Anda di halaman 1dari 23

APA ITU JKN DAN BPJS KESEHATAN?

YUK, KITA BAHAS


BERSAMA
January 3, 2014 at 4:41pm
Mulai 1 Januari 2014 sistem Jaminan Sosial terbaru atau JKN
(Jaminan Kesehatan Nasional) resmi diberlakukan. Namun masih
banyak warga yang belum tahu apa itu BPJS (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial) Kesehatan dan JKN. Berikut ini adalah pertanyaanpertanyaan dari warga yang masih bingung soal JKN dan BPJS
seperti dikutip dari liputan6.com.
1. Apa itu JKN dan BPJS Kesehatan dan apa bedanya?
JKN merupakan program pelayanan kesehatan terbaru yang
merupakan kepanjangan dari Jaminan Kesehatan Nasional yang
sistemnya menggunakan sistem asuransi. Artinya, seluruh warga
Indonesia nantinya wajib menyisihkan sebagian kecil uangnya untuk
jaminan kesehatan di masa depan.
Bagaimana dengan rakyat miskin? Tidak perlu khawatir, semua
rakyat miskin atau PBI (Penerima Bantuan Iuran) ditanggung
kesehatannya oleh pemerintah. Sehingga tidak ada alasan lagi bagi
rakyat miskin untuk memeriksakan penyakitnya ke fasilitas
kesehatan.
Sementara BPJS adalah singkatan dari Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial. BPJS ini adalah perusahaan asuransi yang kita kenal
sebelumnya
sebagai
PT
Askes.
Begitupun
juga
BPJS
Ketenagakerjaan merupakan transformasi dari Jamsostek (Jaminan
Sosial Tenaga Kerja).
Antara JKN dan BPJS tentu berbeda. JKN merupakan nama
programnya, sedangkan BPJS merupakan badan penyelenggaranya
yang kinerjanya nanti diawasi oleh DJSN (Dewan Jaminan Sosial
Nasional).
2. Siapa saja saja peserta JKN?
Sesuai Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dengan adanya JKN, maka seluruh
masyarakat Indonesia akan dijamin kesehatannya. Dan juga
kepesertaanya bersifat wajib tidak terkecuali juga masyarakat tidak
mampu karena metode pembiayaan kesehatan individu yang
ditanggung pemerintah.

3. Berapa iuran untuk Karyawan, PNS, TNI/POLRI, pedagang,


investor, pemilik usaha atau perusahaan atau pihak yang
bukan Penerima Bantuan Iuran ?
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 jenis Iuran dibagi
menjadi:
- Iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan oleh
Pemerintah daerah dibayar oleh Pemerintah Daerah (orang miskin
dan tidak mampu).
- Iuran Jaminan Kesehatan bagi peserta Pekerja Penerima Upah
(PNS, Anggota TNI/POLRI, Pejabat Negara, Pegawai pemerintah non
pegawai negeri dan pegawai swasta) dibayar oleh Pemberi Kerja
yang dipotong langsung dari gaji bulanan yang diterimanya.
- Pekerja Bukan Penerima Upah (pekerja di luar hubungan kerja atau
pekerja mandiri) dan Peserta bukan Pekerja (investor, perusahaan,
penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan, janda, duda,
anak yatim piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan) dibayar
oleh Peserta yang bersangkutan.
Untuk jumlah iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja
Penerima Upah yang terdiri atas PNS, Anggota TNI, Anggota Polri,
Pejabat Negara, dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri akan
dipotong sebesar 5 persen dari gaji atau Upah per bulan, dengan
ketentuan 3 persen dibayar oleh pemberi kerja, dan 2 persen
dibayar oleh peserta.
Tapi iuran tidak dipotong sebesar demikian secara sekaligus. Karena
secara bertahap akan dilakukan mulai 1 Januari 2014 hingga 30 Juni
2015 adalah pemotongan 4 persen dari Gaji atau Upah per bulan,
dengan ketentuan 4 persen dibayar oleh Pemberi Kerja dan 0,5
persen dibayar oleh Peserta.
Namun mulai 1 Juli 2015, pembayaran iuran 5 persen dari Gaji atau
Upah per bulan itu menjadi 4 persen dibayar oleh Pemberi Kerja dan
1 persen oleh Peserta.
Sementara bagi peserta perorangan akan membayar iuran sebesar
kemampuan dan kebutuhannya. Untuk saat ini sudah ditetapkan
bahwa:
- Untuk mendapat fasilitas kelas I dikenai iuran Rp 59.500 per orang
per bulan
- Untuk mendapat fasilitas kelas II dikenai iuran Rp 42.500 per orang
per bulan
- Untuk mendapat fasilitas kelas III dikenai iuran Rp 25.500 per

orang per bulan


Pembayaran iuran ini dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap
bulan dan apabila ada keterlambatan dikenakan denda administratif
sebesar 2 persen dari total iuran yang tertunggak paling banyak
untuk waktu 3 (tiga) bulan. Dan besaran iuran Jaminan Kesehatan
ditinjau paling lama dua tahun sekali yang ditetapkan dengan
Peraturan Presiden.
4. Fasilitas apa saja yang didapat jika ikut JKN?
A. Untuk peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran)
- Pekerja penerima upah ( PNS, Anggota TNI/POLRI, Pejabat Negara,
Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri dan Pegawai Swasta, akan
mendapatkan pelayanan kelas I dan II
- Pekerja bukan penerima upah (Pekerja di luar hubungan kerja atau
pekerja mandiri, karyawan swasta) akan mendapatkan pelayanan
kelas I, II dan III sesuai dengan premi dan kelas perawatan yang
dipilih.
- Bukan pekerja (investor, pemberi kerja, penerima pensiun,
veteran, perintis kemerdekaan serta janda, duda, anak yatim piatu
dari veteran atau perintis kemerdekaan. Termasuk juga
wirausahawan, petani, nelayan, pembantu rumah tangga, pedagang
keliling dan sebagainya) bisa mendapatkan kelas layanan kesehatan
I, II, dan III sesuai dengan premi dan kelas perawatan yang dipilih.
B. Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Orang yang tergolong fakir miskin dan tidak mampu yang
dibayarkan preminya oleh pemerintah mendapatkan layanan
kesehatan kelas III
5. Apakah sistem pelayanan BPJS misalnya mengurus obat
bisa lama dan dilempar sana-sini?
Direktur Kepersertaan BPJS, Sri Endang Tidarwati mengatakan
bahwa sistem pelayanan BPJS akan lebih baik karena didukung oleh
SDM yang banyak dan terlatih. Sementara bila semua data lengkap
dan seluruh isian dalam formulir sudah terisi dengan baik, pihak
BPJS (Badan penyelenggara Jaminan Sosial) mengklaim prosedur
pendaftaran menjadi peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)
cukup 15 menit.
6. Apakah tenaga kesehatan akan bersikap ramah terhadap
peserta JKN?
Menteri Kesehatan menyampaikan, bila ada satu RS yang dokternya

