2013-2-01205-SP Bab2001
2013-2-01205-SP Bab2001
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Tanah lunak dalam konstruksi seringkali menjadi permasalahan. Hal ini disebabkan
oleh rendahnya daya dukung tanah tersebut. Daya dukung yang rendah dapat menyebabkan
kerugian, mulai dari kerugian dari sisi biaya konstruksi yang semakin mahal, hingga
terancamnya keselamatan konstruksi, yaitu struktur yang dibuat tidak mampu berdiri secara
stabil dan bisa roboh.
Dalam menanggulangi permasalahan tersebut, maka diperlukan pekerjaan perbaikan
tanah.
Tanah lunak merupakan tanah kohesif yang terdiri dari sebagian besar butir-butir yang
sangat kecil seperti lempung atau lanau. Sifat tanah lunak adalah gaya gesernya kecil,
kemampatannya besar, koefisien permeabilitas yang kecil dan mempunyi daya dukug rendah
jika dibandingkan dengan tanah lempung lainnya. Tanah lempung lunak secara umum
mempunyai sifat-sifat sebagi berikut:
1.
Kuat geser rendah
2.
Bisa kadar air bertambah, kuat gesernya berkurang
3.
Bila struktur tanah terganggu, kuat gesernya berkurang
4.
Bila basah bersifat plastis dan mudah mampat
5.
Menyusut bila kering dan membang bila5basah
6.
Memiliki kompresibilitas yang besar
7.
Berubah volumenya dengan bertambahnya waktu akibat rangkak pada beban yang
8.
konstan
Merupakan material kedap air
Menurut Terzaghi (1967) tanah lempung kohesif diklasifikasikan sebgai tanah lunak
apabila mempunyai daya dukung lebih kecil dari 0,5 kg/cm 2 dan nilai standard penetration
test lebih kecil dari 4 (N-value<4). Berdasarkan uji lapangan, tanah lunak secara fisik dapat
diremas dengan mudah oleh jari-jari tangan. Menurut Toha(1989), sifat umum tanah lunak
adalah memiliki kadar air 80-100%, batas cair 80-110%, batas plastis 30-45%, saat dites
sieve analysis, maka butiran yang lolos oleh saringan no 200 akan lebih besar dari 90% serta
memiliki kuat geser 20-40 kN/m2.
beban mulai bekerja,di mana partikel tanah mengalami creep. Penurunan ini terjadi saat
semua tegangan air pori berlebih di dalma tanah telah terdisipasi dam saat tegangan efektif
yang terjadi berada dalam keadaan konstan.
Dengan demikian, penurunan total dari suatu tanah yang dibebani adalah:
= Penurunan Total
(cm)
(cm)
(cm)
(cm)
Dengan kata lain, Penurunan Sekunder terjadi ketika Penurunan Konsolidasi selesai,
yaitu pada saat tegangan air pori berlebih, U, sama dengan nol.
Si
Sc
Ss
Di mana:
Sc
= Penurunan konsolidasi
Cc
e0
(m)
z0
(kg/m2)
zf
(m)
(kg/m2)
Di mana:
zc
= Preconsolidation Pressure
(kg/m2)
Di mana:
= Waktu konsolidasi (s)
= Faktor waktu
= Tinggi tanah yang terkonsolidasi (cm)
= Koefisien Konsolidasi untuk Arah Vertikal (cm2/s)
Untuk nilai Faktor waktu,
Seperti yang telah disebutkan pada poin sebelumnya (poin b), salah satu permasalahan
yang dapat terjadi pada tanah lunak adalah penurunan yang sangat besar ketika tanah
dibebani. Untuk menanggulangi masalah tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan tanah.
Ada beberapa cara untuk melakukan perbaikan tanah pada tanah lunak:
Embankment
Reinforcement
Vertical Drain
Soft Clay
Gambar 2.5 Perkuatan Tanah Lunak pada Timbunan dengan Vertical Drain
Sumber: Gourc, 2003
Embankment
Stone Matress
Soft Clay
Gambar 2.6 Perkuatan Tanah Lunak dengan Menggunakan Stone Mattress
Sumber: Gourc, 2003
Embankment
Pile Caps
Soft Clay
Piles
menggunakan nilai arah horizontal. Salah satu cara yang umum digunakan adalah metode
Baron (Barons Equation):
Di mana:
= Waktu Konsolidasi (s)
= Zona Pengaruh PVD (m)
= Koefisien Konsolidasi untuk Aliran Horizontal (m2/s)
= Faktor Jarak Drain =
= Diameter ekuivalen dari PVD =
= Lebar PVD (m)
= Tebal PVD (m)
= Derajat Konsolidasi (%)
Untuk penentuan titik pemasangan PVD biasanya akan digunakan pola-pola tertentu
untuk memudahkan pelaksanaan. Pada umumnya, PVD dipasang dengan pola persegi atau
segitiga dimana rumus yang berlaku untuk mengetahui daerah pengaruh kerja PVD itu
adalah:
atau
atau
untuk
pola segitiga, dimana R adalah jari-jari (D adalah diameter) jangkauan kerja PVD dan S
adalah Spacing atau jarak antar PVD.
