan psikologis. Kebisingan
lalu lintas adalah konstan dan menyebar luas, karena itu menimbulkan masalah-masalah yang
lebih serius. Pada umumnya kecepatan kendaraan yang lebih tinggi menghasilkan tingkat
kebisingan yang lebih tinggi pula, dan permukaan jalan yang semakin kasar juga akan
menghasilkan kebisingan yang semakin tinggi pula. Bunyi yang semakin keras ditimbulkan
di daerah persimpangan dengan adanya kendaraan yang berhenti atau mengerem, serta
kendaraan yang mulai berjalan.
2.6

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Tehadap Terjadinya Kepadatan Lalu Lintas

Kepadatan lalu lintas pada suatu ruas jalan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1.
Kondisi jalan dan lingkungan, berkaitan dengan waktu, biaya, dan jarak. Jalan yang
buruk kondisinya (banyak berlubang, bergelombang,dsb) menyebabkan kecepatan kendaraan
lambat sehingga waktu perjalanan bertambah.
2.
Jenis kendaraan bermotor juga mempengaruhi pemilihan lintasan atau ruas jalan yang
akan dilalui kendaraan tersebut. Hal ini dapat menimbulkan penumpukan lalu lintas pada
suatu ruas jalan tertentu, yang berakibat timbulnya kemacetan lalu lintas.
3.
Pengemudi atau penumpang kendaraan juga menentukan dalam pemilihan lintasan yang
akan dilalui. Pada umumnya orang akan memilih jarak minimum, biaya perjalanan minimum
dan waktu perjalanan yang minimum, atau ketiganya sekaligus. Ada pula kecenderungan
memilih suatu ruas jalan tertentu karena kebiasaan. Apabila semua pengguna jalan
berpendapat demikian, maka dapat terjadi penumpukan lalu lintas pada suatu ruas jalan,
sedangkan pada ruas jalan yang lain lalu lintas kurang padat

2.7

Dampak lingkungan akibat transportasi

Faktor-faktor lingkungan yang timbul akibat aktivitas transportasi umumnya terkait dengan:
1.

Kebisingan

2.

Polusi udara

3.

Tundaan pejalan kaki

4.

Kecelakaan lalu lintas

5.

Stress bagi pengemudi

6.

Kesehatan masyarakat

Diantara faktor-faktor tersebut yang dirasakan paling menganggu adalah kebisingan dan
polusi udara. Kebisingan adalah suara yang tidak diinginkan karena memiliki intensitas atau
volume yang melampaui level yang dapat diterima. Umumnya suara makin keras makin tidak
diinginkan. Suara mulai tidak nyaman pada tingkat 65 dB dan mulai mengganggu ketika
mencapai 85 dB dan pada tingkat 95 dB sudah sangat mengganggu dan dapat merusak
pendengaran.
2.8

Usaha Mengurangi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Transportasi

Pencenaran udara di perkotaan didominasi oleh transportasi kendaraan bermotor, sehingga


usaha yang lebih efektif dalam mengurangi pencemaran udara di perkotaan adalah dengan
memperkecil emisi gas buang dari kendaraan bermotor. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan (Miller, 1985), yaitu:
a.
Menggalakkan pemakaian sepeda dan menggembangkan sistem angkutan massal
perkotaan
b.

Mengurangi kendaraan bermotor

c.

Mengubah mesin kendaraan bermotor

d.

Menggunakan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan

Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor di perkotaan dapat dilakukan dengan berbagai


usaha, seperti:
a.

Tidak membangun jalan-jalan baru

b.

Menaikkan harga bahan bakar secara drastis

c.
Menyediakkan jalur khusus kendaran umum (bis, taksi) dan sepeda , khususnya pada
jam-jam sibuk
d.

Mengenakan biaya toljalan atau jembatan yang lebih tinggi pada jam-jam sibuk

e.
Menghapuskan atau mengurangi biaya tol jalan atau jembatan untuk kendaraan dengan
tiga atau lebih penumpang
f.

Mengenakan pajak untuk tempat-tempat parkir kendaraan

g.

Meniadakan beberapa tempat parkir di pusat kota

h.

Mengenakan pajak yang tinggi untuk kendaraan yang bolak-balik

i.

Melarang kendaraan bemotor pada jalan atau pada daerah tertentu

Selanjutnya usaha mengubah mesin kendaraan bermotor agar gas buang yang dihasilkan
lebih sedikit mencemari udara (kurang polutif), dapat dilakukan dengan antara lain:
a.
Mengubah mesin pembakar dalam, hingga penggunaan bahan bakar berkurang dan
polusinya lebih sedikit
b.
Mengurangi berat kendaraan dengan memakai lebih banyak bahan plastik dan logam
ringan untuk badan kendaraan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1

Transportasi Berkelanjutan

Transportasi berkelanjutan adalah upaya untuk untuk memenuhi kebututhan mobilitas


transportasi generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan genersi mendatang dalam
memenuhi kebutuhan mobilitasnya.
Transportasi berkelanjutan merupakan suatu transportasi yang tidak menimbulkan dampak
yang membahayakan kesehatan masyarakat atau ekosistem dan dapat memenuhi kebutuhan
mobilitas yang ada secara konsisten dengan memperhatikan penggunaan sumberdaya
terbarukan pada tingkat yang lebih rendah dari tingkat regenerasinya dan penggunaan sumber
daya tidak terbarukan pada tingkat yang lebih rendah dari tingkat pengembangan sumberdaya
alternatif yang terbarukan (OECD, 1994).
3.2

Indikator Transportasi Berkelanjutan

Indikator transportasi berkelanjutan merupakan sebual alat untuk menganalisis pengaruh dari
objek transportasi terhadap lingkungan serta untuk memeriksa berbagai kemungkinan dan
kondisi yang terjadi dari penerapan konsep sustainable transportation. Suatu sistem
transportasi harus memperhatikan beberapa indikator yang ada agar bisa bermanfaat bagi
lingkungan dan masyarakat. Selain itu indikator digunakan untuk mengukur seberapa
berhasilkah penerapan sustainable transportasi di suatu wilayah (Aini, 2010). Menurut Bella
(2007:3) indikator dari sustainable transportasi adalah:
1.

Keamanan perjalanan bagi pengemudi dan penumpang

2.

Penggunaan energi oleh moda transportasi

3.

Emisi CO2 oleh moda transportasi

4.

Pengaruh transportasi terhadap lingkungan sekitar

5.

Kesenangan dan kenyaman menggunakan moda transportasi

6.
Emisi dari bahan beracun dan bahan kimia berbahaya, polusi udara dikarenakan moda
transportasi
7.

Guna lahan bagi moda trasnportasi seperti lahan parker

8.

Gangguan terhadap wilayah alami oleh moda transportasi atau infrastruktur lainnya.

9.

Polusi suara oleh moda trasnportasi

Semua indikator tersebut harus diperhatikan, misalnya saja keamanan para pengguna moda
trasnportasi harus diutamakan. Masyarakat akan senang menggunakan angkutan massa jika
keamanan pengguna trasnportasi tersebut lebih terjamin. Berbagai polusi yang disebabkan
oleh moda trasnportasi juga harus di minimalkan, baik polusi udara ataupun suara. Polusi ini
sama-sama membuat resah masyarakat dan mengganggu kehidupan masyarakat. Banyak
penyakit yang diderita masyarakat akibat adanya polusi ini. Hal ini tentunya akan merugikan
banyak orang dan harus diatasi. Lingkungan dan tata guna lahan juga tidak kalah pentingnya.
Lingkungan tidak boleh menjadi korban dalam penerapan sistem trasnportasi. Lingkungan
yang asri dan terjaga harus tetap dipertahankan agar adanya keseimbangan antara lingkungan,
tata guna lahan dan trasnportasi.
3.3

Isu-isu Dalam Menciptakan Transportasi Berkelanjutan

Beberapa isue penting yang menjadi dasar dalam menciptakan transportasi berkelanjutan
yaitu:
1.

Aksesibilitas bukan mobilitas

Bahwa yang perlu disediakan adalah bagaimana menciptakan aksesibilitas khususnya


terhadap aksesibilitas terhadap penggunaan angkutan umum, bukan terhadap pengguna
angkutan pribadi. Dengan demikian akan mendorong pengguna kendaraan pribadi untuk
menggunakan angkutan umum dengan langkah-langkah membatasi akses terhadap parkir
kendaraan pribadi.
2.

