Anda di halaman 1dari 27

Pelatih Asli Surabaya, Bonek

Harus Punya Kartu Anggota


By emosijiwaku.com 22/08/2016

Foto: Jpnn.com

Peran pelatih sangat penting untuk menjaga performa permainan klub. Untuk itu, saya punya
usul Persebaya mencari pelatih asli orang surabaya yang pasti sangat mencintai Persebaya.
Dengan demikian, loyalitas dan totalitasnya akan sangat di butuhkan bagi tim dan bukan dari
kalangan politik
Untuk pemain, usahakan dari pemain Pemain Persebaya U19 atau U21. Jangan kebanyakan
pemain asing karena dana yang besar belum tentu membawa kemenangan yang besar pula.
Jika Persebaya bisa juara tanpa pemain asing akan lebih mengharumkan nama Surabaya
sekaligus negara karena kita mampu membuktikan kalau Indonesia juga bisa.
Dan untuk Bonek, tolong bentuk korlap/ketua di setiap daerah. Bonek harus mempunyai kartu
anggota di setiap daerah. Tujuannya untuk mengantisipasi kerusuhan Bonek. Karena setahu
saya yang rusuh kebanyakan Bonek tanpa kartu anggota. Bisa juga suporter lain yang
mengatasnamakan Bonek.
Jika memang yang rusuh memiliki kartu anggota maka ketua dari wilayah tersebut harus
mengatasinya dan menindak dengan tegas. Untuk para ketua juga harus memiliki data lengkap
anggotanya. Misal harus mencantumkan nama, nama panggilan, alamat, bahkan nama ibu
kandung. Agar mudah dalam pencarian jika ada sesuatu yang tidak diinginkan. Agar semua
bisa terorganisir dengan baik dengan dasar yang utama adalah cinta Persebaya.

Analisis Finansial Stadion GBT


sebagai Pendapatan Persebaya
By emosijiwaku.com 24/08/2016

Stadion GBT. (Foto: Tribunnews.com)

Kebangkitan Persebaya Surabaya membangkitkan euforia seluruh pendukung klub


berjuluk Bajol Ijo ini. Antusiasme bonek (suporter fanatik Persebaya) yang tinggi dalam
menyambut musim kompetisi 2017 dapat dijadikan salah satu sumber pendapatan klub. Biaya
operasional rata-rata klub Indonesia yaitu antara Rp 24-30 Miliar per musim (ISL) tentu saja
harus diimbangi dengan pendapatan klub yang digunakan untuk menutup biaya operasional
tersebut. Klub Persebaya Surabaya sudah memiliki modal bagus yaitu fanatisme yang tinggi
dari Bonek.

Analisis finansial yang dilakukan dilandasi oleh beberapa asumsi di mana harga tiket ekonomi
sebesar Rp25.000, Very Important Person (VIP) sebesar Rp100.000, dan Very Very Important
Person (VVIP) sebesar Rp150.000 dan diasumsikan naik sebesar 16 persen tiap dua tahun
karena pengaruh inflasi. Kapasitas yang diasumsikan digunakan yaitu sebesar 50.000 tempat
duduk (lihat Tabel 1).
Tabel 1 Asumsi Pendapatan

Catatan: 1) Pada musim pertama terdapat 8 laga kandang (5 babak reguler dan 3 babak 8
besar. Hal ini mengacu pada jumlah peserta grup yang diberlakukan pada kompetisi ISC B
2016; 2) Musim kedua sampai seterusnya diasumsikan Persebaya bermain di ISL dengan
menggelar 17 pertandingan kandang; 3) Tarif tiket dan jumlah penonton yaitu tarif tiket dan
jumlah penonton per satu pertandingan; 4) Tidak termasuk pertandingan Pra-Musim; 5)
Seluruh pertandingan Persebaya selama periode tinjauan (20 tahun) dilakukan di Stadion GBT.

Asumsi biaya yang dikeluarkan untuk tiap pertandingan yaitu Sewa Stadion sebesar Rp90 juta,
Keamanan dan Kebersihan sebesar Rp 20 juta, Cetak tiket sebesar Rp15 juta, dan Promosi
pertandingan sebesar Rp10 juta dan diasumsikan naik sebesar 16 persen tiap dua tahun
karena pengaruh inflasi (lihat Tabel 2).
Tabel 2 Asumsi Biaya

Catatan: 1) Pada musim pertama terdapat 8 laga kandang (5 babak reguler dan 3 babak 8
besar. Hal ini mengacu pada jumlah peserta grup yang diberlakukan pada kompetisi ISC B
2016; 2) Musim kedua sampai seterusnya diasumsikan Persebaya bermain di ISL dengan
menggelar 17 pertandingan kandang; 3) Tarif tiket dan jumlah penonton yaitu tarif tiket dan
jumlah penonton per satu pertandingan; 4) Tidak termasuk pertandingan Pra-Musim; 5)
Seluruh pertandingan Persebaya selama periode tinjauan (20 tahun) dilakukan di Stadion GBT.

