Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN ORANG TUA DAN SANITASI RUMAH DENGAN ANGKA

KECACINGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG TAHUN
2014

Yoga Indrawan Pratama*, Teguh Wahju Sardjono**, Arief Alamsyah ***


*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB, **Laboratorium Parasitologi FKUB
***Laboratorium IKM FKUB
ABSTRAK
Kecacingan merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Infeksi cacing paling sering
ditemukan pada anak usia sekolah dasar dengan prevalensi 60-80%. Pengetahuan orang tua merupakan faktor
yang berperan dalam perilaku anak. Kondisi sanitasi lingkungan rumah merupakan faktor yang mempermudah
penularan cacing ke tubuh manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan orang tua dan sanitasi rumah siswa dengan angka kecacingan siswa sekolah dasar. Subyek
penelitian adalah siswa kelas 3,4, dan 5 dari 12 Sekolah Dasar Kecamatan Kedungkandang Kota Malang yang
diminta untuk menyerahkan fesesnya. Dari 1552 siswa, terkumpul 757 sampel feses dan setelah diperiksa
dengan metode Kato Thick Smear didapatkan 35 sampel positif kecacingan (4,6%). Dari hasil kuesioner
didapatkan tingkat pengetahuan orang tua sebesar 82,5% dan tingkat sanitasi rumah sebesar 80,9%. Hasil
analisis statistik Chi-Square menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan orang tua
dengan angka kecacingan (p=0,543) dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sanitasi rumah dengan
angka kecacingan (p=0,077) pada siswa sekolah dasar di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang tahun 2014.
Kata Kunci:

kecacingan, pengetahuan orang tua, sanitasi rumah


ABSTRACT

Intestinal worm infection is a health problem in Indonesia. Intestinal worm infection occur the most in
primary school students age with a prevalence of 60-80%. Parents knowledge is factor that influence in students
behaviour. House sanitation is factor that ease the intestinal worm infection. The purpose of this study is to
identify the relation between parents knowledge level and house sanitation level with the prevalence of intestinal
worm infection of primary school students. Subject were 3th to 5th grade students of 12 schools in
Kedungkandang Subdistrict are requested to collect their faeces. Of the 1552 students 757 faecal samples was
collected and after examined using Kato Thick smear method, 35 samples are positive (4,6%). The result of the
questionnaire reveals that the parents knowledge level are 82,5% and house sanitation level are 80,9%. ChiSquare analysis results showed that there is not significant correlation between parents knowledge and intestinal
worm infection (p=0,543), and there is not significant correlation between house sanitation and intestinal worm
infection (p=0,077).
Keywords:
intestinal worm infection, parents
knowledge, house sanitation

PENDAHULUAN
Infeksi cacing (kecacingan) merupakan
salah satu diantara penyakit yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Infeksi cacing dapat
mengakibatkan menurunnya kesehatan, gizi,
kecerdasan, kehilangan darah, karbohidrat dan
protein, sehingga menurunkan kualitas sumber
daya manusia. Infeksi cacing menjadi penyakit
yang sering terjadi di negara-negara miskin dan
berkembang, karena masih terdapat masalah
kemiskinan, kekurangan nutrisi, sanitasi serta
penjagaan kesehatan.1
Prevalensi infeksi cacing di Indonesia
masih sangat tinggi pada semua golongan umur.
Golongan penduduk yang kurang mampu,
mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit ini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di 10
provinsi di Indonesia ditemukan prevalensi Ascaris
lumbricoides 30,4%, Trichuris trichiura 21,2% serta
Ancylostoma duodenale dan Necator americanus
6,5%.2
Anak usia Sekolah Dasar merupakan yang
paling sering menderita kecacingan.3 Infeksi cacing
pada anak akan mengganggu pertumbuhan,
menurunkan kemampuan fisik, produktifitas belajar
dan intelektualitas.4 Berdasarkan survei yang
dilakukan Departemen Kesehatan ditemukan
bahwa prevalensi kecacingan pada anak usia
Sekolah Dasar cukup tinggi, yakni berkisar 60-80.5
Pada tahun 2006 di Kota Malang telah
dilakukan
penelitian
terhadap
prevalensi
kecacingan pada anak usia Sekolah Dasar yang
terletak di kawasan yang dekat dengan Instalasi
Pembuangan Air Limbah. Kawasan-kawasan
tersebut antara lain adalah Tlogomas, Bareng,
Mulyorejo, dan Mergosono. Prevalensi telur cacing
parasit terbesar yang ditemukan pada siswa SD
yang terletak di sekitar Instalasi Pembuangan Air
Limbah Kota Malang adalah Ascaris lumbricoides
yaitu sebesar 65,22%, diikuti dengan telur
Enterobius vermicularis sebesar 21,47%, kemudian
Trichuris trichiura sebesar 11,59%, dan prevalensi
terkecil pada telur cacing Ancylostoma duodenale
sebesar 1,45%.6
Pengetahuan orang tua memiliki peran
pada kecacingan anak usia sekolah dasar.
Pengetahuan seseorang akan mempengaruhi

