Mens Republic
Setelah UN usai, ia kembali lagi terjun ke dunia bisnis, kali ini dengan
sebuah konsep yang jelas dengan dilengkapi bisnis plan yang tersusun
rapi.
Dia kembali mengibarkan bendera Mens Republic yang menjual
perlengkapan mode khusus pria. Pada awalnya, Yasa Singgih hanya
menjual sepatu kasual untuk pria. Namun semakin besar usahanya
membuat brand yang ia kelola semakin menawarkan produk yang
beragam. Saat ini Mens Republic menjual produk celana dalam, jaket
dan juga sandal untuk pria.
Kini, produk Men's Republic telah menjual 500 buah pasang sepatu perbulan. Tanpa ada pabrik Yasa mampu menghasilkan omzet ratusan juta
rupiah. Dari usaha tersebut ia mampu mendapatkan laba bersih 40% .
Tak puas pada produknya sekarang, masih ada pemikiran dibenaknya
untuk menjual produk ikat pinggang, dan celana. Yang paling pasti
2. Eka Lesmana
kelas 4SD Eka Lesmana sudah menjadi anak piatu, sang ibu telah meninggal
dunia.
Eka kemudian diasuh oleh kakek dan neneknya. Sedang ayahnya menikah lagi.
Ayahnya sangat jarang sekali menengok dirinya. Praktislah Eka Lesmana harus
benar-benar berjuang untuk hidupnya.
Kesehariannya , Eka Lesmana membantu mencari nafkah kakek dan nenenknya
dengan angon bebek atau beternak itik.
Kakek dan Nenek Eka Lesmana hanya bisa menyekolahkan Eka sampai SMP.
Karena terbentur biaya akhirnya Eka Lesmana hanya mengenyam pendidikan
hingga SMP saja.
Setamat SMP, Eka Lesmana bekerja serabutan asal dapat uang dan halal. Mulai
dari kuli bangunan , angon bebek (memelihara itik) ya intinya apapun itu asal
halal dan dapet uang. Namun dalam benaknya Eka Lesmana tetap memendam
keinginan untuk maju.
Suatu hari sang bibi (saudara dari ibunya) mengajak Eka Lesmana ke Solo untuk
bekerja. Eka Lesmana bekerja sebagai buruh. Karena kerja Eka bagus, sang
mandor mengajak Eka untuk pindah ke Jogja dengan gaji yang agak besar yaitu
1,3jt per bulan.
Di Jogja Eka bekerja di sebuah toko. Suatu hari Eka berbincang dengan seorang
pelanggan toko yang selalu membeli banyak sekali. Begini isi percakapannya
yang diambil dari blog tetangga (kayak nama judul lagunya republik ya he he he)
Eka
Pelanggan
Eka
Pelanggan
Eka
Pelanggan
Eka
Pelanggan
Eka
Pelanggan
Itulah percakapan yang membuka wawasannya seorang Eka Lesmana akan dunia
online. Sepulang kerja ia akhirnya sering bertengger ke warnet untuk belajar apa
itu website, apa itu online shop.
Akhirnya setelah belajar bagaimana membuat website, Eka pun membuka took
online. Lima bulan lamanya akhirnya ia bisa membuat took onlinenya ramai.
Namun Eka jenuh dengan aktifitas online shop karena memang rutinitas
onlineshop hanya itu-itu saja, ia mulai belajar bisnis online model lain. Akan
tetapi Eka Lesmana sering kena tipu.
Suatu hari Eka berbincang dengan kawannya yang berbisnis adsense. Saat itu Eka
mencoba untuk menjajal adsense namun hasilnya tidak sesuai yang diharapkan.
Beberapa bulan kemudian sang teman tadi datang lagi dan menceritakan
suksesnya bermain adsense, bahkan temannya itu sudah berpenghasilan
100juta/bulannya.
Eka pun kembali bersemangat belajar adsense, toko online ia jual dan focus ke
adsense. Eka mulai focus di adsense tahun 2012. Ditahun 2013 adsense nya sudah
membuahkan hasil. Ia berhasil meraup beberapa ratus dolar.
Makin kenceng saja Eka membuat blog dan memonitize-nya dengan adsense.
Hingga di 2014 Eka berhasil meraup lebih dari 10ribu dollar US tiap bulannya
dari adsense. Woww jumlah yang besar sekali itu. Kalau dirupiahkan bisa lebih
dari 100juta/bulannya.
Sampai saat ini Eka Lesmana terus menghasilkan pundi pundi dolar dari blognya.
Patinya angkanya diatas 100 juta rupiah ya.
Rahasia sukses Eka Lesmana adalah kerja keras, sabar, mau belajar, dan jujur.
Walau disadari memang aktifitas blogging juga menjenuhkan tapi karena sudah
tekad ingin sukses, maka harus konsisten menjalankannya.
Itulah Biografi Eka Lesama, seorang tamatan SMP yang dulunya hanya kerja
angon bebek, kuli bangunan, namun dengan tetap memegang mimpi untuk sukses
dan terus berusaha keras mewujudkannya akhirnya bisa menemukan jalannya
untuk sukses.
Bagaimana? Menginspirasi buakn Kisah Sukses Eka Lesmana menjadi publisher
adsense? Kalau teman-teman sekalian apa impiannya? Sudah seberapa keras
mewujudkannya/ Jangan kalah ya dengan Eka Lesmana yang hanya tamatan SMP.
Jika mau berkomentar silahkan tulis di kolom bawah ini ya, mohon jangan
spamming dan tetap menjunjung tinggi kesopanan ya. Trimakasih sudah
berkunjung di blog kami. Sukses untuk kita semuaaaaaa.
3. Hamzah Izzulhaq
mampu atau menengah kebawah, sebab mereka tidak gengsi atau malu-malu
untuk diajak ngamen atau jualan koran. Dia dan teman-temannya melakukan hal
itu secara diam-diam tanpa sepengetahuan orang tuanya, sehingga ketrampilannya
dalam mencari duit berlanjut sampai ke jenjang SMP.
meminjami uang 70 juta yang semestinya untuk dibelikan mobil. Hamzah melobi
untuk membayar 75 juta dulu sisanya yang 100 juta untuk dicicil.
Dari situlah usahanya berkembang dengan pesat sehingga Hamzah mempunyai 3
lisensi bimbel. Dia memperoleh omset sebesar Rp360 juta / 6 bulan dari 200
jumlah siswa yang ada dengan keuntungan sekitar Rp180 juta / 6 bulan. Setelah
sukses mengelola bisnis tersebut, Hamzah lalu mengembangkan bisnisnya dengan
melirik usaha sofabed, hingga sekarang, bisnis Hamzah telah resmi berbadan
hukum dengan nama CV Hamasa Indonesia. Dia resmi menjadi direktur muda di
perusahan kerajinan sofa setelah lulus SMA 2011 omsetnya sekarang mencapai
mencapai Rp100 juta per bulan.
Prestasi :
4.
Reza Nurhilman
merupakan sosok yang melekat pada Reza Nurhilman yang akrab di panggil
"AXL". Kerja keras dan inovasinya yang sangat luar biasa ini menjadikan
produknya menjadi sangat fenomenal dan heboh di Indonesia. Pasar
marketing yang dibidikpun unik dan inovatif, sangatlah mengikuti
perkembangan jaman yang memanfaatkan jejaring sosial twitter untuk media
informasi pkeberadaan produknya.
Pengusaha muda yang sukses merupakan impian banyak remaja yang ada di
Indonesia. Semoga kisah perjalanan bisnis Reza Nurhilman bisa
menginspirasi kita semua, dan semakin membakar semangat kita untuk
berjual keras di bidang wirausaha. Yang harapan akhirnya menjadikan
terciptanya ribuan pengusaha muda yang mandiri dan mengharumkan nama
bangsa karena bisa membantu peluang pekerjaan bagi rakyat Indonesia. Mari
kita simak selengkapnya kisah perjalanan Reza Nurhilman (AXL) untuk
menjadi pengusaha muda yang sukses.
Profil Bisnis
Dengan Tagline : For Ichiher With Love maicih ingin tampul dekat
dengan para penggemarnya, selalu memanjakan penggemarnya di seantero
nusantara dengan cita rasa yang berkualitas.
Awal Usaha :
Dimulai pada pertengahan 2010
Dengan modal 15 juta
Belum genap setahun, 'keripik setan' bermerek Maicih menjadi ikon jajanan yang
fenomenal di Bandung. Bak tersihir, saat ini banyak orang yang penasaran akan cemilan
pedas yang satu ini. Sosok dibalik kesuksesan Maicih adalah Reza Nurhilman atau yang
akran disapa Axl. Laki-laki berumur 23 tahun inilah yang menemukan resep keripik dari
seorang nenek-nenek.Axl bertemu sosok emak-emak (Nenek-nenek ) yang memang
mempunyai resep keripik lada atau keripik setan yang rasanya enak. Sosok emak-emak
tersebut bukan bernama Maicih. Axl sendiri membuat nama tersebut agar lebih nyeleneh
dan mudah diingat orang. Sosok emak-emak ini identik dengan ke-icihan. Dia pake selalu
pakai ciput. Nama aslinya bukan Mak Icih, biar nyeleneh saja jadi beri nama Maicih.
