Anda di halaman 1dari 6

RingkasanKaji

an
UNICEF INDONESIA

OKTOBER 2012

Gizi Ibu & Anak

Isu-isu penting

Untuk mengatasi masalah gizi, khususnya anak


pendek, diperlukan aksi lintas sektoral. Asupan
asalah gizi, khususnya anak pendek,makanan yang tidak memadai dan penyakit - yang
menghambat perkembangan anak merupakan penyebab langsung masalah gizi ibu
muda, dengan dampak negatif yang dan anak - adalah karena praktek pemberian makan
akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya.
bayi dan anak yang tidak tepat dan, penyakit dan
Studi menunjukkan bahwa anak pendek sangat infeksi yang berulang terjadi, perilaku kebersihan
berhubungan dengan prestasi pendidikan yang buruk,
dan pengasuhan yang buruk. Pada gilirannya,
lama pendidikan yang menurun dan pendapatan semua ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti
yang rendah sebagai orang dewasa. Anak-anak kurangnya pendidikan dan pengetahuan pengasuh
pendek menghadapi kemungkinan yang lebih besar
anak, penggunaan air yang tidak bersih, lingkungan
untuk tumbuh menjadi orang dewasa yang kurang
yang tidak sehat, keterbatasan akses ke pangan dan
berpendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih rentan
pendapatan yang rendah.
terhadap penyakit tidak menular. Oleh karena itu,
anak pendek merupakan prediktor buruknya kualitas
Anak-anak merupakan penerima manfaat
sumber daya manusia yang diterima secara luas,terbesar
yang
ketika intervensi gizi merupakan bagian
selanjutnya menurunkan kemampuan produktif suatu
dari program terpadu pengembangan anak usia
bangsa di masa yang akan datang.
dini. Misalnya, penambahkan zat gizi mikro pada
makanan anak-anak atau pemberian makanan
Intervensi untuk menurunkan anak pendek yang
harus
diperkaya dengan vitamin dan mineral, dan
dimulai secara tepat sebelum kelahiran, dengan
pemberian konseling kepada ibu dan bapak tentang
pelayanan pranatal dan gizi ibu, dan berlanjut
praktek pemberian makan harus berjalan seiring
hingga usia dua tahun. Proses untuk menjadi seorang
dengan pengajaran orang tua tentang perilaku
anak bertubuh pendek yang disebut kegagalan kesehatan dan kebersihan secara optimal, kegiatan
pertumbuhan ( growth faltering ) - dimulai dalam untuk
dalammeningkatkan keterampilan orangtua, dan
rahim, hingga usia dua tahun. Pada saat anak melewati
intervensi psikososial untuk mempromosikan
usia dua tahun, sudah terlambat untuk memperbaiki
perkembangan psikologis anak. Manfaat program
kerusakan pada tahun-tahun awal. Oleh karena itu,
pengembangan anak usia dini bagi masyarakat
status kesehatan dan gizi ibu merupakan penentu
melebihi biaya tersebut sebesar lima sampai
penting tubuh pendek pada anak-anak.
tujuh kali.

unite for children

Ringkasan Isu: Gizi Ibu dan Anak


isu-isu Perlunya
penting aksi mendesak

Gizi kurang,
Meskipun
khususnya
Indonesia
stunting
telah
(tubuh
menunjukkan
pendek),
ringkasan
kajian
menghambat
penurunan
perkembangan
kemiskinansecara
anak muda,
tetap,
dengan
tetapi gizi
dampak negatif
kurangyang
padaakan
anak-anak
berlangsung
menunjukkan
dalam sedikit
kehidupan selanjutnya. Studi menunjukkan bahwa
stunting pada
anak-anak sangat berhubungan
50%
dengan kinerja pendidikan yang buruk, lama
pendidikan yang menurun dan pendapatan yang2007
2010
40%
36.8%
35.6%
rendah sebagai orang dewasa. Kemungkinan anakanak yang bertubuh pendek (stunted)untuk tumbuh
30% dewasa yang kurang berpendidikan,
menjadi orang
miskin, kurang sehat dan lebih rentan
terhadap
2007
2010
18.4%besar.
17.9%Oleh
20%menular
penyakit tidak
adalah
lebih
2007
2010
13.6%
13.3%
karena itu, stuntingmerupakan
prediktor buruknya
kualitas sumber
10% daya manusia yang diterima secara
luas, yang selanjutnya menurunkan kemampuan
produktif suatu
bangsa di masa yang akan datang.
0%
Wasting

