Anda di halaman 1dari 5

JANUARI 2016

Successful investing professionals are disciplined and consistent and they think a great deal about what they
do and how they do it. - Benjamin Graham

GELIAT SANG FAJAR


Tahun 2015 sudah berlalu dan tidak berlebihan
apabila dikata menyisakan kekecewaan di kalangan
para investor. Harapan atas pertumbuhan ekonomi
di awal administrasi pemerintahan yang baru
terpilih setahun sebelumnya nampaknya belum
terwujud di tahun 2015. Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) turun 12,13% dan Pendapatan
Domestik Bruto (PDB/GDP) melambat ke level
4,8%, di mana setahun sebelumnya IHSG
mengalami peningkatan 22,29% dan PDB melaju di
level 5,02%.
Grafik 1. Perekonomian Indonesia menyisakan kegetiran di
tahun 2015

Tabel 1. Perbandingan hasil investasi 5 tahun terakhir


Total Return
INDOBex (ICBI)
Return (%)
CAGR (%)
Avg. Return (%)
Holding Return (%)
INDOBeXG
Return (%)
CAGR (%)
Avg. Return (%)
Holding Return (%)
INDOBeXC
Return (%)
CAGR (%)
Avg. Return (%)
Holding Return (%)
IHSG
Return (%)
CAGR (%)
Avg. Return (%)
Holding Return (%)
Time Deposit
Return (%)
CAGR (%)
Avg. Return (%)
Holding Return (%)
GDP*
CAGR (%)
Avg. Return (%)
Holding Return (%)
IDR/USD
Depreciation (%)
CAGR (%)
Avg. Return (%)
Holding Return (%)
Inflasi

2010
128.4

2011
154.5
20.3%

2012
173.4
12.2%

2013
156.2
-9.9%

2014
175.9
12.6%

128.8

156.7
21.6%

176.1
12.4%

154.7
-12.2%

174.6
12.9%

125.5

141.9
13.1%

158.1
11.4%

161.2
2.0%

178.9
10.9%

3,703.0

3,821.9
3.2%

4,316.6
12.9%

4,274.1
-1.0%

5,226.9
22.3%

100

107.1
7.1%

113.6
6.1%

121.5
6.9%

132.2
8.8%

6.38%

6.17%

6.03%

5.58%

5.02%

8,996

9,069
-0.8%

9,793
-8.0%

12,171
-24.3%

12,388
-1.8%

7.0%

3.8%

3.7%

8.1%

8.4%

2015
183.3
4.2%
7.4%
7.9%
42.7%
180.4
3.3%
7.0%
7.6%
40.0%
196.5
9.9%
9.4%
9.4%
56.6%
4593.0
-12.1%
4.4%
5.1%
24.0%
143.7
8.7%
7.5%
7.5%
43.7%
4.80%
5.5%
5.5%
30.8%
13,788
-11.3%
-8.9%
-9.2%
-53.3%
3.4%

Sumber: Bloomberg, IBPA

Sumber: Bloomberg

Bahkan apabila melihat kinerja instrumen investasi


(saham, deposito, obligasi pemerintah dan obligasi
korporasi) selama lima tahun ke belakang (20102015), terlihat kegetiran yang dialami oleh investor
saham. Pada periode tersebut, investasi pada
saham (holding period return HPR) menunjukkan
imbal hasil 24%, sedangkan investasi pada deposito
menunjukkan imbal hasil yang jauh lebih tinggi, HPR
43,7%. Hanya investasi pada obligasi korporasi yang
berkinerja lebih tinggi, HPR 56,6%.

Terdepresiasinya Rupiah terhadap USD hingga


53,3% pada periode 2010-2015 turut berperan
terhadap kinerja saham emiten di bursa. Demikian
pula dengan PDB yang melambat secara konsisten
pada periode tersebut.
Namun, geliat pemulihan PDB sudah nampak di
3Q2015 di mana PDB mengalami pertumbuhan
4,73% yoy, setelah di kuartal sebelumnya PDB
sempat menyentuh titik terendah yaitu bertumbuh
4,67% yoy. Kontribusi belanja negara mengalami
peningkatan,
9,82%
dibandingkan
kuartal
sebelumnya (vs 8,86% di 2Q2015). Investasi
mengalami sedikit pelemahan 32,39% (vs 32,49% di
2Q2015). Net ekspor meningkat 0,81% (vs 0,25%) di
tengah perlambatan ekonomi global, baik di Timur
(perlambatan Cina) maupun di Barat (perlambatan
Eropa). Belanja rumah tangga tetap menjadi
penopang meski sedikit tertatih, di mana
kontribusinya mengalami kenaikan menjadi 54,98%
(vs. 54,68% di 2Q2015).

