Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

TORSIO TESTIS

Disusun Oleh :
dr. Nira Hastati

Pembimbing :
dr. Pietramala, Sp.U

Pendamping :
dr. Randa Fermada

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RS AWAL BROS PANAM
PEKANBARU
2016

BAB I
PENDAHULUAN
Torsio testis adalah suatu keadaan dimana funikulus spermatikus terpeluntir yang
mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke testis dan epididimis.
Angka kejadiannya 1 diantara 400 orang dibawah usia 25 tahun dan paling banyak diderita oleh
anak pada masa pubertas (12-20 tahun). Kasus ini merupakan kegawat daruratan urologi yang
membutuhkan tindakan bedah segera. Jika tidak ditangani dalam 4 hingga 6 jam setelah onset
nyeri maka dapat menyebabkan infark dari testis.
Penyebab dari akut skrotum biasanya dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik yang menyeluruh serta pemeriksaan diagnostik yang tepat. Sekitar 2/3 pasien
yang dicurigai menderita torsio testis dengan dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik cukup
untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Angka keberhasilan serta kemungkinan testis tertolong
akan menurun seiring dengan bertambahnya lama waktu terjadinya torsio. Penyebab tersering
hilangnya testis setelah mengalami torsio adalah keterlambatan dalam mencari pengobatan
(58%), kesalahan dalam diagnosis awal (29%), dan keterlambatan terapi (13%). Oleh karena itu
perlu penegakkan diagnosa cepat dan tepat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.

Anatomi Testis
Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval dg berat 10-14 gr dg panjang 4 cm

ukuran dari anterior ke posterior 3 cm dan lebar 2,5cm dan memiliki bagian2 yakni extremitas
superior, extremitas inferior, facies lateralis, facies medialis, margo anterior (convex), margo
posterior (datar).
Testis berada didalam skrotum bersama epididimis yaitu kantung ekstraabdomen tepat
dibawah penis. Testis kiri terletak lebih rendah dari pada yang kanan. Dinding pada rongga yang
memisahkan testis dengan epididimis disebut tunika vaginalis. Tunika vaginalis dibentuk dari
peritoneum intraabdomen yang bermigrasi ke dalam skrotum primitive selama perkembangan
genetalia interna pria, setelah migrasi ke dalam skrotum, saluran tempat turunnya
testis (prosesus vaginalis) akan menutup.
Setelah pubertas, selain sebagai organ reproduksi (menghasilkan spermatozoa) jg sebagai
kelenjar endokrin yg menghasilkan hormon androgen yang berguna untuk mempertahankan
tanda-tanda kelamin sekunder.

2.

Etiologi Torsio Testis


Kelainan sistem penyangga testis menyebabkan testis dapat mengalami torsio jika

bergerak secara berlebihan. Beberapa keadaan yang menyebabkan pergerakan yang berlebihan
antara lain perubahan suhu yang mendadak (seperti pada saat berenang), ketakutan, latihan yang
3

berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi, atau trauma yang mengenai skrotum.
Faktor predisposisi lain terjadinya torsio meliputi peningkatan volume testis (sering dihubungkan
dengan pubertas), tumor testis, testis yang terletak horisontal, riwayat kriptorkismus, dan pada
keadaan dimana spermatic cord intrascrotal yang panjang. Torsio yang timbul ketika seseorang
sedang tidur terjadi karena spasme otot kremaster. Kontraksi otot ini karena testis kiri berputar
berlawanan dengan arah jarum jam dan testis kanan berputar searah dengan jarum jam.
3.

Patofisiologi Torsio Testis


ETIOLOGI

Immobilisa
si testis

Traum
a
testis

Tumor
testis

Adescende
ns
testicularis

Spasme otot
kremaster

Testis berotasi
bebas

Perubahan
keadaan
extreme

Bellclapper

Aliran darah
terhenti
Iskemia testis

4.

