TINJAUAN FARMAKOLOGI
1.1
Golongan Obat Berdasarkan Farmakologi Terapi
Noskapin merupakan isoquinolin alkaloid yang di peroleh dari opium yang
tidak memiliki efek sedatif, euforia, analgesik atau depresi saluran pernafasan
(Martindale, hal 1977). Efek farmakologi yang telah disetujui dan diketahui yait
u
supresan batuk. Efek antitusif telah terdokumentasi pada hewan coba, subyek
manusia sehat dan pasien dengan batuk kronis. Pusat kerja noskapin dapat
diketahui dari efeknya, yaitu secara elektrik yang menginduksi batuk dan dari
penelitian ikatan radioligand, dimana noskapin berikatan secara spesifik
dan
meningkatkan ikatan dextrometorfan terhadap reseptornya dengan mekanisme
allosteric (Pharmacokonetics of Oral Noscapine, hal 275).
1.2
Indikasi
Noskapin secara pusat bekerja dalam menekan batuk yang memiliki
aktivitas kerja dan penggunaan yang mirip dengan dextromethorphan (Martindale,
hal 1556).
1.3
Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja noskapin yaitu menekan batuk baik secara perifer maupun
pusat. Pada pusat, noskapin bekerja dalam menekan pusat batuk saat terdapat
stimulus batuk. Sedangkan secara perifer menurunkan sensitifitas reseptor salura
n
nafas. Beberapa obat memiliki mekanisme perifer secara tidak langusng dan dapat
mengubah faktor mucociliary. Pada beberapa obat batuk jenis ini memiliki efek
secara lokal analgesik atau anastetik namun untuk noskapin hanya memiliki efek
analgesik sangat kecil atau bahakan tidak ada (Martindale, hal 1566)
1.4
Farmakokinetik
Bioavailabilitas relatif noskapin dengan dosis 100 mg, 200 mg, dan 300 mg
tablet pada 20 subjek sehat dan noskapin 200 mg larutan yang dilakukan dengan
cara four-way cross-over study, dengan pengulangan administrasi 200 mg dosis
untuk mengetahui variabilitas individu. Ketidakseimbangan peningkatan AUC
tablet noskapin dapat terlihat dari 3 kali peningkatan dosis noskapin menghasilk
an
9 kali peningkatan AUC. Pemberian secara larutan menghasilkan konsetrasi
1
maksimal yang lebih tinggi pada awal pemberian (eraly time-point) dan AUC
lebih tinggi dibandingkan dengan noskapin tablet. Pengulangan pemberian
noskapin tablet dan larutan menghasilkan AUC yang lebih besar. Waktu paruh
noskapin dipengaruhi oleh formulasi atau besarnya dosis, yaitu 4,5 jam. Baik
variasi inter maupun intraindividual pada kinetik noskapin sangat tinggi yaitu
51% dan 73% untuk tablet noskapin 200 mg.
Noskpain
dieliminasi
melalui
metabolisme
sehingga
menyebakan
bioavailabilitasnya rendah. Variasi konsentrasi plasma yang tinggi kemungkinan
dapat mempengaruhi efek klinisnya (Pharmacokonetics of Oral Noscapine, hal
275).
1.5
Dosis dan Cara Pemberian
Noskapin dapat diberikan secara oral dengan dosis hingga 50 mg tiga kali
sehari. Selain itu dapat diberikan secara rektal. Noskapin yang banyak digunakan
yaitu askorbat, kamsilat, embonate dan hidroklorida (Martindale, hal 1566).
1.6
Kontra Indikasi
Produk dengan kandungan noskapin dikontraindikasikan pada wanita hamil
karena
memiliki
efek
mutagenik
(martindale,
hal
1566).
Selain
itu
dikontraindikasikan untuk ibu menyusui, konsentrasi maksimum noskapin
didalam air susu 8 wanita yang telah diberikan 100 atau 150 mg noskapin berkisar
11-83 nanogram/mL. Hal ini diestimasi bahwa bayi yang menyusui pada ibu yang
menerima 50 mg noskapin tiga kali sehari akan meminum 300 nanograms/kg
noskapin dan jumlah tresebut dapat menimbulkan bahaya.
1.7
Efek Samping dan Toksisitas
Efek samping noskapin sama dengan efek samping dextromethorphan
meliputi pusing dan ganngguan saluran cerna, eksitasi, kebingunan dan depresi
pernafasan dapat terjadi setelah pemberian dosis yang tinggi atau over dosis.
Hipersensitivitas dapat terjadi pada beberapa pasien. Reaksi hipersensitivitas
dapat berupa urtikaria, angiodema dan nafas pendek, yang kemudian diikuti
dengan eritema dan pruritus serta penurunan tekanan darah (Martindale, hal
1555).
Noskapin yang dilarutkan dalam HCl memiliki LD50 83 mg/kg i.v. pada
tikus. Toksisitas akut pada rute subkutan tidak dapat ditentukan. Pemberian seca
ra
2
oral menyebakan kematian pada tikus hanya pada pemberian dosis lebih 800
mg/kg. Pada pemberian dosis oral antitusif, baik pada hewan dan manusia pada
dosis 1 mg/kg dalam batas aman.