BACA: Tujuh Kiat Agar Persebaya Hebat

Hasil perhitungan menunjukkan pada 2017 Persebaya memperoleh keuntungan


bersih sebesar Rp 10,92 Miliar dan diproyeksikan terus naik hingga 2036 yaitu sebesar Rp
63,78 Miliar. Nett Present Value (NPV) dari analisis finansial pengelolaan Stadion Gelora Bung
Tomo (GBT) selama masa tinjauan 20 tahun yaitu sebesar Rp 341,73 Miliar. Hasil perhitungan
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Perhitungan

Sumber: Hasil Perhitungan, 2016.


Catatan: 1) Seluruh penonton masuk menggunakan tiket/ tidak ada jebolan; 2) NPV
merupakan keuntungan bersih proyek yang diukur menggunakan nilai saat ini (tidak
memasukan unsur inflasi).
Catatan Penutup
1. Pendapatan yang diperoleh dari tiket masuk stadion sebesar Rp 10,92 Miliar pada
2017 dan Rp 23,20 Miliar pada 2018 dapat menunjang sebagian besar biaya
opersional klub Persebaya.
2. Investor yang mengelola Persebaya mendapat keuntungan yang besar jika dilihat
dari aspek finansial. Pendapatan yang dihitung belum termasuk pendapatan lain
seperti sponsor, hak siar televisi, dan penjualan merchandise
3. Keberlangsungan liga harus konsisten, hal ini berdampak pada kemudahan dalam
pengaturan jadwal penyewaan stadion. Selain itu, bonek sebagai pendukung
Persebaya diharapkan untuk kooperatif dengan membeli tiket resmi dan tidak
mengharapkan jebolan demi keberlangsungan klub Persebaya.

Sinergi Klub Internal, Investor,


dan Bonek
By emosijiwaku.com -

22/08/2016

Foto: synergyinmedia.com

Di saat Persebaya memulai awal kebangkitan, yang harus dilakukan saat ini adalah
memperkuat sisi manajerial untuk pembinaan usia muda. Andaikan saya berada di manajemen
PT Persebaya Indonesia (PI), saya akan mengalihkan 30 persen saham ke pihak lain. Misalnya
25 persen ke pihak investor, dan 5 persen ke suporter Persebaya (Bonek), sehingga komposisi
saham nantinya adalah:

1. Koperasi Surya Abadi (KSA) 70 persen saham.


2. Investor 25 persen,
3. Suporter Persebaya (Bonek) 5 persen.
Pihak KSA
Sebagai pemegang mayoritas saham, KSA bertindak sebagai pengendali atas nama merek
Persebaya secara keseluruhan khususnya untuk pembinaan usia muda (usia 20 th).
Pihak Investor
Bertindak sebagai pengendali Persebaya dalam mengikuti kompetisi resmi PSSI baik senior
maupun U21.
Pihak Suporter (Bonek)
Diharuskan mendirikan sebuah Badan Hukum dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT) yang
bergerak di bidang jasa Event Organizer (EO) khususnya di bidang pertunjukan, sehingga
nantinya bila Persebaya bertanding sebagi tuan rumah bisa diurus sama Arek Bonek sebagai
EO (lumayan buat pemasukan suporter).
Khusus bagi Pihak Investor harus bersedia untuk memajukan persebaya, dalam hal sebagai
berikut:
1. Pihak Investor harus memberikan modal dana setiap tahunnya kepada KSA (20 klub
internal) untuk menggelar kompetisi berjenjang usia muda (usia 20 th).
2. Paling lambat 3 tahun, pihak investor diharuskan membangun mess pemain
persebaya beserta tempat latihan yang lebih modern. Untuk Mes Eri Irianto
(Karanggayam) nantinya bisa digunakan untuk mes pemain Persebaya U21.

3. Dalam jangka waktu 5 tahun, pihak investor harus membangun sekolah pendidikan
sepakbola seperti Ragunan atau misal pendidikan sepakbola milik Aji Santoso
(ASIFA).