Nekrosis

Penegakkan diagnosis Torsio Testis


a. Anamnesis
Nyeri akut pada daerah testis disebabkan oleh torsio testis, epididimitis/orchitis akut atau

Demam
Impuls dari
Nyeri
Terasa terbakar
trauma
pada testis.
seringkali dirasakan hingga ke daerah
sehingga
menjalar
ke Nyeri ini saraf
saatabdomen
berkemih
abdomen
dikacaukan dengan nyeri karena kelainan organ intraabdominal. Sedangkan nyeri tumpul

disekitar testis dapat disebabkan karena varikokel.


Stimulasi
Pada torsio testis, pasien
mengeluh nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya
mual-

mendadak dan diikuti pembengkakan


muntahpada
daritestis. Keadaan itu disebut akut skrotum. Nyeri dapat
menjalar ke daerah inguinal atauotak
perut sebelah bawah sehingga jika tidak diwaspadai sering
dikacaukan dengan apendisitis akut. Gejala lain yang juga dapat muncul adalah mual dan
4

muntah, kadang-kadang disertai demam ringan. Gejala yang jarang ditemukan pada torsio testis
ialah rasa panas dan terbakar saat berkermih, dan hal ini yang membedakan dengan orchioepididymitis.

b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat membantu membedakan torsio testis dengan penyebab akut
scrotum lainnya. Testis yang mengalami torsio pada scrotum akan tampak bengkak dan
hiperemis. Eritema dan edema dapat meluas hingga scrotum sisi kontralateral. Testis yang
mengalami torsio juga akan terasa nyeri pada palpasi. Jika pasien datang pada keadaan dini,
dapat dilihat adanya testis yang terletak transversal atau horisontal. Seluruh testis akan bengkak
dan nyeri serta tampak lebih besar bila dibandingkan dengan testis kontralateral, oleh karena
adanya kongesti vena. Testis juga tampak lebih tinggi di dalam scotum disebabkan karena
pemendekan dari spermatic cord. Hal tersebut merupakan pemeriksaan yang spesifik dalam
menegakkan dianosis. Biasanya nyeri juga tidak berkurang bila dilakukan elevasi testis (Prehn
sign). Pemeriksaan fisik yang paling sensitif pada torsio testis ialah hilangnya refleks cremaster.
Dalam satu literatur disebutkan bahwa pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 99% pada torsio
testis.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sedimen urin tidak menunjukkan adanya leukosit dalam urin, dan
pemeriksaan darah tidak menunjukkan adanya inflamasi kecuali pada torsio yang sudah lama dan
mengalami peradangan. Peningkatan CRP dapat menunjukkan proses inflamasi sebagai
penyebab akut scrotum. Pemeriksaan penunjang yang berguna untuk membedakan torsio testis
dengan keadaan akut scrotum yang lain adalah dengan menggunakan stetoskop Doppler,
ultrasonografi Doppler, dansintigrafi testis. Tujuannya adalah untuk menilai aliran darah ke
5

testis. Stetoskop Doppler dan ultrasonografi konvensional tidak terlalu bermanfaat dalam menilai
aliran darah ke testis. Penilaian aliran darah testis secara nuklir dapat membantu, tetapi
membutuhkan waktu yang lama sehingga kasus bisa terlambat ditangani. Ultrasonografi Doppler
berwarna merupakan pemeriksaan noninvasif yang keakuratannya kurang lebih sebanding
dengan pemeriksaan nuclear scanning. Ultrasonografi Doppler berwarna dapat menilai aliran
darah, dan dapat membedakan aliran darah intratestikular dan aliran darah dinding scrotum. Ini
merupakan pemeriksaan gold standar untuk torsio testis dengan sensitivitas 82-90% dan
spesifitas 100%.
5.

