Anda di halaman 1dari 10

BioetikadanPelanggarannyadalamKasus

DokterBagus

Oleh :

Saefanius Ovalinsky
10.2012.463, Kelompok B-3
Mahasiswa
Fakultas Kedokteran - Universitas Kristen
Krida Wacana

Alamat korespondensi
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Jalan Arjuna Utara Nomor
6 Kebon Jeruk Jakarta barat, 11510.
E-mail : Saefanius.ovalinsky@civitas.ukrida.ac.id

PENDAHULUAN
Bioetika adalah biologi dan ilmu kedokteran yang menyangkut masalah di bidang
kehidupan, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa
sekarang, tetapi juga memperhitungkan kemungkinan timbulnya pada masa yang akan
datang. [1]
Prinsip-prinsip dasar etika adalah suatu aksioma yang mempermudah penalaran etik.
Prinsip-prinsip itu harus dibersamakan dengan prinsip-prinsip lainnya atau yang
disebut spesifik. Tetapi pada beberapa kasus, kerana kondisi berbeda, satu prinsip
menjadi lebih penting dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang
lain. Keadaan terakhir disebut dengan Prima Facie. Konsil Kedokteran Indonesia,
dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat, menetapkan bahwa, praktik
kedokteran Indonesia mengacu kepada kepada 4 kaidah dasar moral yang sering juga
disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika, antara lain: [2]

Beneficence
Non-maleficence
Justice
Autonomy

CIRI-CIRI BIOETIKA
Beneficene
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk
kepentingan orang lain.
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan
dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan
keburukannya.
5. Paternalisme bertanggung jawab/berkasih saying
6. Menjamin kehidupan-baik-minimal manusia
7. Pembatasan goal based
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat terburuk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kepantasan
13. Memaksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan Golden Rule Principle

Non-maleficence
1. Menolong pasien emergensi
2. Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah :

Pasien dalam keadaan amat berbahaya (darurat) atau beresiko hilangnya


sesuatu yang penting (gawat)
Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
Tindakan dokter tadi terbukti efektif
Manfaat bagi pasien lebih banyak daripada kerugian dokter (hanya
mengalami resiko minimal)

3. Mengobati pasien yang luka


4. Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)
5. Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien
6. Tidak memandang pasien hanya sebagai obyek
7. Mengobati secara tidak proporsional
8. Mencegah pasien dari bahaya
9. Menghindari misrepresentasi dari pasien
10. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
11. Memberikan semangat hidup
12. Melindungi pasien dari serangan
13. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan/kerumah-sakitan
yang merugikan pihak pasien/keluarganya
Justice
1.
2.
3.
4.

Memberlakukan segala sesuatu secara universal


Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
Menghargai hak sehat pasien (effordability, equality, accessibility, availability,
quality)
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok rentan (yang paling merugikan)
8. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dll
9. Tidak melakukan penyalah gunaan wewenang
10. Memberikan konstribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuan
12. Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Bijak dalam makroalokasi

Autonomy
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed concent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan,
termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emrgensi
12. Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
TUJUAN
Mempelajari lebih dalam kaidah-kaidah dasar bioetika dan dapat membedakan mana
kasus beneficence, non-maleficence, justice dan autonomy dalam scenario kasus
dr.Bagus.
Mengerti apa yang dimaksud dengan beneficence, ciri-ciri yang terkandung dalam
kasus yang ada. Mengerti apa yang dimaksud dengan non-maleficence, ciri-ciri yang
terkandung dalam kasus yang ada. Mengerti apa yang dimaksud dengan justice ciriciri yang terkandung dalam kasus yang ada. Mengerti apa yang dimaksud dengan
autonomy, ciri-ciri yang terkandung dalam kasus yang ada.
Serta mengerti secara keseluruhan jika terjadi pelanggaran kaidah-kaidah dasar
bioetika.
KASUS
Dokter Bagus telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh dari kota.
Sehari harinya ia bertugas di sebuah Puskesmas yang hanya ditemani seorang matri,
hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya banyak
warga desa yang dating berobat karena puskesmas tersebut merupakan satu satunya
sarana kesehatan yang ada. Dokter Bagus bertugas dari pagi hari sampai sore hari
tetapi tidak menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada
warga desa yang membutuhkan pertolongan.
Pada suatu pagi hari, ketika ia datang ke puskesmas sudah ada 5 orang pasien yang
sedang mengantri. Dokter bagus memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal
ini dilakukannya agar pemeriksaan pasien berjalan tertib teratur. Pasien pertama
adalah seorang ibu, dating dengan keluhan demam 2 hari yang lalu disertai batuk dan
pilek. Setelah memeriksa pasien tersebut dr.Bagus memberikan beberapa macam obat
dan vitamin serta nasehat agar istirahat yang cukup.

