Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
"PROLAPS UTERI"
DI POLI KANDUNGAN
RUMAH SAKIT TENTARA DR SOEPRAOEN MALANG
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS
DI SUSUN OLEH:
ISMAIL RASMIN
201510461011038
Malang,
Juli
2016
Ismail Rasmin
201510461011038
Mengetahui
Pembimbing Institusi
Lahan
Pembimbing
(.....)
(......)
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari tempat yang
biasa oleh karena kelemahan otot atau fascia yang dalam
keadaan normal menyokongnya. Atau turunnya uterus
melalui
jalan
lahir
yang
dapat
menyebabkan
lemahnya
Persalinan
yang
lama
dan
sulit,
meneran
kelemahan-kelemahan
ligamen
yang
tergolong
wanita
tersebut,
dan
lambat
laun
menimbulkan
oleh
kandung
kencing
sehingga
menyebabkan
rektum
ke
depan
dan
menyebabkan
dinding
ke
uteri
dimana
serviks
sangat
berbeda
dan
bersifat
lain
dengan
prolaps
ringan
mempunyai
banyak
dapat
dikosongkan seluruhnya
o Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing
jika batuk dan mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi
retensio urine pada sistokel yang besar sekali
4. Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi
o Obstipasi karena feses berkumpul dalam
retrokel
rongga
F. KOMPLIKASI
Menurut Wiknjosastro
(2007),
komplikasi
yang
dapat
sehingga
dan
uretra
yang
dpat
menimbulkan
stress
incontinence.
5. Infeksi jalan kencing
Adanya retensi air kencing, mudah menimbulkan infeksi.
Sistitis yang terjadi dapat meluas ke atas dan dapat
menyebabkan pielitis dan pielonefritis. Akhirnya hal itu
dapat menyebabkan gagal ginjal.
6. Kesulitan saat partus
Jikaa wanita dengan prolapsus uteri hamil, maka pada
waktu
persalinan
pembukaan,
akan
sehingga
timbul
kemajuan
kesulitan
saat
persalinan
kala
menjadi
terhalang.
7. Kemandulan
Karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus
vagina atau sama sekali keluar dari vagina, tidak mudah
terjadi kehamilan.
8. Haemoroid
Feses yang terkumpul dalam rektokel memudahkan adanya
obstipasi dan memicu timbulnya haemoroid.
9. Inkarserasi usus halus
Usus halus yang masuk ke entrokel dapat terjepit dengan
kemungkinan tidak dapat direposisi lagi. Dalam hal ini
perlu dilakukan laparatomi untuk membebaskan usus yang
terjepit itu.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pelvis lengkap,
termasuk pemeriksaan rektovaginal untuk menilai tonus sfingter.
Alat yang digunakan adalah spekulum Sims atau spekulum
standar
tanpa
bilah
anterior.
Penemuan
fisik
dapat
lebih
Pemeriksaan
komplikasi
yang
serius
ditujukan
untuk
(infeksi,
obstruksi
infeksi
saluran
kemih.
Kultur
getah
serviks
pada
mereka
yang
telah
memiliki
keluhan
dan
ini
tidak
terutama
yang
terjadi
pada
penderita
pasca
Caranya
adalah
di
mana
penderita
disuruh
seolah-olah
sedang
mengeluarkan
air
timbul
prolapsus
kembali.
Prinsip
pemakaian
bagian
posterior.
tersebut
ditempatkan
Kadang-kadang
ke
pemasangan
forniks
vagina
pessarium
dari
vagina.
Untuk
ukurannya
mengetahui
cocok
maka
setelah
penderita
dipasang
disuruh
apakah
batuk
atau
secara
teratur.Pemeriksaan
ulang
sebaiknya
dan
disterilkan
lalu
kemudian
dipasang
sudah
dapat
serta
penderita
membantu
disuruh
tidur
penderita.Apabila
teratur,
maka
dapat
menimbulkan
komplikasi-
vesikovaginalis
atau
fistula
rektovaginalis.
Pengobatan Operatif.
dengan
adanya
prolapsus
sehingga
jika
dilakukan
membuat
uterus
ventrofiksasi
dengan
operasi
cara
atau mengikatkan
c. Histerektomi pervaginam.
Operasi ini tepat untuk dilakukan pada prolapsus uteri dalam
tingkatan yang lebih lanjut dan pada wanita yang telah
menopause.Setelah
uterus
diangkat,
puncak
vagina
atas
pada
ligamentum
infundebulopelvikum,
sangat
berbeda
dan
bersifat
keluhan.