Underweight
Berat
badan kurang

OkTOBEr 2012

Data geografis menunjukkan keseriusan dan ruang


lingkup masalah gizi kurang dan perlunya tindakan
segera. Klasifikasi WHO (1995) digunakan untuk
menilai tingkat keparahan masalah gizi dengan
tingkat prevalensi (rendah, sedang, tinggi, sangat
tinggi) untuk setiap indikator.
Anak pendek berbeda-beda di seluruh Indonesia
dari prevalensi menengah sampai sangat tinggi.
Bahkan di Yogyakarta, provinsi dengan prevalensi
terendah, anak pendek mempengaruhi 23 persen
anak balita. Tujuh provinsi memiliki prevalensi
sangat tinggi (40 persen atau lebih), sedangkan 17
provinsi memiliki prevalensi tinggi (30-39 persen).
Lebih dari setengah anak (58 persen) di Nusa
Tenggara Timur adalah anak pendek, proporsi
yang kira-kira 2,5 kali prevalensi di Yogyakarta
(Gambar 2).

stunting

Intervensi untuk
menurunkanstunting
harus
Figure
1.
of children
under
5 years
old affected
by
gambar
1. Percentage
anak
balita yang
terkena
dampak
gizi kurang
Gambar
1.Prosentase
Prosentase
anak
balita
yang
terkena
moderat &&parah.
indonesia,
2007-2010
. Warnadengan
lebih
gelap menunjukkan
moderate
severe
malnutrition,
indonesia,
2007-2010
. Darkertingkat
colours
dimulai secaratepat
sebelum
kelahiran,
wasting,
berat
badan
kurang
&
stunting
parah.
RISKESDAS,
dampak
moderat
& Source:
parah.
Indonesia,
indicate
levels ofgizi
severekurang
wasting, underweight
& stunting.
RISKESDAS,
Ministry of
Kementerian
Kesehatan,
Indonesia
pelayanan pranatal
dan gizi
ibu,
dan
berlanjut
Health,
Indonesia
2007-2010. Warna lebih
gelap menunjukkan tingkat
hingga usiawasting,
dua tahun.
menjadi
beratProses
badan untuk
kurang
& stunting parah.
seorang anak
bertubuh kurus
yang Kesehatan,
disebut
RISKESDAS,
Kementerian
peningkatan.
Dari tahun 2007
sampai Indonesia
2011, proporsi
kegagalan pertumbuhan (growth faltering) - dimulai di
penduduk miskin di Indonesia mengalami
dalam rahim, hingga usia dua tahun. Pada saat anak
penurunansebesar 16,6-12,5 persen, tetapigizi
melewati usia dua tahun, sudah terlambat untuk
kurang tidak menunjukkan penurunan secara
memperbaiki
kerusakan pada
tahun-tahun awal. Oleh
Perlunya
tindakan
signifikan
(Gambar
1). Prevalensi segera
stunting sangat
karena itu, status kesehatan dan gizi ibu merupakan
tinggi, yang mempengaruhi satu dari setiap tiga anak
Angka anak kurus adalah tinggi. Secara nasional,
penentu penting stunting pada anak-anak.
balita, yang
merupakan
proporsi
yang
menjadi
eskipun Indonesia telah menunjukkan enam persen anak sangat kurus, sehingga
masalah kesehatan
masyarakat
menurut
kriteriatetap, tetapi
penurunan
kemiskinan
secara
menempatkan mereka pada resiko kematian
Untuk mengatasi gizi
kurang, khususnya
sunting,
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
diperlukan aksi di lebih
dari satu
Asupan
masalah
gizi sektor.
pada anak-anak
menunjukkan
yang tinggi, situasi yang menunjukkan tidak
makanan yang
tidak
memadai
dan
penyakit
yang
sedikitmempengaruhi
perbaikan. Dari
tahun
sampai
2011,adanya peningkatan antara tahun 2007 dan 2010.
Stunting
jauh
lebih2007
banyak
anakmerupakan proporsi
penyebabpenduduk
langsung gizi
kurang
ibu
dan
Sembilan provinsi memiliki prevalensi anak kurus
