LANDASAN TEORI
Asma bronkhial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon-respon trakhea
dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan
nafas yang luas dan derajatnya berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil
pengobatan (soeparman sarwono waspadji, 1998).
Asma bronkhial adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah
bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan
asma(Ngatsiah, 1997).
Asma bronkhial adalah sindroma obstruksi jalan nafas yang berulang ditandai dengan
kontraksi otot polos bronkhial, inflamasi dan hipersekresi, yang menyebabkan kurangnya
aliran darah atau kesukaran bernafas.(Silvia A Prince Lorraine M Wilson. 1994).
Dari ketiga pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa asma bronkhial adalah
penyakit saluran pernafasan yang berupa sindroma obstruksi jalan nafas yang berulang
6
ditandai dengan kontraksi otot polos bronkhial, dan hipersekresi mucus yang menyebabkan
kurangnya aliran udara/ kesukaran bernafas dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat
mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa
seranagan asma.
2. Etiologi
Penyebab asma bronkhial adalah:
a. faktor ekstrinsik
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik, aspirin)
dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu
predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus
spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
b. faktor intrinsik
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pemcetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh
adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
3. Patofisiologi
a. proses perjalanan penyakit
Timbulnya asma ditandai dengan terjadinya kontraksi spastic dari otot polos bronchialis
yang menyebabkan kesulitan mernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronchialis terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi
diduga terjadi dengan karena: seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibodi IgE abnormal dalam jumlah besar dan antidodi ini
menyebabkan reaksi aleri bila bereaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibodi
terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat
dengan bronchiolus dan bronkus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi IgE orang tersebut akan meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah melekat pada sel mast dan menyebabkan sel
akan mengeluarkan berbagai zat diantaranya histamine, zat anafilaksis yang bereaksi
lambat.
Pada asma, diameter bronchiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan pada paru selama ekspirasi paksa menekan bagian
luar bronchiolus. Karena bronchiolus susdah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik
dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi, hal ini menyebabkan dispnea.
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru, hal ini
menyebabkan barrel chest.
Didalam buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart, asma adalah obstruksi
jalan nafas. Obstruksi oleh satu atau lebih dari yang berikut ini: kontraksi otot-otot yang
mengelilingi bronki, yang menyempitkan jalan nafas, pembengkakan membran yang
melapisi bronki. Selain itu, oto-otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum
yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap
di dalam jaringan paru.
b. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang timbul pada penyakit asma adalah batuk, dispnea, dan mengi dan sesak
nafas. Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam
dada, disertai dengan pernafasan lambat, mengi.Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang
dibanding ekspirasi, yang mendorong pasien pasien untuk duduk tegak dan menggunakan
setiap otot-otot pernafasan. Jalan nafas yang tersumbat menyebabkan dispnea.
Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal didada atau dileher. Batuk kering di
malam hari atau ketika melakukan olah raga. Selama seranagan asma, sesak nafas bisa
menjadi berat, sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita
juga akan mengeluarkan banyak keringat.
c. Komplikasi
komplikasi asma dapat mencakup status asmatikus, fraktur iga, gagal nafas, pneumonia
dan atelektasis. Obstruksi jalan nafas, terutama selama episodik asmatikus akut
mengakibatkan hipoksemia membutuhkan pemberian oksigen dan pemantauan gas darah
arteri.
4. Pemeriksaan diagnostik
1. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
2. Foto rontgen: dengan hasil selama remisi
3. Tes fungsi paru: dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan
apakah fungsi normal adalah obstruksi atau restriksi
4. FEVI/FVC: rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasits vital kuat menurun pada asma
5. GDA: memperkirakan progresif proses penyakit kronis
5. Penatalaksanaan Medis
a. Medik
Terapi pengobatan:
-
b. Non medik
Penatalaksanan yang diberikan pada klien asma bronchial bertujuan menyembuhkan
dan mengendalikan gejala asma, mencegah kekembuhan mengupayakan fungsi paru,
menghindari efek obat asma, mencegah obstruksi jalan nafas yang ireveriabel.
Kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan,
emosional, dimana setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing sebagai
bagian dari keluarga (Friedman dalam Suprajitno, 2004: hal 1)
b. Jenis atau tipe keluarga
Tipe keluarga menurut Anderson Carter (dalam Agus Citra, 2008 hal 7)
1) Keluarga inti (Nuclear Family), terdiri dari bapak, ibu dan anak-anak.