galak, maka pasien ini boleh pindah ke RS yang memiliki dokter


yang ramah dan melayani dengan baik. Menkes mengatakan, lamalama jumlah pasien di dokter galak tersebut akan berkurang.
Sementara dokter yang melayani dengan baik dan gembira, jumlah
pasien dan pendapatannya meningkat.
7. Manfaat dan layanan apa saja yang didapat peserta JKN?
Manfaat JKN mencakup pelayanan pencegahan dan pengobatan
termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai
dengan kebutuhan medis. Seperti misalnya untuk pelayanan
pencegahan (promotif dan preventif), peserta JKN akan
mendapatkan pelayanan:
- Penyuluhan kesehatan, meliputi paling sedikit penyuluhan
mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup
bersih dan sehat.
- Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri
pertusis tetanus dan Hepatitis B (DPT-HB), Polio dan Campak.
- Keluarga Berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar,
vasektomi dan tubektomi
- Skrining kesehatan diberikan secara selektif yang ditujukan untuk
mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari
risiko penyakit tertentu.
- Jenis penyakit kanker, bedah jantung, hingga dialisis (gagal ginjal).
8. Alur pembuatan kartu BPJS Kesehatan seperti apa?
Direktur Pelayanan PT Askes Fadjriadinur mengatakan bahwa Anda
bisa datang ke kantor BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
kemudian melakukan hal berikut:
1. Mengisi formulir pendaftaran
2. Pembayaran premi
Anda akan diberikan virtual account atau kode bank untuk
pembayaran premi pertama yang bisa dilakukan melalui ATM atau
bank terdekat yang saat ini sudah bekerjasama yaitu bank BRI, BNI
dan Mandiri.
Untuk biaya premi peserta mandiri dengan perawatan kelas 3,
sebulan hanya Rp 25.500 per orang, untuk perawatan kelas II
sebulan Rp 42.500 per orang dan perawatan kelas I sebesar Rp
50.000 per orang.
Adapun besaran premi pada kelompok pekerja sebesar 5 persen dari
gaji pokoknya, 2 persen dibayarkan oleh yang bersangkutan dan 3
persen dibayarkan oleh perusahaan tempat pekerja bekerja.

3. Mendapat kartu BPJS Kesehatan yang berlaku di seluruh Indonesia


Setelah membayar premi, nantinya Anda akan mendapat kartu BPJS
Kesehatan yang menjadi bukti bahwa Anda merupakan peserta JKN.
Saat ini fasilitas kesehatan yang dimiliki pemerintah otomatis
melayani JKN. Sementara fasilitas kesehatan milik swasta yang
dapat melayani JKN jumlahnya terus bertambah. Hanya tinggal
sekitar 30 persen saja yang belum bergabung.
9. Bagaimana dengan fasilitas kesehatan swasta?
Pemerintah dan pemerintah daerah dapat memberikan kesempatan
kepada swasta untuk berperan serta memenuhi ketersediaan
fasilitas kesehatan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
10. Bagaimana alur pelayanan kesehatan, katanya tidak
boleh langsung ke rumah sakit?
- Untuk pertama kali setiap peserta terdaftar pada satu fasilitas
kesehatan tingkat pertama (Puskesmas) yang ditetapkan oleh BPJS
Kesehatan setelah mendapat rekomendasi dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat.
- Dalam jangka waktu paling sedikit 3 (tiga) bulan selanjutnya
peserta berhak memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
diinginkan.
- Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar, kecuali berada
di luar wilayah fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta
terdaftar atau dalam keadaan kegawatdaruratan medis.
Direktur Pelayanan PT Askes Fadjriadinur menambahkan, bila sudah
aktif menjadi peserta, alur pelayanan menggunakan pola rujukan
berjenjang yang dimulai dari sistem layanan primer hingga tersier.
Ia mengatakan, layanan primer terdiri atas Puskemas, klinik dokter
pribadi serta klinik pratama (klinik swasta). Jadi nanti setiap orang
mulai berobat dari sistem layanan primer dulu sehingga
menghindari penumpukkan di satu rumah sakit. Khusus untuk
keadaan darurat seperti kecelakaan atau penyakit yang tidak bisa
ditangani di layanan primer, bisa langsung ke rumah sakit.
11. Siapa yang menjamin program JKN akan berlangsung
baik tanpa korupsi?
Pengawasan terhadap BPJS dilakukan secara eksternal dan internal.
Secara eksternal, pengawasan akan dilakukan oleh DJSN (Dewan
Jaminan Sosial Nasional) dan Lembaga pengawas independen. Dan
secara internal, BPJS akan diawasi oleh dewan pengawas satuan

pengawas internal.
12. Bagaimana jika terjadi kelebihan atau kekurangan iuran?
- BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran
jaminan kesehatan sesuai dengan gaji atau upah peserta.
- Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran
sebagaimana dimaksud, BPJS Kesehatan memberitahukan secara
tertulis kepada pemberi kerja dan atau peserta selambat-lambatnya
14 (empat belas) hari sejak diterimanya iuran.
- Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan
dengan pembayaran iuran bulan berikutnya.
13. Bila peserta tidak puas dengan pelayanan yang
diberikan, kemana harus mengadu?
Bila peserta tidak puas terhadap pelayanan jaminan kesehatan yang
diberikan oleh fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, maka peserta dapat menyampaikan pengaduan kepada
penyelenggara pelayanan kesehatan dan atau BPJS Kesehatan. Atau
dapat langsung datang ke posko BPJS di kota dan desa. Ada juga
hotline servis BPJS di nomor kontak 500-400.
(KF-Vey)

http://health.liputan6.com/read/788613/pertanyaan-pertanyaandasar-seputar-jkn-dan-bpjs

Sepertinya citra program pemerintah itu adalah gratis dan


karenanya harap janganlah terlalu banyak menuntut karena itu
pemberian dan berterimakasihlah. Inilah konsepsi yang keliru
tentang pemerintah. Seolah pemerintah itu dermawan bila
menyelenggarakan program. Padahal itu adalah tugas dan
kewajibannya. Wong PNS itu digaji memang untuk bekerja
pelayanan publik. Dana program sebagian besar berasal dari pajak
dan retribusi masyarakat. Sebagian dari pendapatan yang dihasilkan
oleh usaha-usaha pemerintah lain. Hutang-hutang luar negeri
pemerintah pun sama saja dengan beban rakyat Indonesia kok.
Pemerintah punya keterbatasan dana karena pajak yang dibayarkan
masyarakat tidak seimbang dengan kebutuhan anggaran program.
Atau karena terlalu banyak dikorupsi? Hahahaha. Karena itu
Program BPJS Kesehatan yang digelontorkan pemerintah pun masih
menarik bayaran masyarakat.
Ini seperti masyarakat bergotong-royong mengumpulkan dana