BACA: Persebaya Harus Bebas dari Orang-Orang Parpol

Apabila semua kesepakatan tersebut sudah terlaksana, maka untuk 5 tahun kedepan, PT PI
dapat membukan cabang di daerah-daerah untuk mencari bibit-bibit pesepakbola muda yang
dapat dibina melalui sekolah pendidikan sepak bola Persebaya.
Dengan adanya pembinaan usia muda yang berjenjang, diharapkan lahir Andik VermansyahAndik Vermansyah baru yang dapat meningkatkan prestasi maupun pendapatan klub. Lebih
baik mundur 5 langkah untuk maju 10 langkah. Lebih baik 5 tahun nir gelar tapi setelahnya
kita (Persebaya) bisa terbang tinggi menaklukkan sepak bola Indonesia dan Asia dengan
pemain-pemain muda yang berbakat melalui satu kesatuan sinergi KSA (20 Klub Internal),
Investor, dan Suporter (Bonek).
*) Agustinus Herry (ahe*****@gmail.com)

Perbaiki Hubungan SuporterManajemen, Belajar Profesional


ke Liga Thailand
By emosijiwaku.com 22/08/2016

Stadion milik Buriram United. Bayangkan seandainya Persebaya mempunyai stadion sendiri.
(Foto: espnfc.com)

Persebaya memiliki prestasi yang tidak main-main dalam ranah persepakbolaan Indonesia.
Mulai dari juara liga hingga memiliki basis suporter yang dapat dikatakan sangat militan dalam
mendukung tim kesayangan. Persebaya dikenal dengan suporter yang memang Bondo Nekat
dalam mendukung tim kesayangannya.

Seperti yang baru-baru ini terjadi ketika suporter Persebaya atau yang lebih dikenal dengan
nama Bonek melakukan aksi Gruduk Jakarta guna memperjuangkan tim kesayangan mereka
yang tidak diakui oleh PSSI. Walau pada akhirnya mereka hanya sampai di Stadion Tugu, aksi
tersebut sudah menggambarkan Suporter Persebaya memang bukan suporter biasa.
Keunggulan dalam basis pendukung merupakan anugrah bagi manajemen yang menaungi
sebuah klub profesional. Mengapa demikian? Penonton adalah bagian penting dalam
pemasukan klub guna menyeimbangkan neraca pemasukan dan pengeluaran tim.
Salah satu kelemahan tim-tim profesional di Indonesia adalah mereka tidak memiliki aset
secara fisik atau dengan kata lain mereka hanya memilki pemain saja. Hal tersebut membuat
para investor seringkali enggan mengakuisisi sebuah tim profesional di Indonesia. Karena
mereka hanya membeli sebuah nama. Tidak ada bentuk fisik yang terakuisisi.
Seperti misalnya kita mengakuisisi tim A, investor akan berpikir ulang untuk menuntaskan
akuisisi karena mereka hanya membeli sebuah klub, tanpa stadion (karena stadion di
Indonesia banyak dimilki pihak pemerintah), dan tanpa struktur tim yang kuat karena
kebanyakan tim di Indonesia hanya mengkotrak pemain untuk 1 tahun saja.
Terlepas dari itu, Persebaya sebenarnya sudah memiliki satu poin untuk dapat menggaet para
investor untuk mengucurkan uang mereka demi majunya sebuah klub. Persebaya punya basis
suporter hebat. Poin itu sangat seksi bagi investor. Karena dengan banyaknya pendukung
berarti banyak yang tahu. Banyak yang tahu berarti terkenal. Dan terkenal merupakan salah
satu tujuan sponsor untuk mempromosikan produk mereka melalui Persebaya. Persebaya
butuh investor yang berpikiran jangka panjang untuk klub. Persebaya butuh investor yang
memiliki passion dalam sepak bola.
Andai saya yang diberi mandat untuk memimpin manajemen, yang saya lakukan adalah
merestrukturisasi internal manajemen. Saya akan mencari orang yang punya passion dalam
bisnis dan sepak bola. Orang dengan pandangan tersebut sangat baik untuk kemajuan sebuah
klub. Yang kedua saya akan melakukan studi banding bersama manajemen ke Thailand guna
belajar tata cara pengelolaan klub yang independen dan benar-benar profesional.