2) Keluarga besar (Extended family), adalah keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
3) Keluarga berantai (serial family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang baru menikah lebih dari satu kali, dan merupakan satu keluarga inti.
4) Keluarga duda atau janda (Single family), adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
5) Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
6) Keluarga Kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan
tetapi membentuk satu keluarga.
c. Struktur keluarga
Struktur Keluarga dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
Untuk dominasi jalur hubungan darah :
1) Patrilineal, keluarga yang dihubungkan melalui jalur garis ayah, suku-suku di
Indonesia menggunakan struktur keluargara Patrilineal.
2) Matrilineal, keluarga yang dihubungkan melalui jalur garis ibu, suku padang di
Indonesia merupakan salah satu suku yang masih konsisten menggunakan pola
Matrilineal.
Untuk dominasi keberadaan tempat tinggal
1) Matrilokal, menentukan bahwa keberadaan tempat tinggal satu keluarga.
2) Patrilokal, menunjukan bahwa keberadaan tempat tinggal satu keluarga suami
istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
Untuk dominasi pengambilan keputusan :
1) Patriakal, menunjukan dominasi pengambilan keputusan ada dipihak suami.
2) Matriakal, menunjukan dominasi pengambilan keputusan ada dipihak istri.
d. Peran keluarga
Beberapa peran yang terdapat di dalam keluarga menurut (Nasrul Efendi, 1998: hal
14) adalah sebagai berikut:
1) Peran ayah : sebagai suami dari istri dan anak-anaknya, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan
lingkungannya.
2) Peran Ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung
dan sebagai salah satu kelompok dan lingkungannya. Disamping itu ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
e. Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga menurut (friedman, 1998 dalam Supprayitno, 2004 :
hal ) adalah sebagai berikut :
1. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain,
fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan indivisu dan psikososial, anggota
keluarga
2. Fungsi Sosialisasi dan tempat bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan
tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah
untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi Repoduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi dan tepat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi Perawatan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan
kesehatan keluarga agar tetap memiliki produksifitas tinggi.
Tahap-tahap kehidupan keluarga Duvall dan Miller, dikutip dalam Fridmen (1998)
adalah sebagai berikut :
1) Tahap I
Tahap pembentukan keluarga
Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan membentuk rumah tangga.
2) Tahap II
Tahap menjenjang kelahiran anak
Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi
penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan
saat-saat yang dinantikan.
3) Tahap III
Tahap menghadapi bayi
Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang
kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat bergantung pada
kedua orang tuanya dan kondisinya masih sangat lemah.
4) Tahap IV
Tahap menghadapi anak Pra sekolah
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenai kehidupan sosial, sudah mulai bergaul
dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan karena tidak
mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih.
5) Tahap V
Tahap menghadapi anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak
untuk mempersiapkan mana depannya.
6) Tahap VI
Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini adalah tahap yang paling rawan karena dalah tahap ini anak akan
mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya.
7) Tahap VII
Tahap melepaskan anak kemasyarakat
Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya,
maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak kemasyarakat dalam memulai
kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan
berumah tangga.
8) Tahap VIII
Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri tingalah
suami istri berdua saja. Tugas perkembangan adalah memperhatikan kesehatan
masing-masing pasangan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
teman sebaya dan anak-anak, serta meningkatkan keakraban pasangan.
9) Tahap IX
Tahap masa tua
Tahap ini masuk ketahap lanjut usia, Perkembangan keluarga ini dimulai saat
telah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan pension, berlanjut
saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. Dan tugas
perkembangan adalah perubahan kehilangan pasangan dan teman, kekuatan fisik
dan pendapatan, serta mempertahankan keakaraban suami istri. (Agus Citra
Dermawan: 2008, hal 8)
b) Lingkungan
(1) Perumahan. Karakteristik rumah meliputi jenis rumah, luas bangunan, luas
pekarangan, ventilasi rumah, penerangan, lantai dan kondisi kebersihan
rumah secara keseluruhan.
(2) Denah rumah. Meliputi gambaran tipe tempat tinggal, kondisi rumah.
(3) Sumber sampah. Meliputi kondisi tempat sampah dan cara pengolahan
sampah.