Gambar 2.6 Pola PVD (kiri pola persegi, kanan pola segitiga)
Sumber: civil.aalto.fi, 2006
Dari gambar di atas, bisa dibuktikan bagaimana memperoleh rumus untuk menentukan
jarak antar drain.
Pada pola segitiga, bangun yang digunakan untuk melakukan pendekatan dengan
bangun segienam(terdiri dari 6 segitiga sama sisi) untuk luas zona pengaruh PVD
Pola segitiga dan segiempat tidak memiliki banyak pengaruh terhadap kinerja PVD,
hanya dari segi pemasangan, pola segiempat akan lebih mudah untuk dikontrol sedangkan
dari segi penurunan, maka pola segitiga akan memberikan penurunan yang lebih seragam.
Pemasangaan PVD kini ada beragam cara. Perbedaannya ada yang terletak pada
penggunaan mesin PVD, ataupun penggunaan jangkar. Jangkar yang digunakan dalam
pemasangan biasanya tertancap dan tertahan di dalam tanah bersama PVD agara PVD tidak
tertarik ke atas tanah lagi. Yang sering menjadi perbedaan adalah penggunaan jangkar dimana
selain jangkar yang berbeda-beda, ada juga yang tidak menggunakan jangkar dalam
pemasangannya dimana sistem ini mengandalkan jangkar yang hanya berfungsi untuk
mencegah tanah tidak masuk ke dalam mandrel dan tidak tertinggal ke dalam tanah. Jangkar
ini pada akhirnya akan tertarik kembali ke permukaan tanah. Sistem ini mengandalkan daya
jepit dan friksi tanah untuk menancapkan PVD. Sistem inilah yang sedang diteliti untuk
dikembangkan lebih lanjut
Shoe Drain dipasang pada ujung PVD yang keluar dari ujung mandrel, lalu PVD
2.
3.
4.
5.
apabila beban yang dibutuhkan adalah lebih dari 80 kPa untuk mencapai target perbaikan
tanah, maka beban tamabahan bisa ditambahkan di atas sistem vacuum. Metode ini bisa
dibilang lebih murah dibandingkan metode fill surcharge dilihat dari aspek jumlah beban
yang dibutuhkan dan luas area yang sama.
Gouw (2012) menyebutkan, umumnya sistem vacuum preloading terdiri dari drainage
system, sealing system, dan vacuum pumps. Tekanan vacuum yang dihasilkan oleh pompa
tersebar di tanah dengan drainage system, mengeluarkan air dan mempercepat konsolidasi.
Drainage system ini adalah berupa hubungan antara PVD, horizontal filter pipes, dan
lapisan pasir untuk menciptakan jalur untuk menyebarkan tekanan vacuum dan aliran air.
Sealing system terdiri dari sistem isolasi kedap udara untuk mencegah air atau udara
bocor. Sistem ini terdiri dari geomembrane, slurry wall dan juga tanah lempung itu sendiri.
Slurry wall adalah teknik pembuatan tirai kedap air dari bahan semen bentonyte yang
dipasang pada daerah dengan keadaan tanah yang lunak yang dekat dengan perairan atau
memiliki muka air tanah yang tinggi, terutama sekali untuk mengisolasi lapisan pasir yang
mampu mengalirakan air dari luar area perbaikan dan menyebabkan kerja vacuum tidak
efektif.
Vu Manh Quynh dan Wang Baotian (2010) menjelaskan, mekanisme vacuum
preloading adalah saat beban vacuum itu diberikan, akan terjadi penurunan tegangan air pori.