Pasien kedua adalah seorang anak balita tampak lemah digendong oleh ibunya.
Ibunya mengatakan bahwa anak tersebut sudah 2 hari buang buang air besar. Setelah
memeriksa anak tersebut, dr.Bagus menyarankan agar anak tersebut dirawat dirumah
sakit yang berada dikota. Namun ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang
untuk berobat. Baiklah kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan oralit untuk
anak ibu, nanti ibu berikan obat tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak
ibu minum oralit sesering mungkin, nanti sore setelah selesai tugas saya akan
mampir kerumah ibu untuk melihat kondisi keadaan anak ibu kata dr.Bagus. Pak
mantra tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan cara
membuat air oralit pada ibu ini. Kata dr.Bagus kepada pak mantra.
Pasien ketiga adalah seorang anak laki-laki. Pasien tersebut menderita keganasan
stadium lanjut. Sebelumnya pasien tersebut pernah dilakukan pembedahan di rumah
sakit. Namun keluarga pasien menghentikan pengobatannya lebih lanjut. Orang tua
pasien bukanlah orang kaya sehingga mereka tak mampu membeli obat-obatan
kemoterapeutik yang mahal. Tetapi orang tua pasien ingin anaknya mendapat
pengobatan lebih lanjut. Dokter Bagus menjelaskan kepada orang tua bahwa kondisi
anaknya tidak dapat ditingkatkan dan sangat sulit bagi mereka untuk membeli obat
obatan mahal tersebut. Dokter Bagus ragu apakah ia harus mengatakan pada mereka
untuk tidak usah membeli obat itu. Karena berdasarkan pengetahuannya pada
penyakit ini, beberapa pasien meninggal walaupun telah diterapi dengan kemoterapi
penuh. Pada pemeriksaan fisik pada pasien ini telah timbul asistes dan pasien tampak
sesak. Dokter Bagus menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa kondisi anaknya
kurang baik dan kemungkinan untuk sembuh sangat kecil walaupun diberikan obatobat kemoterapeutik.Pak, yang hanya saya dapat lakukan adalah memberi obat
obatan penunjang agar anak bapak tidak terlalu memderita. Kata dr.Bagus sambil
menyerahkan obat kepada orang tua pasien.
Saat mempersilahkan pasien keempatnya masuk ke ruang periksa, dr.Bagus terkejut
karena serombongan orang memaksa masuk sambil mengotong seorang pemuda yang
tidak sadar diri. Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu
diluar karena ia akan terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut.
Ketika yang lain sibuk memberingkan pemuda yang tidak sadarkan diri tersebut, salah
satu orang mengatakan bahwa pemuda tersebut telapak tangan sebelah kanannya
masuk kedalam mesin penggilingan padi dan setelah 15 menit kemudian telapak
tangan pemuda tersebut baru dapat dikeluarkan dari mesin penggiling padi. Pada
pemeriksaan, dr.bagus mendapatkan telapak tangan pemuda tersebut tampak bengkak
dan pada pemeriksaan lebih lanjut ternyata tulang tulang ditelapak tangan tersebut
hancur. Dokter Bagus bertanya kepada orang orang yang mengantar pemuda tadi
apakah diantara mereka ada keluarga dari pemuda tersebut. Dari serombongan orang
tadi keluar seorang perempuan, ia mengatakan bahwa ia adalah istri dari pemuda
tersebut. Dokter Bagus menjelaskan kepada keadaan telapak tangan kanan suaminya
dan tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. Walau dengan berat hati, istri
pemuda tersebut menyetujui tindakan yang akan dilakukan oleh dokter Bagus. Sambil
bersimbah peluh, Dokter Bagus akhirnya menyelesaikan tindakan amputasi telapak
tangan pemuda yang mengalami kecelakaan tersebut. Melihat kondisi pasien yang
baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan pulang dengan diberi beberapa macam
obat dan anjuran agar besok dating kembali untuk control.