di Indonesia
anak miskin. Proporsimiskin
anak yang
menderitamengalami
stunting
anak - adalah karena praktek pemberian makanbayi
dalam
kelompokpenduduk
termiskin
hampir
dua
kali
yang sangat tinggi, sebesar 15 persen atau lebih.
penurunan sebesar 16,6 - 12,5 persen, tetapi masalah
dan anak yang
tidak tepat atau tidak memadai dan,
lipat
proporsi
anak dalamkelompok
kekayaan
gizi
tidak
menunjukkan
penurunan
secara
signifikan
penyakit dan infeksi yang sering terjadi, praktek
tertinggi. Daerah
perdesaananak
memiliki proporsi yang
1). yang
Prevalensi
higiene dan(Gambar
pengasuhan
buruk. Pada pendek sangat tinggi, Enam belas provinsi menunjukkan prevalensi
lebih besar untuk anak stunting (40 persen)
berat badan kurang, yang mempengaruhi 20
gilirannya, semua
ini disebabkan
mempengaruhi
satuoleh
darifaktor-faktor
tiga anak balita, yang
dibandingkan dengan daerah perkotaan (33 persen).
seperti kurangnya
pendidikan
dan
pengetahuan
persen atau lebih anak-anak. Prevalensi berat
merupakan
proporsi
menjadi
masalah
kesehatan
Prevalensi
stunting
padayang
anak-anak
yang
tinggal di
pengasuh anak,
penggunaan
air
yang
tidak
bersih,
masyarakat
menurut
kriteria
Organisasi
Kesehatan badan kurang sangat tinggi di Nusa Tenggara
rumah
tangga dengan
kepala
rumah
tanggayang
lingkungan yang tidak sehat, keterbatasan akses ke
Barat, melebihi 30 persen.
Dunia
(WHO).
tidak
berpendidikan
adalah 1,7 kali lebih tinggi
pangan dan pendapatan yang rendah.
daripadaprevalensi di antara anak-anak yang tinggal
rumah tangga
dengan
kepala rumah tangga yang
Anak pendek sangat menantang karena skala
pendek
mempengaruhi
Anak-anak Anak
menerima
manfaat
terbesar ketikajauh lebih banyak
berpendidikan tinggi.
permasalahan, sifat desentralisasi Indonesia dan
anak
miskin. Proporsi
anak
pendek dalam
intervensi gizi
merupakan
bagian dari
program
pengembangan
anak
usia dini
terpadu.hampir
Misalnya,
kapasitas pemerintah daerah yang terbatas. Perkiraan
kuintil
penduduk
termiskin
dua dan
kali lipat
Data
geografis
menunjukkan
keseriusan
penambahkan
bubuk
gizi
mikro
pada
makanan
anakproporsi
anakmasalah
dalam kuintil
kekayaan
tertinggi. kasar pada tahun 2007 menunjukkan bahwa kira-kira
ruang
lingkup
gizi kurang
dan perlunya
anak atau pemberian
makanan
yang
diperkaya
Daerah perdesaan
memiliki
yang lebih 81 persen kabupaten di Indonesia memiliki prevalensi
aksimendesak.
Klasifikasi
WHOproporsi
(1995) digunakan
dengan vitamin dan mineral, dan pemberian
untuk
menilai
tingkat
keparahan
gizi
kurangdibandingkan
dengan anak pendek yang sangat tinggi.
besar
untuk
anak
pendek
(40
persen)
konseling kepada ibu dan bapaktentang praktek
tingkat
prevalensi
(rendah,
sedang,
tinggi,
sangat
dengan
daerah
perkotaan
persen). Prevalensi
pemberian makan
harus
berjalan
seiring (33
dengan
tinggi)
untuk
setiap
indikator.
Data nasional tentang gizi ibu sangat tidak tersedia,
yang
tinggal
di rumahdan
tangga dengan
pengajaran anak
orangpendek
tua tentang
praktek
kesehatan
higienesecara
optimal,
kegiatan
untuk
meningkatkan
tetapi berat lahir rendah dan anemia memberikan
kepala
rumah
tangga yang
berpendidikan
Stunting
berbeda-beda
di tidak
seluruh
Indonesia