perilaku orang tersebut, seperti pada orang tua.


Perilaku orang tua seperti cara memelihara
kebersihan
rumah,
kebersihan
makanan,
kebersihan per-orangan (merawat kebersihan
tangan, jari, kuku, gigi, mulut, dan rambut), adalah
faktor penting yang berpengaruh terhadap proses
tumbuh-kembang anak.7 Oleh karena itu dapat
dikatakan pengetahuan orang tua sangat berperan
terhadap angka kecacingan pada anak usia
Sekolah Dasar.
Kondisi sanitasi rumah dapat berpengaruh
dengan infeksi cacing pada anak Sekolah Dasar.
Keadaan sanitasi rumah tangga dapat dilihat dari
jamban keluarga, lantai rumah, sarana
pembuangan sampah, ketersediaan air bersih,
sarana pembuangan air limbah, dan kebersihan
halaman rumah. Sanitasi lingkungan yang buruk
dapat mempermudah penularan cacing pada tubuh
manusia.
Salah Satu kecamatan di Kota Malang
adalah Kecamatan Kedungkandang. Kepadatan
penduduk di Kecamatan Kedungkandang masih
kurang rata, dan terfokus di 2 Kelurahan yaitu
Kotalama dan Mergosono. Selain itu Kecamatan
Kedungkandang juga dekat dengan Instalasi
Pembuangan Air Limbah. Setelah penelitian
tersebut yang dilakukan pada tahun 2006 belum
dilakukan penelitian lagi untuk melihat prevalensi
kecacingan di Kedungkandang hingga tahun 2014.
Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui hubungan-hubungan
antara pengetahuan orang tua, sanitasi rumah
terhadap angka kecacingan pada anak-anak usia
Sekolah Dasar Kecamatan Kedungkandang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
observational analytic dengan menggunakan
desain cross sectional. Dalam penelitian ini akan
dianalisis hubungan pengetahuan orang tua dan
sanitasi rumah dengan angka kecacingan pada
anak sekolah dasar di Kecamatan Kedungkandang
Malang. Penelitian ini berlangsung dalam 2 tahap.
Pada tahap pertama yaitu pemeriksaan sampel
tinja dilakukan di Laboratorium Parasitologi
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya pada
bulan September November 2014. Tahap kedua
penelitian ini yaitu penggalian informasi responden

melalui kuesioner yang dilakukan di


Kecamatan Kedungkandang Kota Malang pada
bulan Desember 2014 Februari 2015.
Populasi pada penelitian ini adalah siswa
sekolah dasar di Kecamatan Kedungkandang Kota
Malang.
Sekolah
dasar
di
Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang akan dibagi menjadi
3 zona yaitu zona 1 adalah daerah di sekitar hulu
sungai, zona 2 adalah daerah di sekitar tengah
aliran sungai, dan zona 3 adalah daerah di sekitar

Populasi dalam penelitian ini adalah 1552


siswa dari kelas 3, 4, dan 5 pada 12 sekolah dasar
di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang.
Sampel tinja yang terkumpul adalah sebanyak 757
sampel. Data dikumpulkan dengan cara
pemeriksaan tinja dengan menggunakan metode
Kato Thick Smear, kuisioner tingkat pengetahuan
orang tua dan sanitasi rumah. Analisis statistik
dilakukan dengan uji Chi-Square.

hilir sungai.
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Sekolah

Tabel 1 Status Kecacingan di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang


