Anda di halaman 1dari 10

Sosiologi Pembangunan

Tentang
Analisis dengan Teori Modernisasi Klasik
Prancis dan Nasib Petani Sawit Sumbar

Nama

: Vidya Syafitri

Npm

: 14070007

Prodi

: Pendidikan Sosiologi

Sesi/Bp : A/2014

Dosen Pembimbing: Ikhsan Muharma Putra, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah Sosiologi Pembangunan yang
berjudul Analisis Prancis dan Nasib Petani Sawit Sumbar dengan Teori
Modernisasi Klasik. Penyusunan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sosiologi Pembangunan dan disusun dari berbagai referensi mengenai
judul tersebut.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bisa
memotivasi penulis agar bisa lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta dapat membantu
proses kegiatan belajar mengajar. Sekian dari penulis sekiranya ada kesalahan
baik yang di sengaja maupun tidak disengaja kami mohon maaf.

Padang, 4 April 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................i


DAFTAR ISI ..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang..........................................................................1
1.3 Rumusan Masalah ....................................................................1
1.4 Tujuan ......................................................................................2
BAB II
2.1. Analisis tentang Prancis dan Nasib Petani Sawit Sumbar......3
2.2. Kaitan antara analisis dengan Teori Modernisasi Klasik........4
BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan...............................................................................5
B. Saran..........................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................7

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pemerintahan Prancis mememberlakukan progresif untuk ekspor produk
minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) yang masuk kenegara sebesar
EUR 90 perton. Meski nilai pajak lebih rendah dari usulan awal sebesar EUR 300
per ton, tapi pajak ini tetap ditolak oleh pelaku usaha kelapa sawit.
Jika dilihat secara teknis, pasar Prancis tidak terlalu besar, tapi yang
dipermasalahkan dari memberlakukan pajak ekspor CPO. Yang tidak disukai
pelaku bisnis CPO dalam negeri yaitu teriakan Prancis dengan lantang karena
akan mempengaruhi negara Uni Soviet dan jika hal itu terjadi maka akan menjadi
masalah besar bagi pengusaha sawit Indonesia.
Berdasarkan data yang ada, selama ini Prancis hanya menyerap CPO sekitar
400.000 ton. Secara matematis, jumlah ini banyak 10% dari total ekspor CPO
Indonesia ke Uni Eropa yang tiap tahun mencapai 4 juta ton.
Situasi yang yang terjadi di Prancis mencerminkan ketidakadilan dari negara
maju kepada negara berkembang. Padahal selama ini Indonesia tidak telah
berupaya dan berhasil mengembangkan produk kelapa sawit berkelanjutan atau
sustainability palm oil melalui sertifikat Indonesia Sustainability Palm Oil
(ISPO).
Alasan Prancis menerapkan pajak progresif untuk produk sawit
dipertanyakan. Wajar jika para pengusaha Indonesia meminta kisruh ini dibawa ke
World Trade Orgnitazion (WTO), diharapkan WTO mampu bersikap tegas.
Logikanya sederhana, kalau semua negara membatasi produk negara lain lewat
pajak tinggi , maka WTO tak perlu ada lagi.
Berdasarkan data kelapa sawit di Indonesia luas areal perkebunan sawit
cenderung menunjukkan peningkatan. Sumbar sebagai salah satu daerah yang
terlibat secara aktif dalam memproduksi sawit. Petani sawit sangat terpukul
karena harga sawit yang rendah dan ditambah lagi oleh kebijakan Prancis tersebut.
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka makalah ini
diberi judul Prancis dan Nasib Petani Sawit di Sumbar.
1
1.2.Rumusan Masalah
1. Analisislah tentang Prancis dan Nasib Petani Sawit Sumbar?

2. Coba kaitkan analisis tentang Prancis dan Nasib Petani Sawit Sumbar
dengan Teori modernisasi klasik?
1.3.Tujuan penulisan
1. Mengetahui permasalahan Prancis dan Nasib Petani Sawit Sumbar.
2. Mengetahui kaitan antara Prancis dan Nasib Petani Sawit Sumbar dengan
Teori Modernisasi Klasik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Prancis dan Nasib Petani Sawit Sumbar