Pertemuan Axl dengan Si Emak tersebut terjadi sekitar 3 tahun lalu di daerah Cimahi.
Menurut Axl, Emak tersebut tidak menjual keripik setannya secara komersil. Keripik
hanya diproduksi saat momen-momen tertentu saja. Sehingga pada tahun 2010.
Kunci sukses pada bisnis yang dilakukan Axl adalah terletak pada bagaimana cara dia
berfikir out of the box . hal ini ternyata ampuh dilakukannya terbukti dengan usaha yang
ia jalani sekarang sangat menjadi bahan perbincangan di kalangan anak muda. Orang
penasaran ingin mencoba apa itu maicih, yang digembar-gemborkan orang di twitter. Axl
suskses karena berkat ketekunan dan keyakinan nya akan bisnis yang ia jalankan.
Menjadi sukses adalah kewajiban dan hak setiap orang. Suskes tidak mungkin datang
sendiri , tetapi melalui sebuah perjuangan yang gigih pantang menyerah. Suatu
kegagalan itu adalah sangat wajar , orang mengalami kegagalan belum berarti dia
menjadi orang yang gagal total, namun sesungguhnya ada hikmah dibalik semua itu yaitu
Keberhasilan.
Strategi Pemasaran
Ini merupakan titik berhasilnya maicih dimana dilakukan dengan strategi pemasaran yang
out of the box. Axl memanfaatkan kecanggihan teknologi masa kini yaitu dengan media
twitter dan Facebook. Axl sengaja membuatn produknya eksklusif agar orang penasaran.
Dia tidak membuka toko seperti layaknya kebanyakan penjual, namun dijual dengan
memanfaatkan media twitter sebagai informasi lokasi dimana para Jenderal ( agen )
maicih mangkal menjajakan dagangannya.
Pemasaran produk ini berbeda dengan kudapan unik kota Bandung lainnya. Calon
pelanggan hanya bisa mengetahui dimana Maicih gentayangan tiap harinya melalui situs
microblogging Twitter. Tiap hari @InfoMaicih akan memberi kabar di mana produk Maicih
bisa didapatkan. Tim pemasaran Maicih yang disebut sebagai Jenderal, akan menjual
produk Maicih di lokasi-lokasi tertentu. Mulai dari kampus, kantor atau tempat keramaian
lainnya. Pendek kata, tak ada yang abadi sebagai tempat membeli produk Maicih.
Mereka selalu mobile sesuai posisi para jenderal. Cara pemasaran yang cukup unik ini
terbukti mendongkrak nama Maicih di jagat twitter. Banyak yang penasaran seperti apa
produk Maicih gara-gara membaca kicauan pengguna Twitter yang bersliweran tiap saat.
Dan biasanya mereka yang sudah merasakan kripik setan Maicih pastinya bakal tericihicih alias kepedasan.
Yang membuat pemasaran produk ini berbeda dengan produk produk lainnya
Twitter Ma Icih bambangworld.blogspot.com
. Hanya dengan berkampanye lewat social media twitter, Maicih, merek keripik pedas
asal Bandung, berhasil menaklukkan hati para Icihers. Bahkan, tak sedikit dari mereka
yang ingin naik kelas menjadi Jendral Maicih. Efeknya, baru satu setengah tahun,
omzet Maicih menembus Rp 7 miliar per bulan. Bagaimana cara Republik Maicih
membuat kalangan anak muda urban di Tanah Air bisa tericih-icih?
Siapa sih yang gak kenal kenal dengan Maicih? Itu loh, keripik pedas asal Bandung yang
sekarang sedang happening dan tengah digilai-gilai kaum muda. Gak gaul kalau belum
tahu dan nyoba Maicih sampai tericih-icih (tergila-gilared), demikian diungkapkan para
icihers, sebutan untuk para penggemar keripik Maicih. Ruar biasa memang. Dalam
seminggu terakhir misalnya, tak kurang 3800 percakapan di Twitter membicarakan
Maicih.
Ya, salah satu yang membuat unik dari Maicih adalah sebutan atau istilah yang
dilemparkan manajemen Maicih ketika berkomunikasi dengan para calon konsumen dan
pelanggannya melalui Twitter. Ada Emak (nenek) untuk pembuat keripik Maicih dan
Cucu untuk konsumennya. Kemudian, ada Jendral untuk reseller-nya, Icihers
sebutan gaul penggemar Maicih, Republik Maicih untuk manajemen, hingga istilah
tericih-icih untuk menggambarkan ketagihan akan pedasnya Maicih.
Sejak diluncurkan akhir Juni 2010 lalu, keripik Maicih memang menjadi salah satu hot isu
dan fenomenal di kalangan anak muda urban, terutama para peselancar dunia maya.
Maklum saja, cara memasarkan keripik Maicih memang beda dengan keripik pedas
lainnyayang notabene sudah lebih dulu beredar di Bandung. Awalnya kami
memasarkan tiga varian Maicih, keripik, seblak, dan gurilem, lewat jaringan pertemanan
dan kekeluargaan, cerita Reza Nurhilman, pemilik sekaligus President Keripik Maicih
yang akrab disapa Axl (baca: Axel).
Melalui jaringan kekerabatan, Axl mencoba menciptakan isu atau word of mouth (WOM).
Salah satunya, dengan tingkat kepedasan keripik. Keripik yang kami jajakan memiliki
tingkat kepedasan yang berbeda. Mulai dari level satu sampai lima, dan langsung ke
level 10 yang tingkat pedasnya paling tinggi, lanjutnya.
Walhasil, dengan diferensiasi seperti itu, produk pun direspon positif oleh lingkar
kekerabatan Axl. Mereka pun tak segan-segan meng-endorse keripik Maicih lewat
kicauan mereka di akun twitter masing-masing. Dua bulan berjalan, permintaan untuk
level tiga dan lima melonjak tajam. Oleh karena itu, produksi keripik pun lebih
diperbanyak untuk dua level tersebut.
Melihat efektivitas kicauan teman-temannya di dunia maya, maka Axl pun memutuskan
untuk fokus hanya berkomunikasi lewat twitter @infomaicih, facebook #maicih, dan situs
www.maicih.co.id. Diterangkan Axl, jumlah follower Maicih saat ini sudah mencapai lebih
dari 354 ribu, sedangkan jumlah fanpage mencapai 49.000-an.
Untuk itu, jangan harap Anda akan menemukan gerai fisik Maicih. Kami memang
sengaja tidak membangun gerai fisik. Dari sisi biaya operasionalnya sangat tinggi. Dan
yang terpenting, gerai fisik tidak mampu menciptakan interaksi antara brand Maicih
dengan konsumen, ungkap Axl beralasan.
Lantas, bagaimana cara Maicih dikomunikasikan dan dijajakan? Rupanya, Maicih punya
sederet jendralsebutan untuk pasukan penjual atau reseller Maicih. Jendral
tersebutlah yang bertugas berkicau di akun twitter mereka masing-masing tentang lokasilokasi mana saja yang bakal disambangi mobil yang membawa keripik Maicih untuk
dijajakan. Dan, tiap harinya lokasi yang disambangi berpindah-pindah, alias nomaden.
Konsep jualan nomaden itu rupanya justru menggelitik rasa penasaran sekaligus memicu
antusiasme konsumen. Dampaknya, tak sedikit anak-anak muda justru menunggununggu kicauan dari para jendral Maicih plus berharap lokasi kampus atau rumah mereka
bisa disambangi mobil Maicih.
Melalui konsep nomaden itu, urai Axl, Kami ingin mencapai misi pertama kami, yaitu
menciptakan gengsi di dalam diri konsumen kalau bisa mengkonsumsi Maicih. Bahkan,
punya gengsi jika bisa menjadi icihers. Itu artinya, jika belum tahu dan mencoba Maicih,
boleh dibilang mereka belum masuk kategori bergaul.
Kini, misi berikut dari Axl dan kawan-kawan adalah menciptakan gengsi profesi seorang
jendral. Menjadi seorang jendral Maicih jelas tidak mudah. Seleksi dilakukan sangat
ketat. Ada tiga batch yang kami tawarkan kepada para calon jendral, imbuhnya. Ketiga
batch itu dibedakan berdasarkan pembelanjaan keripik Maicih.
Untuk batch pertama, nilai pembelanjaan para jendral minimal Rp 5 juta per minggunya.
Batch dua, nilai pembelanjaan produk Maicih minimal Rp 10 juta per minggunya.
Sementara batch tiga, kategori baru, nilai pembelanjaan minimal Rp 100 juta per
minggunya. Para jendral dibebaskan untuk berinovasi dalam memasarkan produk
Maicih, ungkap Axl.
Selain syarat pembelanjaan, yang terpenting adalah calon jendral Maicih harus datang ke
Bandung untuk interview dan mengikuti Akademi Jendral Maicih. Di sana, calon jendral
di-training seputar team work, inovasi, character building, dan soft skill lainnya.
Pendeknya, para calon jendral harus mampu menjadi Independent Bussiness Owner
(IBO), tegas Axl.