Peserta
Tinja
Coverage
Cacing positif
Penyuluhan
Terkumpul
(%)
Alu
Hw
Tt
Ev
Ss

Hn

Sawojajar 1

119

65

54,62%

0,00%

Sawojajar 6

178

75

42,13%

0,00%

Madyopuro 2

116

36

31,03%

5,56%

Cemorokandang

113

37

32,74%

0,00%

Mergosono 4

92

50

54,35%

6,00%

Buring

165

77

46,67%

5,19%

Kotalama 6

105

69

65,71%

7,25%

Lesanpuro 4

96

33

34,38%

3,03%

Bumiayu 4

105

52

49,52%

7,69%

Arjowinangun 2

219

144

65,75%

11

11

7,64%

Tlogowaru 1

84

63

75,00%

4,76%

Kotalama 5

160

56

35,00%

3,57%

Total

1552

757

48,78%

2
28

35

4,62%

80%

14,3%

2,85%

0%

0%

2,85%

Setelah dilakukan pemeriksaan tinja


didapatkan 35 siswa yang positif terinfeksi cacing.
Kasus kecacingan yang terbanyak ada pada SDN
Arjowinangun 2 sebanyak 11 kasus (7,64%).
Sedangkan pada 3 sekolah yaitu SD Sawojajar 1,
SD Sawojajar 6, dan SD Cemorokandang tidak
ditemukan kasus kecacingan. Jenis cacing yang
menginfeksi antara lain Ascaris lumbrioides,
Hookworm, Trichuris
trichiura,
Enterobius
vermicularis, Strongyloides stercoralis, dan
Hymenolepis nana. Data hasil pemeriksaan
kecacingan dapat dilihat pada tabel 1.

Berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat


35 siswa (4,6%) sekolah dasar di Kecamatan
Kedungkandang yang terinfeksi cacingan. Dari
hasil pemeriksaan tinja yang dikumpulkan siswa
sekolah dasar Kecamatan Kedungkandang
didapatkan jenis cacing yang paling banyak adalah
Ascaris lumbricoides sebanyak 28 kasus (80%),
Hookworm 5 kasus (14,3%), Trichuris trichiura 1
kasus (2,85%), H nana 1 kasus (2,85%).

Gambar 1 Telur Telur cacing Ascaris lumbricoides


decorticated dengan perbesaran mikroskop 10x

Variabel

Pengetahuan
orang tua

Sanitasi Rumah

n
12
20
32

Baik
buruk

22

Baik
sedang
buruk

7
3
32

Gambar 2. Telur cacing Ascaris lumbricoides unfertil


dengan perbesaran mikroskop 10x

Kecacingan
Positif
negatif
%
n
%
30,00
25
70,00
29,79
53
70,21
29,82
78
70,18
24,72
67
75,28
38,89
100,00
29,09

11
0
78

61,11
0,00
70,91

37
73
110
89

Total
%
100
100
100
100

18
3
110

100
100
100

Sig

Keterangan

0.537

tidak signifikan

0.077

tidak signifikan

Tabel 2 Uji Chi Square antara kecacingan, pengetahuan orang tua dan sanitasi rumah

Tabel 3 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Orang Tua


Dengan Kejadian Kecacingan
Pengetahuan
Orang Tua
Pengetahuan

Kejadian Kecacingan
Positif
Negatif

Total

12

32,4%

25

67,5%

37

Orang Tua

20

27,4%

53

72,6%

73

Buruk
Total

32

29,0%

78

70,9%

110

Orang Tua Baik


Pengetahuan

Tabel 4

Tabulasi sialang antara Status sosial-ekonomi

dengan kejadian infeksi kecacingan

Berdasarkan tabel 3 didapatkan bahwa


dari total 110 sampel dibagi menjadi 4 kelompok.
Kelompok responden dengan pengetahuan orang
tua yang buruk dan kecacingan negatif berjumlah
53 orang (72,60%) kelompok dengan pengetahuan
orang tua buruk dan kecacingan positif berjumlah
20 orang (27,39%). Sedangkan kelompok dengan
pengetahuan orang tua yang baik dan kecacingan
negatif berjumlah25 orang (67,57%), kelompok
dengan pengetahuan orang tua baik dan
kecacingan positif berjumlah 12 orang (32,43%).

