Anda di halaman 1dari 5

Implementasi Demokrasi di Indonesia

keberhasilan demokrasi
Dalam suatu sistem atau kehidupan demokratis, terkadang kita merasa terbebani
dengan tuntutan untuk bisa hidup secara demokratis, begitupun negara. Menurut
UNESCO (Miriam, 2008, 106) hampir 80% negara di dunia ini memakai nama
demokrasi dalam menjalankan roda kehidupan negaranya. Lantas apa yang
menjadi indikator dari keberhasilan kehidupan demokrasi di tiap-tiap negara?,
dalam latar belakang, Alamond menjelaskan bahwa ada 11 ciri dari suatu bentuk
demokrasi, yang disebut soko guru demokrasi atau pilar-pilar demokrasi, dan itu
adalah yang menjadi indikator bagi kita untuk menilai keberhasilan dari suatu
negara dalam menjalankan demokrasinya.
Soko Guru Demokrasi atau pilarnya Demokrasi merupakan tiang-tiang untuk
membangun suatu tatanan yang demokratis, dimana tiang-tiang atau soko guru
demokrasi tersebut akan menopang berdirinya demokrasi. Inilah yang menjadi
indikator bagi penilaian sejauh mana demokrasi berhasil ditegakkan. Tidak ada
demokrasi jika tiang-tiang atau pilarnya tidak ditegakkan. Menurut Alamund (Sri
Wuryan, 2006: 84-85) soko guru dari demokrasi adalah:
1. Kekuasaan Mayoritas
Demokrasi atau pemerintahan perwakilan rakyat. Rakyat yang memilih langsung
wakilnya dalam pemerintahan. Karena seluruh model demokrasi memakai sistem
pemilihan umum yang dalam pelaksanaannya rakyat berhak memilih langsung
perwakilannya atau partai dalam pemerintahan, maka pemenang pemilihan umum
dapat dikatakan sebagai kekuasaan mayoritas dalam pemerintahan karena telah
dipilih oleh suara mayoritas rakyat dalam pemilihan umum. Kekuasaan mayoritas
sebagai pemerintahan dan kaum minoritas sebagai pengkritik pemerintah yang
dipegang atau di jalankan kaum mayoritas.
Dalam kehidupan bangsa Indonesia, bisa dikatakan bahwa kita baru saja
menerapkan atau mengimplementasikan pilar demokrasi ini ke dalam sistem
pemerintahan. Jika kita lihat sejarah masa lalu, dimana jarang sekali ada
pemilihan umum, dan jika ada pun ada, biasanya mereka bersaing secara tidak
sehat untuk mendapatkan kekuasaan itu.
2. Hak-Hak Minoritas
Jika kita berbicara mengenai hak-hak minoritas dalam sebuah sistem demokrasi,
tentunya sangat banyak orang atau pihak yang merasa dirinya terasingkan atau
dengan kata lain, merasa kurang mendapat perhatian yang lebih dari pihak yang
mendominasi. Akan tetapi, di dalam konteks demokrasi yang hampir secara umum
sudah banyak negara-negara di dunia yang menggunakannya sebagai suatu sistem
pemerintahan yang menurutnya lebih stabil dalam segala aspek yang ada. Namun,
pada kenyataannya secara faktual pihak atau golongan yang lebih sedikit
(minoritas) hanya sedikit mengalami suatu pengakuan dan perhatian yan diperoleh
dari pihak-pihak yang lebih dominan (lebih besar). Sehingga, golongan minoritas