Jangan heran, jika para jendral Maicih dituntut untuk inovatif memikirkan cara-cara efektif
dalam memasarkan keripik Maicih di area mereka masing-masing. Kami tidak mensupport dana sepeser pun untuk para jendral. Mereka sendirilah yang harus mampu
membangun brand Maicih dan memasarkannya di wilayahnya masing-masing, ia
menambahkan.
Axl mencontohkan, area Cirebon memiliki karakteristik yang berbeda dengan wilayah
Jakarta. Di Cirebon, komunikasi jauh sangat efektif menggunakan medium radio. Maka,
jendral di sana pun bekerja sama dengan sejumlah radio lokal untuk menggelar talkshow
seputar Maicih. Sementara di Jakarta, ketika Axl diundang hadir di salah satu program
Metro TV dan Trans7, permintaan Maicih langsung booming. Beda lagi dengan Bekasi.
Pendekatan di sana justru sifatnya harus personal, tuturnya.
Kerja keras para jendralyang merupakan anak-anak muda kelahiran era 80-anitu tak
percuma. Kini, Maicih sudah sampai seantero Indonesia, dari Aceh hingga Papua.
Bahkan, Maicih juga sudah menjangkau mancanegara. Sebut saja Jepang dan
Singapura. Tak mengherankan, dengan modal awal yang hanya Rp 15 juta, kini omzet
Maicih membengkak. Per bulan, omzet Maicihyang didapat dari pembelanjaan keripik
para jendralsudah menembus Rp 7 miliar.
Untuk jendral batch dua, tak sedikit pembelanjaan mereka tiap minggunya Rp 200 jutaRp 300 juta. Kontribusi tertinggi memang masih di kota-kota besar seperti Jakarta,
Surabaya, Jogja, dan Semarang, ia mengaku.
Lantas, berhasilkah Axl pada misi keduanya: membangun gengsi menjadi jendral Maicih?
Jawabannya, jelas berhasil. Ini dibuktikan dengan membludaknya anak-anak muda yang
ingin menjadi jendral Maicih. Dalam sehari, lebih dari seribu orang yang ingin mendaftar
menjadi jendral Maicih. Dan, ada dari kalangan artis muda yang sudah menjadi jendral
Maicih, terang Axl.
Namun, Axl mengaku tidak bisa sembarangan menerima para jendral. Lantaran, di
tangan para jendral-lah reputasi dan nasib brand Maicih digantungkan. Selain reseller,
para jendral juga menjadi endorser sekaligus talker brand Maicih. Oleh karena itu, seleksi
para jendral dilakukan sangat ketat. Selain harus memiliki mindset Independent
Bussiness Owner dan lulus Akademi Jendral Maicih, kami lebih mendahulukan wilayahwilayah yang masih kosong pemain dan memiliki potensial market, jelasnya.
Setelah sukses dibincangkan di jejaring sosial serta diliput banyak media elektronik,
cetak, maupun online, diakui Axl, Maicih mulai kedatangan kompetitor. Di daerah asalnya
di Bandung, tak kurang dari 30 brand keripikdengan jenis varian yang serupamulai
agresif memasarkan produknya.
Oleh karena itu, Axl mengaku, tidak bisa tinggal diam. Dalam waktu dekat, tepat di awal
tahun 2012, diungkapkan Axl, Kami akan re-packaging dan meluncurkan varian baru,
seblak keju. Jika saat ini kemasan Maicih masih terlihat biasa, bahkan terkesan jadul
(jaman dulured), tahun depan akan segera berganti. Untuk re-packaging dan
peluncuran varian baru itu, saat ini Axl dan tim sedang menggodok konsep event-nya.
Tak cukup, Republik Maicih pun akan jauh lebih agresif menjadi pembicara di acara
seminar atau workshop, menjadi narasumber di media elektronik, cetak, maupun online,
hingga menggelar program corporate social responsibility. Bahkan, untuk menunjukkan
bahwa Maicih adalah sang pionir, tak segan-segan Republik Maicih memasang reklame
Maicih di papan bilboard akbar di wilayah Bandung.(Dwi Wulandari Majalah MIXMarketingCommunications, Desember 2011)
Hasil pemasaran dari keripik MAICIH
Produk Maicih hasil kerja sama Reza (pemilik keripik MAICIH) dan kawan-kawan
bersama warga setempat. Penduduk di sebuah kampung di Bandung, Jawa Barat,
membuat kripik ini dibantu sejumlah orang. Ibu Ade, ditunjuk Reza menjadi mitra produksi
rumahan maicih. Mereka mencari cara bagaimana mengemas jajaran kampung yang
tradisional ini agar bisa naik kelas. Berkat pemasaran yang dikemas secara professional
dengan metode gentayangan dimana pembeli yang mencari keripik, Ibu Ade merasakan
perubahan yang signifikan. Penjualan yang dahulu hanya 100 biji tapi setelah sekarang
sudah bermitra dengan maicih, sehari sekarang mencapai 2.000 per bungkus. Dalam
sebulan omzet yang dikantongi bisa mencapai Rp 800 juta sampai Rp 900 juta. Di mana
sehari saja, bisa mencapai keuntungan Rp 30 juta.
Ia tidak mempunyai karyawan yang banyak, untuk segi pekerja itu sendiri sekitar 10
orang termasuk bagian packing, masak, pembuat bumbu, dan distribusi. Selebihnya
agen, yang disebut jenderal maicih. Ia membuat bahasa marketing dengan nuansa yang
berbeda supaya lebih menarik. Menurutnya, kalau saya sebutnya, ya ini agen maicih,
sepertinya kurang keren. Kalau disebut agen, seperti agen minyak dan kurang menjual.
Bukan bermaksud mendeskritkan pekerjaan diluaran sana. Disebut jenderal agar valuenya bertambah, karena produk saya cuma keripik. Kami juga punya menteri
perhubungan, yang megang jalur distribusi dan penjualan ke luar pulau. Ia seperti ingin
membangun kerajaan sendiri.
Syarat untuk menjadi jenderal orang yang menjadi jenderal dipilih yang memiliki
intelektual baik, dan berkompeten. Dari segi SDM, kami nggak hanya asal menerima
jenderal, tetapi ada proses interview dan training. Kualitas mereka harus yang terbaik.
Jenderal bukan karyawan tapi mitra usaha. Mereka membeli lisensi untuk izin usaha. Jadi
istilahnya, mereka adalah distributor atau agen resmi yang menjual kripik Maicih. Jadi
bisa dipertanggung jawabkan.
Karena banyak yang mengatasnamakan Maicih atau memakai nama maicih dengan cara
yang tidak baik. Banyak konsumen yang dirugikan karena tertipu. Sementara maicih yang
asli itu hanya diinfokan oleh akun twitter @infomaicih dan yang hanya dijual oleh para
jenderal.
Training jenderal seputar caracter building, knowledge, sikap, serta bagaimana
menyikapi bisnis ini ke konsumen. Karena, mereka tidak hanya menjual keripik, tetapi
juga education. Ia sendiri sering sharing knowledge di training. Dengan mengikuti training
mereka akan siap menjadi pengusaha dari segi mental. Mereka tidak hanya jual beli
putus, tapi juga bisa dibilang independent bussiness owner (IBO). Jadi, merasa sebagai
pemilik Maicih di kotanya masing-masing. Dan setiap bulan ia dan para jenderalnya
mengevaluasi penjualannya dengan mengadakan event-event.
Harapan kedepannya, ia ingin pemasaran tidak hanya nasional tetapi go internasional.
Sekarang sudah masuk sampai singapura dan jepang. Tetapi masih sistem kirim,
jendralnya para TKI di sana.
Anak-anak muda itu harus jauh lebih yakin. Jika ingin menekuni sesuatu harus konsisten
dan antusias. Kita harus yakin dan semangat jika kita mempunyai cita-cita dan tujuan.
Untuk menuju puncak itu memang tidak mudah, tidak semudah membalikkan telapak
tangan, tapi ketika kita mengejarnya dengan yakin dan percaya, pasti akan tercapai.
Namanya berkibar di dunia maya berkat strategi pemasaran lewat jejaring sosial Twitter.
Ketenaran keripik pedas Maicih menimbulkan rasa penasaran bagi mereka yang belum
mencoba, dan rasa ketagihan bagi mereka yang sudah. Maicih ingin mengangkat jajanan
kampung untuk bisa naik kelas. Bungkus keripiknya saat itu pun masih sederhana, polos
tanpa sablonan logo. Berapa pun jumlah pesanan keripik, ia akan mengantarnya sendiri.
Awalnya, Axl memasarkan keripik pedas Maicih dengan lima level atau tingkat
kepedasan, mulai dari level 1 hingga 5. Setelah dua bulan, tes pasar menunjukkan
bahwa keripik level 3 dan 5 adalah yang paling laris. Kini, dua level keripik itulah yang
diproduksi massal.
