poligami setelah istri pertamanya khadijah wafat, artinya adalah bahwa nabi Muhammad
bermonogami selama 28 tahun, 25 ketika Khadijah hidup dan 3 tahun sesudah meninggalnya
Khadijah. Selain itu mereka juga berargumen bahwa ayat al-Quran menyatakan bahwa
seorang suami tidak akan dapat berlaku adil jika memiliki istri lebih dari satu (QS AlNisa/4:129), dan ini menurut mereka menunjukan kepada lebih baik monogami dan
haramnya poligami. Argumentasi lainnya adalah perintah berbuat baik kepada istri (QS AlNisa/4:19), hal ini juga menunjukan ketidak bolehan poligami khususnya jika poligami akan
menyakiti istrinya, dan ayat ini juga didukung oleh hadits nabi yang menyatakan bahwa
"sebaik-baik suami adalah yang paling baik prilakunya kepada istrinya", karena poligami
adalah perbuatan menyakitkan hati istri maka jelas Islam secara substantif melarang
poligami. Demikian di antara argumen kelompok yang menolak poligami
Pihak ini berpendapat bahwa banyaknya mudhorat yang ditimbulkan bagi
orang yang melakukan poligami, seperti tidak dapat berlaku adil kepada
istri-istrinya meski dalam masalah nafkah atau pun bermalamnya saja.
Mudharat yang lain adalah timbulnya pertikaian isrti pertama yang tidak
rela suaminya menikah dengan istri keduanya, hal negatif lainnya adalah
munculnya perselisihan yang tidak hanya terbatas kepada pelakunya saja
tapi seringkali bahkan melibatkan anggota keluarga yang lain seperti
orang tua kedua belah pihak atau saudara kandung masing-masing
aspek negatif dari poligami adalah timbulnya kekerasan n dalam rumah
tangga hingga pada pengabaian kepada anak-anak
b. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;
c. istri tidak dapat melahirkan keturunan.
Dan dengan syarat-syarat : (Pasal 5 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974)
Untuk dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 4 ayat (1) Undang-undang ini harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a. adanya persetujuan dari isteri/isteri-isteri;
b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup isteriisteri dan anak-anak mereka.
c. adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak
mereka.
b). Dalam kaidah hukum Islam
Seorang muslim yang benar-benar mengerti tentang isi kandungan Al-Quran, baik itu
seorang laki-laki yang mendukung poligami, maupun seorang wanita yang menolak poligami,
pasti tidak akan mengesampingkan sebuah ayat dalam QS. An-nisa ayat 3. Seorang suami
memang disahkan untuk melakukan pernikahan dengan lebih dari satu wanita. Dan inilah
yang sering dijadikan dalil (hujjah) bagi laki-laki untuk menikah lagi. Mereka menjadikan
ayat ini sebgai dasar hukum halalnya berpoligami. Firman Allah SWT yang berbunyi :
(3)
Artinya :
Dan apabila kalian takut tidak bisa berbuat adil kepada anak-anak perempuan yang
yatim (untuk kalian jadikan istri), maka nikahilah perempuan-perempuan (lain) yang kalian
senangi, dua atau tiga atau empat. Bila kalian takut tidak bisa berbuat adil, maka nikahilah
satu perempuan saja atau budak-budak kalian. Yang demikian itu lebih membuat kalian tidak
berbuat zhalim. (QS. An-Nisa:3)
Jika tidak dipahami kandungan ayat Al-Quran tersebut, bisa membuat para laki-laki
besar kepala. Mereka bisa membuat ayat-ayat ini kemana-mana dan dijadikan sebagai dasar
hukum mereka dalam berpoligami. Mereka sepertinya demikian bangga dengan kodrat
kelelakian mereka merasa dilebihkan oleh Allah SWT dalam urusan pernikahan. Laki-laki
dihalalkan untuk berpoligami sedangkan perempuan diharamkan untuk berpoliandri.
Kelanjutan ayat inilah yang membuat laki-laki berpikir dua kali untuk melakukan
poligami, seorang suami pasti bisa mengukur kemampuan diri menafkahi keluarga. Jika satu
keluarga saja nafkah yang diberikan masih kembang kempis, maksudnya kadang bisa
menafkahi dengancukup dan kadang pula pas-pasan, bagaimana dia akan menafkahi dua
bahkan tiga atau empat keluarga.
Dari uraian dampak negatif poligami di atas dapat disimpulkan bahwa penulis kontra atau
tidak setuju dengan praktek perpoligamian di Indonesia, meskipun kehendak untuk
berpoligami itu jatuh pada masing-masing individu.
Dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 pasal 3 ayat 1, bahwa:
Pada asasnya seorang pria hanya boleh memiliki seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh
memiliki seorang suami.
Jelas bahwa dalam pasal 3 (1) menganut asas monogami meskipun dalam ayat selanjutnya
disebutkan bahwa seorang suami boleh berpoligami dengan ketentuan dan syarat yang tertera.
Kesimpulan
Melihat begitu dahsyat kontroversi yang terjadi di Indonesia tentang poligami,
rasanya tidak mungkin seorang suami bisa berpoligami dengan baik. Sebab citra yang sudah
terbangun di benak masyarakat kita tentang poligami, adalah persaingan, kecemburuan, dan
perang dingin antara istri-istri yang dimadu serta belum adanya definisi yang baik yang dapat
menerangkan tentang arti dari kata adil serta belum adanya seroang lelaki yang dapat
mengaplikasikan adil dalam arti yang sebenar-benarnya. Namun memang perlu
adanya suatu penafsiran yang baik dan mendalam atas pengertianpengertian poligami, baik menurut hukum nasional maupun Hukum Islam
sehingga dalam pengaplikasiannya tidak terjadi penyelewengan atas
makna poligami yang sesungguhnya.
Pertanyaan
terhadap
kelompok
yang
pro
dengan
poligami :
Dari syarat-syarat berpoligami ada salah satunya yaitu dapat bersikap
adil, sedangkan dalam surat an-nisa ayat 129 yang artinya
Dan kamu
sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri (mu), walaupun
kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu
cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain
terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara
diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. [An-Nisa: 129].
Yang intinya adalah Allah berfirman bahwa kamu sekali-kali tidak akan
dapat berlaku adil di antara istri-istrimu.
Bagaimana tanggapan anda dalam menyikapi hal ini?
Kesimpulannya adalah bahwa kecenderungan hati atau kecintannya
kepada salah satu istri yang lebih besar daripada yang lain wajib tetap
berada pada tempatnya yaitu di dalam hati. Tidak boleh ditampakkan
dengan ucapan maupun perbuatan agar tidak menyakiti istri-istri yang
lainnya. Juga tidak boleh mengurangi maslahat para istri yang lain dan
anak-anaknya demi memenuhi kecintaannya kepada seorang istri yang
lebih dicintainya berikut anak-anaknya. Kita adalah manusia bukan
malaikat. Oleh karena itu kita wajib berbuat adil sebatas kemampuan kita.
Sementara keadilan mutlak itu hanya ada di akhirat di sisi Allah yang
tidak ada seorangpun yang terzhalimi disisi-Nya. Wallahualam.