yang kalah hanya memiliki ruang gerak yang terbatas pada hal-hal yang kecil saja.
Kemudian, hal tersebut mau tidak mau harus mau untuk mengikuti setiap aturan
dan kesepakatan yang telah disepakati oleh golongan mayoritas. Dalam hal ini,
Alamund berpendapat bahwa :
Suatu demokrasi yang dianut dan dijalankan oleh banyak negara yang ada,
merupakan suatu cara atau langkah yang diambil oleh negara untuk melindungi
hak-hak yang ada. Sehingga, apabila terjadi suatu kekalahan pada salah satu pihak
(minoritas), diharapkan dapat menerima dan mau mengikuti setiap aturan yang
telah menjadi kesepakatan bersama. (Wuryan, 2006: 87)
3. Kedaulatan Rakyat
Pengertian demokrasi yang sederhana berkembang seiring perkembangan politik
dan ilmu politik sebagaimana dikemukakan oleh Abraham Licoln bahwa
demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Demokrasi memiliki arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya karena
dalam sistem demokrasi ada jaminan bagi masyarakat untuk menentukan sendiri
jalannya organisasi Negara. Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara
memberikan pengertian bahwa rakyat dapat menentukan sendiri apa yang jadi
kehendaknya, termasuk mempengaruhi kebijakan Negara yang menyangkut
kehidupan rakyat. Karena seorang presiden mendapatkan kekuasaanya dari rakyat
jadi yang mempunyai kekuasaan tertinggi adalah rakyat maka dari itu rakyatlah
yang berdaulat. Presiden hanya merupakan pelaksana dari apa yang telah
diputuskan atau dikehemdaki oleh rakyat. Teori kedaulatan rakyat juga diikuti
oleh Immanuel Kant yaitu:
tujuan negara itu adalah untuk menegakkan hukum dan menjamin kebebasan
daripada warga negaranya. Dalam pengertian kebebasan disini adalah kebebasan
dalam batas perundang-undangan, sedangkan undang-undang disini yang berhak
membuat adalah rakyat itu sendiri. Maka dari itu undang-undang adalah
merupakan penjelmaan daripada kemauan atau kehendak rakyat. Jadi rakyatlah
yang mewakili kekuasaan tertinggi atau kedaulatannya. (Soehino, 2005: 161)
4. Pemerintahan berdasarkan persetujuan yang diperintah
Dalam melakukan segala aktivitasya, negara diharuskan meminta persetujuan
terlebih dahulu kepada yang diperintahnya, bisa juga dengan dilibatkannya yang
diperintah dalam membuat suatu kebijaksanaan. Seperti contoh dalam membuat
Undang-Undang, dilibatkanlah para wakil-wakilnya di legislatif. Ataupun dalam
melakukan kegiatan kenegaraan, itu harus mendapatkan persetujuan dari rakyat,
atau wakil-wakil rakyat. Artinya, bahwa di dalam berdemokrasi setiap suatu
keputusan yang diambil oleh pemerintah, sebenarnya memang sudah menjadi
suatu keharusan yang mesti diambil dan dilaksanakan. Hal ini dilakukan,
bertujuan agar antara pemerintah dengan para lembaga-lembaga yang dibentuknya
mengalami suatu kesesuaian yang harmonis dalam menjalankan setiap programprogram yang dicanangkan.
Dengan kata lain, di dalam mengambil sebuah keputusan maupun kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah harus bisa saling berkesinambungan antara satu sama
lain. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Finley:
Tidak ada batas teoritis, dari kekuasaan negara, tidak ada aktivitas, tidak ada