Januari 2011, Maicih kembali berinovasi dengan menciptakan keripik Maicih edisi spesial,
level 10. Ada orang-orang yang merasa tertantang, wah, level 5 ternyata kurang pedas
dan mencari yang lebih. Berkat inovasi marketing cerdasnya itu, kini Maicih diproduksi
sekitar 2.000 bungkus per hari untuk semua varian produknya. Ia memberi harga satu
bungkus keripiknya sebesar Rp11 ribu. Axl pun ketiban rezeki, bisa meraih keuntung an
per hari antara Rp1,5 juta hingga Rp 2 juta. Tentu saja penghasilan itu lebih besar jika
dibandingkan dengan gaji pejabat selevel menteri sekalipun. Mimpi Axl untuk terus
memopulerkan Maicih pun tak tanggung-tanggung. Pemasaran luar kota akan
diprioritaskan. Karena di Bandung sudah cukup happening, jadi kita akan ke luar kota,
luar pulau, bahkan luar negeri. Kita mengenal Sumedang dengan tahu, Bandung dengan
peuyeum. Axl ingin Bandung juga bisa dikenal sebagai kota asal Maicih.
Pada bulan mei 2011 , tepatnya tanggal 07 mei 2011 maicih melaunching produk
terbarunya yaitu seblak, sejenis krupuk pipih pedas, dengan varian level yang berbedabeda. Axl akan terus melakukan inovasinya tetapi dengan tidak meninggalkan ciri khas
mengangkat camilan kelas rendahan menjadi berkelas dan diminati orang banyak.
Kemungkinan pada masa mendatang akan muncul produk-produk lain yang lebih Inovatif
lagi. (Sumber : bambangsulistio.web.id)
Wow..wow sungguh luar biasa, perjalanan pengusaha muda sukses Indonesia ini
pantang menyerah, pekerja keras dan sangatlah inovatif. Besar harapan
saya agar semua pembaca bisa menambah ide-ide baru dan memperkuat usaha
masing-masing untuk bisa lebih berkembang dan maju lagi. Semangat
kewirausahaan ini semoga bisa mewabah dan menular bagi generasi muda
lainnya sehingga majulah bangsa ini dengan banyaknya bermunculan para
pengusaha muda yang Sukses di Indonesia, Amin. Jaga selalu semangat
kewirausahaan kita, salam sukses!
5.
Meski sempat ditipu beberapa kali, Lambertus Darian masih terus bersemangat berbisnis.
Panggilan hatinya untuk menjadi sukses membuatnya kuat dan semangat terus. Darian memulai
bisnis menjadi sales perusahaan importir berhasil menjual 95 juta dalam waktu 1 bulan di umur 16
tahun. Ia mendapatkan penghargaan sebagai Top New Sales 2010. Dia hanya berbekal semangat
untuk berbisnis dan menjual lebih banyak. Diumur 17 tahun, ia mendirikan komunitas pengusaha
muda melalui Twitter.
Dia membuat forum bernama komunitas bisnis anak muda (@BisnisAnakMuda), tempat berbagi
pikiran berbisnis. Ia menjadi distributor tunggal sticky jelly se- Jakarta, namun naas ketika menapati
dirinya ditipu patner bisnisnya. Setelah lulus SMA, Darian masih sibuk dengan berbagai bisnis lalu
mulai tertarik berbisnis kuliner. Ia pernah membuka kafe roti bakar tapi kurang berjalan.
Kemudian membuka bisnis empek- empek tapi tetap tidak berhasil. Setelah itu, ia membuka Sop
Iga Bakar Sarap di Muara Karang yang kemudian diubah menjadi Iga & Konro Bakar Legi. Akhir
2012, bisnisnya sudah berjalan lancar hingga membuka warung tenda; tahun 2013, Darian sudah
memindahkan bisnisnya di ruko. Ia berpikir bisnis lainnya yaitu bisnis mie yang diberi nama Bakmie
Cukong. Selain bisnis makanan, Darian membuka warung minuman sahat.
Dia mencoba menggabungkan cincau dengan berbagai macam rasa. Dia juga bekerja sebagai
distributor jea merah instant, Cap Cangkir Emas. Di umurnya ke 19, ia bertekat berbisnis properti
yang telah direncanakan sejak umur 17 tahun. Dia sedang mencari- cari patner usaha untuk yang
satu ini. Darin sepertinya tidak bisa duduk diam kecuali menjalankan usaha. Ia kini menjadi
pemegang saham 25% di PT. Trijaya Mekar Mandiri. Bisnisnya meliputi peralatan dan
perlengkapan untuk rumah dan taman.
Dia juga menjual produk pembersih kamar mandi. Melalui segudang bisnisnya, dia masih dikenal
sering untuk berbagi ilmu melalui acara televisi seperti MNC TV, ANTV, dan pernah muncul
diberbagai majalah bisnis.
6. Nicholas Kurniawan
Profil Pengusaha Muda Nicholas Kurniawan
Niko tidak mau menjadikan hal negatif sebagai pelarian. Dia yang
selalu melihat pertangkaran, yakin walau sering terjadi pertengkaran di
rumah. Ia yakin kedua orang tuanya sangatlah menyayangi anak- anak
mereka. Inilah alasan yang menjauhkannya dari pergaulan bebas. Dia
memilih bekerja membantu meringankan beban keluarga saja.
Keadaan serba terbatas malah membimbing Nicholas Kurniawan
mandiri.
Niko lantas mulai memilih berusaha sendiri sebagai wirausaha. Sejak
masih kelas 2 SD, di usia 7 tahun sudah berjualan mainan untuk
membeli mainan baru. Dia pernah menjual aneka baju, donat, hingga
kue buatan mama disaat masih duduk di bangku SMP. Niko pernah pula
ikut bisnis MLM saat SMA, tetapi seperti sudah- sudah, dia sadar betul
MLM bukan sumber baik dan gagal ditengah jalan.
Sampai mengenal Kaskus di Februari 2010!
Nicholas mengaku hanya iseng menjual ikan therapy dari mamanya.
Dia hanya merasa kurang suka untuk ikan macam itu; lalu dijualanya
ke forum Kaskus. Hal iseng tersebut berbuah respon yang sangat baik.
Otak bisnisnya memilih untuk mencari supplier bukanya memilih
berhenti. Ia lalu mendapatkan bantuan seorang teman untuk menjual
ikan gura rafa lagi. Tapi, tak cukup, Niko mencari- cari lagi hingga ke
dunia maya.
Satu per- satu supplier ikan didekatinya. Niko bergeriliya di toko- toko
ikan dimanapun itu. Caranya ada yang langsung nimbrung saja. Ada
pula yang dia dekati melalui pengajuan proposal, intinya biar agar dia
bisa tetap berjualan. "Awalnya mereka tidak begitu gampang percaya.
Saya buat proposal, saya kirim ke 100 orang, yang respons hanya 10.
Dari 10, yang jadi belum tentu satu," ungkapnya kala diwawancara
oleh SWA di penangkaran ikan hiasnya di kawasan Jakarta Barat.
Lewat Kaskus, dia mulai berjual ke berbagai fish therapy ke Mall, dari
Blok M, Point Square, Pulit Junction. Tidak ketinggalan, Niko mengaku
pernah menjual ke sebuah hotel, Hotel Alexis, beberapa rumah
anggota DPR partai Demokrat dan PAN. Guna mensuport toko ikan
kecilnya ia tak ragu langsung membeli domain atau alamat situs.
Caranya pun ada khusus. Niko memulai melakukan riset kata kunci
agar ikan yang dijual laris melalui mesin pencarian Google.
Susah memang persaingan bisnis online, tapi dia berhasil. Pria yang
kini tengah kuliah di Jurusan Pemasaran Prasetiya Mulya Business
School ini, lantas membuat situs web jitu buat bejualan di alamat
Berapa modal yang diperlukan untuk mendirikan bisnis ini? Tidak banyak,
untuk membuat usaha laundry kiloan, Agung hanya memerlukan 1 mesin
cuci, 1 mesin pengering, dan sewa tempat usaha di lokasi yang strategis.
Modal yang diperlukan saat itu kira-kira mencapai Rp30jutaan. Modal ini ia
peroleh dari pinjaman kredit dengan menggadaikan BPKB motor
miliknya,sebagian pinjaman dari orangtua, pinjam ke teman, dan sebagian
dari sisa modal usaha sebelumnya.
Dengan tekad yang kuat Agung mengelola usaha laundry ini. Dan seperti
yang diproyeksikan sebelumnya bahwa gerai jasa laundry miliknya ini
diminati banyak pelanggan, sehingga dalam waktu hanya satu bulan saja,
outlet Simply fresh Laundry miliknya merupakan outlet laundry kiloan
paling ramai di Yogyakarta, meskipun di jalan yang sama terdapat 5 gerai
laundry kiloan dengan merek berbeda.
Salah satu kunci untuk memperoleh pelanggan banyak, lanjut Agung
adalah dengan selalu melakukan inovasi-inovasi dalam mengembangkan
usahanya, diantaranya gerai laundry nya hanya menggunakan deterjen
ramah lingkungan (limbah deterjen yang dapat menyuburkan tanaman),
menggunakan teknologi ultra violet (air yang digunakan bebas bakteri),
memberikan garansi produk, menggunakan alat pengepak press plastik,
memberikan pelayanan delivery service kepada pelanggan serta memiliki
jaringan keagenan yang merata di lingkungan pelanggan.