Sanitasi
Rumah
Sanitasi baik
Sanitasi
sedang
Sanitasi buruk
Total

Kejadian Kecacingan
Positif
Negatif

%
22
24,7%
67
75,3%

Total
89

38,89%

11

61,11%

18

3
78

100%
71%

0
32

0%
29%

3
110

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa


sebagian besar responden memiliki sanitasi yang
baik 89, untuk kategori sanitasi sedang terdapat 18
responden dan 3 responden termasuk dalam
kategori sanitasi buruk. Variabel kejadian
kecacingan, dari 110 responden yang diamati

terdapat 78 responden (71%) negatif kecacingan


dan 32 responden (32%) positif kecacingan.

PEMBAHASAN
Berdasarkan data pada tabel 1 tingkat coverage
yang paling besar terdapat pada SD Tlogowaru 1
dengan coverage 75%. Tingginya coverage pada
SD Tlogowaru 1 ini disebabkan karena adanya
bantuan dari pihak sekolah untuk menghimbau
siswa membawa feses. Selain itu, juga disebabkan
karena dilakukan 2 kali pengambilan feses pada
hari yang berbeda oleh peneliti. Sehingga siswa
yang tidak membawa feses pada hari pertama bisa
membawa pada hari kedua pengumpulan.
Berdasarkan
hasil
pemeriksaan
dengan
menggunakan metode Kato Thick Smear
didapatkan prevalensi kecacingan adalah sebesar
4,6%. Pemeriksaan serupa yang dilakukan di Jawa
Timur pada tahun 2008 2010 menghasilkan
angka prevalensi sebesar 7,95%.9 Penelitian
mengenai kecacingan di kota Palu pada tahun 2014
didapatkan prevalensi kecacingan sebesar
31,6%.10 Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
angka prevalensi kecacingan di Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang tergolong rendah.
Didapatkan perbedaan yang cukup signifikan
antara prevalensi kecacingan di daerah perkotaan
dan pedesaan berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Kalimantan Selatan yaitu sebesar 6,4%
dan 11,5%.11 Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa angka prevalensi kecacingan yang rendah di
Kecamatan Kedungakandang karena merupakan
wilayah perkotaan.
Dari data penelitian bahwa Ascaris lumbricoides
memiliki prevalensi paling tinggi yaitu 28 kasus
(80%), Hookworm ditemukan 5 kasus (14,3%), dan
Trichuris trichiura 1 kasus (2,85%). Selain Soil
Transmitted Helminth ternyata juga ditemukan
Hymenolepsis nana 1 kasus (2,85%) di Kecamatan
Kedungkandang. Data dari WHO dilaporkan
sebanyak 800 juta orang terinfeksi Ascaris
lumbricoides, 600 juta orang terinfeksi Trichuris
trichiura, dan 600 juta orang terinfeksi
Hookworm.12
Prevalensi cacing Ascaris

lumbricoides di Indonesia termasuk dalam kategori


tinggi yaitu memiliki frekuensi antara 60-90% pada
anak usia sekolah dasar. Ascaris lumbricoides
banyak ditemukan di dataran dan daerah yang
lembab.13 Hal tersebut menunjukan bahwa jenis
cacing yang paling banyak menginfeksi manusia,
khususnya pada anak usia sekolah dasar adalah
Ascaris lumbricoides.
Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa
pengetahuan orang tua tidak memiliki hubungan
yang bermakna terhadap kejadian kecacingan pada
siswa sekolah dasar di Kecamatan Kedungkandang
Kota Malang. Karena berdasarakan uji statisktik
yaitu nilai p-value 0.543 Meskipun secara statistik
tidak ditemukannya hubungan dan pengaruh yang
bermakna antarvariabel tersebut, bukan berarti
tingkat pengetahuan orang tua tidak mempengaruhi
kejadian kecacingan pada siswa sekolah dasar.
Karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Gazali (2008), bahwa rendah prevalensi infeksi
STH di Kecamatan Periukan disebabkan tingkat
pengetahuan yang semakin baik.14 Tingkat
pengetahuan merupakan salah satu aspek yang
berpengaruh terhadap tinggi rendah prevalensi
kecacingan.15 Pengetahuan yang baik tentang
suatu penyakit akan mengurangi tingginya kejadian
akan penyakit terebut. Pengetahuan yang baik
akan mempengaruhi sikap dan perilaku
seseorang.16
Salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya hubungan yang
signifikan antara pengetahuan orang tua dengan
angka kecacingan di Kecamatan Kedungkandang
adalah angka prevalensi kecacingan yang rendah
di Kecamatan Kedungkandang.
Berdasarkan penelitian ini dapat ditunjukan bahwa
tingkat sanitasi rumah tangga terdapat hubungan
yang tidak bermakna terhadap kejadian kecacingan
pada siswa sekolah dasar di Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang. Karena berdasarkan
uji statistic yaitu nilai p-value = 0.077. Meskipun
secara statistik tidak ditemukannya hubungan dan
pengaruh yang bermakna antarvariabel tersebut,
bukan berarti tingkat pengetahuan orang tua tidak
mempengaruhi kejadian kecacingan pada siswa
sekolah dasar. Karena berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Jallaludin (2008) pada siswa sekolah