Transportasi orang bukan kendaraan pribadi

Salah satu prinsip penting yang perlu didorong adalah bagaimana kebijakan harus diarahkan
untuk menciptakan keberpihakan terhadap pelayanan angkutan orang yang menggunakan
angkutan umum dan kebijakan yang tidak mendukung penggunaan kendaraan pribadi dan
menyulitkan masyarakat untuk menggunakan kendaraan pribadi.
3.

Manfaatkan lahan untuk kepentingan umum

Lahan perkotaan sebaiknya digunakan seluas-luasnya untuk kepentingan masyarakat bukan


untuk jalan bagi kendaraan pribadi, ataupun untuk tempat parkir, tetapi lebih banyak
digunakan untuk tempat berjalan kaki, membangun kawasan pejalan kaki, bersepeda ataupun
tempat bermain untuk anak-anak yang lebih ramah terhadap lingkungan serta bisa
menurunkan angka kecelakaan secara nyata.
4.

Hentikan subsidi untuk kendaraan pribadi

Subsidi untuk kendaraan pribadi sangatlah besar, khususnya subsidi yang diberikan
pemerintah untuk bahan bakar, untuk pembangunan infrastruktur jalan, membangun tempat
parkir maupun prasarana lain untuk mendukung penggunaan kendaraan pribadi yang tidak
efisien. Subsidi ini sebaiknya malah dialokasikan untuk membangun angkutan umum dan
mendukung operasional angkutan umum yang lebih efisien dalam penggunaan ruang,
penggunaan bahan bakar dan sumber daya lainnya.
3.4

Dampak Ekonomi Transportasi Yang Berkesinambungan

Ada berbagai dampak ekonomi yang ditimbulkan dengan dikembangkannya sistem


transportasi yang berkelanjutan, yaitu:
1.
Membuka peluang bisnis baru, termasuk bisnis angkutan umum baru, warung, restoran,
dan pertokoaan akan mendapatkan pelanggan yang lebih banyak karena tingkat kepadatan
yang tinggi.
2.

Menurunkan biaya transportasi,

3.
Meningkatkan produktivitas tenaga kerja karena waktu yang hilang di perjalanan dapat
berkurang, termasuk juga berkurangnya stress yang timbul selama perjalanan dan ditambah
lagi masyarakat berjalan kaki lebih jauh yang akan menurunkan biaya kesehatan.
4.

Menurunkan biaya untuk pembangunan dan perawatan infrastruktur.

5.
Biaya untuk pelayanan masyarakat yang lebih rendah, seperti untuk patroli polisi
bersepeda, pengumpulan sampah yang lebih gampang, penyediaan air bersih yang lebih
mudah.
3.5

Strategi penerapan transportasi berkelanjutan

Menurut Wales (2010), Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menuju
transportasi berkelanjutan, yaitu:
1.

Mengurangi kemacetan

Mengurangi kemacetan dapat ditempuh dengan:


Informasi transportasi dan manajement
Managemen mobilitas
Pembatasan akses

Promosi angkutan umum


Distribusi barang dan logistic
Manajemen parkir
Road pricing
2. Menurunkan penggunaan enerji dan emisi gas buang
Menurunkan penggunaan enerji dan emisi gas buang dapat ditempuh dengan:
Manajemen mobilitas
Promosi penggunaan sepeda dan kendaraan tidak bermotor
Kekantor bareng yang di negara-negara maju dikenal sebagai Car pooling,
Bahan bakar yang bersih dan berwawasan lingkungan seperti penggunaan bahan bakar nabati,
bahan bakar gas, kendaraan listrik serta kendaraan yg bersih lainnya seperti hibrida.
Promosi angkutan umum yang lebih gencar agar pemakai kendaraan pribadi mau beralih ke
angkutan umum.
Penerapan retribusi pengendalian lalu lintas serta berbagai kebijakan tarif dan fiskal lainnya.
3.

Penurunan emisi local dan peningkatan kualitas hidup dipusat kota

Penurunan emisi local dan peningkatan kualitas hidup dipusat kota dapat ditempuh dengan:
Pembatasan akses
Distribusi barang dan logistic
Manajemen parkir
4.

Peningkatan efisiensi transportasi

Peningkatan efisiensi transportasi dapat ditempuh dengan:


Integrasi angkutan multi modal
Manajemen mobilitas
Promosi penggunaan sepeda
Bareng kekantor
Pembatasan akses
Promosi penggunaan angkutan umum
Road pricing

5.

Meningkatan daya saing angkutan umum terhadap kendaraan pribadi

Meningkatan daya saing angkutan umum terhadap kendaraan pribadi dapat ditempuh dengan:
Sistem informasi transportasi
Integrasi angkutan multi moda
Manajemen mobilitas
Bareng kekantor
Pembatasan akses
Promosi penggunaan angkutan umum
Road pricing
6.

Kurangi tekanan parkir

Kurangi tekanan parkir dapat ditempuh dengan:


Dorong penggunaan sepeda
Bareng kekantor
Manajemen mobilitas
Manajemen parkir
3.6

Transportasi Ramah Lingkungan[2]

Sarana transportasi yang dikembangkan untuk mengurangi dampak lingkungan akibat


trasnportasi seperti kebisingan dan polusi udara umumnya mengarah ke penggunaan
kendaraan tidak bermotor maupun penggunaan bahan bakar terbarukan seperti sinar matahari,
listrik, dll. Bentuk-bentuk moda angkutan yang ramah lingkungan antara lain:
A.

Pedestrian

Penyediaan sarana dan jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman dapat mengurangi
ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan kendaraan pribadi. Jarak optimum yang
dapat dijangkau dengan berjalan kaki umumnya adalah sekitar 400-500 meter.

B.

Sepeda

Sekarang dikembangkan kelompok-kelompok masyarakat yang mengsung ide


penggunaansepeda sebagai alternatif alat transportasi yang ramah lingkungan. Sepeda yang
dapat digunakan dengan kecepatan rata-rata 20 km/jam dan daya jelajah sekitar 1-5 kilometer
C.

Sepeda listrik

Alternatif lain dari sepeda manual adalah sepeda yang digerakkan dengan tenaga listrik batrai
yang dapat diisi ulang. Disamping lebih hemat biaya, sepeda ini juga menimbulkan
kebisingan dalam penggunaannya dibandingkan sepeda motor. Kecepatan berkendara
maksimum jenis sepeda ini adalah sekitar 40-60 km/jam dengan daya jelajah hingga 60 km.
D.

Kendaraan Hybrid

Kendaraan yang dikembangkan dari bahan yang ultra-ringan tapi sangat kuat seperti
komposit. Sumber tenaga kendaraan jenis ini umumnya merupakan campuran antara bahan
bakar minyak dan listrik yang dibangkitkan dari putaran mesin kendaraan. Kendaraan jenis
ini diklaim memiliki tingkat polusi dan penggunaan bahan bakar yang rendah.
a.

Kendaraan berbahan bakar alternatif

Beberapa teknologi bahan bakar alternatif seperti biodiesel, ethanol, hydrogen atau kendaraan
dengan teknologi yang dapat menggunakan 2 jenis bahan bakar secara bergantian
b.

Kendaraan hypercar

Kendaraan jenis ini memiliki fitur konstruksi yang sangat ringan, desain yang aerodinamis,
pergerakan berbahan bakar hybrid dan beban aksesoris yang minimal
Cara kerja mesin listrik dengan prinsip regenaratif (isi ulang atau recharing saat kendaraan
sedang beroperasi) pada mesin hybrid, berbeda dengan mobil tenaga listrik penuh. Mobil
tersbut tidak bisa mengisi ulang listrinya. Bila listrik habis, batterai atu aki harus di charge
secara khusus dengan waktu 8 hingga 12 jam. Di Kota Tokyo Jepang, truk dan bus sudah
banyak yang memakai tenaga mesin mesin system hybrid karena dinilai amat efiesien/hemat
BBM dan mengurangipolusi. Jenis mesin hybrid secra umum ada yang memakai sistem
paralel dan sistem seri, namun yang paling umum adalah paralel. Mesin listrik pada
kendaraan hybrid sebenarnya hanyalah sebagai penunjang atau bisa disebut booster. Pada
mesin utama yang memakai bensin ataupun solar.
E.