Dengan beban luar yang tidak berubah, tegangan efektif bertambah. Sebagai ilustrasi, saat
beban vacuum (-u) diberikan, tegangan air pori masih berupa tegangan atmosfer (p a). Makin
lama tegangan air pori akan makin berkurang dan tanah akan terkompresi. Lalu tanah akan
mengalami peningkatan tegangan efektif. Besar tengangan efektif ini adalah sama dengan
penurunan tegangan air pori itu(u) yang nilainya tidak mungkin melebihi nilai tekanan
atmosfer (pa)
Metode vacuum preloading untuk PVD pertama kali diperkenalakan di Swedia oleh
Kjellman (1942). Sejak itu, metode ini sering digunakan sebagai metode perbaikan tanah
untuk mempercepat konsolidasi untuk daerah dengan tanah lunak di banyak negara misalnya
Philadelphia Airport, Tianjin Airport, North South Expressway, Airport kedua Suvarnabhuni,
Baljna Bypass, Port of Brisbane, dari sekian banyak proyek lainnya(Holtan 1965; Choa 1990
Jacob et al 1994; chu et al 2000; Bergado et al 2002; Yan and chu 2003). Saat dibutuhkan
beban timbunan yang besar untuk mencapai kuat geser undrained tertentu, dan biaya yang
dibutuhkan menjadi masalah akibat kebutuhan timbunan yang besar dan waktu konsolidasi
yang cukup lama untuk mencapai konsolidasi 95% atau lebih, maka solusi yang bisa
digunakan adalah gabungan vacuum dan timbunan. Untuk tanah sangat lunak dimana
timbunan yang sangat tinggi tidak bisa dilakukan tanpa mempengaruhi stabilitas, atau bekerja
dengan jadwal penuh, maka penggunaan vacuum preloading bisa menjadi pilihan yang baik.
Sistem PVD ini didesain untuk mendistribusikan tekanan vacuum ke lapisan dalam
tanah untuk meningkatkan konsolidasi dari area reklamasi (e.g Chu et al. 2000; Indraratna et
al. 2005b). Mekanisme vacuum ini bisa dijelaskan dengan analogi pegas yang dideskripsikan
oleh Chu dan Yan (2005), dimana tegangan efektif bertambah akibat tekanan hisap(negatif),
sedangkan tegangan total tidak berubah.
Gambar 2.10 Analogi Pegas untuk Vacuum Konsolidasi (kiri oleh timbunan, kanan oleh
beban vacuum)
Chu dan Yan, 2005
Apabila dijadikan rumus, maka analogi pegas untuk konsolidasi dengan menggunakan
beban timbunan menjadi:
Tegangan efektif yang berhubungan dengan tekanan hisap meningkat dari arah
manapun, sehingga perpindahan lateral yang terjadi adalah tekan. Jadi, kegagalan geser
yang terjadi bisa diminimalisir bahkan dengan pembangunan timbunan lebih besar,
walaupun perpindahan ke dalam menuju ujung timbunan harus tetap dimonitor untuk
sistem PVD dan suction bisa menyebar luas menuju ujung drain dan batasan drain.
Mengasumsikan berdasarkan kebocoran udara dan efisiensi dari sistem vacuum yang
digunakan di lapangan, volume dari timbunan bisa dikurangin untuk mencapai derajat
dihasilkan oleh vacuum preloading lebih kecil dari metode timbunan biasa
Dengan tekanan vacuum, kondisi tanah yang tidak jenuh air pada antarmuka drain bisa
diimbangin sebagian.
Dengan vacuum konsolidasi, tegangan yang terjadi terdiri dari 2 bagian yaitu tekanan
vacuum dan tegangan tanah lateral (Chai 2005). Chai et al. (2008) mendemonstrasikan
adanya kemungkinan area dengan tanah lempung denga menggunakan gabungan cap
drain dengan vacuum dan permukaan tanah sebagai lapisan sealing, sebagai pengganti
lapisan membrane pada permukaan tanah. Namun, efisiensi dari metode ini bergantung
pada permukaan tanah pasir dari terpengaruh oleh tekanan dari lapisan lolos air berupa
pasir dan diskontinuitas dari tanah.
Gambar 2.11 Proses konsolidasi (kiri sistem preloading biasa, kanan sistem vacuum
preloading)
Indratna et al. 2005
Yang penting dalam sistem vacuum preloading adalah horizontal drain yang dipasang
melintang setelah penimbunan lapisan pasir, untuk mendistribusikan surface suction secara
merata. Lalu lateral drain dan PVD ini bisa disambungkan dan menuju pinggir parit yang
biasa dipasang dengan sistem membrane. Parit ini kemudian bisa diisi dengna air atau
bentonite untuk meningkatkan keseluruhan sealing system dari membrane pada sekitar zona
yang diperbaiki. Lalu pompa vacuum disambungkan ke sistem pompa prefabricated yang
terpasang dari parit-parit. Suction head yang dihasilkan oleh pompa vacuum ini membantu
mengeluarkan tegangan air pori lewat PVD.