keterampilan
orangtua,
psikososial
adalah
1,7 dan
kali intervensi
lebih
tinggi
daripada
prevalensi sebuah indikasi. Berat anak saat lahir merupakan
dari prevalensi
menengah
sampai sangat
untuk mempromosikan
perkembangan
psikologis
akibat langsung dari status kesehatan dan gizi ibu
di tinggi.
antara Bahkan
anak-anak
yang tinggal
di rumah
di Yogyakarta,
provinsi
dengan
anak. Manfaat program pengembangan anak usia
prevalensi
terendah,
tangga
dengan
kepalastunting
rumah mempengaruhi
tangga yang 23 sebelum dan selama kehamilan. Secara nasional,
dini bagi masyarakatmelebihi biaya tersebut sebesar
persen
anak
balita.
Tujuh
provinsi
memiliki
proporsi anak dengan berat lahir rendah pada
tinggi.
.lima sampaiberpendidikan
tujuh
kali
prevalensi
sangat tinggi (40 persen atau lebih),

OkTOBEr 2012

ringkasan kajian

sedangkan 17 provinsi memiliki prevalensi tinggi


East nusa Tenggara
nTT
tahunLebih
2010 (11
dengan
(30-39 persen).
daripersen
setengah
anakberat
(58 badan kurang
West
PapuaPapua
Barat
West nusa Tenggara
2.500
gram)Timur
tidak menunjukkan
nTB
persen) di dari
Nusa
Tenggara
mengalami perubahan
north sumatra
sumut
signifikan
sejak
tahun
2007.
Di
14
provinsi,
stunting, proporsi yang kira-kira 2,5 kali
West sulawesi
sulbar
south sumatra
sumsel
berat(Gambar
lahir rendah
prevalensi prevalensi
di Yogyakarta
2). meningkat dari tahun
gorontalo
gorontalo
West kalimantan
2007 sampai 2010. Anemia merupakan masalah,
kalbar

Central kalimantan
A
(tubuh kurus) sekitar
adalahseperempat
tinggi.
yang mempengaruhi
peremuan kalteng
ngkawasting
aceh
aceh
south sulawesi
sulsel
Secara nasional,
enam
persen
anak mengalami
hamil pada
tahun
2007.
southeast sulawesi
sultra
wasting parah,sehingga menempatkan mereka
Maluku
Maluku
Lampung
Lampung
pada resiko
kematian
yang tinggi,perempuan
situasi yangusia suburCentral
Lebih
dari sepertiga
di sulawesi
sulteng
EastTimur
java
jawa
menunjukkan
tidak adanyapeningkatan
antara
Indonesia
tidak memenuhi persyaratan
nasional
inDOnEsia
inDOnEsia
tahun 2007untuk
dan 2010.
Sembilan
provinsi
asupan
makanan
yangmemiliki
mengandungsouth kalimantan
kalsel
Central
java
jawa
Tengah
prevalensi energi
wastingatau
yangprotein.
sangat tinggi,
sebesar
Di lebih dari sepertiga seluruh
jawa
WestBarat
java
5persen atau
1
lebih.proporsi ini meningkat menjadi lebih dari Banten
Banten
provinsi,

40 persen perempuan usia subur.

E
nam belas provinsi menunjukkan prevalensi
berat badan kurang, yang mempengaruhi 20
persen atau
lebih anak-anak. Prevalensi berat
Hambatan
badan kurang sangat tinggi di Nusa Tenggara
Barat, melebihi 30
persen.
da tiga hambatan utama terhadap

peningkatan gizi dan perkembangan anak

Gambar 2.
gambar 2. Prevalensi
Figure
2. Prevalence
Prevalensi
stuntingof
stunting moderat & parah
moderate
&
severe
pada
anak-anak
balita,
moderat
& parah
stunting
amongst
menurut
provinsi,children
2010.
pada
anak-anak
under
age
5,
by province,
Sumber:
RISKESDAS,
Kementerian Kesehatan,
2010.
balita,
menurut
Source: RISKESDAS,
Indonesia Ministry
of
Health,
Indonesia
provinsi, 2010.
Sumber: RISKESDAS,
Kementerian Kesehatan,
Indonesia

sumbar
West sumatra
riau
riau
Bengkulu
Bengkulu
jambi
jambi
Maluku
Utara
north
Maluku
Bali
Bali
kaltim
East kalimantan
BangkaBelitung
Belitung
Bangka
Papua
Papua
sulut
north sulawesi
kepri
riau islands
Dkijakarta
jakarta
Dki
DiYogyakarta
Yogyakarta
Di

Stunting sangat menantang karena skala


di Indonesia.
permasalahan, sifat desentralisasi Indonesia dan
0%
20%
40%
60%
80%
kapasitas pemerintah daerah yang terbatas.
Pertama, masalah anak pendek dan gizi ibu tidak
Perkiraan kasar pada tahun 2007 menunjukkan
Pada umumnya, orang tidak menyadari pentingnya
mudah dilihat. Pada umumnya, orang tidak tahu
bahwa kira-kira 81 persen kabupaten di Indonesia ibu dan anak anak.
bahwa masalah gizi merupakan sebuah masalah,gizi selama kehamilan dan dua tahun pertama
memiliki prevalensi
anak stunting yang sangat tinggi.
orang menghubungkan
gizi kurang
kehidupan.
Secara lebih khusus:
kecuali gizi kurang tersebut berbentuk anakKedua,
dengan kurangnya pangan dan percaya bahwa
yang tentang
sangat kurus.
Oleh
karena
itu, upaya-upaya
Data nasional
gizi ibu
pada
umumnya
penyediaanpanganmerupakan
jawabannya.
Perempuan tidak menyadari
pentingnya gizi
diarahkan
secara
untuk
menangani
anak
tidak tersedia,
tetapi
berattidak
lahirtepat
rendah
dan
Ketersediaan
pangan
bukan
penyebab
utama
gizi
perempuan
yang sangatsebuah
kurus, bukan
diarahkan
anemia memberikan
indikasi.
Berat pada
anaksistem mereka sendiri. Misalnya, 81 persen
kurang hamil
di Indonesia,
meskipun
kurangnya
menerima
atau membeli
tabletakses
besi- ke
dan intervensi untuk
menanggulangi
gizi kurang
saat lahir merupakanakibat
langsung
dari status
panganfolat
karena
kemiskinan
merupakan
salah
satu
pada
tahun 2010,
tetapi hanya
18 persen
ibu dan
anak anak.
kesehatanpada
dan gizi
ibu sebelum
dan selama
penyebab.
Bahkan
anak-anak
dari
dua
kelompok
yang mengkonsumsi tablet sebagaimana
kehamilan. Secara nasional, proporsi anak dengan
kekayaan
tertinggi menunjukkan
menengah
direkomendasikan
minimal stunting
selama 90
hari selama
banyak
pihak
menghubungkan
gizi kurang
berat lahir Kedua,
rendah pada
tahun
2010
(11 persen
sampai
tinggi,
sehingga
penyediaan
pangan
saja
masa
kehamilan.
Perbedaan
antara
provinsi
dengan
kurangnya
pangan
dan
percaya
bahwa
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram) tidak
bukan
merupakan
solusi.
dengan kinerja terbaik (Yogyakarta) dan provinsi
penyediaan pangan
merupakan
menunjukkanperubahan
signifikan
sejaktahunjawabannya.
2007.