untuk membiayai orang yang sakit. Jadi, ketika ada yang sakit dan
harus berobat, itu bukanlah gratis. Masyarakat bergotong-royong
membayari orang sakit. Yang sehat tetap membayar iuran setiap
bulan, dan uang tersebut hangus. Tetapi kita terjamin, bila suatu
saat sakit.
***
Saya baru mengurus pembuatan kartu BPJS Kesehatan pada awal
Juli 2014 ini. Ternyata masih tetap mengantri. Loket dibuka jam
07.00. orang sudah mengantri sejak subuh. Ya, ampun.
Saya pun menitipkan antrian dan pengurusan formulir kepada
seorang ibu dengan bayaran Rp 100 ribu. Jam 10.00 saya sudah
bisa datang untuk mengambil kartu BPJS.
Saya menyapa seorang ibu muda yang sedang mengurus kartu
bersama suami dan kedua anaknya yang masih kecil. Ternyata
mereka hanya membuat dua kartu untuk suami dan anak sulung
saja. Sedang ibu dan anak yang terkecil tidak. Kenapa tidak empatempatnya? Tanya saya. Waduh, terlalu berat bayarnya, Kata si
ibu. Biar saja yang penting si Bapak aja
Ada tiga kelas. Kelas pertama membayar Rp 59.500 per bulan per
orang. Kelas kedua Rp 49.500. Sedangkan kelas ketiga Rp 25.000. Si
ibu itu membuat kartu BPJS kelas ketiga untuk suami dan anak
sulungnya itu.
Saya juga mendengar ibu-ibu yang berkata dengan suara keras
Ohhh, BPJS itu ternyata bayar. Bukan gratis. Ibu itu kemudian
pergi, batal membuat kartu BPJS.
Jadi, banyak yang mengira BPJS Kesehatan itu hanya untuk warga
miskin. Gratis itu kan biasanya untuk orang miskin atau tak mampu.
Padahal BPJS Kesehatan itu untuk seluruh warga negara Indonesia.
Warga yang sudah memiliki asuransi swasta pun wajib menjadi
peserta BPJS Kesehatan. Bahkan orang asing yang menetap di
Indonesia lebih dari 6 bulan wajib memiliki kartu BPJS.
Pemilik kartu Askes dari kalangan PNS dan Jamsostek dari kalangan
swasta, otomatis menjadi anggota BPJS Kesehatan. Begitu juga
pemilik kartu Jamkesmas/da yang merupakan program kesehatan
gratis untuk orang miskin otomatis menjadi anggota BPJS
Kesehatan.
***
Sesudah kartu BPJS itu ada di kantong, paling tidak saya tidak
terlalu merasa terancam lagi soal pembiayaan yang mencekik leher
apabila harus masuk rumah sakit. Tentunya kita tidak ingin sakit.
Tapi yang namanya sakit kan bukan kita yang sepenuhnya memilih.
Buktinya demam berdarah memilih anak-anak saya untuk terkena
meski saya merasa sebagai orang yang pembersih baik urusan

sampah maupun rumah. Para tetangga pun mengatakan bahwa


rumah saya itu bersih sekali.
Tapi, apakah betul dengan kartu BPJS Kesehatan kita sudah
memperoleh jaminan kesehatan?
Setiap kali saya ke rumah sakit, saya selalu ditanya di loket Umum
atau BPJS? Kalau saya menjawab BPJS, maka loket akan berbeda.
Baik untuk mendaftar, membayar, bahkan mengambil obat di apotik
pun dibedakan antara umum dan BPJS.
Seorang ibu di rumah sakit mengatakan pada saya: Perbedaan
perlakuan itu begini, pasien yang diutamakan itu yang umum, baru
kemudian pasien BPJS, sesudah itu pasien Askes, baru pasien
Jamkesmas.
Ibu itu tidak lengkap. Sebenarnya ada jenis pasien lain, yaitu pasien
swasta (nampaknya yang dimaksud bukan karyawan perusahaan
swasta, tapi pemilik asuransi dari perusahaan swasta?). Ada 3 jenis
loket di Rumah Sakit yang biasa saya gunakan, yaitu umum,
asuransi swasta, dan BPJS. Sesungguhnya pemilik kartu Askes dan
kartu Jamkesmas/da itu termasuk BPJS. Tapi maksud si ibu, ada
perbedaan perlakuan terhadap pasien umum dan asuransi swasta
yang dianggap membayar. Sedangkan pasien BPJS atau seluruh
program pemerintah dianggap pasien gratis. Di antara pasien gratis,
lebih dihargai pemilik kartu BPJS. Meskipun sebenarnya pemilik
kartu Askes dan Jamkesmas/da itu sekarang menjadi BPJS juga.
Saya belum pernah menggunakan kartu BPJS saya. Tapi saya
melihat bagaimana orang lain menggunakannya di rumah sakit
tempat anak saya di-opname.
Memang benar, petugas kesehatan maupun non-kesehatan,
termasuk dokter, menyebutkan kata gratis untuk menyatakan
bahwa BPJS itu sebagai pelayanan kesehatan gratis yang dibayari
pemerintah. Pasien yang memiliki kartu Askes masih diperlakukan
sama seperti dulu (sebelum Askes beralih menjadi BPJS), yaitu
disodori ucapan bernada peringatan Biaya yang ditanggung BPJS
itu paling hanya plafon saja, paling hanya sekitar Rp3 juta. kata
petugas. Keluarga pasien itu kelihatan sangat terpukul, setiap hari
harus berbelanja alat kesehatan dan obat senilai hampir Rp 2 juta
padahal pasien stroke tersebut sudah hampir seminggu dirawat.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana mendapatkan uang
sebanyak ini dan sampai kapan Kata adik sang pasien yang
menunggui dan membantu keperluan-keperluan itu. Hutang-hutang
ke mana lagi, dan dibayar dengan apa. Nampaknya itu yang
melanda benak keluarga pasien itu.
Saya heran karena membaca buku Panduan BPJS Kesehatan
disebutkan bahwa seluruh biaya ditanggung kecuali hal-hal di luar

ketentuan karena keinginan (keluarga) pasien sendiri.