Pemberian secara terus menerus atau kronis pada anjing dengan dosis 30
mg/kg 5 hari dalam seminggu selama 13 minggu tidak menunjukan tanda-tanda
toksisitas. Pemberian dosis sangat tinggi pada tikus 0.2% atau 0.5% pada
makanan, menyebabkan pembesaran hati dan peningkatan lipid hati. Pemberian
dosis tersebut masih jauh melebihi dosis terapetik (Winter, 1961).
1.8
Interkasi Obat
Noskapin tidak boleh diberikan dengan alkohol atau CNS Depresant lain
(Martindale, hal 1566). Selain itu juga diketahui terdapat interaksi antara nosk
apin
dan warfarin yaitu peningkatan aktifitas warfarin telah dilaporkan pada pasien
dengan penggunaan noskapin (martindale, hal 1430). Hal ini menyebabakan dosis
warfarin harus dikurangi sebesar 50% jika digunakan bersama dengan noskapin.
3
BAB II
ASPEK KIMIA DAN PREFORMULASI
2.1
Tinjauan Umum Zat Aktif dan Aspek Kimia
2.1.1 Tinjauan Umum Noskapin
a. Nama Obat
: Noskapin
b. Sinonim
: Sinonimnya adalah narkotin (FI IV, hal 952).
c. Nama Kimia
: (3S)-6,7-Dimethoxy-3-[(5R)-4-methoxy-6-methyl-5,6,7,8tetrahydro-1,3-dioxolo[4,
5-g]isoquinolin-5yl]isobenzofuran-1(3H)-one. (European Pharmacopoeia
5.0, hal 2121).
d. Pemerian
: Putih, serbuk kristal atau kristal tidak berwarna
(European Pharmacopoeia 5.0, hal 2121).
2.1.2 Aspek Kimia Noskapin (European Pharmacopoeia 5.0, hal 2121).
2.1 Gambar Struktur Kimia Noskapin
a. Struktur Kimia : C22H23NO7
b. Berat Molekul : 413.4
c. Kandungan
: Kandungan kering 99% - 101%
d. Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air, larut dalam aseton, sedikit
larut dalam alkohol, larut dalam asam kuat, dan
pencampuran
larutan
dengan
air
basa
diendapkan.
e. Titik Leleh
: titik leleh 174 - 177 0C, dengan dekomposisi .
f. Penyimpanan
: hindarkan dari cahaya.
4
mungkin
2.2
Analisis Bahan Baku (European Pharmacopoeia 5.0, hal 2121)
2.2.1 Identifikasi
Identifikasi Pertama : C, E.
Identifikasi kedua : A, B, D, E
A. Sesuai dengan uji untuk rotasi optik yang spesifik.
B. Titik leleh endapan dapat dilakukan dengan uji identifikasi E : 174 0C 177 0C
C. Spektrofotometri absorbsi infrared
Pembanding : Noskapin CRS
D. Kromatografi Lapis Tipis
Uji larutan
: Larutkan 25 mg noskapin CRS untuk diperiksa dalam
aseton R dan campur ke 100 mL dengan pelarut yang sama
Larutan standart : Larutkan 25 mg noskapin CSR dalam aseton R dan
campur kedalam 100 mL dengan pelarut yang sama.
Lempeng
: lempeng silika gel TLC R.
Fase gerak
: Ammonia pekat R, Alkohol R, Aseton R, Toluena
R (1:3:20:20 V/V/V/V).
Aplikasi
: 10 L
Perambatan
: Lebih dari 2 / 3 lempeng
Pengeringan
: Di udara
Deteksi
: Semprot dengan campuran larutan potasium iodobismut R.
Hasil
: Noda utama di kromatogram dicapai dengan larutan uji
pada posisi yang sama, warna dan ukuran noda utama
pada kromatogram dicapai dengan larutan standart.
E. Untuk 20 mg noskapin ditambah 10 mL aqua R dan dikocok, noskapin tidak
larut.
2.2.2 Pengujian (European Pharmacopoeia 5.0, hal 2121).
A. Pemerian Larutan : larutan jernih dan tidak bewarna lebih dominan dari
larutan standar. Larutkan 0.2 g dalam aseton R, dan campurkan kedalam 10
mL dengan pelarut yang sama. Periksa secara cepat setelah preparasi.
5
Total cemaran
: tidak lebih dari area puncak dalam kromatogram yang
didapatkan dengan larutan stnadar (a) (0.5%)
Disregard limit
: 0.1 kali area puncak utama dalam kromatogram yang
didapatkan dengan larutan standar (0.05%)
Susut pengeringan : maksimum 1%, ditetapkan pada 0.5 gram dengan cara
mengeringkan kedalam oven pada 100-105 0C
Abu sulfat
: maksimum 0,1 %, ditentukan pada 1 gram.