Ketersediaan
pangan
penyebab utama gizi terburuk (Sulawesi Barat) adalah 65 persen.
Di 14 provinsi,
prevalensi
berat bukan
lahir rendah
Ketiga, pengetahuan yang tidak memadai dan
di Indonesia,
meskipun
meningkat kurang
dari tahun
2007 sampai
2010.kurangnya
Anemia akses
praktek-praktek yang tidak tepat merupakan
pangan karena
kemiskinan merupakan
merupakankemasalah,
yang mempengaruhi
sekitar salah Masyarakat dan petugas kesehatan perlu
hambatan signifikan terhadappeningkatan gizi.
satu
penyebab.
Bahkan
dari dua kuintil memahami pentingnya ASI eksklusif dan
seperempat
peremuan
hamil
padaanak-anak
tahun 2007.
Pada umumnya, orang tidak menyadari pentingnya
kekayaan tertinggi menunjukkan anak pendek dari praktek-praktek pemberian makan bayi dan
gizi selama
kehamilan dan dua tahun pertama
anak yang tepat, dan memberikan dukungan
menengah sampai tinggi, sehingga penyediaan
kehidupan.
Secara lebih khusus:
Lebih dari sepertiga perempuan usia subur di
kepada para ibu. Survei Demografi dan Kesehatan
pangan saja bukan merupakan solusi.

Indonesia tidak memenuhi persyaratan nasional


Indonesia 2007 menunjukkan bahwa kurang dari
Perempuan
tidak menyadari pentingnya gizi

untuk asupan
makanan
yang mengandung
energi dansatu dari tiga
bayi di bawah usia enam bulan
Ketiga,
pengetahuan
yang tidak memadai
mereka sendiri. Misalnya, 81 persen perempuan
atau protein.
Di
lebih
dari
sepertiga
seluruh
provinsi,
praktek-praktek yang tidak tepat merupakandiberi ASI eksklusif dan hanya 41 persen anak
hamil menerima atau membeli tablet besi pada
proporsi inihambatan
meningkatsignifikan
menjadi lebih
dari 40 peningkatan
persen
usia 6-23 bulan menerima makanan pendamping
terhadap
gizi.
tahun
2010, tetapi hanya 18 persen yang
perempuan usia subur.
mengkonsumsi tablet sebagaimana
direkomendasikan minimal selama 90 hari.
Perbedaan antara Yogyakarta dan Sulawesi3
Barat, masing-masing sebagai provinsi dengan
Hambatan
kinerja terbaik dan terburuk, adalah 65 persen.
2
Ada intervensi
Pertama,
tidak
tahu
kecuali
kurus)
diarahkan
wasting
dan
perkembangan
tiga
bahwa
mudah
yang
gizi
yang
hambatan
stunting
secara
kurang
gizi
parah.
parah,
dilihat.Pada
untuk
kurang
tidak
tersebut
Oleh
utama
(tubuh
anak
bukan
menanggulangigizi
tepat
merupakan
karena
diterhadappeningkatan
umumnya,
pendek)
diarahkan
berbentuk
Indonesia.
untuk
itu,upaya-upaya
menangani
sebuah
dan
pada
orang
wasting
kurang
gizi
sistem
masalah,
tidak
ibu
(tubuh
pada
gizi bulan
Masyarakat
memahami
praktek
tepat,
ibu.
2007
tiga
eksklusif
ASI)bayi
direkomendasikan
Survei
yang
menunjukkan
menerima
dan
pemberian
di
dan
sesuai
memberikan
Demografi
bawah
pentingnya
dan
hanya
makanan
petugas
dengan
usia
tentangpengaturan
makan
bahwa
41dan
ASI
enam
persen
dukungan
praktek-praktek
bayi
Kesehatan
pendamping
kurang
kesehatan
eksklusif
bulan
anak
dankepada
dari
diberi
anak
usia
dan
Indonesia
perlu
waktu,
satu
ASI
praktekyang
6-23
ASI
yang
para
dari
(MP-