Diagnosis Banding
a. Epididimitis akut
Penyakit ini secara umum sulit dibedakan dengan torsio testis. Nyeri scrotum akut

biasanya disertai dengan kenaikan suhu, keluarnya nanah dari uretra, adanya riwayat coitus
suspectus (dugaan melakukan senggama dengan selain isterinya), atau pernah menjalani
kateterisasi uretra sebelumnya. Pada pemeriksaan, epididimitis dan torsio testis, dapat dibedakan
dengan Prehns sign, yaitu jika testis yang terkena dinaikkan, pada epididmis akut terkadang
nyeri akan berkurang (Prehns sign positif), sedangkan pada torsio testis nyeri tetap ada (Prehns
sign negative). Pasien epididimitis akut biasanya berumur lebih dari 20 tahun dan pada
pemeriksaan sedimen urin didapatkan adanya leukosituria dan bakteriuria.
b. Hidrokel
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan
viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam rongga itu
memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem
limfatik di sekitarnya. Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi
kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel
yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan
ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi.
c. Hernia incarserata
Pada anamnesis didapatkan riwayat benjolan yang dapat keluar masuk ke dalam scrotum
yang muncul bersamaan dengan keaadaan peningkatan tekanan intraabdominal seperti batuk atau
mengejan. Benjolan dapat hilang bila berbaring. Ukuran benjolan dapat bervariasi dari kecil
sampai besar, Bila hernia sudah mengalami inkarserta maka gejala yang timbul dapat berupa
6

mual, nyeri kolik abdomen, konstipasi, keerahan pada skrotum, dan bila di auskultasi dapat
didengat bunyi bising usus di daerah skrotum.

d. Tumor testis
Pembesaran testis yang tidak nyeri, biasanya terjadi pada usia 20-50 tahun dan sering
disertai dengan limfadenopati abdomen.
e. Torsio appendix testis/epididymis
Apendiks testis adalah sisa embriologi di atas testis yang juga bisa mengalami torsio. Hal
ini dapat di deteksi sebagai titik hitam pada transluminasi.
6. Penatalaksanaan Torsio Testis
a. Non operatif
Pada beberapa kasus torsio testis, detorsi manual dari funikulus spermatikus dapat
mengembalikan aliran darah. Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya,
yaitu dengan memutar testis ke arah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah torsio biasanya
ke medial maka dianjurkan memutar testis ke arah lateral terlebih dahulu, kemudian jika tidak
terjadi perubahan dicoba detorsi ke arah medial. Hilangnya nyeri setelah detorsi menandakan
bahwa detorsi telah berhasil. Detorsi manual merupakan cara terbaik untuk memperpanjang
waktu menunggu tindakan pembedahan, tetapi tidak dapat menghindarkan dari prosedur
pembedahan. Jika detorsi berhasil operasi harus tetap dilaksanakan.
Dalam pelaksanaannya, detorsi manual sulit dan jarang dilakukan. Di unit gawat darurat,
pada anak dengan scrotum yang bengkak dan nyeri, tindakan ini sulit dilakukan tanpa anestesi.
Selain itu, testis mungkin tidak sepenuhnya terdetorsi atau dapat kembali menjadi torsio tak lama
setelah pasien pulang dari RS. Sebagai tambahan, mengetahui ke arah mana testis mengalami
torsio adalah hampir tidak mungkin, yang menyebabkan tindakan detorsi manual akan
memperburuk derajat torsio.
b. Operatif
7

Tindakan operasi ini dimaksudkan sekaligus untuk memastikan diagnosis dan


mengembalikan posisi testis pada arah yang benar (reposisi) serta setelah itu dilakukan penilaian
apakah testis yang mengalami torsio masih viable (hidup) atau sudah mengalami nekrosis dengan
melakukan explorasi testis. Jika testis masih hidup, dilakuakn orkidopeksi (fiksasi testis) pada
tunika dartos kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral. Orkidopeksi dilakukan
dengan mempergunakan benang yang tidak diserap pada 3 tempat untuk mencegah agar testis
tidak terpluntir kembali, sedangkan pada testis yang sudah mengalami nekrosis dilakukan
pengangkatan testis (orkidektomi) dan kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral.
Testis yang telah mengalami nekrosis jika tetap dibiarkan berada dalam skrotum akan
merangsang terbentuknya antibodi antisperma sehingga mengurangi kemampuan fertilitas
dikemudian hari.