lingkungan mengenai prilaku manusia, yang tidak dapat dicampuri oleh negara
secara sah, asalkan saja setiap keputusan itu diambil menurut yang semestinya,
dengan alasan apapun juga yang dianggap sah oleh majelis . (Robert: 1972: 22)
Dari maksud kutipan yang kami ambil, bahwa setiap pemerintahan yang berkuasa
pasti mempengaruhi dan mencampuri setiap aspek dengan mengikutsertakan atau
melibatkan setiap lembaga-lembaganya, dalam menjalankan suatu program yang
nantinya akan direalisasikan di masyarakat umum.
5. Jaminan Hak Asasi Manusia
Menurut Maurice Cranston dan R. S. Downie (Carol. 1993: 195) Hak Asasi
Manusia adalah hak asasi yang terbatas pada hak sipil dan politik dan tidak
mencakup hak ekonomi dan kesejahteraan. Tetapi Henry Shue dan para teoritis
Inggris (Hamid 2000: 20) berpendapat bahwa apa saja yang dibutuhkan untuk
bersubstensi atau untuk mempertahankan hidup adalah hak asasi paling pokok.
Tentu apabila kita melihat dari definisi hak asasi manusia menurut para pakar
diatas tersebut, ada suatu hal yang sangat kontradiktif dimana Downie
mengatakan bahwa HAM itu hanya hak sipil dan politis saja, sedangkan henry
shue dan teoritis Inggris mengatakan bahwa HAM itu mencakup apa saja yang
dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan kehidupannya.
Hak asasi manusia dalam konsep demokrasi, demokrasi sangat menjunjung tinggi
hak asasi manusia karena rakyat sebagai manusia, rakyat juga yang berkuasa,
maka dalam pelaksanaannya negara harus menjamin hak-hak asasi/dasar yang
dimiliki oleh manusia. Seperti hak untuk hidup, hak memperoleh pendidikan, hak
untuk berbicara, hak untuk beragama, hak untuk memperoleh pekerjaan, hak
untuk terhindar dari rasa takut, dan lain-lain.
Berbicara mengenai Hak Asasi Manusia di Indonesia tentu banyak sekali
pelanggaran atau kejahatan HAM yang terjadi di Indonesia. Terbukti dari semakin
meningkatnya jumlah pelanggaran yang terjadi saat ini, seperti maraknya
pembunuhan, korupsi, dan lain-lain. Ini mengindikasikan bahwa bangsa Indonesia
kurang mengamalkan dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
6. Pembatasan pemerintahan secara konstitusionil
Konstitusi atau undang-undang dasar merupakan kristalisasi dari berbagai
pemikiran politik ketika negara akan didirikan atau ketika konstitusi itu disusun.
Pihak pemerintah menjalankan roda pemerintahan harus berdasarkan konstitusi
yang berlaku dalam Negara tersebut. Pemerintah mempunyai batasan-batasan
dalam menjalankan roda pemerintahan. Sebagaimana konstitusi Indonesia
Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi Negara Indonesia mengatur batasanbatasan dalam menjalankan pemerintahan. Meskipun secara prinsip UUD 1945
menganut demokrasi namun UUD ini tidak membentuk pagar-pagar pengaman
yang kuat untuk membatasi kekuasaan agar
demokrasi bisa terbangun.
7. Nilai- Nilai Toleransi, Pragmatisme, Kerja Sama, dan Mufakat
Dalam melaksanakan konsep demokrasi, manusia diharuskan memiliki nilai-nilai
toleransi yang tinggi dalam mengarungi kehidupan yang beranekaragam ini, dan
juga harus memiliki nilai-nilai pragmatisme atau selaras dengan kenyataan,

mampu bekerjasama dengan baik, dan mencapai sesuatu dengan cara yang
mufakat. Sedikit penjelasan yang diutarakan di atas, merupakan hanya sebagian
kecil saja dari sekian banyak nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Oleh karena
itu, nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, serta mufakat, merupakan
unsur-unsur yang paling mendasar yang harus dimasukan didalamnya.
8. Persamaan didepan Hukum
Didalam kehidupan demokrasi, atau yang sering disebut dengan negara
demokratis, hukum diciptakan oleh rakyat atau perwakilan dari rakyat agar terjadi
ketertiban, dan keamanan dalam kehidupan bernegara. Oleh karena itu hukum
harus dipatuhi oleh setiap warganegara. Dalam hal ini, siapapun dia, atas
keinginan rakyat agar hidupnya menjadi tertib, aman, nyaman, hukum harus
menjadi sesuatu yang paling tinggi dalam masyarakat/warga negara dan tiada
perbedaan dalam penegakkan hukum. Dalam kacamata indonesia saat ini, kita
masih menemukan banyak sekali perbedaan pelayanan hukum dikehidupan
sehari-hari. Seperti contoh pada kasus pencurian 3 bibit kakao atau coklat yang
berujung pada vonis 3 bulan penjara, sedangkan banyak para koruptor seperti
Arthalita dan Aulia Pohan, yang di vonis ringan padahal dia mencuri uang rakyat
bermilyar-milyar. (okezone.com)
Di Indonesia, uang memang masih sangat vokal untuk menyuarakan keputusan
ataupun sesuatu. Banyak sekali contoh yang tidak mengenakkan terkait
penegakkan hukum di Indonesia. Terlebih yang sedang gencar-gencarnya
dibicarakan sekarang yaitu markus yang sedang diburu oleh polisi, yang memang
sangat menyengsarakan dan memalukan proses penegakkan hukum di Indonesia.
9. Proses Hukum yang Wajar
Dalam kehidupan yang demokratis, proses hukum haruslah sewajar dan
menjunjung tinggi nilai-nilai manusiawi. Maksudnya dalam penyelidikan dan
penyidikan sampai dengan selesai suatu perkara, si tersangka harus diperlakukan
secara manusiawi, berlandaskan kepada kemanusiaan. Seperti adanya asas-asas,
contoh ada asas praduga tak bersalah, dan lain-lain. Dalam proses hukum juga
tidak boleh membeda-bedakan background seseorang, apakah dia tukang becak
atau presiden tetapi ketika dalam proses hukum, status dia adalah seorang
tersangka/terdakwa.
Banyak sekali catatan buruk negeri kita terkait dengan cara polisi memecahkan
suatu kasus. Seperti contoh banyak sekali kekerasan dalam penyelidikan yang
membuat si tersangka merasa tidak tahan dengan siksaan yang diberikan oleh
oknum polisi tersebut. Tentu ini menjadi catatan buruk bagi bangsa Indonesia ini
dalam hal penerapan proses hukum yang wajar dan demokratis, sehingga akan
mencoreng martabat para penegak hukum.
10. Pemilihan yang Bebas dan Jujur
Pemilihan umum adalah salah satu tiang dalam mencapai suatu pemerintahan
rakyat atau demokrasi. Apabila dalam pelaksanaannya terdapat kecurangankecurangan, tentu itu akan berdampak negatif terhadap jalannya demokrasi
tersebut. Seperti sabotase suara, dan lain-lain. Pentingnya menjaga agar pemilihan
umum itu berjalan dengan bebas dan jujur dalam artian tidak ada intervensi dari