2.2.3 Uji Kuantitatif
1. Larutan sampel: 1.5 g noskapin dalam 25 mL asam asetat glacial dan
tambahkan 25 mL dioxane dan 5 tetes kristal violet. Analisis: titrasi
dengan 0.1 N asam perklorat VS hingga hasil akhir berwarna biru. Setiap 1
mL asam perklorat 0.1 N setara dengan 41.34 C22H23NO7.
2. Noskapin dapat diuji dengan Liquid Chromatography-mass spectra (LCMS). Spektr
um berat molekul noskapin diperoleh dengan aktivitas ionisasi
electron dan dicatat oleh detektor mass spectrometer. Spektrum
menunjukkan puncak ion molekul dan menunjukkan dasar puncak pada
m/e 220 (Gambar 2.2).
Spektrum massa / berat molekul diperoleh dengan ionisasi kimiawi butana
(gambar 2). Spektrum menunjukkan puncak ion molekul M+ pada m/e 413
dengan intensitas relative 2.8% dan dasar puncak pada m/e 220.
Gambar 2.2 Spektrum LCMS
7
BAB III
PENGEMBANGAN FORMULA
3.1
Contoh Sediaan yang Beredar di Pasaran
3.1.1 Longatin (MIMS)
Produsen
: PT. Actavis
Bentuk sediaan : Kaplet
Komposisi
: Noskapin 25 mg; 50 mg
3.1.2 Flucodin (MIMS)
Produsen
: Coronet
Bentuk sediaan : Tablet
Komposisi
: Parasetamol 500 mg, noskapin 10 mg,
gliseril guaikolat 50 mg, klorfeniramin maleat 2 mg, fenilpropanolamin HCl
15 mg
3.1.3 Tilomix (MIMS)
Produsen
: Nufarindo
Bentuk sediaan : Kaplet
Komposisi
: dextrometorfan HBr 10 mg, noskapin 10 mg,
klorfeniramin maleat 1 mg
3.2
Praformulasi dan Alasan Pemilihan Eksipien
3.2.1 Praformulasi
a. Deskripsi zat aktif
Pemerian
: Serbuk hablur halus, putih atau praktis putih (Kemenkes
RI, 2014 hal 952)
Kelarutan
: Mudah larut dalam kloroform, larut dalam aseton, sukar
larut dalam etanol dan dalam eter, praktis tidak larut dalam
air (Kemenkes RI, 2014).
10
Suhu Lebur
: Antara 174oC dan 176oC (Kemenkes RI, 2014)
pKa
: 7,8 (Signh, 2013)
b. Deskripsi eksipien
1. Microcrystalline, Cellulose PH-102 (Rowe et al., 2009)
Kegunaan
: Pengisi (0,5% - 5%)
Pemerian
: Serbuk kristal, putih, tidak berbau, tidak berasa yang
terdiri dari partikel berpori. Secara komersial terdapat
beberapa jenis ukuran partikel dan tingkat kelembaban
dari MCC
Sifat Alir
: 1.4 g/s
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan oksidator kuat
Stabilitas
: Stabil terhadap bahan higroskopis, dan bahan harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat dalam kondisi dingin
dan kering
2. Corn Starch (Rowe et al., 2009)
Kegunaan
: Disintegrant (3-25%)
Pemerian
: Serbuk fine tidak berbau dan tidak berasa, berwana putih.
Sifat Alir
: free flowing, memiliki sifat kohesif
Stabilitas
: amilum kering stabil terhadap kelembaban yang tinggi,
stabil secara kimia dan mikrobiologi dalam kondisi
penyimpanan normal. Harus disimpan pada wadah kedap
udara baik didalam tempat dingin maupun area kering.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan oksidator kuat.
3.
Magnesium stearate (Rowe et al., 2009)
Kegunaan
: antiadherent dengan konsentrasi 0,25 5%
Pemerian
: serbuk halus, putih mudah melekat di kulit
Stabilitas
: stabil dan harus disimpan dalam tempat kering dan sejuk.
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan asam kuat, alkali, garam besi.
Hindari pencampuran dengan bahan pengoksidasi kuat.
Mg stearat tidak dapat digunakan untuk produk yang
mengandung aspirin, beberapa vitamin, dan sebagian besar
garam alkaloid.
11
No
Bahan Baku
Konsentrasi
(%)
Per
Tablet
Satuan
Per
Bets
Satuan
25
mg
0,275
Kg
113,98
mg
1,254
Kg
1.
Noskapin
16,67
2.
Microcrystalline
Cellulose PH 101
75,99
3.
Corn Starch 1500
6,67
10,005
mg
0,11
Kg
4.
Mg Stearat
0,67
1,005
mg
0,011
Kg
100
150
mg
1,65
Kg
Total bulk
Berikut merupakan perhitungan jumlah bahan yang digunakan untuk skala bets
komersial :
No
Bahan Baku
Konsentrasi
(%)
Per
Tablet
Satuan
Per
Bets
Satuan
25
mg
2,75
Kg
113,98
mg
12,54
Kg
1.
Noskapin
16,67
2.
Microcrystalline
Cellulose PH 101
75,99
3.
Corn Starch 1500
6,67
10,005
mg
1,005
Kg
4.