7.

Prognosis
Bila dilakukan penangan sebelum 6 jam hasilnya baik, 8 jam memungkinkan pulih

kembali, 12 jam meragukan, 24 jam dilakukan orkidektomi. Viabilitas testis sangat berkurang
bila dioperasi setelah 6 jam.
8.

Komplikasi
Komplikasi yang sering timbul dari torsio testis meliputi yaitu hilangnya testis, infeksi,

infertilitas sekunder, deformitas kosmetik.

BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama / No. MR
: An. ZBH / 00-05-60-19
Umur
: 14 tahun
Orang tua
: Tn. F
Suku
: Melayu
Alamat
: Pekanbaru
Tanggal masuk
: 26 Mei 2016
Tanggal periksa
: 26 Mei 2016
ANAMNESIS
Diberikan oleh
: Autoanamnesis dan alloanamnesis
Keluhan utama
: Nyeri buah zakar kiri semakin berat sejak 4 jam SMRS.
Riwayat penyakit sekarang:
Sejak 4 jam SMRS, pasien mengeluhkan nyeri buah zakar kiri yang semakin memberat. Nyeri
sudah dirasakan 3 hari SMRS, muncul tiba-tiba, menjalar ke selangkangan, bersifat tajam. Buah
zakar tampak bengkak dan merah. Demam +, tidak tinggi. Mual -, muntah -. BAK nyeri -, rasa
panas -, bernanah -. BAB biasa.
Riwayat penyakit dahulu:

Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya


Riwayat sakit baguak 1 bulan yang lalu
Riwayat ISK + 2 bulan yang lalu, kontrol ke faskes I, sudah dikatakan sembuh
Riwayat trauma Riwayat benjolan keluar masuk Riwayat alergi obat

Riwayat penyakit keluarga;

Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama.

Riwayat sosial ekonomi

Kebiasaan hygiene baik, os telah sirkumsisi.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
9

Kesadaran
: komposmentis
Tanda-tanda vital:
TD
: 120/70 mmHg
Nadi
: 91 x/menit, kuat angkat
Nafas
: 20 x/menit
Suhu
: 36,7 C
Gizi:
BB
: 30 kg
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+),
diameter pupil 3 mm / 3 mm.
Telinga: dalam batas normal
Hidung
: dalam batas normal
Mulut
: dalam batas normal
Leher
: pembesaran KGB (-), peningkatan vena jugularis (-)
Kaku kuduk : tidak ditemukan
THORAX
Inspeksi
: gerakan dada simetris, retraksi (-), IC tidak terlihat.
Palpasi
: vokal fremitus simetris kiri dan kanan, IC tidak teraba.
Perkusi
: sonor pada kedua lapang paru. Batas jantung tidak melebar
Auskultasi
: suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-), bunyi jantung I dan II normal,
bising jantung (-).
ABDOMEN
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
GENITALIA
Inspeksi
Palpasi

: distensi (-), ascites (-), scar (-).


: BU (+) normal
: Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien dalam batas normal, massa -.
: timpani.
: Scrotum dextra dalam batas normal
: Scrotum sinistra edema, eritema, pus
: Scrotum sinistra nyeri tekan +, testis sulit diraba, prhen sign -, reflex kremaster -,

transluminasi +,
Auskultasi
: Bising usus
INGUINAL : Perbesaran KGB EKSTREMITAS : Akral hangat, CRT 2 detik
STATUS NEUROLOGIS : reflek fisiologis (+/+) normal, reflek patologis (-/-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan tanggal 26/5/16
Leukosit : 12.720 /ul (0,2/0,9/64,9/26,7/7,3)
Hb
: 15,7gr/dl
Ht
: 43,2 %
Trombosit : 337.000 /ul
PT
: 12,3 detik
APTT
: 37,7 detik
UL

: Agak keruh, Protein +1, Epitel +, Bakteri +1

PEMERIKSAAN RADIOLOGI
10

USG Scrotum 26/5/16 : Inhomogen tekstur testis kiri disertai kalsifikasi pada dopler tidak
tampak flow ec suspek torsio testis dengan infark testis kiri.
Testis
kanan tidak tampak kelainan.
HAL HAL PENTING DARI ANAMNESIS
Nyeri buah zakar kiri semakin berat sejak 4 jam SMRS. Nyeri sudah dirasakan 3 hari
SMRS, muncul tiba-tiba, menjalar ke selangkangan, bersifat tajam. Buah zakar tampak

bengkak dan merah. Demam +, tidak tinggi.