BACA: Sinergi Klub Internal, Investor, dan Bonek

Mengapa Liga Thailand? Karena tim profesional Thailand benar-benar dapat dijadikan contoh
untuk sebuah klub profesional. Saya ambilkan contoh Buriram United (BU). Mereka adalah
klub yang mempunyai stadion sendiri, memiliki fasilitas latihan sendiri, mempunyai bangunan
untuk pemain dan manajemen sendiri, dan memiliki bus atau armada sendiri. Mereka juga
sangat bagus dalam pengelolaan keuangan hingga mereka dapat memilki semua aset itu.
BU merupakan salah satu klub yang bisa dikatakan hampir sempurna untuk dijadikan contoh
sebuah klub yang belajar menjadi profesional. Namun, BU memiliki satu poin yang tidak
mereka miliki, Suporter. Mereka tidak memiliki basis suporter yang baik. Sedangkan kita?
Sangat punya. Tinggal akhirnya kejelian manajemenlah yang akhirnya dapat menentukan arah
sebuah klub.
Kita bisa memulai dengan membangun fasilitas latihan sendiri, mengontrak pemain jangka
panjang, mengembangkan pembibitan pemain muda, memiliki armada klub, memiliki struktur
yang baik dalam pengelolaan tiket pertandingan, hingga akhirnya memiliki stadion.
Sebuah langkah yang tidak mudah memang, tapi bukan hal yang mustahil untuk dilakukan tim
dengan sejuta prestasi, Persebaya. Ubah perspektif suporter yang tadinya suka tidak membeli
tiket menjadi suporter yang memiliki andil dalam perkembangan klub. Bonek harus menjadi
suporter yang semakin dewasa, dan berakhir dengan stabilitas klub yang baik. Jika dua pihak,
suporter dan manajemen, tersebut dapat memperbaiki diri dengan baik, dapat saya pastikan
Persebaya akan menjadi Jaya kembali. Dalam jangka panjang.
Sebuah harapan dari salah satu dari sekian banyak orang yang merindukan Persebaya untuk
dapat bangkit dan menjadi klub bukan sembarang klub.
*) Aldi Dio Afrada (aldidi*******@gmail.com)

Sebagai Bonek, saya mendambakan klub yang saya cintai ini bisa menjadi klub hebat dan
disegani. Untuk itu, saya mempunyai tujuh kiat agar Persebaya menjadi klub yang hebat. Apa
saja?
1. Bentuk tim manajemen yang kreatif dan loyal terhadap Persebaya. Salah satu
tugasnya adalah mencari sponsor.
2. Bentuk tim yg akan berkompetisi di liga. Untuk menghemat biaya bisa mengambil
pemain muda berbakat.
3. Buat sebuah komitmen dan kesadaran diri setiap bonek untuk selalu membeli tiket
setiap laga homePersebaya. Masukan dana dari tiket ini akan memberikan efek
besar bagi keuangan Persebaya.
4. Sebagian dari penjualan merchandise disisihkan untuk finansial klub.
5. Segala bentuk pengelolaan keuangan klub disajikan secara transparan.
6. Selalu libatkan perwakilan bonek dalam segala hal.
7. Hidupkan kembali kompetisi internal Persebaya.
Demikian tujuh cara yang saya yakin jika diterapkan akan membuat Persebaya menjadi hebat
kembali.
*) Bhayu Irawan (bhayu******@gmail.com)

Antara JDT dan Persebaya, Uang


Bisa Membeli Kesuksesan, Tapi
Tak Bisa Membeli Tradisi
By Jakarta Casual 20/08/2016

Tak diragukan lagi saat ini menjadi waktu yang menyenangkan menjadi pendukung Johor
Darul Tazim (JDT). Klub asal Malaysia yang juga kandidat favorit juara Liga Super untuk tiga
musim berturut-turut, menjuarai Piala FA, kini lolos ke babak selanjutnya di grup Piala AFC
yang mereka menangkan tahun lalu. Mereka bahkan memperbesar peluang mereka di Piala
Malaysia setelah mengalahkan PDRM akhir pekan lalu dengan skor 4-1 di Stadion Larkin.
Kemenangan 4-0 atas lawan yang sama di stadion yang sama semakin mendekatkan sang
juara bertahan meraih gelar. Namun seperti biasanya, pemilik klub yang juga putra mahkota
negara bagian Johor, mengkritik pendukung klub di website klub. Kritikan ditujukan karena
hanya kurang dari 8.000 penonton menyaksikan pertandingan. Di sebuah wawancara, sang
pangeran kecewa dengan jumlah penonton saat melawan PDRM. Dia bahkan telah berada
dalam tahap di mana dia menunjukkan untuk tidak akan terlibat di klub karena mempunya
agenda lain.
Saya sangat kecewa dengan penonton yang hadir di stadion. Karena ketika pertama kali
membangun klub ini pada 2003 lalu, saya melihat banyak potensi dan mendapatkan banyak
penghasilan untuk klub. Namun, saat melihat semangat pendukungnya saya sangat kecewa. Ketika
mengumumkan pembangunan stadion berkapasitas 35.000, orang bertanya mengapa hanya
35.000. Kapasitas harusnya diperbesar. Tadi malam, penonton yang hadir bahkan tidak mencapai
7.000.
Ini bukan kejadian pertama kali. Saya menyadarinya sejak awal musim dan juga tahun lalu. Kepada
siapa saja yang tidak menerima apa yang saya lakukan, ini adalah masalahmu, namun jika kamu
menginginkan klubmu maju dan unggul, kamu harus memainkan peranmu sebagai pendukung.
Jangan hanya menunggu pertandingan melawan klub-klub besar. Mengenai sistem tiket online, kami
berada di tahap akhir dalam menerapkan sistem yang memudahkan masalah semua orang. Setelah
diimplementasikan, jika penonton masih rendah, saya hanya akan membangun stadion berkapasitas
10.000!
Untuk saat ini, saya tidak yakin berapa lama saya akan mengurusi sepak bola. Karena saya juga
punya banyak agenda. Tapi saya akan lihat nanti. Untuk saat ini, api masih membakar dalam diri

