PRE EKLAMSIA
Konsep Teori
1. Definisi
Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan protein
urine yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul dalam triwulan ke-3
kehamilan. Hipertensi biasanya timbul lebih dulu daripada tanda-tanda lain. Umumnya
untuk menegakkan diagnostik pre-eklampsia, kenaikan tekanan siskolik harus 30
mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mmHg
atau lebih. Apabila tekanan diastolik naik hingga 15 mmHg atau lebih atau mencapai 90
mmHg atau lebih, Maka diagnosis hipertensi dapat dibuat. Penentuan TD dilakukan
minimal 2x dengan jarak 6 jam pada keadaan istirahat (Sarwono, 2005).
Preeklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema
atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20 atau kadangkadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan
korialis (Mitayani, 2009)
2. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari kelainan ini, namun
penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya
preeklampsia dan eklampsia. Faktor - faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan
dan gangguan aliran darah ke rahim.
Sedikit teori yang menerangkan mengenai hal itu adalah sebagai berikut :
a) Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan
mola hidatidosa.
b) Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
c) Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
d) Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut,
sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori
tersebut antara lain :
a)
b)
c)
d)
e)
3. Manifestasi Klinik
Dua gejala yang sangat penting diatas pada preklampsia yaitu hipertensi dan
proteinuria yang biasanya tidak di sadari oleh wanita hamil, penyebab dari kedua
masalah diatas adalah sebagai berikut :
1. Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang penting
pada preeklampsia. Tekanan diastolik merupakan tanda prognostik yang lebih andal
dibandingkan dengan tekanan sistolik. Tekanan sistolik sebesar 90 mmHg atau lebih
yang terjadi terus-menerus menunjukkan kedaan abnormal.
2. Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan preklampsia dan
bahkan kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan merupakan tanda pertama
preklampsia pada sebagian wanita. Peningkatan BB normal adalah 0,5 Kg
perminggu. Bila 1 Kg dalam seminggu, maka kemungkinan terjadinya preklampsia
harus dicurigai. Peningkatan berat badan terutama di sebabkan kerena retensi cairan
dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edema yang terlihat jelas seperti
kelopak mata yang bengkak atau jaringan tangan yang membesar.
3. Proteinuria
Pada preklampsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu, positif dua,
atau tidak sama sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat di temukan dan dapat di
capai 10 g/dL. Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan hipertensi
dan kenaikan BB yang berlebihan
Tekanan Darah
TD
Tanda Lain
Pre-Eklamsi
Kenaikan
Ringan
diastolic
15 Protein Urin +1
berjarak
Kenaikan
Sedang
Pre-Eklamsi
TD
systolic
mmHg.
tiap minggu.
Berat
5. Patofisiologi
Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma
darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskular sistemik systemic vascular resistance
(SVR), peningkatan curah jantung, dan penurunan tekanan osmotik koloid. Pada
preeklampsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi
dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal
menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut
3
6. Komplikasi
Bergantung pada derajat preeklamsia yang dialami. Namun, yang termasuk komplikasi
antara lain sebagai berikut :
a. Pada ibu
1. Eklamsia
2. Solusio plasenta
3. Perdarahan subkapsula hepar
4. Kelainan pembekuan darah (DIC)
5. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet count).
6. Ablasio retina
7. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b. Pada janin
1. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
2. Prematur
3. Asfiksia neonatorum
4. Kematian dalam uterus
5. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
Komplikasi eklamsia :
Komplikasi yang dapat timbul saat terjadi serangan kejang adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
Lidah tergigit
Terjadi perlukaan dan fraktur
Gangguan pernafasan
Perdarahan otak
Solutio plasenta dan merangsang persalinan
Preeklamsia
A. Penatalaksanaan Medis
Pre-eklamsi ringan dan sedang
1.
2.
3.
4.
5.
epigastrium.
-
B. Penatalaksanaan Keperawatan
Preeklamsia ringan dan sedang
1. Bisa rawat jalan dengan anjuran untuk banyak istirahat/ tirah baring.
2. Diet rendah garam dan tinggi protein.
3. Pasien preeklamsia ringan yang dilakukan rawat inap, bila penyakit
membaik dapat dilakukan rawat jalan; sedangkan jika penyakit menetap atau
memburuk, kehamilan dapat diakhiri pada usia kehamilan 37 minggu.
Preeklamsia Berat (PEB)
a. Perawatan konservatif (usia kehamilan <36 minggu) :
1. Tirah baring.
2. Diet rendah garam dan tinggi protein (diet preeklamsia)
3. Pasang kateter tetap (bila perlu).
b. Perawatan aktif (terminasi kehamilan), yaitu pada keadaan-keadaan di bawah
ini :
1.
2.
3.
4.
5.