Mobil Surya Solar Car

Mobil tenaga surya atau tenaga matahari, adalah jenis kendaraan listrik yang menggunakan
tenaga matahari sebagai sumber energinya. Energi matahari ditangkap dengan menggunakan
panel cell surya kemudian digunakan untuk menggerakkan motor listrik yang berfungsi untuk
memutar roda. Agar dapat digunakan secara stabil maka pada mobil surya dilengkapi dengan
tempat penyimpanan energi umumnya digunakan accu atau batterai.
Dilengkapi dengan alat kontrol pengatur kecepatan maka mobil ini dapat melaju sesuai
dengan kecepatan yang dirancang. Di Indonesia berkisar 12 tahun yang lalu mobil surya telah
dikembangkan oleh mahasiswa ITS Surabaya.
3.7

Permasalah Transportasi di Indonesia

Permasalahan-permasalahan Transportasi di Indonesia, yaitu:

a.
Tidak seimbangnya pertambahan jaringan jalan serta fasilitas lalu lintas dan angkutan
bila dibandingkan dengan pesatnya pertumbuhan kepemilikan kendaraan yang berakibat pada
meningkatnya volume lalu lintas
b.

Meningkatnya mobilitas manusia

c.

Kurang disiplinnya pengemudi

d.

Menurunnya kondisi fisik mobil angkutan umum

e.

Permasalahan tarif dan rute angkutan umum

f.

Manajemen lalu lintas yang kurang baik

g.

Ketidakterpaduan pengelolaan sistem transportasi

h.

Pengembangan kota yang tidak diikuti dengan struktur tata guna lahan yang serasi

Menurut Marbun (1979:86)


menyangkut 4 faktor:

masalah trnsportasi di kota-kota besar pada dasarnya

1.

Manusia (disiplin dan kebijaksanaan lalu lintas)

2.

Prasarana (infrastruktur)

3.

Alat transportasi (kendaraan pribadi dan kendaraan umum)

4.

Rencana pembangunan kota

Menurut Marbun (1979:94) Sebab-sebab timbulnya permasalahan transportasi di Indonesia,


yaitu:
1.

Jumlah kilometer jalan yang tidak memadai

2.
Jumlah angkutan umumyang kurang memadai dan belum merata sesuai dengan
keperluan untuk tiap jurusan
3.

Masalah parkir

4.
Penduduk yang bertambah lebih cepat (karena kelahiran tapi terutama karena arus
urbanisasi) dari pertambahan sarana angkutan kota
5.
Pola kepemilikan kendaraan pribadi yang kurang sehat (relatif banyak orang terbukti
memiliki jumlah kendaraan melebihi kebutuhan dan menggunakannya secra boros)
6.

Kedisiplinan pemekai jalan masih sangat rendah

7.
Pola permukiman, perkantoran, dan perkantoran dan tempat kerja yang penyebarannya
tidak teratur

8.
Pola pemakaian kendaraan dinas (jabatan) yang belum ditata sesuai dengan
kebijaksanaan lalu lintas kota yang hemat, bersih, aman, dan baik
3.7.1

Alternatif mengatasi masalah transportasi

Menurut Marbun (1979:94), masalah transportasi yang dihadapi di kota-kota


di Indonesia dewasa ini melihat keseriusan masalahnya dapat digolongkan menjadi dua
kelompok:
1.
Kota besar seperti, Jakarta, Surabaya, Medan, dan sedang serta masih akan mengalami
masalah transportasi yang serius karena belum tersedianya jumlah angkutan umum yang
memadai, jumlah km jalan yang kurang memadai, kondisi jalan yang belum memenuhi
standar, pola kepemilikan kendaraan pribadi yang boros sebagai akibat kemacetan lalu lintas
tiap hari
2.
Kota-kota Administratif dan kota madya lainnya juga telah dan sedang srta masih akan
mengalami masalah transportasi, dalam hal-hal diantaranya yaitu belum tersediannya
angkutan umum yang memadai, kondisi dan km jalan yang masih tidak memadai,
kecendrungan kepemilikan kendaraan pribbadi yang meningkat, kota-kota ini masih belum
sampai mengalami kemacetan lalu lintas setiap harinya
Dari dua kelompok di atas dapat ditarik garis penghubung bahwa hampir
semua kota di Indonesia sedang dan masih mengalami masasah transportasi. Perbedaan dari
kota yang satu dengan kota yang lain hanya pada kadar keseriusan masalahnya atau laju
timbulnya masalah trasportasi bagi kota yang bersangkutan. Sehingga mungkin berguna
apabila kita di sisni mencoba memaparkan beberapa alternatif jalan keluar dari masalah
transportasi kota yang sedang dan masih akan dihadapi di kota di Indonesia
Seperti telah kita singgung dalam gambaran masalah transportasi di Indonesia
khusunya di Kota Jakarta, ternyata luas serta cakupan masalah transportasi kota adalah
kompleks dan merupakan kenyataan sehari-hari yang juga dihadapi semua kota besar di
Dunia. Masalahnya dari hari ke hari bukan makin surut tetapi sebaliknya.
Usaha menanggulangi masalah transportasi harus didasarkan atas rencana jangka pendek dan
jangka panjang atau dalam arti samping mengurangi rasa sakit juga harus dirumuskan terapi
pemberantasan penyakitnya. Beberapa jalan keluarnya adalah:
a.

Harus ada jaminan bahwa jalan-jalan di daerah padat digunakan secara lebih rasional

Kecendrungan orang-orang untuk memiliki kendaraan pribadi didorong oleh kenyamanan


dan kemudahan yang ditawarkan oleh automobil. Kemudahan dan kenyamanan itu bukanlah
suatu hal yang terlarang tetapi adalah suatu hal yang tidak baik, bahwa kepentingan meyoritas
warga kota harus dikorbankan demi kepentingan mereka yang memiliki kendaraan pribadi.
Bagi jalan yang vital adalah mendahulukan kepentingan masyarakat dari pda kepentingan
kenyamanan pribadi. Karena biaya pembuatan dan pemeliharaan jalan yang cukup mahal itu
dipikul bersama dan secara perhitungan matematika porsi terbesar datang dari mayoritas

warga kota pengguna kendaraan umum. Dapat dipertimbangkan agar pemakaina jalan pada
jalan vital bagi kendaraan pribadi terutama pada jam-jam sibuk dikenakan tarif khusus
b.
Perbaikan manajemen usaha angkutan umum, disertai koordinasi dan efisiensi yang
optimal
Masalah ini sangat mendesak demi penggunaan sumber daya kota secara efisien dan efektif.
Kita sering melihat bahwa umumnya pengusaha angkutan umum bekerja sendiri-sendiri dan
partisipasinya dalam pengelola dan melayani penumpang hanya berdasar pertimbangan laba
ekonomis jangka pendek, tetapi kurang memperhitungkan kepentingan perkembangan
ekonomi kota. Mereka kurang memperhatikan kepentingan pelayanan, disiplin waktu dan dan
perawatan kendaraan. Untuk mengatasi hal ini pemerintah kota harus aktif mengambil
inisiatif membina manajemen pengusaha angkutan umum dan memberi subsidi yang
diperlukan demi kepentingan perputaran roda kehidupan ekonomi kota serta pelayanan
masyarakat.
c.
Menyesuaikan pola transportasi dengan bentuk dan kondisi kota, sehingga efisiensi
dalam transportasi mencapai tingkat optimal
Jaringan jalan dan alat pengangkutan disesuaikan dengan kepentingan pokok warga kota
yaitu antara tempat permukiman dan tempat kerja sehingga tidak terjadi pemborosan waktu
dan biaya. Di beberapa kota kita sering melihat pengembangan kota tidak menyokong
perkembangan sistem jaringan angkutan. Pemerintah kota merencanakan permukiman baru
tetapi jalan menuju ke tempat tersebut terkadang belum ada atau tidak baik atauharus
melewati ganga gang sempit. Karena kurang menguntungkan rute bis atau angkutan lain yang
teratur tidak tertarik untuk meluaskan rute angutan umum tersebut ketempat permukiman
baru tersebut.
d.