Riwayat sakit baguak 1 bulan yang lalu

Riwayat ISK + 2 bulan yang lalu, kontrol ke faskes I, sudah dikatakan sembuh
HAL-HAL PENTING DARI PEMERIKSAAN FISIK
GENITALIA :
Inspeksi
: Scrotum sinistra edema, eritema, pus
Palpasi
: Scrotum sinistra nyeri tekan +, testis sulit diraba, prhen sign -, reflex kremaster -,
transluminasi +,
Auskultasi
: Bising usus
HAL-HAL PENTING DARI PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Leukosit : 12.720 /ul
UL

: Agak keruh, Protein +1, Epitel +, Bakteri +1

HAL-HAL PENTING DARI PEMERIKSAAN RADIOLOGI


USG Scrotum 26/5/16 : Inhomogen tekstur testis kiri disertai kalsifikasi pada dopler tidak
tampak flow ec suspek torsio testis dengan infark testis kiri.
DIAGNOSIS KERJA: Torsio dd Orchitis Testis Sinistra
PENATALAKSANAAN DI RUANG UGD
Rencana OK cito
Medikamentosa :
IVFD NS 500 cc/6 jam
Ceftriaxon 1g iv
Paracetamol 1000 mg iv

DIIT
Puasa
Prognosis:
Quo ad vitam: Bonam
Quo ad fungsionam: Malam
LAPORAN OPERASI (22.20 23.35 WIB)
- Pasien dalam posisi supine.
- Dilakukan insisi paramedian sinistra
- Melakukan explorasi testis, ditemukan testis nekrotik, funiculus spermatikus terpuntir 2 kali
- Melakukan orkidektomi pada testis sinistra dan orkidopeksi pada testis dextra
- Perawatan perdarahan
- Menutup luka operasi lapis demi kapis
- Operasi selesai
Diagnosa sebelum operasi : Torsio testis sinistra
11

Diagnosa setelah operasi : Post explorasi + orkidektomi ai torsio testis sinistra + Post
orkidopeksi testis dextra
Instruksi pasca bedah :
- IVFD NS 500cc/6jam
- Ceftriaxon 2x1 g iv
- Paracetamol 3x1000 mg iv
Follow Up di Ruangan Taming Sari
Hari/
tanggal
Jumat
27/5/2016

Subjektif

Objektif

Assessment

Terapi

Nyeri di
luka
operasi.
Demam -.

KU sedang
Kes CM
TD:100/70mmHg
HR: 88 x/i
RR: 20 x/i
T: 36,60C

Post Explorasi + IVFD NS 500 cc/6 jam


Orchidectomi H-1 ai Ceftriaxon 2 x 1 g iv
Torsio Testis Sinistra Paracetamol 3 x 1000 mg iv

Scrotum S :
Tertutup verban,
rembesan darah Sabtu
28/5/16

Nyeri di
luka
operasi -.
Demam -.

KU sedang
Kes CM
TD:100/65mmHg
HR: 90 x/i
RR: 20 x/i
T: 36,60C

Post Explorasi + Ceftriaxon 2 x 1 g iv


Orchidectomi H-2 ai Paracetamol 3 x 1000 mg iv
Torsio Testis Sinistra Aff catheter urin
IV plugh

Scrotum
S
:
Tertutup verban,
rembesan darah Minggu Tidak ada KU sedang
Post Explorasi +
29/5/16
Kes
CM
Orchidectomi H-3 ai
keluhan
TD:100/70mmHg Torsio Testis Sinistra
HR: 92 x/i
RR: 20 x/i
T: 36,60C
Scrotum S : Luka
operasi
kering,
eritema -, edema
-, pus -, blood BAB IV
PEMBAHASAN
12