ringkasan kajian

OkTOBEr 2012

ASI (MP-ASI) yang sesuai dengan praktek-praktek


Peluang untuk
yang direkomendasikan tentang pengaturan waktu,
melakukan tindakan
frekuensi dan kualitas.
ntervensi yang terkait dengan praktekKeluarga seringkali tidak memiliki pengetahuan
praktek pemberian makanan anak dan gizi ibu
tentang gizi dan perilaku kesehatan. Berdasarkan
merupakan kunci untuk menangani gizi kurang
Riskesdas 2010, sebagian besar rumah tanggapada anak-anak.
di Indonesia masih menggunakan air yang tidak
bersih (45 persen) dan sarana pembuangan Untuk menangani gizi kurang, intervensi gizi
kotoran yang tidak aman (49 persen). Minimal perlu ditingkatkan yang dinyatakan dengan
satu dari setiap empat rumah tangga dalam bukti ilmiah. Intervensi ini merupakan paket
dua kuintil termiskin masih melakukan buang Intervensi Gizi Efektif (IGE), yang memberikan
air besar di tempat terbuka. Perilaku tersebut sebuah rangkaian layanan sejak pra-kehamilan
berhubungan dengan penyakit diare, yang
sampai usia dua tahun - yang mencakup 1.000
selanjutnya berkontribusi terhadap gizi kurang.hari kehidupan. Konseling gizi bagi para
Pada tahun 2007, diare merupakan penyebab dari
perempuan hamil dan ibu untuk mempromosikan
31 persen kematian pada anak-anak di Indonesia
praktek-praktek yang baik merupakan bagian
antara usia 1 sampai 11 bulan, dan 25 persen penting dari paket terpadu ini (lihat Kotak).
kematian pada anak-anak antara usia satu sampai
empat tahun.
Aksi di tingkat nasional diperlukan untuk
memperkuat kerangka kebijakan dan legislatif,
Penyedia layanan kesehatan dan petugasmekanisme kelembagaan dan pengembangan
masyarakat tidak memberikan konseling gizi
sumber daya manusia. Perhatian khusus harus
yang memadai. Tanpa konseling yang efektif,diberikan pada:
pemantauan pertumbuhan tidak akan efektif
dalam menurunkan gizi kurang.
Penciptaan dan penguatan mekanisme koordinasi
nasional dan daerah untuk mengimplementasikan
Pengambil keputusan lokal seringkali tidakRencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi, dan
memiliki pengetahuan yang memadai tentang
untuk melakukan koordinasi dengan sektor-sektor
apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan non-gizi;
untuk meningkatkan gizi. Ini berarti sumber daya
terbuang, misalnya, tentang program pemberianPengembangan, pemantauan dan penegakan
makanan prasekolah, yang tidak efektif dalam peraturan nasional untuk mengawasi pemasaran
menurunkan gizi kurang pada anak-anak, meskipun
produk pengganti ASI;
program tersebut dapat memberikan manfaat
pendidikan. Kurangnya kesadaran juga berarti Revisi standar minimal pelayanan kesehatan
tidak adanya tindakan tentang langkah-langkahuntuk mencakup aksi-aksi dan sasaran gizi, seperti
penting yang harus dilakukan oleh para pengambil
aksi-aksi yang berhubungan dengan konseling gizi,
keputusan kabupaten, misalnya, pengeluaran makanan pendamping ASI dan gizi ibu;
dan pelaksanaan peraturan daerah (Perda)
tentang iodisasi garam universal atau tentang Penguatan sistem informasi kesehatan untuk
pemberian ASI. Pada tahun 2007, hanya 62 persen
meningkatkan keandalan data, promosi
rumah tangga di seluruh Indonesia yang dapat pengawasan suportif terhadap program kesehatan
mengkonsumsi garam beryodium secara memadai,
dan gizi, dan promosi penggunaan data oleh
sebuah indikator yang belum menunjukkan banyak
petugas kesehatan secara terus-menerus untuk
peningkatan selama beberapa tahun terakhir.
meningkatkan dampak program;