Diet
1. Tujuan Diet
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
Syarat Diet
a. Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat makanan diberikan
secara berangsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan .
Penambahan energi tidak lebih dari 300 Kkal dari makanan atau diet
sebelum hamil.
b. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau
air. Penambahan BB diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah 1
Kg/minggu.
c. Protein tinggi (1 2 g/kg berat badan).
d. Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tdk jenuh tunggal dan lemak
e.
f.
g.
h.
3.
a) Diet Preeklampsia I
1. Diberikan kepada pasien dengan preeklampsia berat
2. Makanan diberikan dalam bentuk cair, yg terdiri dari susu dan sari buah
3. Jumlah cairan diberikan paling sedikit 1500 ml sehari per oral dan
kekurangannya diberikan secara parental
4. Makanan ini kurang energi dan zat gizi karena itu hanya diberikan 1 2
hari
b) Diet Preeklampsia II
1. Sebagai makanan perpindahan dari diet preeklampsia I atau kepada
pasien preeklampsia yg penyakitnya tdk begitu besar
2. Makanan berbentuk saring atau lunak.
3. Diberikan sebagai diet rendah garam I
4. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya
c)
8. Prognosis
a. Otak
Dapat terjadi pembengkakan di otak sehingga timbul kejang dengan penurunan
kesadaran yang biasa disebut eklampsia. Dapat juga terjadi pecahnya pembuluh
darah di otak akibat hipertensi.
b. Paru-paru
Bengkak yang terjadi di paru-paru menyebabkan sesak napas hebat dan bisa
berakibat fatal.
c. Jantung
Terdapat payah jantung.
d. Ginjal
Ditemukan adanya gagal ginjal.
e. Mata
10
Bisa terjadi kebutaan akibat penekanan saraf mata yang disebabkan bengkak
maupun lepasnya selaput retina mata. Kebanyakan bersifat sementara. Kendati
demikian, pemulihannya memakan waktu cukup lama.
f. Sistem darah
Terjadi pecahnya sel darah merah dengan penurunan kadar zat pembekuan darah.
g. Akibat pada janin
Janin yang dikandung ibu hamil pengidap preeklampsia akan hidup dalam rahim
dengan nutrisi dan oksigen di bawah normal. Keadaan ini bisa terjadi karena
pembuluh darah yang menyalurkan darah ke plasenta menyempit.
h. Karena buruknya nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat sehingga terjadi bayi
dengan berat lahir yang rendah. Bisa juga janin dilahirkan kurang bulan (prematur),
biru saat dilahirkan (asfiksia), dan sebagainya.Pada kasus preeklampsia yang berat,
janin harus segera dilahirkan jika sudah menunjukkan kegawatan. Ini biasanya
dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu tanpa melihat apakah janin sudah dapat
hidup di luar rahim atau tidak. Tapi, adakalanya keduanya tak bisa ditolong lagi.
i. Kematian ibu
Disebabkan oleh pendarahan otak, kegagalan jantung, paru, kegagalan ginjal,
infeksi, kegagalan hepar, dan lain-lain.
Menimbulkan sianosis, aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru, tekanan
darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak,
lidah dapat tergigit, jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka-luka,
gangguan fungsi ginjal: oligo sampai anuria, pendarahan atau ablasio retina,
gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus.
j. Kematian janin
Disebabkan hipoksia intrauterin dan prematuritas. Asfiksia mendadak, solutio
plasenta, persalinan prematuritas, IUGR (Intra Uterine Growth Retardation),
kematian janin dalam rahim.
Kriteria Eden adalah kriteria untuk menentukan prognosis eklampsia yang terdiri
dari :
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
Bila dijumpai salah satu tanda-tanda yang diatas maka disebut dengan eklampsia
ringan, bila dijumpai 2 atau lebih tergolong berat dan prognosis akan lebih jelek
11
KONSEP ASKEP
1. Pengkajian
1) Identitas umum ibu.
2) Data riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
-
terdahulu.
Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.
Ibu mungkin pernah menderita penyakit gagal kronis.
tenang.
Edema pada ekstremitas.
Tengkuk terasa berat.
Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.
12
: lemah.
Kepala
Mata
Pencernaan abdomen
muntah.
Ekstremitas
jari.
Sistem persyarafan
Genituorinaria
Pemeriksaan janin
melemah.
4) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
-
Urinalisis :
-
).
Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l
).
Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl ).
13
Kardiotografi :
-
otak
- USG : untuk mengetahui keadaan janin
- NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
c) Data sosial ekonomi
Preeklamsi berat lebih banyak terjadi pada wanita dan golongan ekonomi
rendah, karena mereka kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung
protein dan juga kurang melakukan perawatan antenatal yang teratur.
d) Data psikologis
Biasanya ibu preeklamsia ini berada dalam kondisi yang labil mudah marah, ibu
merasa khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan janin dalam kandungannya,
dia takut anaknya nanti lahir cacat atau meninggal dunia, sehingga ia takut
melahirkan.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Kelebihan volume cairan interstisial berhubungan dengan peningkatan reabsorbsi
natrium dan retensi cairan.