Halaman 1 dari 5
Catatan penting yang perlu diperhatikan: Seluruh informasi dan keterangan yang disampaikan melalui artikel ini hanya merupakan informasi dan/atau keterangan yang tidak dapat
diartikan sebagai suatu saran/advis investasi tertentu, karenanya tidak bersifat mengikat. Segala hal yang berkaitan dengan diterimanya dan/atau dipergunakannya artikel tersebut
sebagai pengambilan keputusan investasi adalah merupakan tanggung jawab pribadi atas segala risiko yang mungkin timbul. Sehubungan dengan risiko dan tanggung jawab pribadi
atas artikel ini, pembaca dengan ini menyetujui untuk melepaskan segala tanggung jawab dan risiko hukum PT BNI Asset Management dan/atau perusahaan terafiliasi serta
karyawannya atas diterimanya dan/atau dipergunakannya artikel ini.

JANUARI 2016
Grafik 2. Pertumbuhan PDB kuartalan yang mengalami
perlambatan, namun menunjukkan geliat baru di kuartal ketiga
2015

Grafik 4. Komposisi pendapatan negara APBN 2016

Sumber: Kementerian Keuangan


Sumber: Bloomberg

PDB di tahun 2016 diharapkan dapat mencapai


level 5,3%. Peningkatan ini dimungkinkan dengan
laju pembangunan infrastruktur, di mana belanja
negara diekspektasikan akan tetap tinggi yaitu Rp
2.095,7 triliun atau naik 5,6% dibandingkan APBNPerubahan tahun 2015 sebesar Rp 1.984,1 triliun.
Grafik 3. Komposisi belanja negara APBN 2016

Sumber: Kementerian Keuangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk


tahun 2016 sudah disetujui sebesar Rp 1.822,5
triliun atau naik 3,5% dibandingkan APBNPerubahan tahun 2015 sebesar Rp 1.761,6 triliun.
Pemerintah berencana untuk mendanai belanja
dari pendapatan pajak yang ditargetkan naik 3,9%
di tahun 2016. Kenaikan pendapatan pajak
ditargetkan akan disokong dari pajak penghasilan
(PPh) yang mengalami kenaikan 11,5% atau sebesar
77,8 triliun dari tahun 2015.

Hingga akhir Desember 2015 pemerintah sudah


menerbitkan delapan kebijakan stimulus yang
dimaksudkan untuk memperbaiki iklim investasi
dalam negeri, meningkatkan daya beli masyarakat,
meningkatkan ketahanan moneter domestik,
memperdalam
sektor
finansial
(financial
deepening), dan meningkatkan industri ekspor
berorientasi produk bernilai tambah. Di tahun
2016, pemerintah bermaksud untuk terus
melakukan stimulus, termasuk di antaranya adalah
peningkatan investasi di sektor properti (melalui
kepemilikan pihak asing) dan insentif perpajakan
(melalui pengampunan pajak dan pemotongan tarif
pajak korporasi).
Belanja rumah tangga di sisi lain juga diharapkan
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan
ekspektasi relatif stabilnya inflasi di tahun 2016
dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 4,50%
(vs. 3,35% di FY2015). Meskipun same store sales
growth (SSSG) mengalami penurunan sepanjang
dua tahun terakhir, keyakinan masyarakat akan
pemulihan ekonomi Indonesia masih solid, di mana
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menunjukkan
level 107,5 di bulan Desember 2015.