Pemerintahan Prancis mememberlakukan progresif untuk ekspor produk
minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) yang masuk kenegara sebesar
EUR 90 perton. Meski nilai pajak lebih rendah dari usulan awal sebesar EUR 300
per ton, tapi pajak ini tetap ditolak oleh pelaku usaha kelapa sawit.
Jika dilihat secara teknis, pasar Prancis tidak terlalu besar, tapi yang
dipermasalahkan dari memberlakukan pajak ekspor CPO. Yang tidak disukai
pelaku bisnis CPO dalam negeri yaitu teriakan Prancis dengan lantang karena
akan mempengaruhi negara Uni Soviet dan jika hal itu terjadi maka akan menjadi
masalah besar bagi pengusaha sawit Indonesia.
Berdasarkan data yang ada, selama ini Prancis hanya menyerap CPO sekitar
400.000 ton. Secara matematis, jumlah ini banyak 10% dari total ekspor CPO
Indonesia ke Uni Eropa yang tiap tahun mencapai 4 juta ton.
Situasi yang yang terjadi di Prancis mencerminkan ketidakadilan dari negara
maju kepada negara berkembang. Padahal selama ini Indonesia tidak telah
berupaya dan berhasil mengembangkan produk kelapa sawit berkelanjutan atau
sustainability palm oil melalui sertifikat Indonesia Sustainability Palm Oil(ISPO).
Alasan Prancis menerapkan pajak progresif untuk produk sawit
dipertanyakan. Wajar jika para pengusaha Indonesia meminta kisruh ini dibawa ke
World Trade Orgnitazion (WTO), diharapkan WTO mampu bersikap tegas.
Logikanya sederhana, kalau semua negara membatasi produk negara lain lewat
pajak tinggi , maka WTO tak perlu ada lagi.
Kampanye negatif dilancarkan di pasar ekspor terutama Uni Eropa dengan
tudingan minyak sawit (crude oil palm) asal Indonesia tidak ramah lingkungan
menjadi tantangan berat bagi industru sawit sekarang. Terlepas dari apapun
motifnya, alasan ini akhirnya kemudian melatarbelakangi Prancis untuk
mengenakan pajak progresif CPO dalam negeri. Kebijakan ini rencananya akan
diberlakukan pada tahun 2017 sebesar 300 euro per ton dan terus naik sehingga
pada tahun 2020 menjadi 900n euro per ton. Setelah adanya upaya lobi yang terus
dilakukan Indonesia maka Prancis menurunkan pajak yang semulanya sebesar 300
euro menjadi 90 euro per ton.
3
Berdasarkan data kelapa sawit di Indonesia luas areal perkebunan sawit
cenderung menunjukkan peningkatan naik sekitar 3,27 sampai dengan 1,33%
pertahun. Dan masih diperkirakan terjadi peningkatan pada tahun berikutnya.
Sumbar sebagai salah satu daerah yang terlibat secara aktif dalam memproduksi
sawit. Petani sawit sangat terpukul karena harga sawit yang rendah dan ditambah

lagi oleh kebijakan Prancis tersebut. Karena itu, petani sawit harus memikirkan
langkah-langkah antisipasi untuk tetap menjaga keberlanjutan agar petani sawit
Sumbar makin kompetitif dan mendapatkan harga yang layak.

2.2.Kaitan antara Prancis dan Nasib Petani Sawit Sumbar dengan Teori
Modernisasi Klasik.
Penulis mengambil salah satu teori modernisasi klasik yang dikemukakan
oleh Alex Inkeles dan dikaitkan dengan analisis Prancis dan Nasib Sawit Sumbar.
Yang mana Alex inkeles memusatkan perhatiannya pada dua permasalahan
pokok,yaitu: (1). Apa akibat yang ditimbulkan modernisasi bagi negara dunia
ketiga dan pandangan hidup seseorang, (2) Apakah negara dunia ketiga akan
memiliki sikap hidup yang lebih modern daripada sebelumnya, jika negara trsebut
berinteraksi dengan negara Barat.
Inkeles berpendapat bahwa untuk dapat maju dalam suatu masyarakat
diperlukan manusia modern, yaitu manusia yang mampu mengembangkan sarana
material tersebut supaya menjadi produktif. Menurut Inkeles, manusia modern
memiliki karakteristik sebagai berikut: memiliki sikap hidup untuk menerima halhal yang baru terbuka untuk perubahan; menyatakan pendapat mengenai
lingkungan sendiridan bersikap demokratis; menghargai waktu dan lebih banyak
berorientasi kemasa depan daripada masa lalu; memiliki perencanaan dan
pengorganisasian; percaya diri; perhitungan; menghargai harkat hidup manusia
lain; lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi; dan menjunjung tinggi
tinggi suatu sikap bahwa imbalan yang diterima seseorang dengan prestasinya
dimasyarakat.
Hal yang dijelaskan oleh Alex Inkeles sesuai dan berkaitan dengan
permasalahan Prancis dan Nasib Petani Sawit Sumbar. Dalam analisis tersebut
pengusaha sawit di Indonesia terutama di Sumbar sudah mengembangkan sumber
daya alam sawitnya menjadi Produktif dan usaha yang dilakukan pengusaha
tersebut berorientasi pada masa depan, masyarakat mengikuti perkembangan
IPTEK untuk memproduksi sawit, pengusaha sawit sudah mengekspor hasil
produksinya ke negara maju seperti ke Prancis, dan Uni Eropa. Masyarakat sangat
terbuka dengan hal baru dan selalu mengikut perubahan untuk menjadi lebih baik
4
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Pemerintahan Prancis mememberlakukan progresif untuk ekspor produk
minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) yang masuk kenegara sebesar