(4) Sumber air. Dari sumber air digunakan, kondisi air minum yang
digunakan.
(5) Jamban keluarga. Jenis jamban keluarga yang digunakan, bagaimana
kondisinya, berapa jarak antara air dengan tempat pembuangan tinja.
(6) Fungsi kesehatan dan fasilitas sosial. Adakalh fasilitas pelayanan
kesehatan dan pemanfaatannya.
(7) Karakteristik fisik tetangga dan komunitas, tipe penduduk. Berapa lama
keluarga tinggal ditempat tersebut.
(8) Mobilitas. Berapa lama keluarga tingal ditempat tersebut.
(9) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Anggota keluarga
mengetahui perkumpulan yang ada di komunitas apakah keluarga terlibat,
bagaimana pandangan keluarga atas perkumpulan tersebut.
c) Struktur keluarga
(1) Pola komunikasi keluarga. Apakah komunikasi keluarga berfungsi dengan
baik.
serta faktor penyebab yang berkontribusi terhadap timbulnya masalah yang perlu
diatasi tindakan atau intervensi keperawatan.
Berdasarkan data yang di dapat pada pengkajian dan terkait dengan tripologi
diagnosis keperawatan yaitu :
1) Aktual (terjadi deficit / gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data tanda gejala dari gangguan kesehatan.
2) Resiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
3) Potensial
Suatu keadaan dimana keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera,
sehingga kesehatan dapat ditingkatkan dalam suatu keadaan keluarga, dapat
saja perawat yang menemui lebih dari 1 diagnosa keperawatan keluarga.
Sedangkan untuk etiologi terkait pada keperawatan keluarga berdasarkan
dengan 5 tugas keluarga yaitu :
1) Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga tentang
asma
2) Ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi asma.
3) Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan asma.
4) Ketidak mampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk mengatasi
asma.
5) Ketidak mampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk
perawatan anggota keluarga dengan asma.
Penapisan Masalah
Setelah keperawatan terindentifikasi, langkah selanjutnya adalah menyusun
prioritas naskah keperawatan tersebut, maka dapat menggunakan table penapisan
masalah berikut (Balion dan Maglaya, 1978):
No
Kriteria
Sifat masalah
Skor
a. Aktual
b. Resiko
c. Potensial
Bobot
b. Sebagian
c. Tidak dapat
b. Cukup / sedang
c. Rendah
Menonjolnya masalah
a. Bersifat harus segera ditangani
c. Tidak dirasakan
Skorsing
-
Scor tertinggi adalah lama dan sama dengan seluruh bobot factor-faktor yang
mempengaruhi penentuan prioritas.
1. Sifat masalahnya : Dalam hal menentukan sifat atau yang mengancam, bobot
yang paling besar diberikan kepada keadaan sakit atau yang mengancam
kehidupan keluarga yaitu keadaan sakit atau pertimbangan yang tidak sesuai
dengan usia baru kemudian diberikan kepada hal-hal yang mengancam
kesehatan dan selanjutnya kepada situasi kritis dalam keluarga yaitu dimana
terjadi situasi penyesuaiana dalam keluarga.
2. Kemungkinan
masalah
dapat
diubah,
faktor
yang
mempengaruhi,
C. Perencanaan
Perencanaan adalah kemampuan tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk
dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan yang telah diidentifikasikan
dan dibuat sesuai diagnose keperawatan yang diprioritas telah dirumuskan.
Tujuannya merupakan pernyataan yang yang bersifat realitas sebagai indicator
keberhasilan, asuhan keperawatan yang diberikan bila dilihat dari jangka waktu
maka tujuan perawat dibagi menjadi :
Tujuan kususnya ditentukan pada keadaan yang mengancam kehidupan yang
terbaik dengan lima tugas fungsi keluarga sedangkan tujuan umumnya ditentukan
pada teratasinya masalah keperawatan.
D.
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah diberikan berdasarkan
data subyektif dan obyektif yang ditemukan pada keluarga untuk dilakukan penilaian
kebersihan asuhan keperawatan yang telah diberikan. Evaluasi disusun dengan
menggunakan criteria SOAP (Subyejtif, Obyektif, Analisa dan Planning) secara
operasional adalah :
S.
O.
dilakukan
Analisa dari hasil yang telah dicapai yang mengacu pada tujuan yang terkait
dengan diagnosis.
P.
Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada
tahap evaluasi