Dokter pun sama seperti petugas lain mengatakan bahwa obat ini
yang gratis, obat itu harus beli sendiri. Sangat mengherankan
bahwa perlakuan dokter, perawat, dan rumah sakit masih seperti
itu. Bahkan resep pun masih harus dibeli keluarga pasien sendiri.
Saya melihat pasien itu belanja ke apotik setiap hari, sehari 3-4
kali belanja. Saya pun harus belanja ke apotik dan kresek belanjaan
saya besar sekali karena saya harus membeli sampai 10 labu cairan
infus.
Seorang pasien klinik gigi mengatakan bahwa sedang memasang
gigi palsu dengan menggunakan kartu BPJS. Ada 6 gigi yang
diperlukan dan biayanya sekitar Rp 450 ribu. Saya terkejut karena
pemasangan gigi saya di klinik itu jauh lebih mahal, sekitar 5x lipat.
Pembayaran tunai.
Pertanyaannya: Apakah kualitas giginya sama atau berbeda ya?
***
Rupanya masih banyak masyarakat yang belum mengerti apa itu
BPJS Kesehatan. Apa hak dan kewajiban mereka.
Sebaliknya, pihak dokter, perawat, petugas non-medik, dan rumah
sakit secara keseluruhan pun menganggap BPJS Kesehatan itu
sebagai pelayanan kesehatan gratis. Apakah tidak terpikir dalam
benak mereka bahwa mereka tetap dibayar dalam memberikan
pelayanan kesehatannya oleh pasien yang sumber dananya berasal
dari iuran gotong-royong masyarakat se-Indonesia karena seluruh
warga wajib menjadi anggota BPJS Kesehatan? Ataukah bayaran dari
BPJS Kesehatan ini memang murah ketimbang harga umum?
Bayangkan berapa dana yang terhimpun setiap bulan dan tahunnya
bila sekitar 200 juta penduduk Indonesia menjadi peserta BPJS
Kesehatan. Ini tentunya di luar penduduk miskin yang tidak
membayar iuran jalur Jamkesmas/da. Apakah harga yang
dibayarkan oleh BPJS Kesehatan itu kepada pemberi layanan
kesehatan sama seperti harga yang berlaku umum, itulah yang
warga pembayar iuran BPJS berhak tahu.
Saya rasa hak warga untuk mengetahui bagaimana dana yang
terhimpun itu digunakan untuk membayar layanan kesehatan.
Sebab, perlakuan dokter, perawat, dan petugas rumah sakit kepada
pasien BPJS itu ditentukan oleh bagaimana pembayaran dilakukan.
Kalau harga terlalu rendah, bagaimana mendapat pelayanan yang
sama dengan pasien umum dan asuransi swasta? Apakah itu yang
menyebabkan perlakuan yang berbeda seperti ungkapan si ibu
berdasar pengalaman dan pengamatannya di lapangan?
Dokter, pasien BPJS itu bayar bukan gratis. Saya akan
mengatakan itu kepada dokter dan perawat yang bertanya: Ini

bayar ya? Ya, memang itu pertanyaan yang lumrah dari mereka
ketika saya sedang berobat. Saya percaya ini bukan pertanyaan
diskriminatif, hanya sekedar mengecek sesuai jalurnya. Semoga
tidak ada perbedaan dalam pilihan dan kualitas pelayanan bila
bayar dengan gratis.
Namanya sakit, yang diperlukan bukan pelayanan kelas VIP, I, II,
atau III, melainkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan agar
kita kembali sehat. Di buku Panduan BPJS Kesehatan saya membaca
bahwa perbedaan kelas itu hanya untuk akomodasi (kamar dan
fasilitasnya) sedangkan dokter, obat dan alat kesehatan (alkes)
tidak berbeda. Semoga saja di lapangan sesuai dengan itu.
BPJS Kesehatan ini bagaikan malaikat penolong dalam menghadapi
monster sakit yang mengancam kehidupan kita, fisik dan mental,
moril maupun materiil. Tapi lain yang saya baca dengan praktek
yang saya lihat di lapangan. Nampaknya harus ada Komite
Pemantauan BPJS Kesehatan dari kalangan masyarakat. Bukan cuma
Dewan Pengawas yang merupakan bagian dari pengurus BPJS saja.
Pengawasan dari masyarakat pun perlu.
Pengawasan ini ditujukan juga untuk membela pihak BPJS dan
penyedia layanan kesehatan juga bila ada masyarakat pasien yang
terlalu banyak menuntut seperti yang dikeluhkan seorang dokter
tentang penerapan dokter. Nadanya seperti sudah gratis, banyak
maunya lagi. Ini karena masyarakat/pasien juga tidak tahu
ketentuan praktis layanan apa saja yang berhak diterimanya bila
menghadapi suatu kasus berobat. Saya kira ini perlu juga jadi
pengetahuan masyarakat agar bisa memahami rambu-rambunya.
Tapi, saya yakin bukanlah seperti yang dipraktekkan di Rumah Sakit
di atas bahwa Ini resep obat dan alkes yang harus Anda bayar
sendiri karena tidak ada di daftar BPJS. Saya baca berulang-ulang
Panduan BPJS Kesehatan, dinyatakan di situ bahwa pasien
mendapatkan semua pelayanan yang dibutuhkan tanpa harus
membayar.
Sekali lagi, itu bukan gratis, dokter. Kami membayar pelayanan
itu melalui BPJS Kesehatan secara bergotong royong setiap bulan,
setiap orang, dalam keluarga.

http://birokrasi.kompasiana.com/2014/07/18/bpjs-kesehatan-itubukan-gratis-dok-664889.html

Prosedur Layanan Kesehatan Tingkat Pertama yang Ditanggung BPJS


Kesehatan

Pada artikel sebelumnya mengenai Fasilitas dan Layanan Kesehatan


Tingkat Pertama yang Ditanggung BPJS Kesehatan telah diuraikan
secara jelas fasilitas dan layanan yang ditanggung oleh BPJS
Kesehatan untuk layanan tingkat pertama. Agar masyarakat lebih
memahami manfaat dan kemudahan dalam memperoleh layanan,
berikut ini prosedur layanan kesehatan tingkat pertama yang
ditanggung BPJS Kesehatan,
Ketentuan Umum
Ketentuan secara yang umum untuk pasien yang menggunakan
layanan BPJS yaitu :
a. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama tempat Peserta terdaftar
b. Ketentuan di atas dikecualikan pada kondisi:
1). berada di luar wilayah Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
tempat Peserta terdaftar; atau
2). dalam keadaan kegawatdaruratan medis.

c. Peserta dianggap berada di luar wilayah apabila peserta


melakukan kunjungan ke luar domisili karena tujuan tertentu, bukan
merupakan kegiatan yang rutin. Untuk mendapatkan pelayanan di
fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat tujuan, maka peserta
wajib membawa surat pengantar dari Kantor BPJS Kesehatan tujuan.
d. Dalam hal Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat
lanjutan, Fasilitas Kesehatan tingkat pertama harus merujuk ke
Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan terdekat sesuai dengan
sistem rujukan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan
e. Peserta yang melakukan mutasi pada tanggal 1 s/d akhir bulan
berjalan, tidak dapat langsung mendapatkan pelayanan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang baru sampai dengan akhir bulan
berjalan. Peserta berhak mendapatkan pelayanan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang baru di bulan berikutnya.