saya. Tetapi biarkan saya melihat situasi setelah banyak visi dan misi yang akan saya
implementasikan untuk negara yang saya cintai.
Seperti yang telah saya tulis sebelumnya, JDT menjadi lebih besar dibanding Malaysia dan
menarik minat kerajaan untuk turun ke dalam klub. Pablo Aimar mungkin menarik
pemberitaan utama media dan pendukung dengan bintang di mata mereka, namun kerja nyata
di klub telah hilang di balik layar dan tidak terpantau radar dengan fasilitas dan infrastruktur
tanpa nominal di Malaysia. Mereka, seperti klub Muang Thong United dan mungkin Buriram
United, adalah salah satu dari sedikit klub yang bisa digambarkan sebagai klub profesional.
Menariknya, kelahiran Buriram United dimungkinkan karena usaha dan kantong pribadi satu
orang.
JDT dan Buriram United mempunyai akar di klub lain (Johor FA dan Johor FC, PEA dan
Buriram FC) namun sejauh ini pendukungnya menganggap mereka klub baru. Mereka hadir
karena kekayaan dan keglamoran pemilik mereka yang kaya, seperti menduplikasi gaya
Chelsea/Manchester City di negaranya. Mereka menemukan sepak bola saat ada uang
mengalir.

Dalam sebuah pertandingan JDT beberapa


tahun yang lalu, seorang pendukung memberitahu saya dengan bangga kami adalah
pendukung sejati klub saat kami berdiskusi dalam perjalanan ke KL untuk sebuah

pertandingan away. Dia memang suporter fanatik, dan terbiasa dengan itu, tapi dia hanya
datang ke pertandingan saat putra mahkota terlibat. Dia adalah pendukung sepak bola tapi
keberadaan klub lokal tidak menarik baginya dan ribuan orang sepertinya. Dia melihat sepak
bola layaknya di layar TV dan dia ingin menjadi bagian dari sesuatu yang mirip dengan itu.
Siapa yang bisa menyalahkannya? Saya telah berada di Stadion Larkin sebelum pihak kerajaan
menambahkan ramuannya dan itu sangat tidak indah (lihat gambar). Dan bandingkan dengan
video pendek dari 2014 ini!

BACA: Persebaya di Antara Gegap Gempita HUT Surabaya ke-723

Pendukung JDT hanya tahu kesuksesan. Mereka hanya ada di beberapa musim dan tidak tahu
apa arti kegagalan. Mereka tidak tahu bagaimana rasanya lepas dari jeratan degradasi ke kasta
ketiga Liga FAM di pertandingan terakhir di musim saat away ke Sungai Ara atau bermain dari
musim ke musim sebagai tim medioker dan finish di papan tengah. Meski tiket tim dibuat
menarik, seperti yang kita lihat di Selangor musim ini, tak banyak fans yang tertarik. Mereka
tetap tak beranjak. Seperti Dez Corkhill tulis di tulisannya tentang kultur sepak bola Malaysia
is football in Malaysia truly the peoples game? Dia menyatakan tidak, mengutip rendahnya
budaya akar rumput di daerah-daerah lain yang kurang terhadap sepak bola Malaysia.
JDT bisa sukses dan pantas juara karena kerja keras di dalam dan di luar lapangan. Namun hal
itu sangat mudah membuat pendukungnya bosan. Siapa yang ingat arogansi pendukung
Manchester United dan Chelsea saat mereka memenangkan semuanya dan siapa yang bisa
mengatakan dari dalam hati jika mereka tidak menikmati pesta di schadenfreude musim lalu?
Saya tidak menyarankan dalam satu menit pendukung JDT menjadi arogan; semua pendukung
berkembang secara beruntun setelah memenangkan beberapa pertandingan, ini adalah
bagian menarik dari pertandingan dan kesempatan melupakan keberadaan kita yang
membosankan dengan pekerjaan kita yang menyebalkan dan liburan murah bagi penderitaan
orang.
Sementara pendukung JDT menjadi sedikit nyaman dengan ide memenangkan trofi sebagai
hak mereka, ratusan mil ke tenggara di mana sebuah klub sepak bola tetap hidup dalam hati