Cefixim syr 2x100 mg po


Paracetamol syr 3x375 mg
po
Boleh pulang

Diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang. Dari anamnesis, pasien mengeluhkan nyeri buah zakar kiri semakin berat sejak 4 jam
SMRS. Nyeri sudah dirasakan sejak 3 hari SMRS, muncul tiba-tiba, menjalar ke selangkangan,
bersifat tajam. Buah zakar tampak bengkak dan merah. Demam +, tidak tinggi. Os memiliki
Riwayat sakit baguak 1 bulan yang lalu dan ISK 2 bulan yang lalu. Anamnesis menggambarkan
bahwa pasien mengalami akut skrotal, bisa manifestasi dari orchitis atau torsio testis.
Dari hasil pemeriksaan fisik genitalia didapatkan scrotum sinistra edema, eritema, nyeri
tekan +, testis sulit diraba, prhen sign -, reflex kremaster -, transluminasi +, dan bising usus -. Os
dicurigai mengalami torsio testis. Untuk mendapatkan diagnosa pasti, maka diperlukan
pemeriksaan penunjang USG scrotal sebagai gold standar untuk torsio testis. Dari USG scrotal
didapatkan kesan inhomogen tekstur testis kiri disertai kalsifikasi, pada dopler tidak tampak flow
ec suspek torsio testis dengan infark testis kiri.
Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, ditegakkan
diagnosa pasti pada pasien ini adalah torsio testis sinistra, yang mengalami keterlambatan dalam
mencari pengobatan medis dikarenakan faktor tingkat pendidikan dan pengaruh sosial budaya
sehingga pasien lebih memilih meminta pertolongan pada pengobatan alternative. Keterlambatan
tesebut menyebabkan infark testis sinistra, sehingga tidak bisa ditatalaksana dengan reposisi
manual, pilihan terapi terbaiknya adalah operasi explorasi diikuti orchidectomi testis yang
mengalami infark dan orchidopeksi pada testis kontralateral. Tindakan orchidectomi
dimaksudkan untuk mencegah terbentuknya antibody antisperma yang dapat menyerang testis
kontralateral. Sementara itu, tindakan orkidopeksi bertujuan untuk mencegah kemungkinan testis
kontralateral mengalami torsio testis dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA
1. Cuckow, PM. 2001. Torsion of Testis. BJU International (2000). The Hospital for Sick
Children ; Bristol, United Kingdom
13

2. Graham; Townell, Nick. 2010. Testicular Torsion. British Medical Journal (Overseas &
Retired Doctors Edition;7/31/2010, Vol. 341 Issue 7767, p249
3. Greenberg, Michael. 2005. Testicular Torsion page 329. Greenbergs Text Atlas of
Emergency Medicine. Lippicott Williams Willkins : Philadelphia
4. Leape.L.L . 1990. Testicular Torsion. In : Ashcraft.K.W (ed), Pediatric Urology,;
Philadelphia: W.B. Saunders Company.
5. Minevich.E. 2007. Testicular Torsion, Department of Surgery, Division of Pediatric urology,
akses di http://www.emedicine.com/ med/topic2780htm
6. Purnomo, Basuki P. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto. 2003. 8,145-148.
7. Ringdahl, Erika MD ; Teague, Lynn MD. 2006. Testicular Torsion. American Family
Physician. University of MissouriColumbia School of Medicine: Columbia, Missouri
15;74(10):1739-1743.
8. Rupp.T.J. 2006. Testicular Torsion, Department of Emergency Medicine, Thomas Jefferson
University, akses di http://www.emedicine.com/med/topic2560.htm
9. Scott, Roy, Deane, R.Fletcher. Urology Ilustrated. London and New York : Churchill
Livingstone. 1975. 324-325.
10.Sjamsuhidajat R, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2004. 799.

14

Anda mungkin juga menyukai