f. Peserta dapat memilih untuk mutasi Fasilitas Kesehatan tingkat


pertama selain Fasilitas Kesehatan tempat Peserta terdaftar setelah
jangka waktu 3 (tiga) bulan atau lebih.
g. Untuk peserta yang baru mendaftar sebagai peserta BPJS
Kesehatan dan sudah membayar iuran, maka pada bulan berjalan
tersebut peserta dapat langsung mendapatkan pelayanan di
fasilitas
kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar
Rawat Jalan Tingkat Pertama dan Pelayanan Gigi
Prosedur untuk rawat jalan tingkat pertama dan pelayanan gigi yang
ditanggung BPJS Kesehatan
a. Peserta menunjukkan kartu identitas BPJS Kesehatan (proses
administrasi).
b. Fasilitas kesehatan melakukan pengecekan keabsahan kartu
peserta
c. Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaankesehatan/pemberian
tindakan
d. Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti
pelayanan pada lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan
disediakan oleh masing-masing fasilitas kesehatan.
e. Bila diperlukan atas indikasi medis peserta akan memperoleh
obat.
f. Apabila peserta membutuhkan pemeriksaan kehamilan, persalinan
dan pasca melahirkan, maka pelayanan dapat dilakukan oleh bidan
atau dokter umum.
g. Bila hasil pemeriksaan dokter ternyata peserta memerlukan
pemeriksaan ataupun tindakan spesialis/sub-spesialis sesuai dengan
indikasi medis, maka fasilitas kesehatan tingkat pertama akan
memberikan surat rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sesuai dengan sistem
rujukan yang berlaku.
h. Surat rujukan dibutuhkan untuk pertama kali pengobatan ke
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan, dan selanjutnya selama masih

dalam perawatan dan belum di rujuk balik ke Fasilitas Kesehatan


Tingkat Pertama tidak dibutuhkan lagi surat rujukan. Dokter yang
menangani memberi surat keterangan masih dalam perawatan.
i. Fasilitas kesehatan wajib melakukan pencatatan pelayanan dan
tindakan yang telah dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem Informasi
Manajemen yang telah disediakan BPJS Kesehatan.
j. Ketentuan Khusus Pelayanan pemeriksaan kehamilan (ANC) dan
pemeriksaan pasca melahirkan (PNC)
1

Peserta memeriksakan kehamilan (ANC) pada fasilitas kesehatan


tingkat pertama atau jejaringnya sesuai dengan prosedur
pemeriksaan di fasilitas kesehatan tingkat pertama
Pemeriksaan kehamilan (ANC) dan pemeriksaan pasca melahirkan
(PNC) diharapkan dilakukan pada satu tempat yang sama, misalnya
pemeriksaan kehamilan (ANC) dilakukan pada bidan jejaring maka
diharapkan proses persalinan dan pemeriksaan pasca melahirkan
(PNC) juga dilakukan pada bidan jejaring tersebut.
Pemeriksaan kehamilan (ANC) dan pemeriksaan pasca melahirkan
(PNC) pada tempat yang sama dimaksudkan untuk : a) Monitoring
terhadap perkembangan kehamilan, b) Keteraturan pencatatan
partograf, c) Memudahkan dalam administrasi pengajuan klaim ke
BPJS Kesehatan
Rawat Inap Tingkat Pertama
Prosedur yang berlaku untuk rawat inap tingkat pertama, yaitu :

1
2
3
4
5
6

Peserta datang ke fasilitas kesehatan tingkat pertama yang memiliki


fasilitas rawat inap
Fasilitas kesehatan dapat melayani peserta yang terdaftar maupun
peserta yang dirujuk dari fasilitas kesehatan tingkat pertama lain
Peserta menunjukkan identitas BPJS Kesehatan
Fasilitas kesehatan melakukan pengecekan keabsahan kartu
peserta
Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan, perawatan, pemberian
tindakan, obat dan bahan medis habis pakai (BMHP)
Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti
pelayanan pada lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan
disediakan oleh masing-masing fasilitas kesehatan.
Fasilitas kesehatan wajib melakukan pencatatan pelayanan dan
tindakan yang telah dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem Informasi
Manajemen yang telah disediakan BPJS Kesehatan

8
9
10

Peserta dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan bila


secara indikasi medis diperlukan
Pelayanan darah sesuai indikasi medis
Darah disediakan oleh fasilitas pelayanan darah yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan
Penggunaan darah sesuai indikasi medis berdasarkan surat
permintaan darah yang ditandatangani oleh dokter yang merawat.
http://www.jendelacito.info/2014/08/prosedur-layanan-kesehatantingkat-pertama-yang-ditanggung-bpjs-kesehatan.html

BPJS dan Asuransi Kesehatan Swasta: Siapa yang Terbaik?


See more at: http://www.duwitmu.com/bpjs-dan-asuransi-kesehatanswasta-siapa-yang-terbaik/#sthash.YhCYnp3c.dpuf

Hadirnya BPJS dengan premi murah dan manfaat luas menimbulkan


pertanyaan apa masih perlu punya asuransi kesehatan swasta?
Penelusuran saya menemukan masing masing punya kelebihan
dan kekurangan. Pahami dulu, lalu pilih yang paling sesuai dengan
kebutuhan. Yang penting, wajib punya perlindungan kesehatan
karena biaya berobat mahal dan semakin mahal.
Artikel yang paling banyak dikunjungi dan dikomentari di blog ini
adalah soal asuransi kesehatan. Semua tampaknya sadar bahwa
biaya sakit itu mahal. Orang berupaya mencari proteksi kesehatan
yang memadai dengan premi terjangkau.
Pemerintah kita tampaknya sadar akan hal itu (baru sekarang ?).
Makanya BPJS Kesehatan diluncurkan, yang merupakan asuransi
kesehatan milik pemerintah yang bertujuan memproteksi seluruh
masyarakat dengan premi terjangkau. Kalau dulu ada PT Askes,
yang terbatas hanya untuk pegawai negeri dan ABRI, sekarang BPJS
melanjutkannya dengan coverage lebih luas untuk seluruh
masyarakat.
Kalau begitu, apa masih perlu ikut asuransi kesehatan swasta? Buat
kita yang bukan pegawai negeri atau bukan karyawan yang tidak
punya fasilitas kesehatan dari kantor, asuransi kesehatan adalah
pilihannya selama ini.
Mana yang lebih baik, BPJS atau asuransi kesehatan swasta, seperti
Allianz, Manulife dan perusahaan asuransi lain?
Sebelum mengambil keputusan, ada baiknya kita pahami dan kaji
dengan seksama dulu. Apa itu BPJS, bagaimana manfaatnya, dan
apa saja kesulitannya. Setelah dapat gambaran lengkap, baru kita

bisa mengambil keputusan. Ingin tetap punya asuransi kesehatan


atau pindah ke BPJS.