Halaman 2 dari 5
Catatan penting yang perlu diperhatikan: Seluruh informasi dan keterangan yang disampaikan melalui artikel ini hanya merupakan informasi dan/atau keterangan yang tidak dapat
diartikan sebagai suatu saran/advis investasi tertentu, karenanya tidak bersifat mengikat. Segala hal yang berkaitan dengan diterimanya dan/atau dipergunakannya artikel tersebut
sebagai pengambilan keputusan investasi adalah merupakan tanggung jawab pribadi atas segala risiko yang mungkin timbul. Sehubungan dengan risiko dan tanggung jawab pribadi
atas artikel ini, pembaca dengan ini menyetujui untuk melepaskan segala tanggung jawab dan risiko hukum PT BNI Asset Management dan/atau perusahaan terafiliasi serta
karyawannya atas diterimanya dan/atau dipergunakannya artikel ini.

JANUARI 2016
Grafik 5. SSSG mengalami penurunan sepanjang dua tahun
terakhir, namun optimis ke depannya

Standard & Poor (S&P) memang masih belum


memberikan peringkat layak investasi (investment
grade) atas utang Indonesia. Sebagai catatan, S&P
merupakan satu-satunya lembaga pemeringkat
internasional yang belum menyematkan peringkat
tersebut kepada Indonesia. Adapun demikian, S&P
sudah memberikan penilaian yang positif
terhadap Indonesia dalam jangka pendek dengan
menaikkan outlook-nya ke positif.
Grafik 8. S&P menjadi lembaga pemeringkat internasional yang
belum memberikan peringkat layak investasi bagi Indonesia

Sumber: CIMB Securities, BCA Sekuritas


Grafik 6. Indeks Keyakinan Konsumer yang menunjukkan
optimisme masyarakat

Sumber: Bloomberg

Sumber: Bloomberg

Geliat pemulihan belanja rumah tangga terlihat


pada 3Q2015 dibandingkan 2Q2015 di mana meski
penjualan mobil mengalami penurunan tipis 1,63%,
namun sepeda motor dan semen mengalami
peningkatan 4,97% dan 4,06%.
Grafik 7. Peningkatan di kuartal III 2015

Sumber: Bloomberg

Inflasi di tahun 2016 diperkirakan akan tetap


rendah dikarenakan harga komoditas yang
diperkirakan masih akan tertahan, terlihat dari
keputusan OPEC dalam rapatnya pada 4 Desember
2015 untuk tidak memotong volume produksinya.
Sementara pertumbuhan ekonomi global yang
melambat
seiring
dengan
melambatnya
pertumbuhan ekonomi Cina, disinyalir tidak
mampu memanfaatkan rendahnya harga minyak.
Sehingga oversupply pada persediaan minyak di
tengah rendahnya permintaan global, akan
berdampak pada tertahannya harga komoditas
yang mengakibatkan terbatasnya inflasi di 2016.
Meskipun bank sentral Amerika Serikat, Federal
Reserve (The Fed), sudah menaikkan suku bunga
acuan Fed Rate (FFR) sebesar 25 bps pada tanggal
16 Desember 2015, Bank Indonesia diperkirakan
tidak akan mengimbangi langkah the Fed untuk
menaikkan suku bunga acuan BI Rate. Hal ini
dikarenakan: 1) inflasi 2016 yang akan tetap
tertahan, 2) ruang untuk penurunan sudah cukup
lebar yang ditunjukkan dengan spread antara BI
Rate dan Fed Rate di atas rata-rata historis, dan 3)
sudah lebih stabilnya Rupiah seiring dengan

Halaman 3 dari 5
Catatan penting yang perlu diperhatikan: Seluruh informasi dan keterangan yang disampaikan melalui artikel ini hanya merupakan informasi dan/atau keterangan yang tidak dapat
diartikan sebagai suatu saran/advis investasi tertentu, karenanya tidak bersifat mengikat. Segala hal yang berkaitan dengan diterimanya dan/atau dipergunakannya artikel tersebut
sebagai pengambilan keputusan investasi adalah merupakan tanggung jawab pribadi atas segala risiko yang mungkin timbul. Sehubungan dengan risiko dan tanggung jawab pribadi
atas artikel ini, pembaca dengan ini menyetujui untuk melepaskan segala tanggung jawab dan risiko hukum PT BNI Asset Management dan/atau perusahaan terafiliasi serta
karyawannya atas diterimanya dan/atau dipergunakannya artikel ini.

