Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan
kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan
proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang.
Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena
nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya berbeda
dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di
berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan
kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan
dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan
tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu
keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.
1.
DEFINISI
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan
Teori Specificity suggest menyatakan bahwa nyeri adalah sensori spesifik yang
muncul karena adanya injury dan informasi ini didapat melalui sistem saraf perifer
dan sentral melalui reseptor nyeri di saraf nyeri perifer dan spesifik di spinal cord
Secara umum keperawatan mendefinisikan nyeri sebagai apapun yg menyakitkan
tubuh yg dikatakan individu yg mengalaminya, yg ada kapanpun individu
mengatakannya.
Nyeri Perasaan atau keadaan emosi yang tidak menyenangkan karena potensial
kerusakan jaringan atau jaringan rusak.
Mc Coffery (1979) : suatu keadaan yg mempengaruhi seseorang, yg keberadaanya
diketahui hanya jika orang itu pernah mengalaminya
Wolf W. Feurst (1974) : suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau
perasaan yg menimbulkan ketegangan
Arthur C. Curton (1983) : suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika
jaringan sedang rusak,dan menyebabkan individu tersebut bereaksi utk
menghilangkan nyeri
2.
ETIOLOGI
1. Trauma. Trauma ini juga terbagi menjadi beberapa macam. Penyebab trauma ini
terbagi menjadi :
Mekanik. Rasa nyeri yang diakibatkan oleh mekanik ini timbul akibat ujung-ujung
saraf bebas mengalami kerusakan. Contoh dari nyeri akibat trauma mekanik ini
adalah akibat adanya benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
Thermis. Nyeri karena hal ini timbul karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas, dingin, misal karena api dan air.
Khemis. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya kontak dengan zat kimia yang
bersifat asam atau pun basa kuat.
Elektrik. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya pengaruh aliran listrik yang kuat
mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2. Neoplasma. Neoplasma ini juga terbagi menjadi dua yaitu :
Neoplasma Jinak.
Neoplasma Ganas.
3. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah. Hal ini dapat
dicontohkan pada pasien dengan infark miokard akut atau pun angina pektoris yang
dirasakan adalah adanya nyeri dada yang khas.
4. Peradangan. Nyeri yang diakibatkan karena adanya kerusakan ujung-ujung saraf
reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Contohnya
adalah nyeri karena abses.
5. Trauma psikologis.
Tanda dan gejala
kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri
untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.
3. KLASIFIKASI
4. PATOFISIOLOGI NYERI
FISIOLOGIS NYERI
Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun
tidak ada satu teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri
ditransmisikan atau diserap. Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka
perlu mempelajari 3 (tiga) komponen fisiologis berikut ini:
Resepsi : proses perjalanan nyeri
Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri
Reaksi : respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri
1. RESEPSI
Stimulus (mekanik, termal, kimia) Pengeluaran histamin bradikinin, kalium
Nosiseptor Impuls syaraf Serabut syaraf perifer Kornu dorsalis medula spinalis
Neurotransmiter (substansi P) Pusat syaraf di otak Respon reflek protektif
Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan
pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Substansi tersebut
menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri,
maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer.
Serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls syaraf ada dua jenis, yaitu
serabut A-delta dan serabut C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf
Contoh:
Apabila tangan terkena setrika, maka akan merasakan sensasi terbakar, tangan
juga melakukan reflek dengan menarik tangan dari permukaan setrika.
