Antbiotik Profilak PD SC PDF
Antbiotik Profilak PD SC PDF
Latar belakang
Persalinan secara seksio sesarea mempunyai risiko infeksi 5-20 kali lebih tinggi
dibandingkan persalinan vaginal. Pada dekade terakhir terdapat peningkatan insidensi
seksio sesarea, berhubungan dengan peningkatan infeksi pasca operasi pada ibu.
Dilaporkan terjadi 18-83% komplikasi infeksi pasca operasi ketika antibiotika profilaktik
belum digunakan.1 Demam yang disebabkan infeksi pasca operasi atau faktor lain muncul
pada 1 diantara 5 seksio sesarea.2 Komplikasi infeksi pasca operasi seksio sesarea
memberikan kontribusi penting dalam peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal.
Komplikasi tersebut juga berhubungan dengan peningkatan biaya dan lama perawatan di
rumah sakit. Antibiotika profilaktik pada seksio sesarea diharapkan dapat menurunkan
morbiditas maternal sehubungan dengan infeksi pasca operasi. 1
Antibiotika profilaktik
Penggunaan antibiotika pada masa prabedah ditujukan untuk menanggulangi
infeksi agar risiko pembedahan dapat ditekan serendah mungkin. Karena bertujuan untuk
mencegah infeksi pasca bedah maka antibiotika profilaktik hanya diberikan dalam jangka
waktu pendek, yaitu untuk melindungi penderita selama dilakukan tindakan bedah dan
pada masa segera setelah pembedahan yaitu pada masa daya pertahanan penderita masih
tertekan.3
Pemberian antibiotika profilaktik yang tepat menurunkan insidensi infeksi pada
luka operasi. Antibiotika profilaktik diberikan sebelum tindakan, idealnya 30 menit atau
dalam dua jam sebelum dilakukan dilakukan irisan luka operasi . Pemilihan antibiotika
dipengaruhi oleh jenis organisme yang paling sering menyebabkan infeksi dan harga dari
sediaan antibiotika yang ada.4
Pada tahun 1960 Burke et al mengadakan penelitian dengan memberikan penisilin
injeksi dosis tunggal dengan variasi waktu pemberian, sebelum dan sesudah penanaman
bakteri yang sensitif terhadap penisilin, yaitu Staphylococcus aureus pada kulit babi.
Pemberian antibiotika sesaat sebelum dan setelah penanaman organisme memberikan
hasil munculnya lesi yang secara histologis sama dengan lesi penanaman intra dermal
dari organisme yang mati. Penundaan saat pemberian antibiotika sedikitnya tiga jam
memberikan hasil munculnya lesi yang sama dengan lesi yang muncul pada binatang,
yang tidak menerima pemberian antibiotika.4
Luka operasi diklasifikasikan menjadi operasi yang bersih, dengan kriteria
merupakan operasi yang elektif, tidak ada tanda radang akut, dan tidak memasuki traktus
respiratorius, gastrointestinal, bilier dan traktus genitourinarius. Luka operasi dikatakan
bersih terkontaminasi, apabila merupakan luka operasi yang bersih tetapi dilakukan
segera, sehingga merupakan operasi emergency, atau luka dengan membuka traktus
respiratorius, gastrointestinal, bilier, dan genitourinarius, yang dilakukan secara elektif
dengan tumpahan minimal. Luka operasi dikatakan terkontaminasi apabila terdapat reaksi
radang, non purulen, tumpahan yang banyak, dari traktus gastrointestinal, membuka
bilier, traktus genitourinarius dengan disertai adanya infeksi empedu atau urine, luka
tembus kurang dari 4 jam, luka terbuka lama untuk dilakukan penutupan. Sedangkan
operasi dikatakan kotor apabila terdapat radang bernanah, terdapat perforasi traktus
respiratorius, gastrointestinal, bilier, atau luka penetrasi lebih dari 4 jam. Risiko infeksi
pada operasi bersih sebesar <2%, operasi bersih terkontaminasi <10%, operasi
terkontaminasi 20%, dan operasi kotor sebesar 40%. 4
Beberapa faktor risiko tidak berhubungan dengan penggolongan diatas, namun
berhubungan secara nyata, meningkatkan risiko infeksi pada semua prosedur adalah
adanya faktor sistemik yang meliputi diabetes, pemakaian kortikosteroid, obesitas, usia
yang ekstrim, malnutrisi, riwayat operasi belum lama, transfusi darah masif, diagnosis
sebelum operasi yang lain. Faktor lokal yang berhubungan dengan meningkatnya infeksi
adalah benda asing, elektrocautery, injeksi dengan epinefrin, drain luka, pencukuran
rambut, dan riwayat iradiasi daerah operasi.4
koagulasi
negatif,
anaerob
(peptostreptococcus,
Bacteroides,
profilaktik insidensi endometritis sebesar 20-85%, infeksi luka operasi dan komplikasi
infeksi berat sebesar 25%.5
Faktor-faktor
dilakukan seksio sesarea adalah, jenis seksio sesarea emergency, lama persalinan,
pecahnya ketuban dan lamanya terjadi pecah ketuban, status sosial ekonomi,
pemeriksaan vaginal dan monitoring janin internal selama persalinan, infeksi saluran
kemih, anemia, jumlah perdarahan, obesitas, diabetes, anestesi umum, kemampuan
operator dan tehnik operasi. Persalinan dan pecahnya ketuban merupakan faktor utama,
dan obesitas merupakan faktor risiko penting untuk infeksi luka operasi. Dilaporkan juga