JANUARI 2016
membaiknya CAD. Kami perkirakan BI Rate akan
mengalami penurunan di tahun 2016 sebesar 75
bps menjadi 6,75% (vs. konsensus 7,0%)
Tabel 2. Konsensus ekonom terhadap penurunan BI Rate
Q1 16 Q2 16 Q3 16 Q4 16 Q1 17 Q2 17
Bloomberg Weighted Average
7.15 7.05 7.00 7.00 6.85 7.15
Median Forecast
7.25 7.25 7.00 7.00 6.75 7.13
Average Forecast
7.27 7.16 7.08 7.03 6.88 7.13
High Forecast
7.50 7.50 7.50 8.00 7.50 7.25
Low Forecast
7.00 6.75 6.50 6.50 6.50 7.00
Responses
24
24
24
27
15
2
Sumber: Bloomberg

Di tengah perlambatan PDB Indonesia di tahun


2015, dan penurunan kinerja bursa saham
domestik, IHSG mencatatkan peringkat terburuk
ke-3 di dunia. BNI-AM Inspiring Equity Fund
mencatat pertumbuhan -9,02% yoy, lebih baik
3,11% dibandingkan dengan IHSG.
Grafik 11. Kinerja Inspiring vs IHSG

Grafik 9. Selisih BI Rate dengan Fed Rate saat ini di atas rata-rata
historisnya

Sumber: Bloomberg

Sumber: Bloomberg

Langkah The Fed sesungguhnya justru memutuskan


rantai ketidakpastian atas peningkatan FFR yang
sudah dimulai sejak Taper Tantrum di tahun 2013.
Maju mundurnya The Fed sepanjang tahun 2015
mengakibatkan volatilitas yang cukup tinggi di
bursa saham. Di tahun 2016, The Fed kami
perkirakan tidak akan menurunkan FFR terlalu jauh
karena tertahannya inflasi akibat rendahnya harga
minyak dan komoditas.
Grafik 10. Penundaan keputusan kenaikan Fed Rate di tahun
2015 menimbulkan dampak positif dan negatif pada IHSG

Di tahun 2016, tim pengelola investasi


menargetkan pertumbuhan kinerja BNI-AM
Inspiring Equity Fund 2% di atas IHSG.
Berdasarkan rasio PE historis sebesar 15,2x dan
standar deviasi sebesar 1,2, serta forward EPS
sebesar 331,04 (A) dapat diterjemahkan sebagai
target IHSG di akhir tahun 2016 adalah 5.429 atau
menunjukkan kenaikan 18,2% dari level IHSG di
4.593 pada akhir tahun 2015.
Tabel 3. Target IHSG dengan model valuasi P/E

Average P/E - B
Target IHSG - A* B
x - 1 stdv 5Y (x) x + 1 stdv Pesimis Netral
Optimis
14.08
15.24
16.40 4,661.04 5,045.05 5,429.06
Sumber: Bloomberg, BNI-AM

Sektor-sektor unggulan yang menjadi pilihan kami


adalah sektor industrial (infrastruktur dan
konstruksi) dan sektor consumer staples (fastmoving consumer goods dan poultry). Kami netral
pada sektor financial (perbankan dan properti) dan
sektor healthcare, meskipun tetap cermat
mengamati tren dan data positif atas sektor
tersebut.

Sumber: Bloomberg

Belanja negara, khususnya di bidang infrastruktur,


diekpektasikan berdampak positif untuk sektor

Halaman 4 dari 5
Catatan penting yang perlu diperhatikan: Seluruh informasi dan keterangan yang disampaikan melalui artikel ini hanya merupakan informasi dan/atau keterangan yang tidak dapat
diartikan sebagai suatu saran/advis investasi tertentu, karenanya tidak bersifat mengikat. Segala hal yang berkaitan dengan diterimanya dan/atau dipergunakannya artikel tersebut
sebagai pengambilan keputusan investasi adalah merupakan tanggung jawab pribadi atas segala risiko yang mungkin timbul. Sehubungan dengan risiko dan tanggung jawab pribadi
atas artikel ini, pembaca dengan ini menyetujui untuk melepaskan segala tanggung jawab dan risiko hukum PT BNI Asset Management dan/atau perusahaan terafiliasi serta
karyawannya atas diterimanya dan/atau dipergunakannya artikel ini.