Pola parkir sesuai dengan zaman

Setiap kota besar mengalami kesulitan tempat parkir. Pemarkiran kendaraan yang semerawut
atau penggunaan jalan untuk tempat parkir sering menjadi sumber utama masalah kemacetan
lalu lintas. Jumlah terbanyak dari automobil yang diparkir demikian terdiri dari kendaraan
pribadi dari golongan mampu. Umtuk mengatasi masalah parkir in dapat ditempuh dengan
beberapa alternatif:

Meningkatkan tarif parkir menjadi tiga kali lipat perjam bagi daerah sempit atau jalan
ramai, terutama pada jam jam sibuk

Melarang parkir di sepanjang jalan sempit atau jalan ramai

Melarang kendaraan pribadi masuk pada zone tertentu dan mengadakan taman bagi
pejalan kaki (terutama pada derah pasar dan daerah pusat perokoan, daerah stasiun atau
daerah tempat keramaian)

Memberi keringanan (kemudahan kredit dan perizinan) bagi mereka yang mau
membangun bengsal parkir dan memperhitungkan tarif parkir secara praktis


Melokasi super market ke luar kota atau ke daerah kota yang direncanakan tidak
menjadi daerah padat

Penataan pola pemilikan kendaraan pribadi dan kendaraan dinas (jabatan) secara lebih
rasional. Selain pembatasan yang kita singgung pada bagian pertama di atas serta
pemungutan ongkos parkir yang lebih tinggi, maka pemilikan dan penggunaan kendaraan
pribadi perlu di batasi lebih jauh lewat ketentuan-ketentuan berikut:
a.
Penentuan pembayaran pajak dua kali lipat kendaraan yang kedua dan empat kali lipat
kendaraan yang ketiga
b.
Menaikkan harga bensin kendaraan pribadi minimum 25% di ats harga bensin yang
dipakai bagi angkutan umum. (Biaya itu sebagai kompensasi pemakaian jalan yang mahal
yang dibiayai bersama dan biaya pelestarian alam dan polusi)
Pola pemakaina kendaraan dinas atau jabatan perlu ditertibkam gagar tidak mengacaukan
kebijaksanaan transportasi kota. Mobil-mobil dinas kecuali bis pegawai lebih baik dilelanh
atau dijual pada pemakainya, dan kemudian tidak diganti lagi. Ternyata pemakaina mobil
dinas merupakan sumber pemborosan yang cukup tinggi baik dilihat bdari sudut pemakaian
bahan bakar, perawatan maupun karena pemakaian yang kuarang ekonomis. Banyak pejabat
yang sudah memiliki mobil dinas, menganggap masih kurang mantap kalau belum memiliki
mobil pribadi satu atau dua buah lagi dan terkadang tiga buah. Sebagai kompensasi dan demi
melancarkan transportasi para pejabat maka kepada mereka diberi uang ganti biaya km (biaya
transport) sesuai dengan tarif yang cocok. Dengan demikian pejabat bisa datang dengan
kendaraan pribadi, yang mungkin pula akan lebih menyenangkannya dan akan mengurangi
jumlah kendaraan di jalan dan ini berarti mengurangi kemacetan dan lebih ekonomis.
e.

Perencanaan jangka panjang

Perencanaan jangka panjang dengan pembuatan terowongan jalan, fly pass, kereta api di
bawah tanah, kereta gantung, kanal, sesuai dengan perkiraan kebutuhan untuk jangka pendek
dan jangka panjang. Perencanaan sambung kombinasi diantara alat angkut dan lalu lintas
yang ada. Contoh: di bawah terminal atau pelabuhan terdapat sambungan kereta api atau bis,
sehingga orang turun dari kendaraan umum langsung naik bis meneruskkan
perjalanannyadengan angkutan umum lain.
f.

Perencanaan jangka panjang pembuatan atau pengadaan

Perencanaan jangka panjang pembuatan atau oengadaan berupa ban berjalan untuk manusia
(dari pusat pertokoan yang ramai ke pusat-pusat keramaian lain), tangga berjalan, kereta api
cepat, bis keliling non stop, helokopter, sistem lalu lintas di atas rel, kendaraan dengan rel
mini kereta api bawah tanah, dan beberapa contoh lainnya yang kini sedang
dikembangkansebagai alternatif transportasi untuk masa depan.
3.8
Strategi Pengendalian Emisi yang di Timbulkan Kendaraan untuk Mewujudkan
Transportasi Berkelanjutan di Indonesia

Upaya untuk pengendalian emisi yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor dapat dilakukan
dengan strategi pengendalian berupa:
3.8.1

Penggunaan Bahan Bakar yang lebih bersih

Bahan bakar yang lebih bersih akan menghasilkan emisi yang lebih rendah di samping
merupakan persyaratan agar kendaraan bermotor denga teknologi rendah emisi dapat
beroperasi.
Semenjak tahun 2006 pemerintah sudah menjelaskan tibel pada bensin Indonesia telah
memasuki era bensin bebas timbel. Halmini sesuai bahan bakar yang dibutuhkan teknologi
kendaraan bermotor berbahan bakar bensin yang setara dengan EURO 2. Sementara
kandungan belerang dalam solar di Indonesia masih sangat tinggi. Dalam hal ini pemerintah
kota dapat pro aktif menyampaikan permintaan kepada produsen agar pasokan solar ke
daerahnya mempunyai kandungan belerang yang sesuai.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan Bahan Bkar yang Bersih, yaitu:
a.
Pemerintah kota dapat meminta hasil pemantauan kualitas bensin dan solar yang
didistribusikan di Indonesia kepada KNLH. Serta pemantauan dilakukan setiatahyun oleh
KNLH
b.
Pemerintah kota dapat proaktif meminta pasokan BBM dengan kualitas yang lebih baik
kepada produsen BBM
c.
Pemerintah kota perlu memantau kemungkinan pencampuran BBM dengan bahan
aditif oleh distributor lokal
d.
Pemerintah kota dapat menggali potensi pemakaian bahan bakar alternatif yang lebih
bersih
Di samping mengawasi kualitas BBM yang dipasok produsen ke wilayahnya. Pemerintah
koata juga perlu memantau kemungkinan pencampuran BBM dengan bahan berbahaya di
SPBU, pengecer maupun konsumen. Selain itu pemerintah kota juga dapat menggali peluang
untuk memanfaatkan bahan bakar alternatif yang menghasilkan emisi per km lebih rendah
seperti bahan bakar nabati
3.8.2

Teknologi Kendaraaan Bermotor yang lebih Bersih

Teknologi kendaraan bermotor yang lebih bersih, yang sesuai dengan ambang batas emisi
gas buang bertujuan mengendalikan besarnya emisi per km yang dihasilkan kendaraan
bermotor.
Yang dapat dilakukan untuk merealisasikan Teknologi Kendaraan Bermotor yang Bersih
yaitu Pemerintah dapat menetapkan ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama
yang lebih ketat dari pada ketetapan nasional.

Ambang batas emisi gas buang berasosiasi dengan teknologi kendaraan bermotor. Semakin
ketat ambang batas yang berlaku berarti teknologi kendaraan bermotor tersebut semakin
rendah emisi. Ada dua jenis ambang batas emisi gas buang yang berlaku secara nasional,
yakni ambang batas emisi gas buang bagi kendaraan bermotor tipe baru yang ditetapkan
dalam Permen LH No. 4/2009 dan ambang batas gas buang kendaraan bermotor lama dalam
Permen LH No. 5/2006. Seluruh kendaraan bermotor yang masuk ke pasar Indonesia saat ini
sudah diwajibkan lulus uji tipe, yang salah satu parameternya ambang batas emisi gas buang
yang mengacu pada Permen LH No. 4/2009.
Menurut Permen LH No. 4/2009 ditetapkan sesuai dengan teknologi terbaik yang mungkin
diterapkan di Indonesia (best practicable technology) dengan mempertimbangkan
ketersediaan bahan bakar yang sesuai spesifikasi dan kesiapan industri otomotif dalam negeri.
Permen LH No. 4/2009 diharapkan dapat mendorong proses alih teknologi ke kendaraan
bermotor rendah emisi di Indonesia. Proses alih teknologi kendaraan bermotor tersebut dapat
dipercepat dengan memperketat ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama.
Ambang batas tersebut ditetapkan berdasarkan suatu asumsi tingkat teknologi serta tingkat
perawatan yang diinginkan serta ketersediaan bahan bakar yang sesuai spesifikasi.
3.8.3

Pengujian dan Perawatan Emisi Kendaraan Bermotor

Uji emisi gas buang bagi kendaraan bermotor lama bertujuan mendorong pemilik agar
melakukan perawatan secara rutin terhadap kendaraan bermotornya.
Secara nasional setiap kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan sudah diwajibkan untuk
memenuhi persyaratan ambang batas emisi gas buang dalam Undang-Udang No. 22/2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pengawasan penaatannya bagi kendaraan bermotor
lama dilakukan melalui kewajiban uji berkala. Tapi secara nasional kewajiban uji berkala
baru berlaku bagi mobil penumpang umum, bus dan mobil barang. Pemerintah kota
disarankan melakukan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan kewajiban uji berkala
tersebut di kotanya masing-masing.
Salah satu caranya adalah Yang dapat dilakukan untuk menerapkan Pengujian dan Perawatan
Kendaraan Bermotor:

Pemerintah kota diharapkan mengevaluasi efektivitas kebijakan wajib uji emisi bagi
kendaraan angkutan penumpang umum dan angkutan barang.