Apa itu BPJS Kesehatan


BPJS Kesehatan, mulai beroperasi 01 Januari 2014, adalah badan
publik yang menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. Ini
sesuai amanat UU BPJS Kesehatan, yaitu UU 40 tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional dan UU 24 tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Peserta BPJS adalah setiap orang, termasuk orang asing yang
bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia, yang telah
membayar iuran. Pada dasarnya, semua orang, entah bekerja,
karyawan, pengusaha atau bahkan pengangguran, serta
keluarganya, bisa menjadi peserta BPJS, asalkan membayar iuran.
Jaminan kesehatan ini dapat diberikan oleh perusahaan untuk
karyawannya beserta keluarga atau individual yang mengambil
untuk sendiri dan keluarganya.
Untuk menjamin masyarakat tidak mampu, pemerintah menetapkan
PBI, yaitu peserta BPJS Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak
mampu (sesuai UU SJSN) yang iurannya dibayari oleh pemerintah.
BPJS memberikan manfaat sebagai berikut:
Pelayanan Promotif, Preventif yaitu: penyuluhan, Imunisasi
(BCG, DOT-HB, Polio dan Campak), Keluarga Berencana (kontrasepsi,
vasektomi dan tubektomi) dan skrining kesehatan (selektif).
Pelayanan Kuratif dan Rehabilitatif, termasuk obat dan bahan
medis, yaitu (1) Rawat Jalan dengan dokter spesialis dan
subspesialis, dan (2) Rawat Inap di ruang intensif dan non intensif.
Manfaat Non Medis meliputi akomodasi dan ambulans.
Pendaftaran jaminan kesehatan nasional ini dapat dilakukan secara
online. Cara mendaftar online dan persyaratan terbaru dapat dilihat
di website BPJS.
Setelah membayar iuran dan resmi diterima, peserta mendapat
kartu jaminan kesehatan. Tersedia hotline di setiap kota untuk
melayani peserta.
Manfaat BPJS kesehatan terkini, termasuk penyakit yang tidak
dijamin, bisa lihat selengkapnya disini. Syarat, cara pendaftaran dan
no telpon hotline BPJS lihat disini.

Keunggulan BPJS Kesehatan

7
8
9
10

Terdapat sejumlah keunggulan BPJS dari asuransi kesehatan swasta.


Apa saja itu?
#1 Iuran Super Murah
Berapa preminya? Jangan kaget ya. Premi atau iuran ditentukan
kelas yang diambil, tidak ada perbedaan berdasarkan umur dan
jenis kelamin. Iuran BPJS kesehatan 2014 per bulan adalah sebagai
berikut:
- See more at:
Misal, asuransi kesehatan BPJS untuk keluarga 3 orang (ayah, ibu
dan anak), cukup bayar kurang dari Rp 180 ribu per bulan untuk
kelas kamar I.
Dibandingkan premi asuransi kesehatan swasta, iuran BPJS sangat
murah. Premi asuransi kesehatan murni (tanpa investasi, premi
hangus) paling tidak tarifnya sekitar Rp 300 sd Rp 500 rb per orang
per bulan. Apalagi kalau unit link, premi bisa lebih mahal lagi, bisa
800 sd 1 juta per orang per bulan.
BPJS tidak membedakan besaran premi berdasarkan umur, jenis
kelamin serta status merokok. Ini berbeda dengan asuransi
kesehatan. Dalam asuransi kesehatan, semakin tua umur, premi
akan makin mahal. Ada pula perbedaan premi antara laki dan
perempuan serta status merokok.
#2 Manfaat Kesehatan yang Dijamin
Tidak hanya iuran yang lebih murah. Manfaat BPJS bagi peserta
lebih lengkap dari asuransi kesehatan. Berikut manfaat yang
diberikan BPJS:
Rawat Inap,
Rawat Jalan,
Kehamilan dan Melahirkan. Persalinan dengan operasi caesar
termasuk yang ditanggung .
Optik/Kacamata.
Coba cek apa ada asuransi kesehatan yang menyediakan manfaat
selengkap itu. Umumnya, asuransi kesehatan hanya menyediakan
rawat inap.
Kalaupun ada asuransi kesehatan yang memberikan tambahan
fasilitas, preminya selangit. Misalnya, ada asuransi kesehatan yang
menyediakan rawat jalan, namun tidak mengganti
100% karena nasabah harus membayar sendiri sebagian tagihan
biaya rawat jalan.
#3 Tidak Ada Pre Existing Condition
Jika punya penyakit bawaan, apa penyakit tersebut ditanggung oleh
asuransi kesehatan? Tidak. Ini yang disebut pre-existing condition.
Itu sebabnya dalam asuransi kesehatan pemeriksaan medical
check-up menjadi wajib serta historis data kesehatan peserta dan

keluarganya wajib disertakan.


Beberapa asuransi kesehatan mencari jalan tengah, yaitu preexisiting condition diterima dengan syarat, yaitu khusus penyakit ini
baru ditanggung 2 tahun kemudian sejak masuk sebagai peserta
asuransi. Jadi, misalnya ketika masuk sudah menderita diabetes,
maka klaim penyakit diabetes baru bisa dibayarkan oleh
asuransi dua tahun lagi.
BPJS tidak mengenal pre-existing condition. Semua penyakit
ditanggung, termasuk penyakit yang sudah ada sebelum peserta
bergabung. Buktinya, tidak adanya medical check up
dalam pendaftaran BPJS.
#4 Tanpa Medical Check-Up
Proses pendaftaran BPJS kesehatan sangat simpel dan mudah. Isi
formulir secara online, cukup dengan data pribadi semua peserta
(bapak, ibu dan anak-anak). Tidak perlu data kesehatan. Setelah itu,
bayar iuran ke virtual account bank. Selesai. Ambil kartu identitas
BPJS di kantor yang sudah ditunjuk.
Medical check up tidak diperlukan. Data kesehatan tidak
ditanyakan.
Ini membedakan dengan proses di asuransi kesehatan swasta, yang
membutuhkan data kesehatan peserta dan keluarga terdekat (orang
tua dan saudara) serta harus disertai medical check-up.
Full cashless. Dalam BPJS, selama ikut kelas kamar yang sesuai dan
patuh prosedur, peserta tidak perlu membayar sepeser pun. Jika
merubah kelas kamar, sehingga biayanya lebih tinggi dari
seharusnya, kelebihan biaya ditanggung peserta.
#5 Tidak Ada Batasan Plafond
Dalam asuransi kesehatan terdapat plafond atau limit manfaat.
Misalnya, batasan berapa hari maksimum rawat inap di rumah sakit,
kemudian biaya dokter, biaya obat serta lab, dan biaya biaya
lainnya yang punya batasan jumlah maksimum yang ditanggung
asuransi kesehatan.
Jika tagihan dari rumah sakit melebihi plafond atau limit, kelebihan
tersebut tidak diganti oleh asuransi. Cara menghitung plafond ada
bermacam macam, ada yang plafond per penyakit (tidak ada
batasan tahunan), ada yang plafond tahunan.
Dalam BPJS, merujuk pada buku panduan, tidak ada plafond atau
batasan biaya penggantian. Selama mengikuti prosedur dan
menggunakan kelas kamar yang ditentukan, semua biaya
pengobatan ditanggung oleh BPJS.
Kelebihan ini saya lihat akan sangat membantu untuk menghadapi
penyakit penyakit kronis, seperti stroke, kanker atau cuci darah
yang biayanya jelas tidak kecil.