Mg Stearat
0,67
1,005
mg
0,11
Kg
100
150
mg
16,5
Kg
Total bulk
3.3.2 Metode Pembuatan Tablet Noscatab
Metode pembuatan tablet noscatab yaitu dengan metode kempa langsung.
Pemilihan metode kempa langsung berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu zat
aktif yang digunakan relatif kecil, jika metode granulasi basah dan kering yang
digunakan maka zat aktif yang hilang saat tahapan proses granulasi akan semakin
besar, sehingga metode kempa langsung adalah metode yang paling tepat. Selain
itu dengan karaktreistik noskapin yang berupa serbuk hablur dan tidak higroskopi
s
sangat sesuai dengan metode kempa langsung. Metode kempa langsung terdapat
beberapa keuntungan :
13
1. Lebih ekonomis
2. Proses lebih cepat
3. Komposisi bahan aktif kecil sehingga dengan pemilihan eksipien yang tepat
akan didapatkan massa bahan dengan laju alir dan kompresibilitas yang baik
4. Berdasarkan literatur yang digunakan metode ini merupakan metode yang
paling mudah, praktis dan cepat pengerjaannya.
Adapun proses pembuatannya yaitu sesuai dengan gambar 3.1 Skema
Pembuatan tablet noscatab metode kempa langsung yaitu sebagai berikut:
1. Lakukan cek kesiapan jalur pengolahan baik area maupun mesin yang akan
digunakan sesuai dengan prosedur tetap yang telah disahkan oleh bagian QA
2. Dilakukan penimbangan terhadap bahan-bahan yang akan digunakan produksi
sesuai dengan permintaan yang tercantum didalam Prosedur Pengolahan Induk
(PPI). Penimbangan dilakukan di area penimbangan.
3. Lakukan pengayakan dan pencampuran semua bahan pembuatan tablet dengan
menggunakan double cone mixer
4. Setelah dilakukan pencampuran seluruhnya kemudian dimasukkan kedalam
mesin pencetak tablet.
5. Hasil proses pencetakan tablet, didapatkan produk ruah tablet yang kemudian
dibawa ke area pengemasan untuk dilanjutkan ke tahapan berikutnya.
Gambar 3.1 Skema Pembuatan Tablet Noscatab Metode Kempa
Langsung
3.3.3 Alasan Pemilihan Bentuk Sediaan
Pemilihan bentuk sediaan didasarkan pada beberapa faktor yaitu sifat fisika
kimia senyawa aktif, aktifitas terapi, tujuan terapi, target konsumen dan kepatu
han
14
pasien. Secara fisika kimia noskapin memiliki sifat yang tidak larut terhadap ai
r
kecuali digunakan garamnya. Noskapin memiliki bentuk serbuk yang hablur serta
tidak higroskopis sehingga sangat cocok jika diformulasikan kedalam bentuk
tablet. Dari sisi lain noskapin memang ditujukan untuk pasien dewasa sehingga
bentuk sediaan yang
paling sesuai untuk usia tersebut yaitu tablet. Berikut
merupakan beberapa alasan dalam pemilihan (Lachman, Hal 942):
1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat, memudahkan untuk
pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan
terbaik dari semua bentuk sediaan oral
3. Sangat sesuai untuk zat aktif yang sulit larut dalam air
4. Pemakaian oleh penderita mudah
5. Ketepatan dosis tinggi
6. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih
3.4
Pengujian Stabilitas
Uji stabilitas yang dilakukan disesuaikan dengan zona iklim dan persyaratan
yang ditetapkan di negara masing-masing. Indonesia dan ASEAN termasuk zona
iklim ke IV ( panas dan lembab) adapun tujuan dilakukannya pengujian stabilitas
obat adalah untuk menentukan masa edar, yakni waktu penyimpanan dalam
kondisi tertentu dimana produk obat tersebut masih memenuhi spesifikasi yang
telah ditetapkan.
Pengujian
stabilitas
merupakan
suatu
rangkaian
pengujian
untuk
memperoleh kepastian mengenai stabilitas suatu produk obat, yakni kemampuan
untuk mempertahankan spesifikasi apabila dikemas dalam kemasan tertentu serta
disimpan dalam kondisi tertentu selama waktu yang telah ditetapkan, maka
metode pengujian stabilitas yang digunakan adalah:
1. Uji jangka panjang
Kondisi : 30C
2C dan RH 75% 5%
Waktu penyimpanan minimum 12 bulan dilanjutkan sampai masa edar yang
diharapkan. Jumlah bets minimal 2 untuk sediaan konvensional dan bahan aktif
stabil, minimal 3 bets untuk sediaan kritis atau bahan aktif tidak stabil
15
2. Uji dipercepat
Kondisi : 40C
2C dan RH 75% 5%
Waktu penyimpanan minimum 6 bulan, jumlah bets minimal 2 atau 3.
3.5
Up Scaling
Up scaling dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan didalam CPOB
dimana
pilot.
ukuran
dengan
No
Bahan Baku
Konsentrasi
(%)
Per
Tablet
Satuan
Per
Bets
Satuan
25
mg
2,75
Kg
113,98
mg
12,54
Kg
1.