Proses ini akan berjalan jika system saraf perifer dan medulla spinalis utuh atau
berfungsi normal. Ada beberapa factor yang menggangu proses resepsi nyeri,
diantaranya sebagai berikut:
Trauma
Obat-obatan
Pertumbuhan tumor
Gangguan metabolic (penyakit diabetes mellitus)
Tipe serabut saraf perifer :
a. Serabut saraf A-delta :
Merupakan serabut bermyelin
Mengirimkan pesan secara cepat
Menghantarkan sensasi yang tajam, jelas sumber dan lokasi nyerinya
Reseptor berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam seperti , otot
tendon dll
Biasanya sering ada pada injury akut
Diameternya besar
b. Serabut saraf C
Tidak bermyelin
Diameternya sangat kecil
Substansi ini titemukan pada nociceptor yaitu pada akhir saraf dalam kornu
dorsalis medula spinalis dan pada tempat reseptor dalam saluran
spinotalamik. Neuroregulator ada dua macam yaitu neurotransmitter dan
neuromodulator
Neurotransmitter mengirimkan impuls elektrik melewati celah synaptik antara dua
serabut saraf.contoh: substansi P, serotonin, prostaglandin
Neuromodulator memodifikasi aktivitas saraf dan mengatur transmisi stimulus saraf
tanpa mentrasfer secara langsung sinyal saraf yang melalui synaps.
Contoh: endorphin, bradikinin
Neuromodulator diyakini aktifitasnya secara tidak langsung bisa meningkatkan
atau menurunkan efek sebagian neurotransmitter
Teori gate control
Dikemukanan oleh Melzack dan wall pada tahun 1965
Teori ini mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh
mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.
Dalam teori ini dijelaskan bahwa Substansi gelatinosa (SG) yg ada pada bagian
ujung dorsal serabut saraf spinal cord mempunyai peran sebagai pintu gerbang
(gating Mechanism), mekanisme gate control ini dapat memodifikasi dan merubah
sensasi nyeri yang datang sebelum mereka sampai di korteks serebri dan
menimbulkan nyeri.
Impuls nyeri bisa lewat jika pintu gerbang terbuka dan impuls akan di blok ketika
pintu gerbang tertutup
Menutupnya pintu gerbang merupakan dasar terapi mengatasi nyeri
Berdasarkan teori ini perawat bisa menggunakannya untuk memanage nyeri pasien
Impuls nyeri medula spinalis batang otak & talamus Sistem syaraf otonom Respon
fisiologis & perilaku
Impuls nyeri ditransmisikan ke medula spinalis menutju ke batang otak dan
talamus. Sistem saraf otonom menjadi terstimulasi, saraf simpatis dan parasimpatis
bereaksi, maka akan timbul respon fisiologis dan akan muncul perilaku.
Usia. Usia dalam hal ini merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi
nyeri terutama pada anak dan orang dewasa (Potter & Perry (1993). Perbedaan
perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat
mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anakanak kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan kalau apa yang dilakukan
perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak yang belum mempunyai kosakata
yang banyak, mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan
mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau perawat. Anak belum bisa
mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak.
Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007).
Jenis Kelamin. Faktor jenis kelamin ini dalam hubungannya dengan faktor yang
mempengaruhi nyeri adalah bahwasannya laki-laki dan wanita tidak mempunyai
perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih
diragukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam
ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis
dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang sama. Penelitian yang
dilakukan Burn, dkk. (1989) dikutip dari Potter & Perry, 1993 mempelajari
kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan
pria.
Budaya. Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh
kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo &
Flaskerud, 1991).Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang dan
memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya
membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan harapan
dan nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan
mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih
akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-respon perilaku terhadap nyeri juga efektif
dalam menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer& Bare, 2003).
Keluarga dan Support Sosial. Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap
nyeri adalah kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam
keadaan nyeri sering bergantung pada keluarga untuk mensupport, membantu atau
melindungi. Ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat mungkin akan membuat
nyeri semakin bertambah. Kehadiran orangtua merupakan hal khusus yang penting
untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri (Potter & Perry, 1993).
Ansietas ( Cemas ). Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan
meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset
tidak memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri
juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stres praoperatif
menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang relevan atau
berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri.
Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan
secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara yang efektif
untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan nyeri
ketimbang ansietas (Smeltzer & Bare, 2002).
Pola koping. Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah
sakit adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien
kehilangan kontrol dan tidak mampu untuk mengontrol lingkungan termasuk nyeri.