JANUARI 2016
industrial,
khususnya
kontraktor
BUMN.
Penyelesaian tol Trans Jawa (panjang 642,56 km)
dan Trans Sumatra (panjang 2.818 km) akan
menjadi prioritas pemerintah. Secara total,
kontraktor BUMN sudah mengumpulkan kontrak
sebesar Rp 73,3 triliun (naik 56% yoy) yang
merupakan 68,3% dari target kontraktor BUMN di
tahun 2016 sebesar Rp 107,3 triliun.
Rendahnya harga komoditas menguntungkan
sektor consumer staples dikarenakan lebih dari
50% Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah bahan
baku yang bersumber dari komoditas. Sub-sektor
poultry diprediksi akan mengalami peningkatan
margin keuntungan menyusul ekspektasi harga
bahan baku pakan ternak seperti jagung dan kacang
kedelai yang masih rendah (menyumbang 80%
dari HPP produsen pakan unggas).
Dari sektor financial, sub-sektor perbankan
dihadapkan pada pertumbuhan kredit yang
moderat (11%-14%), meskipun lebih tinggi
dibandingkan tahun lalu (9,8% yoy per November
2015). Penurunan BI Rate yang agresif dapat
memulihkan pertumbuhan kredit, namun apabila BI
baru melakukannya di semester II 2016, maka subsektor ini akan dihadapkan pada potensi
peningkatan NPL dari pinjaman sektor komoditas.
Setelah mengalami penurunan marketing sales 17%
di tahun 2015, sub-sektor properti diharapkan
dapat berbalik dan memberikan kinerja positif.
Ekspektasi tersebut didasari atas penurunan BI Rate
yang agresif dan permintaan dari warga asing pasca
perizinan baru untuk kepemilikan properti oleh
warga asing.

Tabel 4. Proyeksi hasil investasi tahun 2016


Instrument
10 Year Government Bond (%)
5 Year Corporate Bond AAA (%)
Potensi IHSG (%)
Deposit Rate

2015
8.74
10.43
4593
7.1

2016
7.75
9.38
5429
6

Upside/(Downside)
Potential
15.8%
13.5%
18%
-110 bps

Sumber: BNI-AM

Dalam satu tahun ke depan, harapan pembalikan


kinerja instrumen investasi mulai menyala, dengan
latar belakang: 1) kebijakan stimulus Pemerintah
untuk memperbaiki iklim investasi di dalam negeri,
2) relatif stabilnya inflasi yang diakibatkan
tertahannya harga komoditas global, 3) penurunan
BI Rate dengan stabilnya Rupiah, serta 4) peringkat
layak investasi dari S&P. IHSG kami perkirakan
dapat bertumbuh 18,2% hingga akhir tahun.
Yoga Prakasa, CFP
Head of Investment Analysis and Product Development
Ika Pratiwi Rahayu
Investment Analyst

Sektor healthcare diharapkan mengalami


perbaikan utilisasi fasilitas (saat ini rata-rata 70%)
pasca capital expenditure yang mengharapkan
kenaikan utilisasi dari program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN). Perbaikan JKN di masa learning
curve
implementasinya
diharapkan
dapat
menyumbang kontribusi yang berarti bagi sektor
ini.

Halaman 5 dari 5
Catatan penting yang perlu diperhatikan: Seluruh informasi dan keterangan yang disampaikan melalui artikel ini hanya merupakan informasi dan/atau keterangan yang tidak dapat
diartikan sebagai suatu saran/advis investasi tertentu, karenanya tidak bersifat mengikat. Segala hal yang berkaitan dengan diterimanya dan/atau dipergunakannya artikel tersebut
sebagai pengambilan keputusan investasi adalah merupakan tanggung jawab pribadi atas segala risiko yang mungkin timbul. Sehubungan dengan risiko dan tanggung jawab pribadi
atas artikel ini, pembaca dengan ini menyetujui untuk melepaskan segala tanggung jawab dan risiko hukum PT BNI Asset Management dan/atau perusahaan terafiliasi serta
karyawannya atas diterimanya dan/atau dipergunakannya artikel ini.

Anda mungkin juga menyukai