Noskapin
16,67
2.
Microcrystalline
Cellulose PH 101
75,99
3.
Corn Starch 1500
6,67
10,005
mg
1,005
Kg
4.
Mg Stearat
0,67
1,005
mg
0,11
Kg
100
150
mg
16,5
Kg
Total bulk
16
BAB IV
MANUFAKTUR DAN QUALITY CONTROL (QC)
4.1
1.
Aspek-aspek CPOB yang Terkait Proses Produksi
Prinsip
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telah
ditetapkan;
dan
memenuhi
ketentuan
CPOB
yang
menjamin
senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta
memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar.
2. Ketentuan umum
- Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
- Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina,
pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,
pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur
atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat.
- Seluruh bahan
yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan
kesesuaiannya dengan pesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dimana perlu
dan diberi penandaan dengan data yang diperlukan.
- Kerusakan wadah dan masalah lain yang dapat berdampak merugikan
terhadap mutu bahan hendaklah diselidiki, dicatat dan dilaporkan kepada
Bagian Pengawasan Mutu.
- Bahan yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik
atau administratif segera setelah diterima atau diolah, sampai dinyatakan
lulus untuk pemakaian atau distribusi.
- Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani seperti
penerimaan bahan awal.
- Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan pada kondisi seperti
yang ditetapkan pabrik pembuat dan disimpan secara teratur untuk
memudahkan segregasi antar bets dan rotasi stok.
17
Ketentuaan lain:
1. Desain area penimbangan
2. Kategori pakaian untuk tiap-tiap ruang kebersihan
19
21
6. Peralatan
22
4.2
Desain IPC
Berikut merupakan alur proses secara umum kegiatan produksi dan beserta
IPC :
a. Uji Homogenitas
Tujuan : Menjamin homogenitas dalam pencampuran bahan-bahan.
- Prinsip : Menetapkan kadar zat aktif dengan cara melakukan sampling
pada beberapa titik (9 titik, 3 atas, 3 tengah, 3 bawah) wadah/pencampur
(untuk yang tidak berwarna).
- Melihat distribusi bahan setelah pencampuran secara visual (untuk yang
berwarna).
Penafsiran hasil : Campuran dikatakan homogen bila kadar zat aktif pada
berbagai titik relatif sama (simpangan baku relatif tidak >2%).
Untuk yang berwarna, distribusi bahan terlihat homogen.
b. Kecepatan aliran (Lachman et al., 1986)
Prinsip: Menetapkan jumlah granul yang mengalir melalui alat selama waktu
tertentu
23
2. Jik nili penerimn lebih besr dri L 1%, lkukn pengujin 20 stun
berikutny dn hitung nili penerimn khir dri 30 stun, Keculi
dinytkn lin pd monogrfi, dn L2 sm dengn 25,0.
f. Uji wktu hncur (Depkes RI, 1979)
Tujun
: untuk menetpkn kesesuin bts wktu hncur yng terter
dlm msing-msing monogrfi,
Prosedur
: msukkn 1 tblet pd msing-msing tbung dri kernjng,
bil tblet mempunyi penylut lur yng dpt lrut, celupkn kernjng dlm
ir pd suhu kmr selm 5 menit. Tnp menggunkn ckrm jlnkn lt,
gunkn cirn lmbung butn LP bersuhu 37
2 sebgi medi. Setelh lt
dijlnkn selm stu jm, ngkt kernjng dn mti semu tblet: tblet tid
k
hncur, refk tu menjdi lunk. Kemudin msukkn stu ckrm pd tip
tbung dn jlnkn lt, gunkn cirn usus butn LP bersuhu 37
2
sebgi medi selm jngk wktu 2 jm ditmbh dengn bts wktu yng
dinytkn dlm msing-msing monogrfi tu bil dlm monogrfi
dinytkn hny tblet slut enterik, mk hny selm bts wktu
yng dinytkn dlm monogrfi. Angkt kernjng dn mti semu tblet:
semu tblet hrus hncur sempurn. Bil 1 tblet tu 2 tblet tidk hncur
sempurn, ulngi pengujin dengn 12 tblet linny: tidk kurng 16 dri 18
tblet yng diuji hrus hncur sempurn.
g. Uji disolusi (Kemenkes RI, 2014)
Tujun
: menentukn kesesuin dengn persyrtn pelepsn obt yng
terter dlm msing-msing monogrfi untuk sedin tblet.
Prinsip
: menggunkn du thp pengujin yitu thp sm dn thp
dpr menggunkn lt yng dinytkn pd msing-msing
monogrfi.