pihak partai untuk memaksa seseorang yang akan memilih, karena ketika
pemilihan sudah tidak independen, maka pemilihan tersebut sudah sangat kisruh
dan tidak akan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berkualitas.
11. Pluralisme Sosial, Ekonomi, dan Politik
Pluralisme berasal dari kata plural, yang artinya beragam/banyak. Dalam
kehidupan demokrasi, berlandaskan pada hak asasi manusia, diwajarkan
masyarakatnya sangat beranekaragam, baik itu dalam sosial budaya, ekonomi dan
politik. Maka dari itu tidak boleh ada diskriminasi baik itu dalam pemerintahan,
maupun dalam kehidupan bermasyarakat terhadap keberagaman tersebut. Dalam
kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia, nilai-nilai pluralisme ini sudah bisa
dirasakan dan masyarakat pun sudah mengerti dan toleran terhadap perbedaan
yang ada.
Terbukti dahulu pada zaman sukarno, dimana para etnis china dilarang hidup di
bumi pertiwi ini, karena adanya PP no 23 tahun 1964 mengenai larangan etnis
China yang bertempat tinggal di Indonesia (www.kapanlagi.co.id). Padahal
mereka juga adalah manusia yang mempunyai hak hidup yang sama. Tetapi pada
masa Gusdur, PP tersebut di cabut atau tidak diberlakukan kembali, untuk
menghormati hak asasi manusia.
2.2 Penegakkan demokrasi di Indonesia
Apabila kita melihat kepada pembahasan diatas, sangat jelas bahwa Indonesia
belum secara penuh mengamalkan soko guru yang diatas. Dengan banyaknya
pelanggaran dan belum ditegakkannya secara penuh apa yang menjadi pilar
demokrasi tersebut, maka belum pantas jika indonesia disebut sebagai negara
demokratis, mungkin akan lebih pantas apabila Indonesia disebut sebagai negara
yang berjuang menjadi negara yang demokratis.
Memang apabila kita lihat bahwa sampai saat ini belum ada satu negara pun yang
benar-benar menerapkan demokrasi dalam kehidupannya, mereka yang kita
anggap sudah demokratis pun apabila kita tinjau dan telaah kembali, ternyata
hanya sedikit ataupun hanya mendekati negara yang demokratis, sungguh berat
memang suatu konsep negara demokrasi itu, menginginkan suatu konsep yang
benar-benar baik untuk diterapkan berarti menginginkan suatu yang harus secara
benar untuk diperjuangkan.

Anda mungkin juga menyukai