Pemerintah kota dapat menetapkan kebijakan wajib uji emisi bagi kendaraan bermotor
pribadi setelah melakukan kajian yang mendalam.
Dengan melakukan pemeriksaan tanda lulus uji maupun pengukuran emisi gas buang secara
acak di jalan sebagaimana diamanatkan dalam PP No. 42/1993 tentang
Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan. Sementara itu perlu dipikirkan cara untuk
memantau penaatan sepeda motor dan mobil pribadi yang jumlahnya terus meningkat
terhadap persyaratan ambang batas emisi gas buang. Sebagai langkah awal dapat dilakukan
pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan. Kemudian pemerintah kota dapat berinisiatif

merumuskan peraturan dan sistem uji emisi gas buang berkala bagi sepeda motor ataupun
mobil pribadi bila ternyata diperlukan. Seperti yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta
dengan Perda No. 2/2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Pasal 19 yang
mewajibkan uji emisi bagi kendaraan bermotor pribadi yang terdaftar di wilayah DKI Jakarta
sekurang-kurangnya setiap enam bulan sekali.
Walaupun demikian, pemerintah kota disarankan untuk melakukan kajian mendalam sebelum
menerapkan kewajiban uji emisi gas buang bagi kendaraan bermotor pribadi. Terutama perlu
dipertimbangkan bahwa uji emisi merupakan kebijakan yang bersifat atur dan awasi
(command and control). Keberhasilannya ditentukan oleh kemampuan merancang sistem
yang efektif dan handal serta penegakan hukumnya. Padahal tradisi legal di Indonesia secara
umum masih sangat lemah. Secara umum ada dua sistem uji emisi, yakni sentralisasi dan
desentralisasi. Pengujian pada sistem sentralisasi dilakukan pada pusat pengujian emisi
kendaraan bermotor yang jumlahnya terbatas sebagaimana yang saat ini berlaku bagi
angkutan penumpang umum dan angkutan barang. Sementara pada pengujian pada sistem
desentralisasi dilakukan di bengkel sekaligus dengan perawatan seperti yang saat ini telah
berlaku di DKI Jakarta.
3.8.4

Manajemen Kebutuhan Trasportasi

Perencanaa transportasi pada intinya bertujuan untuk melayani kebutuhan transportasi


sebesar-besarnya secara efisien, baik dari aspek ekonomi, sosial, maupun lingkungan.
Pendekatan konvensional dalam perencanaan transportasi dan masih banyak dianut, terfokus
pada upaya menyediakan prasaran jalan untuk memenuhi kebutuhan transportasi. Sejalan
dengan waktu, pendekatan ini bukan cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan transportasi
di kawasan perkotaan. Lahan yang sangat terbatas di kawasan perkotaan. Lahan yang sangat
terbatas di kawasan perkotaan menyebabkan upaya penyediaan jalan selalu ntertinggan
dibandingkan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor. Kesadaran ini melahirkan
pendekatan baru dalam perencanaan transportasi yang dikenal sebagai manajemen kebutuhan
transportasi (transport demand management).
Pendekatan manajemen kebutuhan transportasi merekayasa agar kebutuhan transportasi tidak
melebihi sumber daya yang dapat mendukung dengan berpegang pada hirarki pengguna jalan.
Penerapan manajemen kebutuhan transportasi diharapkan dapat mengurangi total volume lalu
lintas kendaraan bermotor dengan mendorong perpindahan orang dari kendaraan bermotor
milik pribadi ke moda yang lebih berkelanjutan seperti angkutan umum dan kendaraan tidak
bermotor. Pendekatan ini juga bertujuan menciptakan pendapatan baru bagi pemerintah yang
digunakan untuk menigkatkan kualitas pelayanan angkutan umum serta fasilitas pejalan kaki
dan kendaraan tidak bermotor melalui kebijakan retribusi.
Rekayasa terkait dengan manajemen kebutuhan transportasi dapat dikelompokkan menjadi
tiga kategoro berdasarkan dampak yang ditimbulkannya terhadap individu, yaitu:

Dampak tarik, yaitu segala rekayasa menarik individu untuk beralih ke angkutan umum
atau kendaraan tidak bermotor


Dampak dorong, yaitu segala rekayasa yang membatasi penggunaan kendaraan
bermotor pribadi

Dampak terik dan dorong, yaitu segala rekayasa yang menarik invidu untuk beralih ke
angkutan umum atau kendaraan tidak bermotor dan sekaligus membatasi penggunaan
kendaraan
Hal yang dapat dilakukan untuk menerapkan Manajemen Kebutuhan Transportasi, yaitu:

Penataan ruang berorientasi transit

Peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum berorientasi transit

Revitalisasi fasilitas pejalan kaki dan kendaraan tidak bermotor

Pembatasan penggunaan kendaraan bermotor pribadi

Fasilitas parkir dan laju

Berikut diuraikan lebih jelas untuk rekayasa manajemen kebutuhan transportasi tersebut
beserta contoh penerapannya:
A.

Penataan ruan berorientasi transit

Penataan ruang suatu kota dapat dikembangkan atas simpul-simpul yang terhubung dengan
pelayanan angkutan umum massal. Lalu di tiap simpul diterapkan tata guna lahan campuran
(mix-use) dengan kepadatan penduduk tinggi. Pola penataan ruang seperti ini dikenal dengan
istilah [penataan ruang berorientsi transit. Pola ini diharapkan suatu kota dapat
menghilangkan ketergantungan terhadap kendaraan bermotor pribadi.
Tata guna lahan campuran berarti fungsi jasa komersil, perkantoran dan permukiman berada
dalam jarak yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki maupun kendaraan tidak bermotor
kendaraan tidak bermotor. Sedangkan kepadatan penduduk tinggi memungkinkan angkutan
umum massal beropersi secara optimal. Sehingga kebutuhan pergerakan manusia dapat
dipenuhi dengan moda angkuta umum massal hingga titik transit terdekat, lalu
dikombinasikan dengan berjalan kaki dan kendaraan tidak bermotor, seperti becak dan sepeda
hingga mencapai tempat tujuan.
B.

Peningkatan kualitas pelayanan angkutan berorientasi transit

Angkuatan umum memberikan alternatif moda transportasi bagi pengguna kendaraan


bermotor pribadi. Semakin baik pelayanan angkutan umum, maka akan semakin kuat daya
tariknya untuk mengalihkan pengguna kendaraan bermotor pribdi ke angkutan umum.
Kualitas pelayanan angkutan umum tersebut ditentukan setidaknya oleh lima parameter
sebagai berikut:

Keselamatan dan keamanan penumpang


Kemudahan mendapatkan layanan yang dinilai dari waktu tunggu untuk mendapatkan
layanan dan jarak mencapai halte

Lama perjalanan dari tempat asal ke tempat tujuan dibandingkan dengan menggunakan
kendaraan bermotor pribadi

Biaya perjalanan dibandingkan dengan menggunakan kendaraan bermotor pribadi dan


pengeluaran rumah tangga

Kenyamanan sistem angkutan umum secara keseluruhan yang antara lain meliputi
kebersihan armada dan halte, ketersediaan tempat duduk, ketersediaan pengaturan suhu
ruangan dan lain-lain
Pemerintah kota perlu menggembangkan angkuta umum sebagai bentuk palayanan umum
bagi masyarakatsebagai bentuk pelayanan umum bagi masyarakat. Dari aspek teknis, sistem
angkutan umum massal perlu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pergerakan
penduduk yang tinggi di kota metropolitan dan kota besar Indonesia. Sistem angkutan umum
massal yang memiliki ciri kapasitas dan kecepatan tinggi, yang biasanya beroperasi pada
jalur prioritas untuk menjamin kualitas pelayanan.
Sementara itu terobosan untuk menigkatkan kualitas pelayan pada spek menajemen perlu
dirumuskan dengan memperhatikan kepentingan para pemangku kepentinganb, mulai dari
penumpang, awak angkutan dan operator. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain
berupa:

Sistem tiket yang inovatif untuk mencegah kebocoran, mecatat jumlah penumpang agar
kapasitas pelayanan dapat dievaluasi serta mempersingkat waktu antriandan memberi intensif
bagi penumpang

Penggajian awak angkutan yang bebasis kenerja agar termotivasi untuk ikut serta
meningkatkan kualitas layanan dengan memberi pendapatan tetap dan bonus

Sistem subsidi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pengguna
maupun operator dengan cara yang inovatif agar jaringan angkutan umum menjangkau
seluruh penjuru kota dan dapat diakses aneka lapisan masyarakat

Pembayaran operator angkutan umum berdasarkan sistem kilometer pelayanan seperti


yang sudah diterpkan dalam pengelolaan bus trans jakarta
C.