para pendukungnya. Persebaya, berdiri tahun 1927, berada di kota terbesar kedua di
Indonesia, Surabaya, telah menghilang dalam peta persaingan sepak bola dalam beberapa
tahun akibat permainan politik para petinggi dengan pendukungnya.
Pendukung Persebaya menyaksikan bagaimana nama mereka dirampas oleh pihak luar, nama
suporter mereka dirampas oleh pihak luar dan klub mereka mengalami kejatuhan. Namun
mereka tetap setia memakai logo klub mereka dengan kebanggaan dan gairah yang dimiliki
semua klub sepak bola di seluruh dunia.
Beberapa bulan lalu, 35.000 pendukungnya membuat laga legenda di Stadion 10 Nopember
dibatalkan di pertengahan babak setelah mereka berhamburan ke tengah lapangan menemui
legenda mereka. 3.000 orang pergi ke Jakarta untuk memprotes Kongres PSSI dan tidur di
stadion kosong, agar klub mereka muncul kembali dan dimiliki masyarakat. Dan hari ini?
Sebuah laga Persebaya U16 melawan klub sekolah lokal ditunda sebelum dimainkan karena
ribuan suporter memenuhi lapangan. Semua mengenakan logo klub yang mereka cintai.
Beberapa mengestimasi 10.000 yang hadir. Untuk sebuah tim di bawah 16 tahun!
Pendukung Persebaya atau Bonek tidak haus kesuksesan. Mereka haus akan sepak bola
selama keberadaan JDT. Mereka mempunyai legenda. Pemain seperti Andik Vermansyah, Mat
Halil, Anang Maaruf, Mursyid Effendi, Yusuf Ekodono. Mereka mempunyai kisah
kepahlawanan saat ribuan pergi menggunakan kereta ke Bandung, dalam gerbong, di atas
atap. Pendukung Persebaya mempunyai setiap hal yang pendukung JDT tidak punya. Namun
pendukung JDT punya segala sesuatu yang pendukung Persebaya tidak. Seandainya
seseorang, di mana pun tempatnya, bisa menggabungkan di antara keduanya
*) Jakarta Casual adalah blogger/penulis berkebangsaan Inggris yang sering menulis tentang
sepakbola Asia. Tulisan-tulisannya bisa dibaca di blog dengan alamat jakartacasual.blogspot.co.id.
Tulisan ini adalah versi terjemahan dari tulisan berjudul Money Can Buy Success, It Cant Buy
Tradition yang dimuat di blognya.

Persebaya Harus Jadi Klub


Profesional Sejati
By emosijiwaku.com 20/08/2016

Sebagai Bonek yang ikut dalam memperjuangkan Persebaya sejak 2010 lalu, tentu juga saya
ikut larut dalam kegembiraan. Kebenaran yang kita perjuangkan selama ini berada pada titik
terang kemenangan dan keabsahan nama Persebaya dalam kancah sepakbola nasional.

Kita sudah melewati masa-masa sulit dengan mengusung Persebaya. Setelah Persebaya
mendapatkan haknya kembali pada Kongres Oktober nanti, kita akan melewati masa depan
yang harusnya menjadi tolok ukur kesuksesan dan kejayaan Persebaya.
Bagi saya, Persebaya harus dipegang oleh orang-orang yang kompeten membawa nama besar
Persebaya. Orang itu harus berasal dari mereka yang paham industri olahraga dan segala
tetek bengeknya. Orang itu harus bisa merangkul semua elemen Persebaya seperti investor,
manajemen, klub internal, pelatih, pemain, dan juga suporter.
Dan paling penting, Persebaya jangan lagi dipegang oleh orang-orang partai politik. Karena
kami muak dengan sistem politik praktis yang diusung kader-kader parpol. Orang-orang itu
hanya memanfaatkan Persebaya hanya untuk kendaraan politik mereka.
Persebaya di masa depan harus benar-benar menjadi klub sepakbola profesional. Bukan
hanya embel-embel Perseroan Terbatas (PT) di depannya namun harus benar-benar menjadi
layaknya perusahaan profesional.
Banyak contoh klub profesional di luar negeri yang mereka bisa hidup dari dana sponsor, tiket,
bahkan official merchandise yang dijual klub.
Intinya, saya hanya ingin masa depan Persebaya benar-benar menjadi klub raksasa yang
profesional dengan daya tarik minat sponsor, investor, dan disegani baik kawan maupun
lawan.
Semoga Persebaya kembali berjaya seperti era-era sebelumnya. Salam satu nyali! Wani!
*) Ricky Chandra B (thy****@gmail.com)