adanya hubungan antara vaginosis bakterial
(95%, CI 0,11-0,55), pada kelompok seksio sesarea emergency 0,39 (CI 0,33-0,45), pada
seksio sesarea yang tidak dikelompokan elektif atau emergency sebesar 0,37 (CI 0,330,42). Terdapat hasil yang hampir sama untuk luaran demam pada ketiga kelompok
tersebut. Dengan menggunakan episode bakteremia sebagai luaran infeksi yang berat,
antibiotika profilaktik
seksio sesarea emergency, 0,54 (0,32-0,92) untuk kelompok yang tidak didefinisikan
elektif atau emergency, dan secara keseluruhan pada semua wanita yang dilakukan seksio
sesarea sebesar 0,44 (0,29-0,68). Tidak ditemukan kematian pada masing-masing
kelompok. 5
Munculnya efek samping maternal dilaporkan 3 episode (0,4%) pada kelompok
plasebo, dan 16 (1,5%) pada kelompok dengan pemberian antibiotika profilaktik . Efek
samping yang muncul umumnya berupa kemerahan, diikuti phlebitis pada tempat
dilakukan injeksi intravena.5
Pada 13 penelitian terdapat data tentang lama perawatan di rumah sakit. Terdapat
penurunan lama perawatan di rumah sakit pada kelompok yang diberiakan antibiotika
profilaktik sebesar 0,34 hari (95%, CI 0,51-0,10). Lama perawatan di rumah sakit pada
kelompok yang terapi sebesar 4,4 sampai 11,2 hari, sedangkan pada kelompok tanpa
terapi sebesar 5,2-12,1 hari. Tidak terdapat data yang menuliskan tentang perbandingan
biaya pada kedua kelompok tersebut.5 Efek pemberian antibiotika yang mengubah flora
normal pada ibu, efek pada saat munculnya infeksi pada bayi, dan timbulnya resistensi
tidak dapat diketahui dan dihitung.
Antibiotika profilaktik yang ideal haruslah memenuhi syarat sebagai berikut:
terbukti efektif pada penelitian RCT dengan design yang baik, aktif terhadap mayoritas
agen patogen yang terlibat, mencapai kadar yang diperlukan dalam serum dan jaringan,
tidak berhubungan dengan munculnya resistensi obat, tidak mahal, dan ditoleransi dengan
baik oleh pasien. Dalam beberapa hal penisilin dan sefalosporin memenuhi kriteriakriteria ini.1
Terdapat perbedaan dalam jalur pemberian dan waktu pemberiaan antibiotika
profilaktik . Selain penggunaan antibiotika secara sistemik, dilaporkan juga penggunaan
dalam operasi sebagai cairan pencuci uterus dan ruang peritoneal. Selain terdapat
keenam 26/145, kelompok ketujuh 22/146, kelompok delapan 19/148, dan kelompok
sembilan 13/155. 2
Penelitian Louise pada tahun 1982 membandingkan pemberian tiga macam
antibiotik pada pasien seksio sesarae emergency, kelompok satu ampicillin inj 1 g iv
diikuti dosis berikutnya 6 dan 12 jam postpartum (n=60), kelompok kedua cefazolin 1g,
diikuti dosis berikutnya 6 dan 12 jam post partum (n=70), dan kelompok ketiga
cefotaxime 1 g diikuti dosis berikutnya 6 dan 12 jam postpartum (n=58). Endometritis
terjadi berturut-turut dari kelompok satu sampai dengan tiga sebesar 2/60, 3/70 dan 4/58.
ISK pada kelompok 1 sebesar 2/60, kelompok kedua 3/70 dan kelompok ketiga 2/60.
Reaksi Demam muncul sebesar 6/60 pada kelompok satu, 5/70 pada kelompok kedua,
dan 5/58 pada kelompok ketiga. 2
Terdapat penelitian yang dilakukan di delapan universitas afiliasi dari the Global
Network for Perinatal and Reproductive Healh, dimana pada masing-masing tempat
belum mempunyai protokol antibiotika profilaktik yang tertulis. Survey ini mendapatkan
terdapat variasi penggunaan antibiotika profilakis pada seksio sesarea pada delapan
universitas. Dibandingkan regimen yang direkomendasikan dari Cochrane collaboration,
antibiotika profilaktik yang diberikan tergolong dibawah standar yang ditentukan (misal
profilaksi tidak diberikan kepada semua wanita), diatas standar (misal pemakaian
antibiotika spektrum luas yang tidak perlu, lebih dari satu dosis antibiotika diberikan),
dan pemakaian yang salah (misal pemberian jauh sebelum atau sesudah periode yang
bermanfaat). Meskipun biaya rumah sakit tidak dihitung, pemakaian antibiotika
sefalosporin generasi kedua, pemakaian antibiotika dosis multipel, atau pemakaian
antibiotika lebih dari satu macam, berhubungan dengan peningkatan biaya profilaksi
yang tidak perlu.6
Ringkasan
1. Antibiotika profilaktik pada seksio sesarea menurunkan risiko terjadinya infeksi
pasca operasi
2. Ampicillin dan sefalosporin generasi pertama merupakan pilihan antibiotika yang
dapat dipakai untuk profilaksi pada seksio sesarea
Daftar Pustaka
1. Hopkins L, Smail F. Antibiotic prophylaxis regimen and drugs for cesarean
section (Cochrane Review). In: Cochrane Library, Issue 1, 2002. Oxford: Update
Software
2. Murray Enkin, Marc J.N.C. Keirse, James Neilson, Caroline Crowther, Leila
Duley, Ellen Hodnett, and Justus Hofmeyer A Guide to effective Care in
Pregnancy and Childbirth, 3 rd ed. Oxford,UK: Oxford University Press, 2000.
3.