Bahkan di beberapa tempat tertentu gerainya juga menempatkan
pelayanan drive thru dan buka 24 jam. Selain itu, Simply Fresh Laundry
juga memberikan pelayanan cuci kilat hanya 4 jam sudah jadi, mencuci
berdasarkan washing care label tips, membuat membership khusus,
komputerisasi dengan sofware khusus, menggunakan barcode scanner,
packaging ekslusif dan, pelayanan yang ramah. Selain itu, ia juga
menyediakan tujuh pilihan aroma pewangi pakaian sehingga konsumen
dapat memilih jenis pewangi yang diinginkan. Bahkan harganyapun sangat
bersaing, hanya Rp2500/kg.
Langkah pemasaran dengan menggandeng media, menjadi sponsor event,
menciptakan personal branding dengan wawancara di berbagai media
cetak maupun elektronik, menyebar brosur di sasaran tertentu,
9. RIEZKA RAHMATIANA
BIODATA
RIEZKA RAHMATIANA
Mataram, 26 Maret 1986
Email: riezkarahmatiana@gmail.com
PENDIDIKAN:
2004 Sekarang Mahasiswa Fakultas Komunikasi, Universitas Padjajaran Bandung
NAMA USAHA:
Meski ditentang orang tuanya, di olok-olok rekan kuliahnya, bahkan sempat ditipu
rekan bisnisnya. Riezka Rahmatiana pantang menyerah dan terus berusaha, inovasi
dan kemitraan menjadi kunci suksesnya untuk mengembangkan bisnis Saya
bermimpi bangsa ini bangkit bersama sehingga kemiskinan tak ada lagi. Katanya.
SIAPA BILANG BISNIS harus dimulai dengan modal besar? Riezka Rahmatiana, 23
tahun, telah membuktikannya. Ia memulai usahanya hanya dengan mengandalkan
uang jajannya sebagai modal awal, sekitar Rp 150.000. Saya memulainya dari
paling bawah, dengan berjualan pulsa elektronik, ujar gadis berdarah India
kelahiran Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, 21 Maret 1986 ini.
Target pasarnya adalah rekan-rekan kuliahnya sendiri. Ternyata peminat pulsanya
begitu banyak. Tak sampai dua jam, deposit pulsa saya sudah habis, katanya.
Hasil penjualan ini langsung diputarkannya untuk membeli deposit kembali,
sehingga lama kelamaan jumlah depositnya ternus bertambah. Bahkan ia bisa
membuka outlet pulsa elektronik, fisik, dan kartu perdana yang diberinya nama
Ezka Cell, di Jl. Raflesia H7, Perumahan Antapani, Bandung.
Kali ini target pasarnya adalah orang-orang yang satu komplek perumahan
dengannya. Lagi-lagi hasilnya mengejutkan, omzetnya dalam sebulan bisa
mencapai Rp 9.600.000. Sadar akan besarnya potensi bisnis pulsa ini Riezka pun
berani mengibarkan bendera usaha. Pada 26 Maret 2007 ia mendirikan bendera CV
Ezka Giga Pratama, perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan dan jasa.
Dari berdagang pulsa ia naik pangkat dipercaya menjadi master pulsa
yangmengelola server pulsa elektronik yang membawahi sejumlah agen dan outletoutletkecil.
Pelan tapi pasti bisnisnya terus merayap naik. Satu per satu bidang usaha
dirambahnya. Karena tempat usaha pulsanya yang berada di komplek ramai
didatangi konsumen salah seorang rekan bisnisnya mengajak bekerja sama di
bidang laundry & dry clean dengan pola bagi hasil. Pada awalnya ia sempat ragu
apakah jasa ini dibutuhkan, mengingat umumnya tiap rumah telah memiliki
pembantu rumah tangga. Namun setelah mengamati sejumlah gerai laundry & dry
clean di kompleks perumahan lainnya, ia memberanikan diri masuk ke sektor ini.
Maka, tahun itu, Riezka membuka gerai Prima Laundry. Di luar dugaan, Di bulan
pertama saya bisa mendapat bagian bersih Rp 2 juta, katanya.
Dari berdagang pulsa ia naik pangkat dipercaya menjadi master pulsa yang
mengelola serves pulsa elektronik yang membawahi sejumlah agen dan outletoutlet kecil.
Pada tahun berikutnya, Maret 2008, Riezka kembali melebarkan usahanya dengan
mencoba merambah ke usaha makanan dan minuman. Menurut buku-buku yang
dibacanya, margin keuntungan di usaha makanan dan minuman bisa mencapai 50%
lebih. Maka ia pun menyewa ruang di Food Court & Cafe di daerah Cihampelas,
Bandung, dan membuka kafe DGreen House. Di sins ia menyajikan aneka macam
makanan dan minuman. Sayang, usaha ini kandas karena omzet sangat minim.
Saya melakukan inovasi produk dan mencari lokasi baru, katanya. Kali ini ia
menyajikan menu tradisional, yaitu tahu Sumedang dan sop urat, resep favorit
ibunya. Untuk itu ia menyewa gerai di Jl. Cihanjuang, Bandung, yang dinamainya
Dapur Kuring, yang berasosiasi dengan masakan tradisional rumahan. Untuk modal
awal Riezka cukup mempersiapkan bahan baku dan peralatan, senilai sekitar Rp. 6
juta. Tempatnya disewa dengan pola bagi hasil, 25% untuk pemilik tempat dan 75%
untuk Riezka.
Kali ini Dewi Fortuna menghampirinya. Tahu Sumedang dan sop urat laris manis
disukai pelanggan dan pesanan. Apalagi sop uratnya, yang bisa dikatakan tak
memiliki pesaing. Lokasinya yang di kawasan wisata membuat peminatnya bukan
hanya dari kawasan Bandung dan sekitarnya, namun juga dari luar kota, seperti
Jakarta, Bogor, Purwakarta. Para pelanggan yang puas ini pun
menjadi evangelist yang dengan sukarela mempromosikan gerai makannya.
Agar semakin memikat perhatian konsumen, Riezka sengapi meletakkan tempat
menggoreng tahunya di luar ruangan sehingga konsumen dapat melihat cars
pembuatannya. Aromanya yang hariiiii mampu membujuk konsumen mampir ke
gerai Dapur Kuring. Alhadulillah, penggemarnya terus bertambah, katanya.
kuliner. Sebelum dipasarkan, saya memberikan sampel produk Pisang Ijo kepada
teman-teman, rekan bisnis, dan keluarga. Ketika di awal mereka mengatakan
rasanya kurang enak, Riezka dan timnya mencoba lagi sampai semua mengangguk
puas. Syukur akhirnya kami bisa menghasilkan produk yang optimal dan disukai
banyak orang, katanya.
Pada tahun 2007 Riezka pernah ditipu mitra bisnisnya sendiri, yang membawa
kabur barang dagangan bernilai puluhan juta yang diambilnya dari Riezka.
Tantangan rupanya tak cukup sampai di situ. Pada tahun 2007 Riezka pernah ditipu
mitra bisnisnya sendiri, yang membawa kabur barang dagangan bernilai puluhan
juta yang diambilnya dari Riezka. Untuk menutup kewajiban pembayaran seluruh
tabungan saya ludes. Bahkan saya masih harus berutang kesana-kemari, katanya.
Hingga kini, mitra bisnisnya raib dan tak mempertanggungjawabkan kewajibannya.
Sementara Riezka kehilangan kepercayaan dari teman-temannya, bahkan
mengalami hinaan yang menyakitkan, dari downline-nya.
Toh mantan penyiar Radio Mora FM (2005) dan redaktur berita Radio Garuda (2007),
keduanya di Bandung, ini pantang menyerah. Ia kembali bangkit dan siap melata
dari anak tangga terbawah, dengan menjajakan pulsa tadi. Lalu sedikit demi sedikit
mengumpulkan modal untuk berbisnis kembali. Hasilnya, Riezka kini bisa
menegakkan kepada dan membuktikan bahwa jika ada kemauan, selalu ada jalan
mencapai keberhasilan. Ia juga telah membuktikan, jika dilakukan bersama-sama,
tak ada kata tidak bisa.
Siapa Farah Farce, hanya seorang gadis berumur 16 tahun ketika memulai bisnisnya dari nol
besar. Remaja kelahiran 22 April 1995 ini memiliki nama asli Farah Kemala Qurratu'ani, berbisnis
sejak duduk di bangku kelas 9 Sekolah Menengah Pertama. Hebatnya nih, ia melakukan semua
bisnisnya sendiri yaitu bisnis impor produk- produk fashion dari berbagai negara di kawasan Asia.
Dan hebatnya lagi, ia mengerjakannya tanpa modal apapun.
Kisahnya berawal dari kesukaanya sepatu sneakers. Dia bahkan berburu produk tersebut
diberbagai negara. Dia menginginkan produk- produk terbaik, dan tentunya yang tidak bisa
ditemukan di Indonesia. Ketika itu, dia menginginkan sneaker pertamanya dari seorang teman
menawari. Dia menggunakan sistem pre- order melalui seorang teman yang baru dikenalnya di
sebuah bimbingan belajar. Farah harus menunggu cukup lama, rasa kesal dan geram membuatnya
menanyakan hal ini langsung.