Persyrtn
: dlm wktu 30 menit hrus lrut tidk kurng dri 75%
Kondisi disolusi yng digunkn :
1. Alt : tipe 1 tu 2 gunkn lt seperti yng terter pd msing-msing
monogrfi
2. Medi disolusi : 900 mL ir
3. Keceptn: 75 rpm (pprtus 2)
26
4. Wktu : 30 menit
Tbel Penerimn (thp sm)
Thp yang diuji
A1
6
Kriteria Penerimaan
Tidak satupun jumlah zat aktif yang terlarut
melebihi 10%
A2
6
Rata-rata zat aktif yang terlarut dari 12 unit sediaan
(A1 + A2) tidak lebih dari 10% dan tidak satu unit
sediaan pun dari jumlah zat aktif yang terlarut lebih
dari 25%
A3
12
Rata-rata zat aktif yang terlarut dari 24 unit sediaan
(A1 + A2 + A3) tidak lebih dari 10% dan tidak satu
unit sediaan pun dari jumlah zat aktif yang terlarut
lebih dari 25%
Tabel Penerimaan (tahap dapar)
Tahap yang diuji
Kriteria Penerimaan
B1
6
Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5%
B2
6
Rata-rata dari 12 unit (1 +2) Q dan tidak satu unit
sediaan yang lebih kecil dari Q -15%
B3
12
Rata-rata dari 24 unit (1 + 2+ 3) Q, tidak lebih
dari 2 unit sediaan yang < Q -15% dan tidak satu unit
pun yang < Q - 25%
NB : Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut dalam kedua tahap asam
dan dapar yang tertera pada monografi.
4.3
No.
3
4
5
6
7
Nama Alat
Merk/Type Alat
Timbangan (R. Pengemasan)
AND/ GX 6100
Double Cone Mixer
BTT
Mesin Cetak Tablet
CVC/UV-24
Hardness Tester
Manesty
Friability Apparatus
Pharmeq
Kapasitas
6.100 g
100 kg
33.500
tab/jam
8
9
10
4.4
Desintegration Apparatus
Pharmeq
Chen Tai/CT-APMC
Mesin trip
Mesin Coding
Daichi/ DH-7
24.000
tablet/jam
-
atuan
Per
Bets
atuan
25
Mg
2,75
Kg
113,98
Mg
12,54
Kg
1.
Noskapin
16,67
2.
Microcrystalline
Cellulose PH 101
75,99
3.
Corn tarch 1500
6,67
10,005
Mg
1,005
Kg
4.
Mg tearat
0,67
1,005
Mg
0,11
Kg
100
150
Mg
16,5
Kg
Total bulk
29
D-PROD 01
BAF
D-PROD 32
1.
Noskapin
AN001
2.
Microcrystalline
Cellulose PH 101
EM003
3.
Corn tarch 1500
EC004
BAF
D-PROD 50
4.
Mg tearat
EM004
Innopos
D-PROD 33
4.4.5 Perlengkapan dan Peralatan yang digunakan
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan pada proses pembuatan harus sudah
dikualifikasi dan dikalibrasi sebelum produksi dimulai.
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nama Alat
Merk/Type Alat
Kapasitas
Timbangan (R. Penimbangan)
AND HV 200
KGL
200 Kg
Timbangan (R. Penimbangan)
AND/GF-300
Timbangan (R. Pengemasan)
AND/ GX
6100
Double Cone Mixer
Mesin Cetak Tablet
CVC/UV-24
33.500
tab/jam
Manesty
Friability Apparatus
Pharmeq
Desintegration Apparatus
Pharmeq
Mesin Coding
6100 g
100 kg
BTT
Hardness Tester
Mesin trip
310 g
Chen Tai/CTAPM-C
20.000
tablet/jam
Daichi/ DH-7
Daichi/
DH-7
30
Tanggal
Kalibrasi
Terakhir
Pemeriksa
Tanggal
uhu
Pencampuran
45 75 %
20 30 C
Pencetakan
45 75 %
20 30 C
tripping
45 75 %
20 30 C
Diperiksa Oleh
Tanggal
Pengemasan
sekunder
4.4.8 Bagan Alur Proses
Masukan noskapin dan eksipien
lain (corn stacrh, MCC dan Mg
tearat) ke dalam tanki mixer
Produk ruah tablet yang sudah
jadi dilakukan rekonsiliasi dan
kemudian dibawa ke ruang
pengemasan
Campurkan (mixer) noskapin dan
eksipien yang telah dimasukan
dengan kecepatan dan lama
tertentu
Bahan Awal
Tahap Proses
Peralatan
Parameter
Kritis
Pengujian
penimbangan
- Noskapin
- Microcyristalline
cellulose PH 101
- Corn starch 1500
- Mg tearat
Pengayaka
n
dan
Pencampur
an
II
- Produk Antara dari
Tahap II
Pencetakan
III
- Produk Ruahan dari
Tahap III
- Poly foil
Penyetripan
IV
- Folding Box (doos)
Pemberian
kode
no.
batch, mfg.
