LAPORAN KASUS
Meningoecephalocele Interparietal
Pembimbing : dr.Mirna Sobana.SpBS., MKes
Penyaji : dr.Andry P. Sinurat
Abstrak
Cranial bifida merupaka defek fusi yang terjadi pada tulang cranium, terjadi
seringnya pada garis tengah tubuh dan paling sering terjadi pada daerah oksipital
(Amerika dan Eropa - 2012) serta daerah frontal (Asia 2012). Jika terjadi herniasi
ekstrakranial berupa meningen dan LCS dari defek tulang maka disebut Meningokel.
Jika yang herniasi meningen dan jaringan otak disebut ensefalokel.
A. Pendahuluan
Ensefalokel terjadi karena ekstensi struktur intrakranial keluar dari tengkorak.
Satu dari 5 kasus pada myelomeningokel pada spinal. Klasifikasi yang digunakan
menurut Suwanwela dan Suwanwela (1972) yaitu :
1. Oksipital : Sering melibatkan struktur vaskular
2. Cranial Vault : kejadian 80% dari dari total kejadian ensefalokel (di dunia
barat)
a. Interfrontal
b. Anterior Fontanella
c. Interparietal : sering melibatkan struktur vaskular
d. Temporal
e. Fontanella Posterior
3. Fronto-Ethmoidal (Syncipital) : 15% dari total kejadian ensefalokel, terbuka
kearah wajah dengan pembagian ke-3 region :
a. Nasofrontal : defek eksterna berada di nasion
b. Naso-Ethmoidal : defek diantara tulang nasal dan kartilago nasal
c. Naso-Orbital : defek di bagian anterior-inferior dari dinding orbital
medial
4. Basal : 1,5% dari total kejadian ensefalokel
a. Transethmoidal : Protrusi kedalam rongga nasal melewati defek di
fossa cribiform
b. Sphenoethmoidal : Protrusi kedalam rongga nasal posterior
c. Transsphenoidal : Protrusi
kedalam rongga sinus sphenoid atau
nasofaring melewati kanal kraniofaringeal (foramen cecum)
1
C. Embriologi
Pada stadium dini pembentukan susunan saraf di bagian tengah lempeng
neural terbentuk celah neural yang kemudian membentuk pipa neural (neural tube).
Neural tube inilah yang dikemudian hari berkembang menjadi jaringan otak dan
medula spinalis. Proses penutupan Neural tube berlangsung selama minggu ke-4
perkembangan embrio (24 hari untuk neuroporus anterior dan 25 hari untuk
neuroporus posterior). Gangguan pada proses ini menyebabkan defek neural tube
yang digolongkan sebagai disrafism cranial dan spinal.
D. Etiologi
Hingga saat ini penyebab pasti meningoensefalokel tidak diketahui secara
pasti. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa faktor lingkingan ikut berperan
2
dalam menyebabkan kondisi ini. Pajanan aflatoksin (toksin hasil dari jenis jamur
pada kacang-kacangan dan biji-bijian) selama kehamilan diduga merupakan salah
satu penyebab pada beberapa kasus, namun mekanismenya tidak diketahui
secara jelas. Beberapa penelitian lain mengatakan bahwa keadaan defisiensi
asam folat selama masa kehamilan sebagai salah satu faktor penyebab karena
terjadinya
meningoensefalokel
berkaitan
erat
dengan
spina
bifida
yang
faktor
yang
menentukan
prognosis
pasien
dengan
meningoensefalokel yaitu lokasi defek, ukuran kantong, isi jaringan yang keluar,
adanya hydrosefalus, adanya infeksi seperti meningitis dan adanya kelainan
kongenital lain yang menyertai.
3
H. Kasus
Kasus I
Anak laki-laki usia 4 bulan datang ke RSHS dengan keluhan benjolan di
puncak kepala yang dikatakan oleh orangtua sudah ada sejak pasien lahir.
Awalnya sebesar bola tenis yang kemudian semakin lama semakin membesar
hingga sekarang sebesar buah melon. Benjolan juga terlihat lebih tegang dan
mengkilat ketika anak menangis. Bayi lahir dari ibu P3A0, cukup bulan, lahir
dirumah ditolong dukun beranak, spontan pervaginam, langsung menangis dan
berat badan saat lahir 2.800 gram.
sistem
sistem
vaskular
ventrikel
serta
ke
kemungkinan
kantong
massa
ekstrakranial.
ditolong bidan, lahir spontan pervaginam, langsung menangis dan berat badan
lahir 3.200 gram.
Meningoencephalocel
sedangkan
pada
sering
interparietal
terjadi
termasuk
di
lokasi
jarang.
anterior
dan
oksipital
Meningoensefalokel
di
J. Kesimpulan
Meningoencephalocele Interparietal merupakan kasus jarang. Pemeriksaan
CT Scan merupakan standar yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis dan
mendeteksi kelainan kongenital lainnya.
Dalam menentukan rencana strategi menangani meningoencephalocele
interparietal, yang menjadi dasar pemikiran untuk mengambil keputusan adalah
ukuran, isi dari kantung meningen, patensi dari aliran LCS dan status neurologis
serta kelainan kongenital lainnya. Follow up pasca operasi secara reguler untuk
menilai terjadinya hydrocephalus atau defisit neurologis.