Bukannya sebuah solusi, dia hanya disuruh untuk menghubungi si penjualnya sendiri, dan dia itu
ternyata juga tinggal di Jakarta.
"Akyu kaget, aku pikir orangnya perantara langsung dari sana. Tapi ternyata dia juga perantara
disini," jelas Farah. Ia hanya mengembangkan senyumnya ketika pesanannya tiba ditangannya.
Dia senang karena sepatu tersebut tidak ada di Indonesia. Meski begitu terbersit keganjilan dan
berpikir tentang bisnis yang dilakukan temannya tersebut.
Pengalaman itulah membawanya memutuskan untuk menghubungi sang importir itu sendiri. Dia
menawarkan dirinya untuk menjadi perantara, menjualnya langsung ke pembeli seperti yang
dilakukan temannya. "Kenapa gak gue jualin juga disini," pikirnya kala itu. Dia yakin meski kala itu
statusnya sebagai pelajar SMP dan belum berpenghasilan. Bekalnya hanyalah satu yaitu
pengalaman ketika SD, menjual produk secara online, membuatnya cukup PD menego si importir
tersebut.
Farah lantas pernah memajang foto- foto barang importir tersebut. Ia kemudian menuliskan katakata khas anak muda. Dia kemudain menjual produknya itu melalui Facebook. Ia pun berhasil
menjual sepatu- sepatu tersebut hingga kurang lebih 15 pasang hari itu juga.
Bisnis Dropship
Farah menawarkan sistem dropship kepada sang importir tersebut. Dropship sendiri ialah sebuah
sistem alternatif perdagangan dimana para pemilik barang hanya menerima pesanan, lantas
mengirim produknya lewat paket, tentu setelah pembayaran oleh sang parantara dari pembayaran
pembeli. Istilahnya mungkin mirip broker tanah. Perantara akan mendapatkan pesanan dan
menerima uang untuk disetorkan. Tak lup perantara harus menambahkan untung sedikit.
Ini merupakan sistem yang lazim dijalankan oleh pebisnis online masa kini. Dropship memberikan
kemudahan bagi penjual online yang memiliki modal atau pun tidak. Mereka hanya akan
menawarkan produk tersebut besar- besaran. Saat pesanan datang, mereka akan meminta
pembeli untuk membayar dimuka dulu. Ketika pesananan masuk dan uang telah diterima, para
penjual online meminta si pemilik barang mengirimkan ke alamat pembeli.
Pengemasan dan pengiriman hanya dilakukan oleh pemilik barang saja. Berbeda sedikit dari
biasanya, Farah memilih mengontrol kualitas barang sebelum dikirim ke alamat pembeli sendiri.
"Gimanapun semua barang harus transit dulu di rumah aku dulu. Setelah aku cek barang ini bagus,
baru aku kirim ke alamat pembeli. Kalau barangnya jelek, aku kembalikan kesana. Jadi prosesnya
ke supplier di luar negeri, ke rumah aku, baru ke alamat pembeli. Aku engga mau jualan barang
jelek sampe mengecewakan pelanggan," tegasnya.
Meski terdengar beresiko baginya karena bisa "tombok". Buktinya ini dijalankan oleh Farah baikbaik saja. Bermodal selain uang, ia sendiri memiliki kemampuan untuk mengamati kualitas produk.
Serta paham akan kebutuhan pasarnya.
Belajar bisnis
Tentunya bisnis miliknya punya resiko tinggi yaitu menyangkut kepercayaan. Ditambah, ia harus
membayari pengiriman sendiri ke pembeli. Dia harus memastikan dulu agar produknya bagus atau
dikirim kembali ke supplier. Farah juga harus memiliki kemampuan negosiasi tingkat tinggi. Ia tidak
hanya pandai berbisnis tetapi juga pandai bergaul. Tak hanya di dunia nyata, ia pandai bergaul di
dunia maya.
Ia ingin tau bagaimana orang sukses berusaha. Farah aktif menggunakan akun Twitter nya
(@farcee), iseng mencari tau timeline Twitter milik miliarder muda, Bong Chandra. Dari timeline
Twitter Bong Chandra, ia pun berkenalan dengan pengusaha muda seperti Putu Putrayasa,
Nyoman Sukadana, Joe Hartanto, dan Citra Hafiz melalui Twitter. Setelah mencoba berkenalan
dengan mereka, ia diperkenalkan kepada Jaya Setiabudi, Director of Young Entrepreneur Academy
melalui Citra Hafiz.
Perkenalan singkatnya dengan Jaya Setiabudi memberikan pengalaman tersendiri. Dia mampu
membuatnya terpukau akan semangat berbisnisnya sejak kecil. Jaya Setiabudi, sang pengarang
buku best seller "The Power of Kepepet", akhirnya mau menjadi mentornya. Farah pun semakin
percaya diri dengan bisnisnya, dan bercita- cita berkuliah ke Eropa tanpa bantuan orang tua.
Kini, dia mengeluarkan merek sepatunya sendiri yaitu "Farce". Dia juga berjualan secara online di
Farceee Online Shop yaitu toko online yang menjual barang- barang original dari luar negeri dan
produknya sendiri. Ia telah memiliki pengalaman berdagang dengan pemasok asal China, Inggris,
Singapura, Vietnam, dan yang terakhir Thailand. Berkat kerja kerasnya pula, ia mendapatkan
banyak tawaran seminar menjadi pembicara serta tampil di berbagai majalah.
Terkakhir, dia pernah diberi kesempatan menjadi event organizer pesta sweet seventen.
Rahmat Latief Bialangi (24), pemilik Biro Perjalanan Wisata yang bernama Andrasta
Tour & Travel yang berkantor di Pinrang, Sulawesi Selatan lahir di sebuah Desa kecil di
Limboto. Di usianya yang masih muda, Rahmat berhasil menjadi seorang pengusaha
muda di rantau orang. Anak sulung dari empat bersaudara ini sejak kecil bercita-cita ingin
jadi seorang pengusaha. Sayangnya cita-cita mulia itu jadi bahan olok-olok sebagian
orang. Bukan tanpa alasan, hal ini dikarenakan Ia hanya anak dari seorang pedagang
kami lima. Sementara ibunya merupakan pegawai di Kementerian Agama di Kabupaten
Gorontalo. Olok-olokan itu tak membuatnya patah arang.
Setelah tamat dari jenjang Sekolah Menegah Atas di Pondok Pesantren Al Falah Limboto
Barat, Rahmat memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di luar daerah. Keputusan itu
ternyata tidak semudah yang dia bayangkan. Bapaknya menentang keras niatnya. Bukan
tanpa alasan, penghasilan orangtuanya yang pas-pasan menjadi biang
permasalahannya. Apalagi adik-adiknya yang masih duduk di bangku sekolah juga butuh
biaya. Anak yang pernah Juara I lomba pidato Bahasa Inggris tingkat MA se Provinsi
Gorontalo tahun 2005 itu tak lantas putus asa. Ia berusaha meyakinkan kedua
orangtuanya dan akhirnya orangtuanya pun luluh. Ia pun melanjutkan pendidikan di Kota
Makassar, tepatnya di Universitas Muslim Indonesia.
Hidup di rantau orang ternyata tidak mudah. Berbagai rintangan yang harus dihadapi.
Berbekal cita-cita yang tertanam dalam hati, Rahmat tak pernah mengeluh meski harus
jalan kaki setiap hari ke kampus. Di Kota Makassar, Ia bertemu dengan teman-teman
yang berasal dari Gorontalo. Berbeda dengan Rahmat, sebagian mereka punya fasilitas
lengkap, dari kost yang nyaman, ada tv, meja belajar, hingga falitas sepeda motor. Meski
demikian Ia tidak minder, karena ia yakin semua akan indah pada waktunya selagi
berusaha. Dengan penuh kesabaran Ia melewati getirnya hidup sendiri di tanah rantau.
Cucuran keringat yang membasahi bajunya dikala panasnya matahari membuatnya
tambah bersemangat.
Seiring berjalannya waktu, Rahmat berinisiatif mencari kerja sampingan dengan tujuan
agar bisa meringankan beban orangtuanya. Lagi-lagi niatnya tersebut malah dijadikan
bahan tertawaan teman-temannya. Namun ia tak mengindahkan tertawaan itu. Baginya
itu ibarat api yang membakar semangatnya. Alhasil pemuda kelahiran 28 Maret 1989 ini
pun diterima sebagai Wartawan bagian pendidikan di Harian Fajar Makassar.
Sejak bergabung di Fajar, Ia mengaku banyak mendapatkan pengalaman yang luar
biasa. Diantaranya, bisa bergaul dengan para pejabat Kota Makassar bahkan pejabat
Provinsi Sulsel. Tak hanya itu, dengan mudahnya ia bisa bertemu dan bercanda ria
dengan para artis Indonesia. Pengalaman yang tidak pernah terbayang sebelumnya. Di
tengah kesibukkannya, pemuda yang pernah mewakili Provinsi Sulsel di Jambore
Penganugerahan Pemuda Berprestasi 2010 di Jawa Barat ini juga aktif dibeberapa
organisasi kepemudaan diantaranya sebagai Pengurus KNPI Provinsi Sulsel periode
2010-2013 dan HIPMI Pinrang. Satu hal yang paling ia syukuri adalah saat ia
menyelesaikan studi sarjananya dalam kurun waktu tiga tahun empat bulan dengan
predikat cumlaude.