Pasien keempat adalah seorang bapak berusia 55 tahun diantar oleh anak laki-lakinya
datang dengan keluhan nyeri pada ulu hati dan terasa berat pada dada serta
punggungnya. Dari hasil pemeriksaan tekanan darah 150/90 dan nadi cepat tidak
teratur. Dokter bagus curiga pasien tersebut menderita penyakit jantung sehingga ia
membuat surat rujukan kerumah sakit yang berada dikota. Setelah menerima
penjelasan tentang kemungkinan penyakit yang dideritanya, pasien pulang dengan
membawa surat rujukan tersebut.
Waktu telah memasuki siang hari, pasien kelima adalah seorang ibu muda yang sangat
cerewet, karena begitu masuk si ibu tadi sudah mengeluh berbagai macam keluhan.
Dokter Bagus tidak menanggapi keluhan ibu muda tadi dan segera membuat surat
rujukan untuk ibu tersebut ke LAB KLINIK Cepat tepat langganannya yang berda
di kota, jauh dari puskesmas. Dari LAB KLINIK ini dr.Bagus mendapat sejumlah
uang ternyata sejajar jumlahnya dengan pasien yang ia kirim ke situ. Pernah dua bulan
yang lalu dengan 20 pasien yang ia kirim, ia memperoleh Rp. 300.000,Setelah pasien kelima, dokter Bagus melihat keluar ruangan, tampak antrian pasien
yang masih banyak. pak mantra tolong umumkan kepasien, saya akan istirahat
makan sejenak kata dr.Bagus. Demikianlah kegiatan sehari hari dr.Bagus dan tanpa
terasa sudah 25 tahun dokter Bagus mengabdi di desa tersebut.
ISTILAH ASING PADA SKENARIO Dr.Bagus
Oralit : larutan gula dan garam untuk mencegah dan mengobati kurang cairan
(dehidrasi) akibat diare/muntaber. [3]
Puyer : sediaan obat yang berbentuk bubuk. [4]
Kemoterapeutik : zat atau obat untuk mereduksi kuman. [5]
Asites : Keadaan patologis berupa terkumpulnya cairan dalam rongga peritoneal
abdomen yang merupakan tanda penyakit kronis. [6]
Amputasi : Pembedahan yang melibatkan pemotongan sebagian atau seluruh anggota
badan karena trauma, tumor, penyakit atau indikasi medis lain. Agar memudahkan
proses penyembuhan dan penggunaan prosthesis, biasanya dilakukan flap kulit.[7]
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah atau penentuan jenis kaidah dasar perparagraf pada kasus dr.Bagus
sesuai dengan penjelasannya.
Paragraf I : Beneficence, karena dr.Bagus tetap melakukan kewajibannya meski waktu
sudah malam. Memberi keuntungan/memperhatikan pasiennya.
Dokter Bagus bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup
kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang
membutuhkan pertolongan