Keluhan-keluhan
yang
hampir
sering
nyeri
panggul
setelah
(Wiknjosastro, 2010:346).
o Riwayat kehamilan
haid
atau
senggama
kelemahan
jaringan
penunjang
uterus
(Wiknjosastro, 2007).
o Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan
menopouse. Persalinan yang lama dan sulit, meneran
sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina
bawah
pad
kala
II,
penatalaksanaan
pengeluaran
gejala-gejala:Miksi
tidak
tidak
dapat
dapat
menahan
uteri
dari
vulva
mengganggu
protrusi
No
1.
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri Akut
Dalam waktu 1 x 24
jam nyeri berkurang
atau
hilang
atau
teradaptasi.
Kriteria hasil :
Secara
subjektif
melaporkan
nyeri
berkurang
atau
dapat
diadaptasi,skala
nyeri 0-1 (0 4).
Dapat
mengidentifikasi
aktivitas
yang
meningkatkan atau
menurunkan nyeri.
Pasien tidak gelisah
Intervensi
Kaji nyeri dengan 1.
pendekatan PQRST.
Kaji
faktor
yang
meningkatkan
dan
menurunkan respons
2.
nyeri
Jelaskan dan bantu
pasien
dengan
tindakan
pereda
nyeri
non 3.
farmakologi
dan
noninvasif
Atur posisi fisiologis 4.
dan
imobilisasi
eksremitas
yang
mengalami selulitis.
5.
Manejemen
lingkungan
:
lingkungan
tenang
dan
batasi
pengunjung
Ajarkan
teknik
distraksi pada saat 6.
nyeri.
-Kolaborasi dengan
dokter,
pemberian
Rasional
Menjadi
parameter
dasar
untuk
mengetahui sejauh mana intervensi yang
diperlukan
dan
sebagai
evaluasi
keberhasilan dari intervensi manajemen
nyeri keperawatan.
Pendekatan
dengan
menggunakan
relaksasi dan non farmakologi lainnya
telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
Posisi fisiologis akan meningkatkan
asupan O2 ke jaringan yang mengalami
peradangan subkutan.
Lingkungan tenang akan menurunkan
stimulus nyeri eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu peningkatan
kondisi O2.
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan
stimulus
internal
dan
mekanisme peningkatan produkdi endofin
dan enkefalin yang dapat memblok
reseptor nyeri untuk tidak dikirim kan ke
korteks serebri sehingga menurunkan
persepsi nyeri.
Analgetik
memblok
lintasan
nyeri
sehingga nyeri akan berkurang.
2.
Kecemasan
Tujuan :
Dalam waktu 1 x 24
jam kecemasan pasien
berkurang.
Kriteria hasil :
Pasien
mengatakan
kecemasan berkurang
mengenal
perasaannya,
dapat
mengidentifikasi
penyebab atau faktor
yang
memengaruhinya,
kooperatif
terhadap
tindakan, dan wajah
rileks.
analgetik
Kaji tanda verbal dan
nonverbal kecemasan,
dampingi pasien
dan
lakukan tindakan bila
menunjukkan perilaku
merusak.
Hindari konfrontasi.
Beri
dukungan
psikologis.
Bina hubungan saling
percaya.
Berikan
kesempatan
kepada pasien untuk
mengungkapkan
ansietasnya.
Berikan privasi untuk
pasien
dan
orang
terdekat.
- Kolaborasi : Berikan
anti
cemas
sesuai
indikasi, contohnya :
diazepam.
1. Reaksi
verbal
/
nonverbal
dapat
menunjukkan rasa agitasi, marah dan
gelisah.
2. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa
marah, menurunkan kerja sama, dan
mungkin memperkambat penyembuhan.
3. Mereka
harus
didorong
untuk
mengekspresikan
perasaan
terhadap
seseorang yang mereka percayai untuk
mendengarkan keprihatinan mereka dan
selalu siap untuk memberikan perawatan
yang terampil, serta penuh kehangatan
merupakan intervensi yang penting
untuk mengurangi ansietas.
4. Dapat
menghilangkan
ketegangan
terhadap
kekhawatiran
yang
tidak
diekspresikan.
5. Memberikan
waktu
untuk
mengekspresikan, menghilangkan cemas
dan perilaku adaptasi. Adanya keluarga
dan teman-teman yang dipilih pasien
melayani aktivitas dan penglihatan
(misalnya : membaca) akan menurunkan
perasaan terisolasi.
6. Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
kecemasan.