2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemi/penurunan aliran balik
vena.
3) Resiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi
darah ke plasenta.
3. Rencana Keperawatan
1) Kelebihan volume cairan interstisial yang berhubungan dengan peningkatan
reabsorbsi natrium dan retensi cairan.
Tujuan : volume cairaan kembali seimbang.
Rencana tindakan :
a) Pantau dan catat intake dan output setiap hari.
Rasional : dengan memantau intake dan output diharapkan dapat diketahui
adanya keseimbanagan cairan dan dapat diramalkan keadaan dan kerusakan
glomerulus.
b) Pantau tanda-tanda vital, catat waktu pengisapan kapiler (capilery refill timeCRT).
Rasional : dengan memantau anda-tanda vital dan pengisian kapiler dapat
dijadikan pedoman untuk penggantian cairan atau menilai repon dari
kardiovaskuler.
c) Memantau atau menimbang berat badan ibu.
14
Rasional : engan memantau berat badan ibu dapat diketahui berat badan yang
merupakan indikator yang tepat untuk menentukan keseimbangan cairan.
d) Observasi keadaan edema.
Rasional : keadaan edema merupakan indikator keadaan cairan dalam tubuh.
e) Berikan diet rendah garam sesuai hasil kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional : diet rendah garam akan mengurangi terjadinya kelebihan cairan.
f) Kaji distensi vena jugularis dan perifer.
Rasional : retensi cairan yang berlebihan bisa dimanifestasikan dengna
pelebaran vena jugularis dan edema perifer.
g) Kaji dengan dokter dalam pemberian diuretik.
Rasional : diuretik dapat meningkatkan filtrasi glumerulus dan menghambat
penyerapan sodium dan air dalam tubulus ginjal.
2) Penurunan curah jantung yang berhubungan dengna hipovolemi/penurunan
aliran balik vena.
Tujuan : agar curah jantung kembali normal.
Rencana tindakan :
a) Pemantauan nadi dan tekanan darah.
Rasional : dengan memantau nadi dan tekanan darah dapat melihat
peningkatan volume plasma, relaksasi vaskuler dengan penurunan tahanan
perifer.
b) Lakukan tirah baring pada ibu dengan posisi miring kiri.
Rasional : meningkatkan aliran balik vena, curah jantung, dan perfusi ginjal.
c) Pemantauan parameter hemodinamik invasif (kolaborasi).
Rasional : memberikan gambaran akurat dari perubahan vaskuler dan volume
cairan. Konstruksi vaskuler yang lama, peningkatan dan hemokonsentrasi,
serta perpindahan cairan menurunkan curah jantung.
d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti hipertensi sesuai
kebutuhan.
Rasional : obat anti hipertensi bekerja secara langsung pada arteriol untuk
meningkatkan
relaksasi
otot
polos
kardiovaskuler
dan
membantu
15
Rasional : dengan miring ke kiri diharapkan vena kava dibagian kanan tidak
tertekan oleh uterus yang membesar, sehingga aliran darah keplasenta menjadi
lancar.
c) Pantau tekanan darah ibu.
Rasional : dengan memantau tekanan darah ibu dapat diketahui keadaan aliran
darah ke plasenta seperti tekanan darah tinggi, aliran darah ke aliran darah ke
plasenta berkurang, sehingga suplai oksigen ke janin berkurang.
d) Memantau bunyi jantung janin.
Rasional : dengan memantau bunyi jantung janin dapat diketahui keadaan
jantung janin lemah atau menurun menandakan suplai oksigen ke plasenta
berkurang, sehingga dapat direncanakan tindakan selanjutnya.
e) Beri obat hipertensi setelah kolaborasi dengan dokter.
Rasional : obat anti hipertensi akan menurunkan tonus arteri dan
menyebabkan penurunan afterload jantung dengan vasodilatasi pembuluh
darah, sehingga tekanan darah turun. Dengan menurunya tekanan darah,
makak aliran darah ke plasenta menjadi adekuat.
4. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan, dimana
perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan menilai sejauh
mana masalah ibu dapat di atasi. Disamping itu, perawat juga memberikan umpan
balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka
dalam hal ini proses peawatan dapat di modifikasi.
Berikut ini evaluasi dari diagnosa diatas :
a) Volume cairaan kembali seimbang.
b) Curah jantung kembali normal.
c) Cedera tidak terjadi pada janin.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif dkk . 2000. Kapita Selekta kedokteran Jilid I Edisi Ketiga . Jakarta : Media
Aesculapius.
Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
16