Ini kasus nyata. Ibu dari suami keponakan saya dirawat karena
stroke selama sebulan di sebuah rumah sakit pemerintah di
bilangan Jakarta Selatan. Tagihan rumah sakit adalah Rp 30 juta,
tapi karena menggunakan BPJS, beliau cukup membayar Rp 5 juta
dan itu pun karena kenaikkan kelas kamar (jika kamar tidak
berubah, Gratis!).
- See more at: http://www.duwitmu.com/bpjs-dan-asuransikesehatan-swasta-siapa-yangterbaik/#sthash.YhCYnp3c.IqRbhz4U.dpuf
- Tantangan BPJS Kesehatan
- Tidak fair kalau tidak membahas tantangan dan kesulitan
menggunakan BPJS.
- #1 Prosesnya Lebih Panjang
- Dalam BPJS berlaku sistem rujukan berjenjang. Anda tidak bisa
serta merta langsung datang ke rumah sakit. Ujug ujug
langsung ke dokter spesialis. Its big NO NO di BPJS.
- Peserta harus datang dulu ke fasilitas kesehatan tingkat
pertama (faskes I), yaitu puskesmas, klinik atau dokter
keluarga, yang sudah ditunjuk oleh BPJS. Fasilitas kesehatan
tingkat pertama mendiagnosa dan memberikan rujukan
kepada peserta untuk ke rumah sakit yang kerjasama dengan
BPJS.
- Keputusan rujukan sepenuhnya ditangan faskes tingkat I.
Bukan di tangan peserta. Walaupun peserta ingin dirujuk ke
rumah sakit tertentu, mungkin karena sudah langganan
dengan dokternya, selama fasilitas kesehatan tingkat pertama
tidak memberikan, maka tidak bisa.
- Begitu pula dengan tindakan perawatan. Misalnya, meskipun
menanggung persalinan dengan operasi caesar, BPJS akan
mengganti jika memang itu rujukan dari dokter yang
menangani bahwa peserta harus melahirkan dengan operasi.
Tapi, kalau peserta yang meminta operasi, BPJS tidak akan
mengganti, hanya mengganti senilai persalinan normal.
- Apakah peserta bisa minta rujukan ke sembarang puskesmas
atau klinik asalkan sudah kerjasama dengan BPJS ? Tidak bisa.
Fasilitas kesehatan pertama yang bisa digunakan hanya yang
sudah ditunjuk BPJS untuk peserta tersebut.
- Kalau merasa tidak cocok, dengan faskes I yang sudah
ditunjuk, setelah tiga bulan baru bisa minta dirubah ke BPJS.
- Bagaimana jika sedang diluar kota? Harus tetap ke faskes I,
yang sudah ditunjuk. Agak aneh, tapi itulah persyaratannya
sekarang.
- Bagaimana jika kondisi gawat darurat, yang butuh
pertolongan segera? Ada exceptions. Pengecualian.
- Untuk gawat darurat, aturan ini tidak berlaku dan peserta bisa

langsung ke rumah sakit tanpa perlu rujukan. Bahkan ke


rumah sakit yang belum kerjasama dengan BPJS bisa untuk
kondisi gawat darurat. Tapi, mesti diingat, BPJS menetapkan
kriteria untuk bisa diklasifikasikan kondisi gawat darurat.
Proses yang berbelit ini berbeda langit dan bumi dengan
asuransi kesehatan. Dalam asuransi kesehatan tidak ada
sistem rujukan berjenjang. Peserta bisa langsung ke rumah
sakit mana saja untuk rawat inap. Prosesnya jauh lebih
sederhana dan cepat. Anda bisa buktikan bagaimana cepat
dan mudahnya proses klaim di asuransi kesehatan swasta,
terutama yang sudah ternama dan besar, yaitu Manulife dan
Allianz.
#2 Bersiap dengan Antrian
Sebagai jaminan kesehatan nasional, peserta BPJS banyak.
Datang dari berbagai kalangan, baik pegawai negeri, swasta,
bekerja maupun tidak, serta anggota keluarganya. Preminya
yang murah juga menjadi daya tarik.
Akibatnya, antrian di rumah sakit tidak terhindarkan. Saya
membaca di banyak media bahwa salah satu keluhan utama
adalah panjangnya antrian di rumah sakit ketika
menggunakan fasilitas kesehatan BPJS.
Antrian ini jadi masalah ketika kita dalam kondisi emergency.
#3 Tidak Semua Rumah Sakit Kerjasama
Tidak semua rumah sakit menerima BPJS. Rumah sakit swasta
banyak yang belum kerjasama dengan BPJS. Kalau tidak
kerjasama, peserta tidak bisa menggunakan jaminan
kesehatan di rumah sakit tersebut.
Itu sebabnya saya beberapa kali melihat teman dan saudara,
yang meskipun pegawai negeri, namun mereka tetap
mengeluarkan uang cukup besar untuk biya pengobatan dan
rawat inap. Yang mana biaya itu seharusnya gratis buat
mereka yang pegawai negeri karena dijamin oleh BPJS.
Ketika saya tanya kenapa bisa begitu? Mereka jawab rumah
sakit yang jadi kepercayaan saya dan istri tidak kerjasama
dengan BPJS. Kebetulan ini adalah RS Swasta. Lalu ada pula
yang bilang, dokter langganan anak saya hanya praktek di
rumah sakit, yang kebetulan tidak kerjasama dengan BPJS.
- See more at: http://www.duwitmu.com/bpjs-dan-asuransikesehatan-swasta-siapa-yangterbaik/#sthash.YhCYnp3c.IqRbhz4U.dpuf

Ini berbeda dengan asuransi kesehatan swasta. Jika Anda lihat di


asuransi kesehatan swasta, pada dasarnya menerima klaim dari
semua rumah sakit, termasuk yang belum kerjasama. Bedanya,