Andai Aku Pelatih atau Investor


Persebaya

By emosijiwaku.com 18/08/2016

Foto: afcoimbra.com

Persebaya adalah klub yang aku puja. Aku ingin Persebaya bisa segera bangkit. Jika
manajemen memilihku sebagai pelatih atau tiba-tiba aku kejatuhan duit ratusan miliar
sehingga aku bisa jadi investor Persebaya, ini yang akan aku lakukan.
Andai aku pelatih:

1. Memanggil kembali mayoritas pemain yang terakhir membela Persebaya di IPL,


termasuk Andik Vermansyah, Mat Halil, Mohamad Taufiq.
2. Lima persen dari starting eleven Persebaya nantinya akan ada satu atau dua pemain
muda yang diambil dari kompetisi internal Persebaya.
Andai aku Investor Persebaya:
1. Pemain akan dikontrak minimal dua tahun atau lebih. Karena pemain adalah aset
klub. Apabila aset itu bagus, otomatis harganya akan melambung.
2. Mewajibkan pemain mempunyai akun sosial media dengan memakai foto profil
dengan jersey klub yang memperlihatkan sponsor yang menempel di dada pemain.
Alasannya, karena secara tidak langsung, pemain tersebut ikut mempromosikan
Persebaya beserta sponsor yang ada di jersey.
3. Membuka penjualan tiket terusan dengan bonus merchandise original yang
menarik bagi pembelinya.
4. Memberikan slot 10 persen saham kepada Bonek agar Bonek juiga merasa memiliki
Persebaya.
Wes iku dulu min mungkin impianku gawe Persebaya. Salam Satu Nyali! Wani!
*) Achmad Ronald (achmadr******@gmail.com)

Tiga Skenario Hidupkan


Persebaya
By Arif Afandi -

08/08/2016

Foto: tribunnews.com

Bonek, suporter loyal Persebaya, telah sukses menekan PSSI membahas keanggotaan klub
kebanggaan arek Surabaya. Pengadilan Niaga Surabaya juga memenangkan PT Persebaya
Indonesia (PI) sebagai pemegang merek sah Persebaya.
Lantas apa yang harus dilakukan setelah mendapat sukses beruntun dalam waktu hampir
bersamaan? Hanya satu jawabannya: membentuk tim yang kuat. Tim yang siap berlaga dalam

kompetisi maupun turnamen. Tanpa tim, Persebaya tetap tinggal nama. Tidak akan ada artinya
perjuangan bonek selama ini.
Tapi siapa yang berkewajiban membentuk tim? Tentu bukan Bonek. Bonek hanyalah suporter.
Ia bukan pemilik klub. Hanya fans berat. Bonek tidak bisa membentuk tim karena bukan
pemilik klub Persebaya. Ia bukan pemegang saham. Juga bukan badan hukum.
Menurut saya, ada tiga skenario untuk menghidupkan Persebaya yang mati suri. Apa itu?
1. Manajemen PT PI segera membentuk tim
Pihak yang paling bertanggungjawab membentuk tim adalah manajemen PT PI. Dalam hal ini
Saleh Ismail Mukadar dan Cholid Goromah. Merekalah pemilik sekaligus manajemen PT PI.
Meski menurut pengakuan, mereka hanya pemegang atas nama saham milik klub anggota
Persebaya.
Tapi mungkinkah manajemen mampu membuat tim? Kalau lihat performance-nya selama ini,
jauh dari panggang api. Sampai saat ini, manajemen belum mampu membayar utang gaji
pemain. Konon, total utang mereka sekitar Rp 9 Miliar. Perusahaan punya utang itu biasa.
Sepanjang ia punya aset. Nah PT PI tak punya aset. Satu-satunya aset hanyalah merek
Persebaya.
Mampukah dengan hanya memiliki aset berupa merek, mereka membentuk tim? Tampaknya
sulit untuk berharap banyak. Kalau PT PI tak bisa diharapkan, lantas siapa yang bisa bikin tim?
2. Pihak ketiga membeli saham PT PI
Skenario kedua berharap ada pihak ketiga yang membeli saham PT PI. Tentu pemilik baru
harus melunasi utang-utangnya. Juga membeli saham sesuai dengan keinginan pemilik PT PI.
Nah, dengan hanya memiliki aset merek, masihkah ada pihak ketiga yg tertarik membeli
Persebaya? Apalagi, merek sebagai satu-satunya aset itu sebetulnya tak layak menjadi hak PT
PI. Sebab, merek Persebaya bukan bikinan PT PI. Merek itu sudah ada jauh sblm PT itu ada.