Klien sering menemukan jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik maupun
psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping individu selama nyeri. Sumbersumber koping ini seperti berkomunikasi dengan keluarga, latihan dan bernyanyi
dapat digunakan sebagai rencana untuk mensupport klien dan menurunkan nyeri
klien.
6. PENATALAKSANAAN NYERI
PENANGANAN NYERI
1.
FARMAKOLOGIS
SAID (Steroid Anti-Inflamasion Drugs)
Dua jenis utama SAID murni:
Agonis murni
Kombinasi agonis-integonis
NSAID (Non Steroid Anti-Iflamasion Drugs)
NON FARMAKOLOGIS
Penanganan fisik meliputi:
Message kulit
Stimulasi Kontralateral
Tens
Pijat refleksi
Plasebo
Stimulisasi elektrik
Akupuntur
Distraksi
Relaksasi
Komunikasi terapeutik
Hipnosis
Biofeedback
Penanganan KOGNITIF
REGIONAL ANALGESIA
Perjalanan nyeri impuls melalui saraf dengan cara memberikan obat pada batang
saraf.Obat ini dilakukan dengan cara disuntikkan pada situs dimana saraf
terlindungi tulang
Terdiri atas 2 analgesia yaitu:
Analgesia Lokal
Analgesia Infiltrasi
MACAM SKALA NYERI
SKALA NUMERIS
SKALA DESKRIPTIF
SKALA ANALOG VISUAL
SKALA OUCHER
SKALA WAJAH
SKALA NUMERIS
SKALA DESKRIPTIF
SKALA WAJAH
SKALA OUCHER
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan klien yang mengalami nyeri :
PENGKAJIAN
Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri yang
efektif.
Nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada
masing-masing individu, maka perawat perlu mengkaji semua factor yang
mempengaruhi nyeri, seperti factor psikologis, fisiologis, perilaku, emosional, dan
sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama, yakni:
Asuhan keperawatan klien yang mengalami nyeri :
PENGKAJIAN
Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien
Observasi langsung pada respons perilaku dan fisiologis klien. Tujuan pengkajian
adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjektif.
HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI
Karakteristik Nyeri (PQRST)
P (Provokative) : faktor yg mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q (quality):seperti apa-> tajam, tumpul, atau tersayat
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (severity/SKALA NYERI) : keparahan / intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri
Hal-hal yang perlu dikaji :
Lokasi
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik minta klien untuk menunjukkan area
nyerinya, bisa dengan bantuan gambar. Klien bisa menandai bagian tubuh yang
mengalami nyeri.
Intensitas nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan terpercaya
untuk menetukan intensitas nyeri pasien.
Kualitas nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk. Perawat perlu
mencatat kata-kata yang digunakan klien untuk menggambarkan nyerinya. Sebab
informasi berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi nyeri.
Pola
Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri.
Karenanya, perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri
berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir muncul.
Faktor presipitasi
Terkadang, aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri sebagai contoh,
aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada. Selain itu, factor
lingkungan ( lingkungan yang sangat dingin atau sangat panas), stressor fisik dan
emosionaljuga dapat memicu munculnya nyeri.
Kualitas nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk. Perawat perlu
mencatat kata-kata yang digunakan klien untuk menggambarkan nyerinya. Sebab
informasi berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi nyeri.
Pola
Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri.
Karenanya, perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri
berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir muncul.
Gejala yang menyertai
Gejala ini meliputi mual, muntah, pusing, dan diare. Gejala tersebut dapat
disebabkan awitan nyeri atau oleh nyeri itu sendiri.
Pengaruh pada aktivitas sehari-hari
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas harian klien akan
membantu perawat memahami perspektif klien tentang nyeri. Beberapa aspek
kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri adalah tidur, napsu makan, konsentrasi,
pekerjaan, hubungan interpersonal, hubungan pernikahan, aktivitas dirumah,
aktivitas diwaktu senggang serta status emosional.
Sumber koping
Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam menghadapi nyeri.
Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya atau
Diagnosa
Nyeri akut b.d injuri fisik, pengurangan suplai darah, proses melahirkan