Setelah meraih gelar sarjana, Rahmat menyudahi karirnya di dunia jurnalistik, dan beralih
ke perbankan. Kebetulan Ia diterima di salah satu Bank dan di tempatkan di Pinrang,
Sulawesi Selatan. Namun baru enam bulan berkiprah di perbankkan, Ia mulai bosan
dengan rutinitas yang Ia jalani. Dari sinilah cikal-bakal Rahmat menjadi seorang
pengusaha. Kebosanannya kerja di Bank, membawa Ia melihat peluang untuk berbisnis
travelling. Ia pun nekat resign dari Bank dan membuka usaha Biro Perjalanan Wisata
yang diberi nama Andrasta Tour & Travel . Sepak terjangnya di bisnis travelling masih
tergolong muda. Namun demikian usaha yang Ia geluti mulai membuahkan hasil yang
mengejutkan. Walaupun baru berdiri satu tahun, Ia berhasil meraup omset yang fantastis
sebanyak 1,5 milyar rupiah. Predikat pengusaha muda yang melekat pada dirinya, tak
lantas membuatnya sombong. Rahmat tetap menjadi pribadi yang rendah hati.
MESKI masih belia, David Yuwono akrab dengan dunia bisnis. Sejak usia 19 tahun,
dia bertekad untuk mencari uang sendiri. Tapi siapa sangka, kebulatan tekad untuk
berpenghasilan ini lantaran terpicu celetukan sang ayah.
Alkisah, pada awal masuk kuliah, David mulai menjalin kisah cintanya. Lantas ayah
bilang, pacaran kok pakai duit orangtua, kenang dia. Merasa tertantang, David yang
saat itu duduk di semester tiga lantas berniat untuk mencari duit sendiri. Dia juga
ingin mendapat pengalaman bagaimana susahnya mencari uang.
Awalnya, David menjual spageti, yang dimasak oleh pembantunya, di kampus. Jadi,
teman-teman tak perlu pergi ke kantin, ujar pria yang baru lulus dari Universitas
Prasetiya Mulya, Desember 2013.
David juga pernah menjajal profesi sebagai agen asuransi dan broker properti. Dia
pun tak segan jualan saringan air ke toko-toko bangunan dan jualan buku.
Pokoknya, apa yang bisa menjadi duit, saya jalanin, kata dia. Bahkan, ia pernah
juga berjualan kue bersama teman-teman, walau akhirnya bubar.
Berbagai pengalaman berbisnis itu, ternyata memupuk kejelian David untuk mencium
peluang. Ketika melihat anak-anak muda gemar memakai celana jins berbahan dry
denim, tebersitlah ide untuk membuat tas dari bahan serupa.
Kebetulan, saat itu, memang belum ada produsen tas yang memanfaatkan dry
denim. Ini adalah sejenis kain jins mentah, yang membentuk corak dan warna unik
sebelum pencucian pertama kali. Jadi, semakin lama dipakai, justru makin keren.
Tas itu, kan, juga jarang dicuci, jelas David.
April 2011, dengan modal Rp 800.000 dari tabungannya, David membuat delapan
tas sebagai contoh. Karena mengandalkan bahan yang sedang populer, David
memilih bikin model tas ransel yang simpel.
Sesuai dengan bahan yang dipakai, David menyematkan merek Dry Bag pada
produknya. Tak lupa, dia menciptakan tagline ?makin brutal kamu pakai, makin
keren? untuk mengokohkan brand Dry Bag.
Karena sudah mengenyam pengalaman sebagai penjual, David tak kesulitan
menerapkan strategi pemasaran. Intinya, saya harus menciptakan orang-orang yang
seperti saya sebagai penjual, cetus dia yang juga membawa sendiri tasnya.
Dimulai dari lingkaran terdekat, David meminta sejumlah teman untuk memakai
tasnya. Tak ketinggalan, lulusan SMA Gonzaga ini juga minta tolong adik kelasnya di
sekolah tersebut menjadi kepanjangan tangan. Tentu saja, ada iming-iming komisi
jika mereka berhasil menjual tas tersebut.
Selain mahasiswa, David memang membidik pasar dari pelajar SMA. Karena itu, dia
menetapkan harga yang tak mahal, yakni Rp 140.000 per tas.
Saya harus menyesuaikan harga ini sesuai dengan kantong mereka, ujarnya.
Ternyata, tas David mendapat respons cukup baik, terutama dari pelajar SMA. Tiga
hari di Gonzaga, bisa laku 130 tas. Mereka suka bahan dry denim, meski terlihat
lusuh, cetus David. Sepanjang 2011 itu, dia berhasil mencicipi untung hingga Rp 12
juta.
Modal irit
Membagi waktu antara kuliah dan bekerja bukan perkara yang mudah. Apalagi, jika
itu harus dilakukan di masa muda, saat seseorang cenderung menghabiskan waktu
untuk bersenang-senang bersama teman-temannya.
David Yuwono, yang merintis bisnisnya sejak semester tiga duduk di bangku kuliah,
pun harus merelakan sebagian waktunya untuk bermain bersama teman. Sebab, dia
harus pandai membagi waktu, supaya bisa menjalankan bisnis sembari
menyelesaikan kuliah.
David pun bercerita, dulu, dia kerap mengorbankan waktu bermain bersama temanteman. Kalau istirahat, saya jalan kaki, mengambil pesanan tas ke penjahit yang
kebetulan tak jauh dari kampus, ujar dia.
Dia memilih mengorbankan waktu bermain, karena tetap ingin menyelesaikan
kuliahnya tepat waktu. Nyatanya, David lulus tepat waktu, yakni empat tahun, dengan
indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,09. Saya juga tak pernah mengulang mata kuliah,
ujar dia.
Selain memanfaatkan waktu sebaik mungkin, dengan menjalani usaha sewaktu
kuliah, David juga lebih menghargai nilai uang. Sebab, dengan menghasilkan uang
sendiri, dia sadar sulitnya mencari uang. Dorongan saya untuk punya penghasilan
sendiri juga karena terlintas pikiran jika sudah tidak ada orangtua yang menopang
hidup saya, kata dia.
David enggan menggelontorkan banyak uang untuk memodali bisnisnya. Ia
memegang teguh prinsip: sebisa mungkin mengeluarkan modal bernilai kecil, bila
perlu nol rupiah. Kalau perlu modal dengkul, seandainya jatuh tidak sakit. Tapi,
dengan modal sedikit dan perusahaan bangkit, itulah yang sulit, ujar dia.
Lantaran itu pula, David tidak pernah berhenti belajar. Setiap terjun ke bisnis baru
merupakan tahap pembelajaran baginya. Enggak perlu takut jika produk awalnya
kurang bagus. Jika tekun, pasti akan memperoleh hasil lebih baik, kata dia.
Dia belajar untuk membuat gerai penjualan online sendiri. Dengan membuat sendiri,
akan lebih fleksibel untuk menambah produk-produk baru, kata David yang
membuat sendiri lapak situs di m.newtasdry-denim.com. | J. Ani Kristanti
Biografi Pengusaha - Bagi Anda yang bergerak di bidang bisnis pasti tidak asing
dengan Elang Gumilang. Pribadi yang dikenal sebagai sosok mandiri dan tidak suka
bermanja-manjaan. Ketertarikan terhadap dunia usaha semakin terasah ketika Elang
memasuki bangku SMA yaitu targetnya memiliki uang sebesar 10 juta rupiah untuk
biaya kuliah. Target ini semata-mata dilakukannya untuk melatih kemandirian dan
tanggung jawabnya sebagai seorang anak.
Berjualan kue donat adalah langkah awal yang dilakukan Elang untuk mencapai
target tersebut. Namun ketika kedua orangtuanya mengetahui bisnis ini, Elang
diminta berhenti dan berkonsentrasi menghadapi UN. Setelah berhenti berjualan
donat dan memasuki bangku kuliah, jiwa bisnis dan semangat Elang tidak pernah
surut. Melalui berbagai perlombaan Elang mengumpulkan uang untuk membiayai
kuliahnya di Institut Pertanian Bogor.
Elang kemudian menyalurkan kembali hobi bisnisnya dengan berjualan sepatu
dengan modal awal 1 juta rupiah. Berjalan tiga tahun bisnisnya mendapatkan
kendala berupa kualitas sepatu dari pemasok yang turun dengan alasan
penghematan biaya. Kegagalan pada bisnis sepatu tidak mematahkan semangat
Elang, Ia kemudian menjajal beberapa usaha lain seperti bisnis pengadaan lampu
bersama sebuah perusahaan besar serta bisnis minyak goreng. Karena menemukan
beberapa kendala akhirnya Elang mengambil keputusan untuk menghentikan bisnis
tersebut.
Setelah mengalami berbagai kegagalan, Elang terus mencari ide bisnis berpeluang
besar. Walaupun terbilang cukup mapan ketika berada dibangku kuliah, Elang tidak
pernah berhenti untuk terus berkarya. Menganalisis pasar property yang semakin
tinggi maka Elang memutuskan untuk memulai usaha bisnis property. Memiliki
strategi pemasaran berupa pengadaan objek-objek properti dengan harga terjangkau
dan angsuran yang ringan bisnis ini dapat dengan mudah diterima masyarakat dari
berbagai kalangan.