date, dan
exp. Date
Pengemasa
n ekunder
(memasuka
n strip siap
kemas dan
brosur ke
dalam
folding
box)
Pengemasa
n Tersier
(memasuka
n folding
box ke
dalam
master box)
V
- Produk Ruahan dari
Tahap IV
- Folding box dari
tahap V
- Brosur
- Cellotape
- Folding Box dari
Langkah VI
- Master Box A005-2
- egel
- ablon
- Guarantee lip
Pemerian
Identifikasi
Mixer
Kadar
Hasil Perolehan
Pengolahan
- ifat alir
- Kompresibilitas
Mesin Tablet
- Kecepatan
- Berat Tablet
CVC/UV-24
Mesin
- Ketebalan
- Friabilitas
- Kekerasan
- Waktu Hancur
- Identifikasi
- Keseragaman
Unit Dosis
- Disolusi
- Kadar
Mesin trip Chen - uhu Roller
- Pemerian
Tai/CT-APM-C
- Kebocoran
- Kecepatan
Penyetripan
- Identitas Produk
Mesin Coding
Identitas produk Hasil pemberian
Daichi/ DH-7
kode
Hasil cellotape
- Double Cone
- Waktu
Pengadukan
V
- Timbangan
AND/GX-4000
- Timbangan
AND/ GX 6100
- Identitas Produk - Identifikasi
- Berat Tiap
- Nama Produk
Folding Box
- No. Bets
- HET
- Kadaluwarsa
- Berat Tiap
Folding Box
VII
- Timbangan
AND/GX-4000
- Identitas Produk - Identifikasi
- Berat Tiap
- Nama Produk
Master Box
- No. Bets
- egel
- ablon
- Guarantee lip
- Berat Tiap
Master Box
32
1
3
2
5
4
6
10
7
1 ,
8
9
2,
:
Posisi atas pengaduk
5,
:
Posisi tengah pengaduk
8,
:
Posisi dasar/bawah pengaduk
:
Posisi bawah tengah pengaduk
3
4 ,
6
7 ,
9
10
2. Pencetakan
ampel diambil dari pencetakan awal, tengah, dan akhir.
3. Penyetripan
ampel diambil dari penyetripan awal, tengah, dan akhir.
4. Pengemasan
Lakukan pemeriksaan pada awal, tengah, dan akhir proses pengemasan.
bentuk dos karton dimana tiap karton dos berisi 5 strip. ehingga untuk 100.000
tablet menghasilkan 10.000 strip atau 2000 dos kemasan sekunder. Alasan
pemilihan kemasan diatas adalah untuk menjaga stabilitas dan kualitas dari table
t.
Pemilihan bentuk strip untuk melindungi tablet dari pengaruh udara luar serta ag
ar
terhindar dari cahaya matahari yang memungkinkan mengganggu stabilitas dari
sediaan. Jenis kemasan yang digunakan adalah strip foil polos perak yang
bertuliskan nama produk, nama perusahaan, logo penandaan dan kekuatan
sediaan. Pada salah satu sisi strip tredapat jet print BN, ED dan HET. Poly foil
polos perak, jenis kemasan ini banyak digunakan untuk senyawa yang relatif
stabil dan mengacu pada sediaan yang sudah ada dipasaran jenis kemasan yang
digunakan adalah poly foil polos perak. ehingga dengan penggunaan jenis
kemasan ini dapat menjaga stabilitas dari obat noskapin. Contoh gambar kemasan
terlihat pada gambar 4.1 dan 4.2.
Berikut merupakan proses pengemasan secara umum saat produksi :
1. iapkan dokumen pengemasan induk sebagai pedoman dalam melakukan
proses pengemasan
2. Lakukan cek kesesuaian bahan-bahan yang digunakan dalam proses
pengemasan
3. Lakukan pembersihan jalur pengemasan sebelum dilakukan kegiatan
4. Penyiapan bahan pengemas diruang produksi
5. Cek sesuaian setting mesin pengemasan untuk memastikan bahwa proses
pengemasan dapat berjalan baik
6. Dilakukan initial running striping tanpa menggunakan tablet hingga diperoleh
hasil strip yang baik
7. Lakukan cek sensor pocket kosong mesin blister
8. Lakukan prosedur stripping sesuai dengan protap
9. Lakukan uji kebocoran dengan menggunakan alat uji kebocoran
10. Letakan hasil strip baik pada conveyor untuk dilanjutkan tahap kemas
sekunder. pisahkan produk afkir pada tempat khusus dan pastikan tidak terjadi
campur baur dengan produk yang baik
11. Lakukan rekonsiliasi pada produk sebelum dilakukan ke proses pengemasan
sekunder
34
4.6
Penyimpanan
Produk yang telah dikemas kedalam master box dibawa ke gudang produk
jadi kemudian disimpan pada suhu yang tercantum dilabel atau yang disarankan
yaitu pada suhu ruang (dibawah 30 0C) di tempat kering dan terlindung cahaya.
Gudang penyimpanan produk jadi seperti yang tercantum didalam CPOB.
4.3 Gambar Denah Gudang Produk jadi esuai CPOB
37
BAB V
REGULAI DAN PERUNDANGAN
5.1
Registrasi
Berdasarkan Permenkes Nomor 1010/MENKE/PER/XI/2008 tentang
Registrasi
Obat
dan
Peraturan
Kepala
Badan
POM
Nomor
HK.03.1.23.10.11.08481 tahun 2011 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi
Obat, maka tablet noskapin termasuk registrasi baru kategori 2 karena merupakan
Obat Copy.