Merek itu sebetulnya milik publik bola Surabaya. Namun, kini secara hukum sudah menjadi
milik mereka. Merek itu bisa dikuasai publik lagi kalau digugat secara class action dan menang.
Tentu ini butuh waktu. Karena itu, kurang pas juga kalau merek itu dijual mahal oleh pemilik
PT PI sekarang. Sebab mereka menjual barang milik publik.
Lalu berapa harga wajar saham PT PI? Hitungan kasarnya, valuasi/nilai merek Persebaya saat
ini dikurangi utang perusahaan. Misalnya, jika merek Persebaya dinilai Rp 50 Miliar terus
dikurangi utang Rp 9 Miliar, maka harga jualnya Rp 41 miliar. Kalau saham PT Persebaya bisa
dijual dengan harga tersebut, siapa yang untung? Pemegang saham sekarang.

BACA: Perwakilan Persebaya Sudah di Lokasi KLB PSSI

Persoalannya siapa yg mau membeli perusahaan tanpa aset? Rasanya hanya orang yang betulbetul gila bola. Itu pun jika nilai jualnya masuk akal. Ibaratnya kita menunggu orang gila yang
ingin buang sial dengan membelanjakan uangnya dalam jumlah besar. Sebab, jika nilai jualnya
Rp 50 Miliar, maka investor baru harus menyediakan dana Rp 100 M. Rp 50 M untuk bentuk
tim dan operasional setahun. Sungguh jumlah yg tidak sedikit.
Jika skenario 1 dan 2 tidak berjalan, lalu apa yg bisa dilakukan?
3. Persebaya kembali ke khittah
Mengembalikan kepemilikan Persebaya kepada pemilik asli. Siapa pemilik asli Persebaya?
Klub anggota Persebaya. Yakni klub-klub amatir yang mendirikan Persebaya. Sayangnya klub
anggota itu sekarang terpecah. Mereka tercerai berai menjadi dua kelompok. Maka, tantangan
pertama adalah mempersatukan klub anggota Persebaya. Maukah mereka?
Barangkali kawan-kawan Bonek bisa mendesak klub anggota tersebut bersatu demi
Persebaya. Demi kebanggaan arek Suroboyo. Setelah mereka bersatu, mereka bisa bikin PT
baru. Dengan demikian, mereka tidak harus dapat warisan utang.

Lalu bagaimana dengan merek Persebaya? Mereka bisa meminta kepada PT PI untuk
menghibahkan. Kalau tidak dihibahkan, klub anggota tidak berhak menggunakan merek itu
secara hukum. Kalau ngotot, bisa digugat setiap saat.
Apakah klub anggota mampu setor saham dan modal untuk PT baru? Memang sulit
diharapkan. Tapi mereka bisa setor pemain. Setiap klub setor dua pemain. Pemain klub itulah
kemudian divaluasi menjadi saham.
Lantas bagaimana operasionalnya? Ini yang perlu pemecahan. Mungkin perlu menjual
sebagian sahamnya. Misalnya: 30 persen, 40 persen, 50 persen, atau 60 persen. Sebaiknya ada
sebagian saham suporter. Syaratnya suporter harus bikin badan hukum. Apa itu koperasi,
yayasan, atau PT. Biar suporter ikut memiliki.
Nah, disinilah, Pemkot Surabaya diharapkan turun tangan. Dia bisa menyewakan stadion
beberapa tahun. Sewa stadion itu dibayar dengan saham. Saham Pemkot tersebut bisa
diatasnamakan BUMD. DPRD hrs setujui setoran modal dalam bentuk sewa stadion itu. Maka
tim baru tersebut akan kembali menjadi milik publik kota Surabaya. Manajemen PT baru
serahkan kepada profesional.
Rasanya tiga skenario itu yang bisa menghidupkan Persebaya dari mati suri. Harus segera
dipilih salah satu. Kalau tidak, maka persoalan Persebaya akan terus mbulet seperti kentut di
ruang tertutup. Bikin sumpek dan bau.
Itulah sumbang saran pikiran saya untuk Persebaya. Untuk masyarakat bola Surabaya. Untuk
kawan-kawan Bonek yang tanpa lelah berjuang. (*)
*) Arif Afandi, Mantan Ketua Umum Persebaya. Tulisan diambil dari kultwit Arif Afandi di akun
Twitternya, @ArifAfandi05.

Anda mungkin juga menyukai