dasar di Kecamatan Blang Mangat Kota


Lhokseumawe bahwa sanitasi lingkungan rumah
memiliki hubungan yang bermakna dengan angka
infeksi kecacingan.17 Untuk menncegah terjadinya
penyakit infeksi cacing dibutuhkan sumber air yang
bersih dan diolah terlebih dulu sebelum
dikonsumsi.18 Jamban merupakan salah satu
sarana pembuangan tinja yang sangat penting,
karena banyak sekali penyakit yang dapat
disebabkan oleh tinja manusia. Orang yang
terinfeksi cacingan merupakan sumber terpenting
untuk kontaminasi tanah karena jika mereka
membuang
tinja
sembarangan
dapat
mengembangbiakan telur dan dapat hidup dalam
waktu yang lama.19 Bahan lantai dari tanah akan
lebih cocok untuk perkembangan cacing
dibandingkan dengan lantai yang terbuat dari
papan atau semen.20 Keadaan lingkungan rumah
dan sekolah yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menyebabkan tingginya prevalensi
kecacingan siswa sekolah dasar. Hal ini sesuai
dengan teori Blum yang menyatakan bahwa faktor
lingkungan mempunyai kontribusi yang paling besar
di dalam mempengaruhi status kesehatan individu
maupun masyarakat.18 Salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya hubungan yang
signifikan antara sanitasi rumah dengan angka
kecacingan di Kecamatan Kedungkandang adalah
angka prevalensi kecacingan yang rendah di
Kecamatan Kedungkandang.

KESIMPULAN
Berdasarkan dari penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut :
1. Angka kejadian kecacingan pada siswa
sekolah
dasar
di
Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang tergolong
rendah (4,6%) jika dibandingkan dengan
angka kejadian kecacingan di Indonesia
(37,5%).
2. Jumlah cacing terbanyak masih didominasi
oleh jenis Ascaris lumbricoides yaitu 28
kasus
(80%)
di
Kecamatan
Kedungkandang. Hal ini sesuai dengan
daerah lain di Indonesia. Prevalensi

3.

4.

5.

6.

Ascaris lumbricoides di Indonesia adalah


sebesar 60-80%.
Tingkat pengetahuan orang tua siswa
tentang kecacingan sampel di SDN
Kecamatan Kedungkandang Kota Malang
buruk.
Tingkat sanitasi rumah siswa sekolah
dasar yang menjadi sampel Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang baik.
Tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara angka kecacingan dengan
pengetahuan orang tua dan sanitasi
rumah.
Tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara pengetahuan orang tua dengan
sanitasi rumah.

SARAN
Saran-saran yang dapat diberikan untuk
penelitian selanjutnya adalah:
1. Perlu ada penelitian seperti ini lagi
kedepan yang menggunakan pemeriksaan
tinja kuantitatif.
2. Pemberian waktu yang lebih panjang,
kurang lebih 3 hari, sehingga responden
punya waktu yang cukup untuk
mengumpulkan sampel tinja sehingga
kemungkinan tinja terkumpul bisa lebih
banyak.
3. Perlu dilakukan penjadwalan yang lebih
teratur dalam pembuatan preparat, karena
preparat hanya bisa bertahan 2 hari sejak
dibuat. Hal ini menyebabkan beberapa
preparat rusak karena melebihi 2 hari.
4. Perlu diadakan suatu kegiatan penyuluhan
untuk mengedukasi siswa maupun orang
tua tentang pentingnya perilaku hidup sehat
dan menjaga lingkungan bersih demi
mengurangi infeksi cacing.
5. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk
mengetahui infestasi kecacingan dilihat dari
faktor-faktor yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
1. WHO; 2004. pp. 243300. (Global Burden
of

Disease

Volume

IV).

2.