EUR 90 perton. Meski nilai pajak lebih rendah dari usulan awal sebesar EUR 300
per ton, tapi pajak ini tetap ditolak oleh pelaku usaha kelapa sawit.
Berdasarkan data kelapa sawit di Indonesia luas areal perkebunan sawit
cenderung menunjukkan peningkatan naik sekitar 3,27 sampai dengan 1,33%
pertahun. Dan masih diperkirakan terjadi peningkatan pada tahun berikutnya.
Sumbar sebagai salah satu daerah yang terlibat secara aktif dalam
memproduksi sawit. Petani sawit sangat terpukul karena harga sawit yang rendah
dan ditambah lagi oleh kebijakan Prancis tersebut. Karena itu, petani sawit harus
memikirkan langkah-langkah antisipasi untuk tetap menjaga keberlanjutan agar
petani sawit Sumbar makin kompetitif dan mendapatkan harga yang layak.
Inkeles berpendapat bahwa untuk dapat maju dalam suatu masyarakat
diperlukan manusia modern, yaitu manusia yang mampu mengembangkan sarana
material tersebut supaya menjadi produktif. Menurut Inkeles, manusia modern
memiliki karakteristik sebagai berikut: memiliki sikap hidup untuk menerima halhal yang baru terbuka untuk perubahan; menyatakan pendapat mengenai
lingkungan sendiridan bersikap demokratis; menghargai waktu dan lebih banyak
berorientasi kemasa depan daripada masa lalu; memiliki perencanaan dan
pengorganisasian; percaya diri; perhitungan; menghargai harkat hidup manusia
lain; lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi; dan menjunjung tinggi
tinggi suatu sikap bahwa imbalan yang diterima seseorang dengan prestasinya
dimasyarakat.
Hal yang dijelaskan oleh Alex Inkeles sesuai dan berkaitan dengan
permasalahan Prancis dan Nasib Petani Sawit Sumbar. Dalam analisis tersebut
pengusaha sawit di Indonesia terutama di Sumbar sudah mengembangkan sumber
daya alam sawitnya menjadi Produktif dan usaha yang dilakukan pengusaha
tersebut berorientasi pada masa depan, masyarakat mengikuti perkembangan
IPTEK untuk memproduksi sawit, pengusaha sawit sudah mengekspor hasil
produksinya ke negara maju seperti ke Prancis, dan Uni Eropa. Masyarakat sangat
terbuka dengan hal baru dan selalu mengikut perubahan untuk menjadi lebih baik.

5
3.2. Saran
Setelah membaca dan mengetahui kaitan antara Prancis dan Nasib Petani
Sawit Sumbar dengan Teori Modernisasi Klasik diharapkan pembaca mampu
mengetahui permasalahan antara Prancis dan Nasib Petani Sumbar dengan
persfektif Sosiologi Pembangunan dan mampu memberi solusi atas permasalah
yang terjadi dilingkungan sekitar.

6
DAFTAR PUSTAKA
1.Martono,Nanang. 2011. Sosiologi perubahan sosial. Jakarta Utara: PT Raja
Grafindo Persada.
2.Sasmita,Ronny P. 2016. Prancis dan Nasib Petani Sawit Sumbar. Padang
ekspress.

Anda mungkin juga menyukai