OkTOBEr 2012

ringkasan kajian

Penguatan program fortifikasi pangan nasional


Apa yang seharusnya dimasukkan
dengan memperbarui standar fortifikasi untuk
dalam Paket Intervensi Gizi Efektif?
terigu, pengharusan fortifikasi minyak, dan
peningkatan penegakan legislasi
ada;
yangKonseling
gizi
bagi
ibu
hamil dan
ibu
anak-anak
muda
tentang iodisasi garam;

Praktek pemberian
makan bayi
dan
anak
yang
epa:(inisiasi(pemberian(Arh(dalam(jam(perama(
Implementasi langkah-langkah untuk merekrut,
kelahiranK(pemberian(Arh(eksklusif(kepada(bayi(
usia(kurang(dari(enam(bulanK(dan(pengenalan(
mengembangkan dan mempertahankan ahli gizi
yang memenuhi syarat, termasuk insentif bagi makanan(pendamping(Arh(sesuai(dengan(prakekprakek(yang(direkomendasikan(pada(usia(6(bulanK(
mereka yang bekerja di daerah-daerah yang kurangdilanjukan(dengan(pemberian(Arh(sampai(usia(
minimal(dua(ahun(
terlayani.

Gizi
mikro bagi
perempuan
hamil dan
bagi
anak
yang(melipui:(
Untuk mengimplementasikan intervensi
gizi

Besi
dan
asam folat
atau
suplementasi gizi
mikro
ganda((bagi(perempuan(hamil
efektif di tingkat kabupaten, diperlukan komitmen

Garam beryodium
yang
memadai
bagi
semua
dari para pemimpin di tingkat kabupaten serta rumah(angga(
dukungan dari tingkat pusat dan provinsi untuk

Suplementasi Vitamin A
bagi
anak-anak
(
usia(6-T9(bulan
melakukan berbagai aksi:

Suplementasi seng
untuk diare pada
anak-anak
di
aas(usia(6(bulan

Perilakukebersihan
yang
baik
dalam kehamilan,
Mengembangkan dan mengimplementasikan
masa(bayi(and(usia(dini(
rencana dan anggaran gizi kabupaten untuk

Pemberantasan penyakit
cacingan
bagi
ibu
dan
intervensi gizi efektif, dengan tugas dan
anak-anak(usia(P-T(ahun

Pengobatan
anak
yang
sangat kurus, dengan
tanggung jawab yang ditentukan dengan jelas
menggunakan(makanan(erapeik(siap(pakai
pada setiap tingkat, khususnya bagi
para
ahli gizi makanan

Pemberian
tambahan
bagi
ibu
hamil
i
di Puskesmas. Bagian-bagian dari paket intervensiyang(kekurangan(energi(dan(proein(bagi(ibu(hamil(
kurang(makan(
gizi efektif berada di luar sektor kesehatan dan

Calcium
supplementation
for
pregnant
women
melibatkan para pemangku kepentingan lain,

Insecticide-treated
bed
nets
for
pregnant

sehingga meningkatkan kemungkinan terpecahnya


upaya-upaya yang dilakukan. Oleh karena itu,
pengambil keputusan kabupaten perlu memastikan
terus-menerus memainkan peran penting dalam
koordinasi yang efektif, serta kesesuaian rencanamemotivasi tim, yang semuanya memerlukan
dengan target nasional. Selain itu juga diperlukan
sumber daya yang memadai dari kabupaten.
koordinasi dengan program bantuan tunai, seperti
PKH,ii untuk memastikan bahwa pelayanan yang Memberikan prioritas pada konseling gizi.
Penyedia layanan kesehatan di kabupaten dan
digunakan oleh penerima manfaat tersedia dengan
masyarakat perlu mendapatkan pendidikan
kualitas yang tinggi.
tentang pentingnya dan efektivitas konseling,
Meningkatkan motivasi petugas kesehatan Intervensi
dan
gizi efektif dan rangkaian konsep
gizi dengan insentif yang memadai. Imbalanlayanan. Kampanye komunikasi di kabupaten
dapat meliputi pengakuan profesi, tanggung jawab
harus menggunakan argumen tentang kinerja
yang lebih besar dan komponen berbasis kinerjapendidikan serta argumen kesehatan.
untuk gaji, dengan kinerja yang dinilai terhadap
indikator cakupan dan hasil program. Data dari Mendorong revitalisasi Posyandu dengan
menggunakan konseling gizi dan PAUD sebagai
Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi harus
iii
yang luas
digunakan secara lebih efektif bagi pengambilankegiatan utama. Jaringan Posyandu
keputusan dan penetapan target daerah. Sesi di Indonesia merupakan satu-satunya struktur
masukan, pemantauan dan pengawasan secara yang memberikan kemungkinan untuk konseling