3.

4.

5.

6.

7.
8.

9.

http://whqlibdoc.who.int/publications/2004/
9241592303.pdf.
Luthfianti. 2008. Faktor factor yang
mempengaruhi kecacingan [Skripsi].
Depok: Fakultas Kesehatan Mayarakat
Universitas Indonesia
Nadesul H. 2000. Jaringan Informasi
Kesehatan.
(on
line).
http://www.infokes.net.html. Diakses 12
Januari 2015.
Ginting. 2009. Faktor-faktor yang
Berhubungan
dengan
Kejadian
Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar di
Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan
Kabupaten Samosir Tahun 2008. Skripsi.
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Depkes RI. 2006. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Tentang
Pedoman
Pengendalian
Cacingan.
Jakarta.
Indonesia.
Available
at
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_ke
pmenkes/KMK%20No.%20424%20ttg
%20Pedoman%20Pengendalian
%20Cacingan.pdf.Diaksespada 10 Januari
2015.
Rahayu.2006. Keberadaan Telur Cacing
Parasit Pada Siswa Sd Di Sekitar Instalasi
Pengolahan Air Limbah (Ipal) Terpadu
Kota Malang Dan Hubungannya Dengan
Kepadatan Telur Cacing Pada Air Limbah
Perumahan Di Ipal Terpadu. Berk. Penel.
Hayati: 11 (105112)
Anwar.2000.Sikap Manusia, Teori, dan
Pengukuran Edisi Kedua. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Mardiana dan Djarismawati. 2008.
Prevalensi Cacing Usus pada Murid
Sekolah Dasar Wajib Belajar Pelayanan
Gerakan Terpadu Pengetasan Kemiskinan
Daerah Kumuh di Wilayah DKI Jakarta.
Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 7, No. 2
Agustus 2008. (Online). http://www.
ekologi.litbang.Depkes.go.id/data/vol
%207/5-Mardiana.pdf.
Kemenkes. 2012. Pedoman Pengendalian
Kecacingan. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI Direktorat Jendral PP dan
PL

10. Chadijah,

11.

12.

13.

14.

15.
16.
17.

18.
19.
20.

S., Sumolang,P.P.F., dan


Verdiana, N.N., 2014, Hubungan
Pengetahuan, Perilaku, dan Sanitasi
Lingkungan dengan Angka Kecacingan
pada Anak Sekolah Dasar di Kota palu,
Media Litbangkes, 24(1): 50-56
Hairani,
2012.
Insidensi
parasit
pencernaan pada anak sekolah dasar di
perkotaan dan pedesaan di Kabupaten
Tanah Bumbu Kalimantan Selatan.
World Health Organization. WHO
Technical Report of The TDR Disease
Reference Group on Helminth Infections.
Vol. 972. World Health Organization, 2012
Prasetyo.2003.
Atlas
Berwarna
Helmintologi Kedokteran. Surabaya :
Cetakan Pertama, Airlangga University
Press
Gazali. 2008. Hubungan Higiene
Perseorangan Anak Sekolah Dasar dan
Kondisi Kesehatan Lingkungan Rumah
dengan Kejadian Penyakit Kecacingan di
Kecamatan Air Periukan Kabupaten
Seluma Propinsi Bengkulu : Program
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Tesis.
Sastroasmoro S, Ismael S. 2002 Dasar
Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta :,
Binarupa Aksara.
Soekidjo, N., 2007. Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka Cipta.
Jallaludin.2009.
Pengaruh
Sanitasi
Lingkungan, Personal Higiene dan
Karakteristik Anak Terhadap Infeksi
Kecacingan Pada Murid Sekolah
DasarKecamatan Blang Mangat Kota
Lhokseumawe. Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara. Tesis.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Onggowaluyo, J.S, 2002. Parasitologi
Medik I.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Jafar, Nurhaedar.2008. Pengaruh Sosial
Ekonomi, Sanitasi Lingkungan Dan
Higiene Peorangan Terhadap Infestasi
Cacing, Hubungannya Terhadap Status

Gizi Anak Umur 24-59 Bulan Di Kabupaten


Maros Tahun 2008. Makassar
Telah disetujui oleh,
Pembimbing I

Prof. Dr. dr.Teguh Wahyu Sardjono, DTM&H.,M.Sc.,Sp.Park


NIP: 195204101980021001

Anda mungkin juga menyukai