Bisnis property yang dijalankan pria kelahiran 6 April 1985 ini diawali dengan
mendirikan perumahan sederhana dengan harga yang relatif terjangkau untuk
Pelajar SMA asal Indonesia yang sukses berbisnis. Kisah kali ini tentang Victor Giovan Raihan
pengusaha Teh Kempot. Kelahiran 26 September 1994 sukses berbisnis sendiri. Semua cuma
berawal keisengan melihat maraknya minuman cepat saji. Usaha aneka minuman memang sedang
ngetren. Mulai susu, cincau, teh, kopi atau jus buah.
Dia melihat peluang di yogurt. Meracik minuman teh berbahan yogurt. Ide awalnya iseng membuat
minuman yang memadukan teh dan yogurt (susu fermentasi). Ternyata rasanya nikmat juga
mengundang banyak orang ingin mencoba. Uang sebesar Rp.3 juta lantas dikeluarkan Giovan.
Uang pinjaman milik orang tuanya sekitar 2012 -an.
Teh Kempot sendiri muncul lewat pengamatan iseng. Dia mengamati ketika orang tengah minum
minuman pake sedotan. Maka keliatan pipinya kempot tetap menyedot walau minuman sudah
habis. Jika teh terasa enak pasti nagih dan kempot lah pipi mereka lagi. Harapan Giovan dari nama
tersebut ialah minuman miliknya yummy.
Dulu sekali, ternyata dia pernah berbisnis bakso sebelum jualan Teh Kempot. Bisnis bakso miliknya
lumayan berkembang punya 5 cabang. Semua outlet berada di Kota Malang hingga sekarang.
Cuma penemuan Teh Kempot membuatnya pindah fokus.
"...kuliner seperti, Bakso Mercon yang sedang saya kelola, marjin keuntungannya cuma 100
persen," jelas dia. Tenang dia masih berjualan bakso tetapi juga minuman. Mudahnya orang makan
bakso butuh minuman itulah Teh Kempot.
Hal paling mengejutkan adalah, secara blak- blakan, ia menyebut Teh Kempot marginnya 350
Memang bisnis minuman cepat saji tidak ada matinya. Giovan sendiri waktu itu belum berniat
memfranchisekan. Putra sulung dalam keluarga, yang juga siswa SMA N 1 Kepanjeng, masih ingin
fokus
mengerjakan
10
cabangnya.
Untuk omzet sendiri sudah mencapai paling sedikit 2 juta per- bulan/outlet. Meski begitu dia masih
anggap ini sebagai bisnis pemula. Ia belum lekas puas atas hasil. "Saat ini per outlet paling apes
menghasilkan Rp 2 juta per bulan. Outlet lain yang ramai bisa lebih dari itu," aku Giovan.
pun
lahir
berasa
lemon
tea,
stroberi,
dan
cokelat.
Untuk kemasan dijual per- 250 ml seharga Rp.2000- 2.500. Jumlah karyawan juga sudah banyak
yakni 50 orang. Ini termasuk karyawan warung Bakso Mercon yang masih terus bertahan. Setiap
harinya diakui bisa memproduksi 70 gelas. Kemudian bahan gula dibutuhkan Teh Kempot ialah 4kg
per-
outlet/hari.
Meski sudah sukses berbisnis minuman, Giovan mengaku tetap mengerjakan bisnis bakso. Ini
adalah bisnis core atau bisnis utamanya. Dia menyebut karena omzetnya besar. Karena teh
merupakan bisnis sampingan, maka dia berencana menggaet mitra kerja kedepan. Entah
konsepnya
franchise
ataupun
bukan
belum
dia
tentukan.
"Saya akan menambah mitra di kota- kota besar, seperti Surabaya dan Sidoarjo," paparnya.
Bekerja keras Giovan merguk keberuntungan ketika masih muda. Beruntunga dia mampu
mengikuti
kata
hati.
Dia
mampu
meyakinkan
kedua
orang
tuanya.
Usut- punya usut dia pernah direncanakan harus masuk polisi. Beruntungnya dia sudah berbisnis
sejak masih di usia belia. Sekarang Giovan bisa nyeletuk kalau jadi polisi apa omzetnya bisa
puluhan juta. Jujur keluarga memang berasal dari jalur bersenjata. Itulah kenapa nama depannya
Victor
yang
berarti
kemenangan,
yang
menang
berusaha.
Perluasan usaha dilakukan lewat mengajukan kredit kemana- mana. Semua masih memakai modal
pribadi dan orang tua. "Toh bapak saya dapat fasilitas kredit dari bank, yakni kredit kepolisian. Saya
pinjam
dari
situ
juga,"
candanya.
Awal membuka bisnis Teh Kempot modalnya Rp.3 juta. Ia membuka satu outlet dulu. Terus
berkembang, ia mampu membuka banyak lagi. Total 10 outlet dikelola sendiri dan 17 milik
mitranya. Untuk bermitra Teh Kempot cukup mengeluarkan Rp.3,5 juta. Kamu mendapatkan grobak
serta
modal
100
gelas
kemasan
dan
alat
masak.
Mitra terbanyak datang dari Kota Malang, dan dua mitra lainnya berasal dari Palembang dan
Jakarta.
Kedua orang tua Giovan mengaku bangga. Mereka mendukung sepenuhnya usaha milik sang
anak. Mereka percaya membuka usaha sendiri akan membentuk mentalnya. Ia telah menjadi
sosok yang mandiri tidak bergantung kepada orang tua. Diumur 18 tahun apakah dia masih mau
menjadi polisi. Mungkin bisa menjadi polisi pengusaha.
Valentina Meiliyana masih berusia 17 tahun ketika berbisnis pakaian dan sepatu pesanan (custom
shoes). Kini, ia memiliki merek fasionnya sendiri yaitu Selkius Maxwell, dengan produk andalan
yaitu Valentina Meiliyana Shoes. Dia sendiri terilhami oleh karya perancang dan juga pengusaha
sepatu, Manolo Blahnik.
Jaringanya meliputi para desainer fasion serta selebriti- selebriti asli Indonesia. Valentina jadi salah
satu perancang sepatu koleksi Eunika Joso di Jakarta Fashion Week 2011. Dia juga mendapatkan
pesanan sepatu khusus dari girl band yang sedang naik daun, Cherry Belle. Lebelnya berasal dari
ketekunan serta kegigihannya untuk mendesain baik pakaian dan sepatu.
Di 2008, ia iseng merombak pakaian bekas dengan bantuan seorang penjahit depan rumah.
"Saya sempat ganti penjahit beberapa kali, sampai akhirnya bertemu penjahit bagus lulusan
sekolah Inti Mode," terangya.
Sambil menjalani usaha sebagai perancang amatiran, dia juga menjadi agen penjualan sepatu
secara online. Ia tergoda akan desain sepatu unik lalu mengusulkan untuk menjualnya secara
online. Pada 1 Januari 2011, ia resmi menanda tangani kontrak kerja sama dengan si perajin
tersebut. Valentina mulai menjual produknya melalui situs jejaring sosial, kala itu melalui sosial
media Facebook. Dia memasang foto- foto produknya kemudian menawarkannya kebeberapa
orang.
Lambat laun, produknya itu mulai dilirik tidak hanya oleh pembeli baru, Valentina mendapatkan
perhatian dari majalah model DRESSCODE, dan sepatunya mulai tersebar ke penjuru Indonesia.
Seketika itu juga membuat bisnisnya melonjak jauh pendapatannya. Dia yang biasanya hanya
menjual 20 pasang sepatu per- bulan, kini membuat 200- 300 pasang. Ramaja kelahiran 13 Maret
1995 ini menjual produknya dengan berbagai macam harga sesuai kualitas produk.
Ia menjual dari harga Rp.200- 300 ribu. Dia lantas memutuskan keluar dari sekolah lalu
melanjutkan home schooling. Alasannya, "Dia sulit membagi waktu antara bisnis dan sekolah.
Sering terlambat," kata Hellen, ibunya.
Ia hanya belajar secara otodidak dari majalah dan televisi. Dia pernah dilibatkan sebagai
perancang sepatu saat peragaan busana kelulusan sekolah mode, La Selle Graduation Show
2011. Lagi, ia pun tersanjung mendapatkan pengalaman lagi merancang sepatu untuk siswa- siswa
di La Selle. Saat usinya menginjak 17 tahun, Valentina sudah senggup menggaji menejer
pemasaran.
"Omset perbulan Rp.45 juta hingga Rp.50 juta," kata Valentina.
Apa rahasia suksesnya hanyalah satu yaitu berani menembus batas. Dia menunjukan dirinya
sebagai desainer fasion meski secara akademisnya, dia bukanlah lulusan sekolah mode. Ia juga
dikabarkan telah melanjutkan pendidikannya kejenjang lebih tinggi. Bermodal bisnisnya sekarang
ia tak perlu lagi pusing memikirkan biaya kuliah seperti anak muda biasanya.