ringkasan kajian

OkTOBEr 2012

gizi sampai ke tingkat masyarakat. Dari tahun What works? Interventions for maternal and child
2000 hingga 2006, jumlah Posyandu mengalamiundernutrition and survival. Maternal and Child
Undernutrition 3: Lancet 371:41740.
peningkatan sebesar 15 persen, sedangkan jumlah
jenis Posyandu yang berfungsi lebih baik dan BPS-Statistics Indonesia and Macro International
lebih berkesinambungan (Purnama dan Mandiri)
(2008): Indonesia Demographic and Health Survey
meningkat sebesar 60 persen, sebuah tren yang
(IDHS 2007). Calverton, Maryland, USA: Macro
layak mendapatkan dukungan. Pengalaman selama
International and Jakarta: BPS.
dekade terakhir dengan model-model seperti Kramer, M. (1987): Determinants of low birth weight:
Taman Posyandu menunjukkan bahwa dukungan
methodological assessment and meta-analysis.
masyarakat bagi Posyandu lebih berkesinambungan
Bulletin of the World Health Organization 65: 663-737
ketika keluarga termotivasi oleh alasan pendidikan
Ministry of Health (2008a): Laporan Nasional: Riset
dan sosial - khususnya PAUD dan kinerja sekolah
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 , Jakarta: National
yang lebih baik daripada oleh alasan kesehatan
Institute of Health Research and Development
atau gizi saja.
Ministry of Health (2008b): Revitalizing Primary
Health Care. Country Experience: Indonesia. WHOMengembangkan cara-cara untuk memotivasi
SEARO Regional Conference on Revitalizing Primary
agen masyarakat dan orang tua. Kabupaten
Health Care, 6-8 August . Jakarta: World Health
perlu merevitalisasi dan memotivasi para relawan
Organization
PKKiv yang memberikan layanan di Posyandu.
Di beberapa kabupaten, pelatihan bagi relawanMinistry of Health (2011): Laporan Nasional: Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 , Jakarta: Ministry
tentang kegiatan yang menghasilkan pendapatan
of Health, National Institute of Health Research and
yang digabungkan dengan dukungan pemerintah
Development.
kabupaten untuk mekanisme kredit memberikan
Pelto, G., Dickin, K. and Engle, P. (1999). A critical link:
insentif kepada relawan yang terlibat dalam
Interventions
for physical growth and psychological
kegiatan promosi pengembangan anak usia dini.
Di
development. Geneva: World Health Organization
kabupaten-kabupaten lainnya, kesempatan untuk
pelatihan itu sendiri (misalnya, konseling gizi) atau
Shrimpton, R., Victora, C.G., de Onis, M., Lima, R.C.,
kompetisi yang baik di antara Posyandu dapat Blssner, M. and Clugston, G. (2001): Worldwide
timing of growth faltering: implications for nutritional
dijadikan sebagai insentif.
interventions. Pediatrics 107: E75

Sumber

Victora, C.G., Adair, L., Fall, C., Hallal, P.C., Martorell,


Bappenas (National Development Planning Agency)R.,
& Richter, L. and Sachdev, H.S. (2008): Maternal and
Ministry of Health (2010): The Landscape Analysis: child undernutrition: consequences for adult health and
Indonesia Country Assessment. Final Report, 6
human capital. Maternal and Child Undernutrition 2,
September 2010. Available from:http://www.mediafire.
Lancet 371: 340-357
com/?iz88bx6eazx8cz6 Accessed 5 August 2012
World Health Organization (1995): Physical Status:
Barnett, S.W. (1985). Benefit-cost analysis of the Uses and Interpretation of Anthropometry. WHO
Perry Preschool Program and its policy implications.Technical Report Series, Report No. 854. Geneva,
Educational evaluation and policy analysis. 7: 333-342
Switzerland: World Health Organizatio
Barnett, S.W. (1995). Long-term effects of early
childhood programs on cognitive school outcomes The
future of children. 5: 25-50.
i(
ouskesmas:(ousa(jesehaan(lasyaraka(Gingka(kecamaanH(
ojg:(orogram(jeluarga(garapanK(program(banuan(unai(bersyara
Bhutta, Z., Ahmed, T., Black, R.E., Cousens, S.,
iii(
oosyandu:(oos(oelayanan(serpadu(Gingka(desaH(
Dewey, K., Giugliani, E., Haider, B.A., Kirkwood, B., iv(ojj:(oemberdayaan(jesejaheraan(jeluargaK(sebuah(jejaring(
Morris, S.S., Sachdev, H.P.S. and Shekar, M. (2009): relawan(yang(luas
ii(

Ini adalah salah satu dari serangkaian Ringkasan Kajian yang dikembangkan oleh UNICEF Indonesia.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi jakarta@unicef.org atau klik www.unicef.or.id

Anda mungkin juga menyukai