Revitalisasi fasilitas pejalan kaki dan kendaraan tidak bermotor

Berbeda dengan kendaraan bermotor pribadi yang dapat melayani pergerakan titk asal ke titik
tujuan, maka bila dengan angkutan umum masih ada bagian dari pergerakkan yang harus
dilakukan dengan berjalan kaki atau sepeda juga perlu dikembangkan sebagai bagian yang
terintegrasi dengan peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum. Selama ini
pembangunan fasilitas kendaraan tidak bermotor memang sring kali terabaikan dalam
perencanaan pembangunan kota di Indonesia.

D.

Pembatasan penggunaan kendaraan bermotor pribadi

Kebijakan untuk menigkatkan kualitas layanan angkutan umum serta perbaikan fasilitas
pejalan kaki dan kendaraan tidak bermotor, tidak serta merta akan mengurangi penggunaaan
kendaraan bermotor pribadi. Hal ini disebabkan karena daya tarik warga berbeda-beda. Warga
yang sudah sangat terbiasa menggunakan kendaraan bermotor pribadi cenderung menemui
kesulitan untuk beralih moda atau menggunakan fasilitas kendaraann tidak bermotor.
Untuk itu, pemerintah juga perlu menerapkan kebijakan pembatasan lalu lintas, terutama
pada area yang layanan angkutan umum dan fasilitas kendaraan tidak bermotornya sudah
relatif baik. Pelayan angkutan umum yang baik adalah gaya tarik yang mengundang warga
masyarakat untuk menggunakan angkutan umum, sedangkan gaya dorong adalah kebijakan
yang memaksa warga dengan halus agar beralih moda dari kendaraan bermotor pribadinnya.
Pada dasarnya pembatasan lalu lintas dapat dilakukan dengan beberapa skema sebagai
berikut:
a.

Pembatasan fisik

Zona bebas kendaraan bermotor

Pembatasan ruang parkir

Penerapan kawasan pembatasan penumpang

Pembatasan sistem pembatasan dengan plat nomor

b.

Instrumen ekonomi

Tarif penggunaan jalan tertentu

Penerapan tarif parkir tinggi pada zona tertentu

c.

Pembatasan non-permanen

Hari/jam bebas kendaraan bermotor

E.

Fasilitas parkir dan melaju

Park and ride adalah fasilitas parkir yang biasannya tersedia di halte atau terminal sarana
angkutan umum massal sehingga memungkinkan penglaju berpindah moda dari kendaraan
dari kendaraan pribadi (mobil dan sepeda motor) dan meneruskkan perjalanan menggunakan
angkutan umummassal dari titik tersebut.
Strategi prjalanan umum ini umumnya digunakan oleh pekerja yang bertempat tinggal di
pinggir kota yang bekerja di pusat kota. Kendaraan di parkir pada terminal-terminal ujung
jaringan angkutan umum massal pada pagi hari, lalu digunakan kembali pada sore hari.

Tujuan dari penyediaan fasilitas ini adalah memudahnkan pengguna kendaraan bermotor
pribadi yang ingin menggunakan angkutan umum massal sehingga mengurangi beban
kemacetan lalu lintas di pusat kerja. Kendaraan berkurang karena jumlah kendaraan yang
masuk ke pusat kota juga berkurang akibat di parkir di pinggir kota.
Berikut ini penerapan manajemen kebutuhan trasportasi yang telah dilakukan di beberapa
kota di Indonesia:
1.

Jakarta

Menerapkan 3 in 1 sejak 1991, pada jalan Sudirman- Jalan Thamrin

Menerapkan zona bebas kendaraan bermotor dalam rangka revitalisasi kawasan Taman
Fatahilah pada tahun 2006

Meningkatkan kualitas angkutan umum dengan mengembangkan sistem Bus Rapid


Transit Trans Jakarta

Menyediakan fasilitas park and ride di beberapa titik transit angkutan umum massal

Menyelenggarakan Hari Bebas Kendaraan Bermotor setiap hari minggu

2.

Yogyakarta

Meningkatkan kualitas angkutan umum dengan mengembangkkan sistem Bus Rapid


Transit Trans Jogja. Jaringan Trans Jogja jega menghubungkan Bandara Adi Sucipto dengan
objek wisata

Menjadikan Bandara Adi Sucipto terpadu dengan sarana angkutan umum massal
berbasis jalan (Trans Jogja) dan rel. Kereta api penglaju Perambanan Ekspress yang melayani
rute Kutoarjo-Yogyakarta-Surakarta berhenti di Stasiun Maguwo yang resmi beroperasi sejak
26 Agustus 2008

Menerapkan zona pembatasan kendaraan pribadi sepanjang Malioboro

Gerakan bersepeda untuk bekerja yang digagas oleh Wali Kota Yogyakarta di resmikan
pada tanggal 13 Oktober 2008
3.9
3.9.1

Upaya Untuk Mewujudkan Transportasi Berkelanjutan serta Penerapannya


Penerapan Transportasi Berkelanjutan di Kota Jakrta dengan Bersepeda

Polusi di Kota jakarta sudah sangat parah begitu juga di kota-kota lainnya di Indonesia
meskipun tidak separah Kota Jakarta . Seperti yang kita ketahui Kota Jakarta merupakan kota
dengan tingkat polusi yang tinggi. Hal ini, disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya
adalah asap kendaraan bermotor yang volumenya sangat tinggi dengan kondisi kota yang
demikian yang sudah pada tingkat membahayakan, ada baikknya kita membantu mengurangi
polusi yang ada salah satunya adalah berkendara dengan menggunakan sepeda. Disamping
untuk mengurangi polusi udara, bersepeda juga membantu penghematan energi Bahan Bakar

Minyak (BBM). Sepeda merupaka kendaraan yang efisien, menyehatkan, tidak menimbulkan
polusi dan tidak memerlukan BBM.
Hambatan yang dihadapi untuk menerapkan berkendara dengan menggunakan sepeda, yaitu:
1.

Jarak yang ditempuh terlalu jauh untuk suatu tujuan

Jarak merupakan salah satu hambatan yang dihadapi dalam berkendara dengan menggunakan
sepeda, misalnya jarak dari rumah ke tempat kerja atau sekolah tidak memungkinkan
menggunakan sepeda. Hal ini bisa dicarikan solusinya yaitu dengan menyediakan
perpindahan moda angkutanyang lebih baik serta pengadaan tempat parkir khusus sepeda
yang aman di tempat-tempat moda angkutan.
2.

Faktor gengsi

Faktor gengsi juga sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam memilih moda
transportasinya. Berkembang pula pandangan yang sangat mempengaruhi prilaku masyarakat
bahwa bersepeda identik dengan kemiskinan sehingga hanya orang-orang miskinlah yang
bersepeda. Banyak orang mengannggap bila ke kantor dengan bersepeda nantinya akan
berkeringat dan nantinya membuat penampilan kita tidak nyaman, serta sebagian oarng
mengannggap bersepeda hanya untuk orang dengan tingkat ekonomi yang rendah padahal
pendangan itu salah justru dengan bersepeda selain mengurangi polusi juga membuat kita
lebih sehat.
3.

Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan dan motivasi diri sangat berpengaruh dalam memilih moda transportasi
seperti berjalan kaki maupun angkutan massal. Untuk itu perlu kiranya sedini mungkin
diberikan pendidikan tentang kelebihan atau kebaikan menggunakan sepeda atau berjalan
kaki
Di China dan Belanda sebagian besar masyarakatnya pergi bekerja menggunakan sepeda,
bahkan di China dan Belanda terdapat jalur khusus untuk sepeda sehingga lebih aman untuk
bersepeda. Di Belanda terdapat tempat penyewaan sepeda dan penitipan sepeda yang aman
dan murah.
Di Indonesia perlu diterapkan dan disosialisasikan tentang berkendara dengan menggunakan
sepeda. Hal yang perlu di perhatikan untuk menerapkan kegiatan bersepeda di Indonesia
yaitu dibutuhkan jalur khusus untuk sepeda, karena perencanaan jalur lintas sepeda di dalam
kota hendaknya bisa memenuhi kriteria atau persyaratan keselamatan atau keamanan
pengendara dan juga kenyamanan berkendara. Bersepeda di dalam kota harus aman dan
nyaman.
Hal yang harus diperhatikan dalam Perencanaan jalur sepeda di Indonesia (Firdaus, 2009) :
4.
Penetapan titik sumber asal sepeda (seperti permukiman) penentuan titik tujuan (seperti
sekolah, pasar, perkantoran, pusat hiburan, pertokoan, pusat sarana olahraga, pusat pelayanan
sosial, pusat pemerintahan dan lain-lain.