Paragraf II : Beneficence, karena keuntungan pasien lebih banyak daripada


kerugiannya.
Setelah memeriksa pasien tersebut dr.Bagus memberikan beberapa macam
obat dan vitamin serta nasehat agar istirahat yang cukup.
Paragraf III : Beneficence, karena memberikan obat yang terjangkau harganya
(murah) namun berkhasiat (sembuh).
Namun ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang untuk berobat.
Baiklah kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan oralit untuk anak ibu,
nanti ibu berikan obat tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak ibu
minum oralit sesering mungkin, nanti sore setelah selesai tugas saya akan
mampir kerumah ibu untuk melihat kondisi keadaan anak ibu kata dr.Bagus.
Pak mantra tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong
jelaskan cara membuat air oralit pada ibu ini. Kata dr.Bagus kepada pak
mantra.
Paragraf IV : Justice, karena terdapat pembanding, yaitu pasien-pasien sebelumnya.
Dan memberikan obat yang murah sesuai ekonomi pasien.
Dokter Bagus ragu apakah ia harus mengatakan pada mereka untuk tidak
usah membeli obat itu. Karena berdasarkan pengetahuannya pada penyakit ini,
beberapa pasien meninggal walaupun telah diterapi dengan kemoterapi penuh.
.Pak, yang hanya saya dapat lakukan adalah memberi obat obatan
penunjang agar anak bapak tidak terlalu memderita. Kata dr.Bagus sambil
menyerahkan obat kepada orang tua pasien.
Paragraf V : Non-maleficence, karena pasien dalam keadaan gawat darurat dan tidak
sadarkan diri.
Saat mempersilahkan pasien keempatnya masuk ke ruang periksa, dr.Bagus
terkejut karena serombongan orang memaksa masuk sambil mengotong seorang
pemuda yang tidak sadar diri.
Paragraf VI : Beneficence, karena pasien dalam keadaan sadar dan tidak gawat
darurat.
Pasien keempat adalah seorang bapak berusia 55 tahun diantar oleh anak
laki-lakinya datang dengan keluhan nyeri pada ulu hati dan terasa berat pada dada
serta punggungnya.
Paragraf VII : Pelanggaran beneficence, karena memandang pasien sejauh
menguntungkan dokter, tidak menghargai hak-hak pasien dan tidak
menerapkan Golden Rule Principle.
Dokter Bagus tidak menanggapi keluhan ibu muda tadi dan segera membuat
surat rujukan untuk ibu tersebut ke LAB KLINIK Cepat tepat langganannya yang
berda di kota, jauh dari puskesmas. Dari LAB KLINIK ini dr.Bagus mendapat
sejumlah uang ternyata sejajar jumlahnya dengan pasien yang ia kirim ke situ.
Paragraf VIII : Pelanggaran justice, karena melakukan penyalah gunaan wewenang.
Setelah pasien kelima, dokter Bagus melihat keluar ruangan, tampak antrian
pasien yang masih banyak. pak mantra tolong umumkan kepasien, saya akan
istirahat makan sejenak kata dr.Bagus.

PELANGGARAN BIOETIKA
Pelanggaran bioetika adalah pelanggaran ciri-ciri kaidah dasar sesuai kasus yang ada.
Pelanggaran ini terjadi karena dokter tidak melakukan tugasnya dengan baik sesuai
dengan ciri-ciri kaidah dasar yang ada, yaitu beneficence, non-maleficence, juctice
dan autonomy.
Pelanggaran bioetika tidak dapat dibenarkan, karena selain merugikan pasien, hal ini
dapat membuat hubungan dokter-pasien tidak berjalan dengan baik.
KESIMPULAN
Kita dapat membedakan antara kaidah dasar bioetika beneficence, non-maleficence,
justice, autonomy, serta pelanggaran yang terjadi pada scenario kasus dr.Bagus.

DAFTAR PUSTAKA
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Bioetika
2. http://worldmeister.wordpress.com/2011/05/27/euthanasia-dan-bioetikakedokteran/
3. http://www.dechacare.com/Oralit-P75.html
4. http://www.scribd.com/doc/68473909/Puyer-Adalah-Sediaan-Obat-YangBerbentuk-Bubuk
5. Gery Schmiz, (2001), farmatologi dan toksikologi., New York : Schattaeur
GmBH. Halaman 487
6. Davey, Patrick, (2005),At a Glance Madacine. Jakarta : Erlangga. Halaman
47
7. http://books.google.co.id/books?
id=uPD8v_MdersC&pg=PA47&lpg=PA47&dq=amputasi&source=bl&ots=eX
7A8Bo4IY&sig=oyLBfJbk0zxc24otBoQIYVCRr8&hl=id&sa=X&ei=pOZeUJPYJYvLrQeV6YDAC
Q&ved=0CDcQ6AEwAg#v=onepage&q=amputasi&f=false

Anda mungkin juga menyukai