Prosedur registrasi obat jadi registrasi obat dibagi menjadi dua tahapan,
yaitu:
a. Pra registrasi
Permohonan pra-registrasi obat dilakukan untuk penapisan registrasi obat,
penentuan kategori registrasi, penentuan jalur evaluasi, penentuan biaya
evaluasi, dan penentuan dokumen registrasi obat.
Paling lama dalam jangka waktu 40 (empat puluh) hari sejak diterimanya
permohonan, Kepala Badan memberikan surat Hasil Pra-Registrasi (HPR)
kepada pendaftar. HPR berlaku selama 1 (satu) tahun sejak tanggal
dikeluarkan.
b. Registrasi
Registrasi obat dilakukan setelah tahap pra-registrasi. registrasi diajukan oleh
Pendaftar secara tertulis kepada Kepala Badan dilampiri dengan dokumen
registrasi. Terhadap permohonan registrasi dikenai biaya sebagai penerimaan
negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dokumen registrasi terdiri atas:
1) Bagian I : Dokumen Administratif, Informasi Produk, dan Penandaan
2) Bagian II : Dokumen Mutu
3) Bagian III : Dokumen Non-klinik
4) Bagian IV : Dokumen Klinik
Jalur evaluasi untuk tablet noskapin berdasarkan HK.03.1.23.10.11.08481
tahun 2011 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat adalah 100 hari
kerja.
38
5.2
Penandaan esuai dengan Undang-Undang
Obat Bebas Terbatas, berdasarkan K Menkes No. 193/Kab/B VII/71 tanggal
21 Agustus 1971 tentang Peraturan Tentang Pembungkusan dan Penandaan
Obat, K Menkes RI No. 02380/A/K/VIII/83 tentang Tanda Khusus Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas, urat Edaran Dirjend POM No. 5660/AA/V/83
tanggal 20 Agustus 1983 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan Obat Bebas
Terbatas, maka penandaan khusus obat bebas terbatas pada wadah, leaflet atau
brosur untuk sediaan tablet noskapin harus sama atau mendekati contoh tanda
khusus di bawah ini:
Warna biru
Tebal garis tepi 1
mm, warna hitam
Ukuran diameter lingkaran terluar minimal 1 cm
Obat bebas terbatas
tablet noskapin mencantumkan P1, untuk sediaan lain
disesuaikan dengan tujuan penggunannya. Contoh:
40
BAB VI
INFORMAI OBAT
6.1
Pelayanan Informasi Obat
Adapun informasi yang dapat diberikan yaitu (Clinicians Handbook of
Prescription Drugs 2001, hal 494) :
a.
Informasi mengenai obat yang diterima, yaitu sediaan tablet noskapin dan
jumlah yang diterima.
b.
Informasi mengenai aturan pakai obat untuk pasien dewasa, yaitu untuk
dewasa digunakan 250 mg 4 kali sehari. Cara pakai yaitu dapat diminum
bersama atau tanpa makanan dan dapat diminum setelah atau sebelum
makan.
c.
Tablet noskapin disimpan di tempat yang terlindung dari cahaya pada suhu
dibawah 30 C.
d.
Hentikan konsumsi obat jika muncul reaksi alergi.
e.
Efek samping obat, jika gejala mengkhawatirkan segera hubungi dokter.
f.
Penggunaan obat selama kehamilan dan menyusui, konsultasi ke dokter.
g.
Mengkonsumsi obat lain terutama obat antikoagulan dan obat-obat depresi
CN, konsultasi ke dokter.
h.
Jika mengalami gangguan pada saluran cerna atau timbul reaksi alergi, stop
penggunaan dan hubungi dokter dan tenaga kesehatan lain secepatnya.
41
6.2
Brosur Obat
42
DAFTAR PUTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2011. Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI No. HK.03.1.23.10.11.08481 tentang Kriteria dan
Tata Laksana Registrasi Obat. Jakarta
Higgins, J.D., Gilmor, T.P., Martelluci, .A., Bruce, R.D., Britain, H.G. 2001.
Analytical Profiles of Drug ubstance and Excipients, Volume 27.
California: Academic Press. p : 339-376.
ICH, 2003. tability Testing New Drug ubstances And Product. U : FDA
Karlsson, M.O., Dahlstorm, B., Eckernas, A., Johansson, M dan Tufvesson, A.
1990. Pharmacokonetics of Oral Noscapine. Eur J Clin Phramacol. Volume
(39) : 275-279.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2014. Farmakope Indonesia Edisi V.
Kemenkes RI. Jakarta.
Lachman, Leon, Herbert A. Lieberman, and Joseph L. Kanig. 1990. The Theory
and Practice of Industrial Pharmacy. Third Edition. Bombay:
Varghese Publishing House
Rowe, et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6 ed. Washington
DC and London: American Pharmacist Assiciation and Pharmaceutical
Press
weetman, ean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference 36 ed.
London: Pharmaceutical Press
U Pharmacopoeia. 2015. The National Formulary, UP 38/ NF33. United tates
Pharmacopoeia Convention. Rockville, Md.
Winter, Charles A dan Lars Flataker. 1961. Toxicology and Applied
Pharmacology. Volume 3 (1): 96-106
43