5.
Penilaian topografi kawasan dimana lintas akan dibangun serta hambatan lain, seperti
sungai, saluran irigasi dan sebagainya.
6.
Hubungan atau jaringan antar wilayah, guna pengintegrasian jaringan sepeda di kota.
Jalur sepeda paling tidak bisa mengikuti jalan-jalan dengan aktivitas ekonomi,ataupun untuk
tujuan pekerjaan.
Hambatan pembuatan jalur sepeda di Indonesia terdapat tiga klasifikasi (Firdaus, 2009):
1.

Hambatan yang tidak bisa diatasi (jalan tol, gunung dan bukit yang tinggi)

2.

Hambatan yang berat, seperti jalan dengan kepadatan tinggi akan kendaraan bermotor

3.
Halangan biasa, seperti tanjakan melebihi 10% (sebaiknya untuk sepeda <4%). Namun
demikian saat ini dengan perkembangan teknologi sepeda, masalah tanjakan ini sebagian bisa
diatasi dengan lebih mudah.
Di Indonesia penerapan untuk bersepeda tidak semudah yang kita bayangkan, kurangnya
kesadaran masyarakat, kurangya pemahaman masyarakat akan pentingnya bersepeda
merupakan salah satu hambatan untuk di terapkannya bersepeda di Indonesia.
3.9.2

Transportasi Massal (Mass Rapid Transit)

Kemacetan yang melanda kota-kota besar di Indonesia khususnya di Kota Jakarta disebabkan
oleh perkembangan wilayah dibidang ekonomi. Mass Rapid Transit (MRT) merupakan salah
satu solusi yang digunakan untuk mewujudkan transportasi yang berkelanjutan di Indonesia.
Menturut Wright (2002:2) Mass Rapid Transit juga disebut sebagai angkutan umu adalah
layanan transportasi penumpang biasannya dengan jangkauan lokal, yang tersediabegi
siapapun yang membayar ongkos yang telah ditentukan. Angkutan ini biasanya beroperasi
pada jalur khusus tetap atau jalur umum potensial yang terpisah dan digunakan secara
eksklusif, sesuai jadwal yang ditetapkan dengan rute atau lini yang didesai dengan perhentian
tertentu, walaupun Mass Rapid Transit terkadang juga beroperasi dalam lalu lintas yang
beragam. Contoh Mass Rapid Transit antara lain Bus Rapid Transit, heavy rail transit, dan
light rail transit.

Light Rail Transit

Light Rail Transit (LRT) adalah sistem jalur kereta listrik metropolitan yang
dikarakteristikkan atas kemampuannya menjalankan gerbongatau kereta pendek satu per satu
sepanjang jalur-jalur khusus eksklusif pada lahan bertinhkat, struktur menggantung, subway,
atau biasannya di jalan, serta menaikkan dan menurunkan penumpang pada lintasan atau
tempat parkir mobil (TCRP, 1998). Sistem LRT mencakup pula jalur-jalur trem seringkali
beropersi tanpa jalur khusus ekslusif dalam lalu lintas campuran.

Bus Rapid Transit

Menurut Wright (2002:2) Bus Rapid Transit adalah satu bentuk angkutan berorientasi
pelanggan dan mengkombinasikan stasiun, kendaraan, perencanaan dan elemen-elemen
sistemtransportasi pintar ke dalam sebuah sistem yang terpadudan memiliki satu identitas
unik.
Ciri-ciri Bus Rapid Transit termasuk koridor busway pada jalur terpisah, sejajar atau
dipisahkan secara bertingkat dan teknologi bus yang di modernisai. Sistem BRT meliputi
sebagai berikut:
a.

Manaikkan dan menurunkkan penumpang secara cepat

b.

Penarikan ongkos yang efisien

c.

Halte dan stasiu yang nyaman

d.

Teknologi bus bersih

e.

Integrasi moda

f.

Identitas pemasaran modern

g.

Layanan pelanggan yag sangat baik

Sementara itu, sistem bus rapid transit selalu mancakup beberapa bentuk jalur khusus
eksklusif untuk bus-bus. Jalur bus merupakan jalan raya atau jalan yang di khususkan
terutama untuk bus-bus, baik sepanjang hari maupun selama periode tertentu, bisa digunakan
oleh kendaraan lain dalam kondisi tertentu.
Keistimewaan Utama Mass Rapid Transit (MRT)
a.

Penggunaan lahan

Pertimbangan-pertimbangan efesiensi lahan yang serupa diterapkan pada seluruh moda Mass
Rapid Transit, walaupun pada prakteknya hanya berkembang sebagai isu kebijakan yang
mempertimbangkan bus-bus dan beberapa versi LRT karena sistem kereta benar-benar sudah
dipisahkan dari kendaraan lain. Seringkali BRT dan LRT mencakup pengalokasian ulang
lahan jalan yang ada untuk moda-moda yang lebih efisien, sementara Metro biasannya benarbenar terpisah tingkatannya dan tak memiliki dampak terhadap kapasitas jalan.
b.

Kecepatan dan kapasitas penumpang

Seluruh bentuk Mass Rapid Transit beroperasi dengan kecepatan dan kapasitas penumpang
yang ralatif tinggi, dan persyaratan mendasar sebuah Mass Rapid Transit dalam satu kota
berkembang adalah bahwa ia dapat membawa sejumlah besar penumpang, dengan cepat,
c.

Integrasi

Seluruh sistem Mass Rapid Transit memrlukan tempat berganti kendaraan dengan
elemen0elemen sistem transportasi umum lain dan integrasi dengan moda-moda sistem
transportasi lain seperti mengendarai mobil, berjalan kaki dan bersepeda.

d.

Tingkat pelayanan

Dibandingkan dengan jenis yang berbasis jalan tak terpisah seperti bus, taksi sistem Mass
Rapid Transit biasannya menawarkan layanan paling unggul. Keunggulan nyata lainnya,
seperti:

Terminal dan interchange

Kebersihan

Citra pemasaran modern

Informasi penumpang

Pengendali suhu

Integrasi moda

Integrasi dengan atraksi perjalanan utama

3.9.2.1 Penerapan Mass Rapid Transit (MRT) di Indonesia


Transportasi massal adlah salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada di
Indonesia khususnya di kota-kota besar di Indonesia seperti Kota Jakarta. Transportasi massal
ini merupakan transportasi yang seringa digunkan oleh masyarakat umum yang biasannya
disebut dengan kendaraan umum seperti angkot, bis kota, kereta listrik, dan sebagainya.
Transportasi massal jika diterapkan di Indonesia khusnya di kota-kota besar yang mengalami
masalah transportasi dapat mengurangi polusi uadara, lapangan kerja meningkat, mengurangi
kemacetan, dan yang paling penting adalah memperluas lahan baik untuk penghijauan
maupun untuk permukiman.
Di Indonesia jika penerapan transportasi massal benar-benar dikondisikan, maka akan
menciptakan sebuah lingkungan yang kondusif. Dengan adanya transportasi massal pelebaran
jalan kurang diperlukan sehingga dapat memperluas lahan dan dapat dijadikan permukiman.
Jadi daripada membuat pelebaran jalan yang ujung-ujungnya dapat mempersempit lahan yang
ada. Kesemrawutan kota, lalu lintas dan juga berbagai persoalan semacam polusi yang setiap
saat selalu terjadi itu tidak lain adalah dari kesadaran dari masing-masing pihak dalam hal ini
adalah masyarakat. Beberapa faktor penghambat dalam menerapkan transportasi massal di
Indonesia, yaitu:
1.
Masyarakat merasa gengsi untuk menggunakan transportasi umum. Hal ini dapat dilihat
ketika masyarakat kebih memeilih membeli mobil yang mewah padahal tempat kerja mereka
sebenarnya jauh lebih cepat jika dibandingkan angkutan umum. Sedangkan yang lebih baik
adalah mereka mengendarai sepeda ke tempat kerja sebagaimana program Bike to Work .
namun ada baiknya juga adalah hendaknya masyarakat sadar akan kegunaan dari transportasi
masssal tersebut bukan hanya untuk sekedar gengsi, tetapi juga untuk menyelamatkan bumi
kita dan tata kota yang ada agar tidak semerawut.