kalau belum kerjasama, pembayaran klaim dilakukan cara


reimbursement (peserta membayar duluan), sedangkan yang sudah
kerjasama, pembayaran cukup dengan kartu (cashless).
Memang untuk kondisi gawat darurat, BPJS memperbolehkan
perawatan di rumah sakit yang belum kerjasama. Setelah kondisi
gawat darurat diatasi, peserta akan segera dirujuk ke fasilitas
kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS. Tentu saja, kriteria
gawat darurat dari BPJS harus dipenuhi.
#4 Biaya Rumah Sakit yang Tidak Diganti
Ini kondisi yang banyak dikeluhkan peserta BPJS, yaitu penggantian
tidak penuh meskipun sudah mengikuti ketentuan kelas kamar, atau
penggantian obat dilakukan secara bertahap (tidak sekaligus).
Untuk bisa menganalisanya, kita perlu tahu bagaimana proses
penggantian biaya oleh BPJS ke pihak rumah sakit.
Berbeda dengan asuransi kesehatan, BPJS tidak mengenal plafond.
Jadi, dengan pihak rumah sakit, BPJS sudah sepakat diawal
mengenai besaran tarif berdasarkan pada diagnosa penyakit dan
ketentuan tindakan serta obat yang mesti digunakan. Besar tarif
tetap, apapun dan berapapun tindakan medis yang dilakukan.
Sistem paket tarif ini disebut INA CBGs.
Misalnya, perawatan demam berdarah, INA CBGS sudah menghitung
layanan apa saja yang akan diterima, berikut pengobatannya,
sampai dinyatakan sembuh. Berdasarkan perhitungan ini, biaya ini
yang nantinya diklaim oleh rumah sakit ke BPJS.
Ini cara yang berbeda dengan perhitungan biaya berobat yang
selama ini dilakukan di rumah sakit. Umumnya, kita berobat dulu,
kemudian baru tahu berapa jumlah biayanya. Kalau BPJS, besarnya
biaya sudah dipatok diawal, sudah ada klasifikasinya berdasarkan
INA CBGs, bahkan sebelum peserta menjalani perawatan.
Dengan metode INA CBGS, beban BPJS menjadi lebih predictable.
Namun, buat rumah sakit, itu bisa jadi bumerang karena mungkin
actual cost-nya berbeda dengan perhitungan INA CBGS. Siapa yang
mau menanggung ekses-nya?
Paket biaya BPJS sudah menetapkan kisaran hari perawatan.
Bagaimana jika hari perawatannya melebihi hari yang ditetapkan
dalam paket biaya INA CBGs? Apakah untuk memperpanjang perlu
mengurus rujukan lagi dari awal?
Saya membaca peserta yang mengeluh biaya persalinan istrinya
tidak diganti semua, meskipun sudah mengambil kamar sesuai
ketentuan. Ternyata, menurut rumah sakit, meskipun kamarnya
sudah sesuai, namun biaya yang diganti BPJS lebih rendah dari
biaya aktual yang dikeluarkan rumah sakit kelas kamar tersebut,
sehingga kekurangannya dibebankan ke peserta.

11

12

See more at: http://www.duwitmu.com/bpjs-dan-asuransikesehatan-swasta-siapa-yangterbaik/#sthash.YhCYnp3c.IqRbhz4U.dpuf

Begitu pula dengan obat. Ada yang diresepkan obat untuk 1 bulan
tapi karena biayanya melebihi ketentuan BPJS jika diberikan
sekaligus, pemberian obat diberikan secara bertahap. Masalahnya,
setiap minta obat, proses rujukan harus kembali dilakukan. Proses
yang seharusnya cukup satu kali menjadi harus dilakukan beberapa
kali.
BPJS atau Asuransi Kesehatan
Pilih yang mana?
Kita rekap dulu bagaimana masing masing pilihan ini.
BPJS: Jaminan kesehatan ini punya keunggulan iuran murah
dengan manfaat lengkap yang tanpa pre-exisiting condition,
tanpa medical check-up dan tidak ada batasan plafond.
Tanpa plafond, essentially, semua tagihan rumah sakit akan dicover
oleh BPJS selama mengikuti prosedur dan kelas kamar. Sejumlah
keunggulan ini yang sulit didapatkan di asuransi kesehatan swasta,
yang preminya lebih mahal, manfaat terbatas hanya rawat inap dan
ada batasan plafond. Namun, tantangannya di BPJS adalah proses
berbelit, antrian panjang dan terbatasnya pilihan rumah sakit.
Proses di BPJS masih jauh dari convenience buat peserta.
Asuransi Kesehatan: Asuransi unggul dalam hal kecepatan,
kemudahan dan fleksibilitas memilih rumah sakit. Pengobatan
di semua rumah sakit pada dasarnya diterima oleh asuransi, baik itu
yang kerjasama (cashless) dan tidak kerjasama (reimbursement).
Kekurangannya, manfaat lebih terbatas (tidak ada rawat jalan,
kehamilan, gigi dan optik), larangan pre-exisiting condition jika
punya penyakit bawaan (terutama usia usia tua), premi mahal dan
ada plafond yang bisa membuat tagihan tidak semua dibayar (jika
melebihi plafond), terutama pengobatan yang biayanya mahal
(yang justru jadi alasan kenapa kita membeli asuransi in the 1st
place). Anda bisa cek lebih lanjut di situs Manulife dan Allianz, jika
ingin tahu lebih lanjut.
Ringkasan secara umum bisa dilihat dalam tabel dibawah ini:

Setelah melihat perbandingan ini, kita melihat bahwa BPJS dan


asuransi kesehatan memiliki kelebihan sendiri. Keduanya
sebenarnya saling melengkapi. Bukan saling mematikan.
Saya menyarankan prioritas pilihan sebagai berikut:
Prioritas 1. BPJS + Asuransi Kesehatan. Jika tidak ada kendala
keuangan, idealnya punya BPJS dan Asuransi Kesehatan. Keduanya
saling melengkapi. Jika opsi ini dipilih, pastikan ambil asuransi yang
bisa double claim, supaya tagihan bisa diklaim di keduanya.
Prioritas 2. Asuransi Kesehatan. Buat saya, kecepatan,
kemudahan dan fleksibilitas itu yang utama dalam proses berobat.
Keterbatasan pilihan rumah sakit merupakan kendala serius buat
saya karena pindah dokter tidak semudah pindah bengkel atau
pindah toko. Makanya, asuransi kesehatan lebih saya pilih. Tapi ini
penilaian subjektif. Anda mungkin punya pertimbangan lain yang
berbeda.
Prioritas 3. BPJS. Jika budgetnya terbatas, karena premi asuransi
kesehatan yang mahal, BPJS adalah pilihannya. Memiliki jaminan
kesehatan adalah hal wajib karena biaya berobat yang mahal dan
semakin mahal. Harapannya proses di BPJS bisa semakin baik,
sehingga kualitas dan coverage rumah sakitnya bisa sebaik asuransi
kesehatan.
Kesimpulan
Terlepas masih banyak kritik soal pelayanan BPJS, saya menilai ini
langkah penting pemerintah untuk menyediakan jaminan kesehatan
yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Hal yang patut

kita apresiasi.
Apakah asuransi kesehatan swasta akan ditinggalkan? Ternyata
tidak. Masing masing punya kelebihannya sendiri. Saya yakin
keduanya, BPJS dan asuransi kesehatan, akan berjalan beriringan
dan tidak saling mematikan. Justru ini bagus buat kita masyarakat
karena punya lebih banyak pilihan. Demikan semoga bermanfaat.
See
more
at:
http://www.duwitmu.com/bpjs-dan-asuransikesehatan-swasta-siapa-yangterbaik/#sthash.YhCYnp3c.IqRbhz4U.dpuf

Anda mungkin juga menyukai