2.
Kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap angkutan umum yang ada ttersebut. Ini
merupakan faktor yang sangat mendasar. Pemerintah ingin agar tidak terjadi kemacetan dan
ingin menggerakkkan dan menyadarkan masyarakat untuk menggunakan angkutan umum
namun pemerintah sendiri tidak perhatian terhadap masalah yang serius ini. Bis-bis kota yang
menimbulkan emisi yang asapnya menyebabkan polusi udara sementara ini pemerintah
belum mengatasi hal tersebut. Jika tinfrastruktur dari transportasi itu sendiri di perbaiki serta
angkutan umum juga di perbaiki baik itu dari segi kendaraannya maupun dari segi
infrastrukturnya serta kesadaran masyarakat yang tinngi maka akan banyak masyarakat yang
beralih menggunakan angkutan umum.
3.
Meniadakan penambahan atau pelebaran jalan, seperti membuat jalan tol ataupun
semacamnya. Jika membuat jalan tol baru ataupun jalan layang hal tersebut tidak akan
mengatasi kemacetan yang selama ini terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Seharusnya
yang harus diperbaiki adalah bertambanya mobilitas yang ada di jalan raya. Kendaraan
pribadi yang begitu banyak, infrastruktur dinas perhubungan yang masih harus diperbaiki.
Dengan dibukannya jalan baru ataupun pelebaran jalan hal tersebut hanya dapat
mengakibatkan bertambahnnya msalah-masalah yang ada selama ini menjadi lebih besar.
Sebab dengan memperlebar jalan ataupun membuat jalan-jalan baru dapat mengakibatkan
bertambahnya polusi, itu pasti akan menambah kemacetan.
4.
Perlunya kampanye lingkungan sehat, agar masyarakat sadar betapa pentingnya
lingkungan yang asri bagi kita semua. Polusi dan berbagai hal yang membuat mereka
memahami bahwasannya isu pemanasan global itu juga akibat kurang sadarnya pemahaman
masyarakat terhadap kebersihan.
3.10
3.10.1

Critical Review Studi Kasus


Busway Bogota jauh lebih baik dari Jakarta[3]

Bogota salah salah satu negara yang berhasil menerapkan kosep transportasi berkelanjutan
(sustainable Transportasi) yaitu dengan membuat angkutan umum berupa bus yang disebut
dengan transmilenio (Bus Rapid Transit). Pemerintah Bogota telah berhasil mendatangkan
keuntungan yang cukup besar serta dapat mengatasi permasalahan yang ada di Bogota itu
sendiri. Transmilineo yang sangat efektif di terapkan di Bogota ini memiliki banyak
keuntungan, keuntungan-kentungannya yaitu:
1.
Kapasitas untuk mengangkut penumpang lebih banyak sebab bentuk trasmilineo yang
cukup panjang
2.
Biaya perjalanan dengan menggunakan trasmilineo lebih murah dibandingkan dengan
lainnya
3.
Biaya pengadaan trasmilineo ini lebih murah dibandingkan dengan kereta api terutama
kereta api bawah tanah
4.
Mengurangi kesenjangan sosial, karena pengguna kendaraan pribadi lambat laun akan
semakin berkurang sebab mereka yang menggunakan kendaraan pribadi akan merasa terusik

dengan adanya transmilineo dan akhirnya mereka yang menggunakan kendaraan pribadi akan
berpindah menggunakan transmilineo.
Konsep transportasi yang diterapkan di Bogota ini juga sudah diterapkan di Indonesia yaitu
busway. Namun penerapan busway di Indonesia ini kurang mendatangkan keuntungan seperti
di Negara Bogota, di Bogota dengan adanya transmilineo mendatangkan keuntungan yang
besar sedangkan di Indonesia belum menunjukkan perubahan mapun keuntungan yang
sigifikan. Hal tersebut dikarenakan di Bogota ketika transmilineo mulai beropersi masyarakat
Bogota antusias untuk menggunakan transmilineo ini sedangkan di Indonesia ketika busway
mulai beroperasi masyarakat Indonesia kurang minat untuk menggunakannya.
3.10.2 Transportasi di Seoul
Kota mega Seoul, dengan jumlah penduduk dan luas area yang hampir sama dengan jakarta
mampu mengatasi masalah transportasi yang ada di negara tersebut. Untuk mengatasi
permasalahan jumlah perjalanan sebesar 30 juta per hari, pemerintah Kota Seoul terus
membangun jalan, overpass, underpass, dan jalan layang bebas hambatan di dalam kota
hingga mencapai 8.000 km. Upaya tersebut tidak membuahkan hasil yang ada tingkat polusi
kota pun meningkat dan kesehatan masyarakat cemnderung menurun.
Gambar 3.1: Sungai Cheong Gye Chong
Wali Kota Lee Myung Bak mengatasi masalah transportasi dengan mengurangi jumlah jalan
yang ada di tengah kota serta mengubahnya menjadi sungai. Hal yang dilakukan yaitu juga
menutup salah satu simpang jalan terbesar dan mengubahnya menjadi ruang terbuka hijau,
meruntuhkkan fly over, dan mengurangi jumlah tempat parkir. Pada saat yang bersamaan
subway dan bus ditingkatkan kualitasnya.
Tindakan ini memaksa para pengendara kendaraan pribadi untuk berpindah ke
angkutan umum di tangah kota. Sebagai akibat dari tindakan ini pengendara bus naik 10
persen lebih banyak dibandingkan sebelumnya, indikator lingkungan seperti kebisingan
udara, kebisingan heat island (suhu daratan), dan kualitas air, juga mulai membaik.
Penerapan di Indonesia
Konsep ini sangat mungkin diterapkan di Indonesia, terutama bagi kota-kota baru. Rancangan
tersebut di tujukan bagi kotadengan populasi satu juta jiwa, dengan kondisi Indonesia seperti
sekarang ini yang memiliki ruang terbuka hijau yang sangat minim sekali konsep tersebut
perlu diterapkan di Indonesia. Namun terdapat beberapa hambatan diantarannya jalan-jalan
yang ada di Indonesia relatif sempit jadi untuk membangun ruang terbuka hijau dengan
tujuan untuk mengurangi pengendara kendaraan pribadi dengan langkah melakukan
penyempitan tehadap jalan yang sudah ada itu merupakan hal yang sulit untuk dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

Aini. 2010. Sustainable Transportation. http://ainiplanologi.blogspot.com/2010/05/sutainabletransportation-transportasi.html (diakses 14 November 2010)


Beela
S.
2007.
Changing
definition
of
(www.enhr2007rotterdam.nl) (diakses 16 November 2010)

sustainable

transportation.

Lumru.
2009.
Transportasi
Ramah
Lingkungan.
http://feybelumuru.blogspot.com/2009/05/sistem-transportasi-ramah-lingkungan.html
(diakses 14 November 2010)
Marbun. 1979. Kota Indonesia Masa Depan dan Prospek. Jakarta: Erlangga

Morlok, E. K, 1984. Pengantar Teknik dan Perencanan Transportasi. Jakarta : Erlangga


Nasution, M. Nur, 2003, Manajemen Transportasi, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pardo. F. 2006. Meningkatkan Kesadarn Masyarakat Akan Transprtasi Perkotaan
Berkelanjutan. Modul 1e Transportasi Berkelanjutan. Germany
Pardo. F. 2006. Kendaraan Berbahan Bakar Gas. Modul 1e Transportasi Berkelanjutan.
Germany
Sukarto. 2006. Pemilihan Model Transportasi Di Dki Jakarta Dengan Analisis Kebijakan.
Jurnal Teknik Sipil. Vol 3. No 1. Banten: Universitas Pelita Harapan

Sukarto. 2006. Pemilihan Model Transportasi Di Dki Jakarta Dengan Analisis Kebijakan.
Jurnal Teknik Sipil. Vol 3. No 1. Banten: Universitas Pelita Harapan

Wright, et al. 2002. Opsi angkutan Masal. Modul 3a Transportasi Perkotaan Berkelanjutan.
Germany (diakses 16 November 2010)
Wales. 2010. Manajemen Lalu Lintas Danprinsip Transportasi Yang Berkelanjutan.
http://id.wikibooks.org/wiki/Manajemen_lalu_lintas/Prinsip_transportasi_yang_berkelanjutan
Undang-Udang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan.
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1993 Tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan
Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2005 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara

[1] http://jurnalsipiluph.files.wordpress.com/2006/12/vol313.pdf
[2]http://bulletin.penataanruang.net/upload/data_artikel/TopikLainGreenTransportedited1.160
509.pdf
[3] http://kaskusnews.us/2010/05/15/busway-bogota-jauh-lebih-baik-dari-jakarta/

Anda mungkin juga menyukai