Saat suatu area yang akan diperbaiki harus dibagi menjadi beberapa bagian untuk
pemasangan membrane, vacuum preloading hanya bisa dipakai secara efektidf pada 1 bagian
saja. Pekerjaan vacuum preloading bisa agak sulit pada area yang besar, cara alternatif yang
bisa dipakai adalah sistem vacuum menggunakan pipa fleksibel yang dipasang pada masingmasing PVD. Pada sistem ini, PVD disambungkan ke collector drain. Tidak seperti sistem
vacuum yang menggunakan membrane dimana kebocoran udara bisa mempengaruhi seluruh
sistem kerja PVD, pada sistem tanpa membrane ini setiap drain bekerja secara independen.
50kPa atau kurang(Seah 2006). Metode ini juga hanya bekerja apabila area yang dikerjakan
didominasi oleh tanah lempung dengan permeabilitas rendah.
Gambar 2.13 Perbedaan sistem vacuum dengan membrane dan tanpa membrane
Indraratna et al. 2005
Terlepas dari karakteristik dari masing-masing sistem vacuum, ke-efektifan keduanya
tergantung dari parameter-parameter tanah itu sendiri, ketebalan tanah lempung, drain
spacing, tipe dan geometri dari PVD, desain, dan kapasitas pompa vacuum. Pemilihan dan
pelaksanaan sistem biasanya berdasarkan penilaian empiris yang berdasar dari beragam aspek
oleh tender dan/atau pengalaman dari kontraktor, bukan bedasarkan studi perhitungan detail.
Mohamedelhassan dan Shang (2002) menciptakan sistem gabungan vacuum dan beban
timbunan dan mengangkat teori konsolidasi 1 dimensi Terzaghi. Mekanisme untuk gabungan
vacuum dan beban timbunan bisa ditentukan dengan hukum superposisi. Derajat konsolidasi
rata-rata untuk gabungan vacuum dan beban timbunan ditentukan dengan rumus:
Dimana Tvc ada time factor dari gabungan vacuum dan beban timbunan dan cvc adalah
koefisien konsolidasi dari gabungan vacuum dan beban timbunan.
Indraratna et al. (2004) menunjukkan bahwa saat vacuum di kerjakan di lapangan
dengan PVD, suction head sepanjang drain akan berkurang seiring dengan kedalaman tanah
sehingga bisa mengurangi efisiensinya. Ration dari yang terjadi pada PVD tergantung pada
panjang dan tipe PVD(properti dari core dan filter). Tetapi, beberapa studi lapangan
menyatakan bahwa suction ini bekerja cepat bahkan bila PVD dipasang dengan panjang
hingga 30 m. (Bo et al. 2003; Indraratna et al. 2005a)
Dan
Dimana p0=tekanan vacuum yang bekerja di atas drain, k1= rasio antara tekanan
vacuum di atas dan di bawah drain,
horizontal pada tanah yang tidak terganggu, ks= permeabilitas arah horizontal pada tanah di
smear zone, Th = time factor, n = rasio de/dw(de adalah diameter tanah silinder = 2re, dw adalah
diameter dari drain =2rw), s= rasio d s/d w (dw adalah diameter smear zone =2rs), z = kedalaman
tanah, l = panjang drain, qw = kapasitas alir penampungan air.
Pemasangan vertical drain dengan mandrel bisa mengubah subsoil. Bagian pada smear
zone yang terganggu, akan mengalami pengurangan permeabilitas pada arah lateral dan
peningkatan kompresibilitas. Pada lapisan tanah lempung, tanha yang lebih halus dan lebih
mampat, akan terbawa hingga ke lapisan yang lebih bisa ditembus air sehingga mengurangi
permeabilitas pada tanah di sekeliling drain. Barron(1948) menyarankan konsep penurunan
Gambar 2.17 Skematik dari peralatan percobaan yang menunjukkan central drain dan area
smear
Indraratna dan Redana, 1998
Gambar di bawah ini menunjukkan variasi dari rasio permeabilitas arah horizontal
dengan vertikal, dan kadar air sepanjang jarak radial dari central drain pada perlengkapan
konsolidasi skala besar (Indratna dan Redana 1998; Sathanthan dan Indraratna 2006; Walker
dan Indraratna 2006). Radius dari smear zone sekitar 2.5 kali dari radius ekivalen mandrel.
Permeabilitas arah lateral (pada area smear zone) adalah 61% s/d 92% dari nilai pada
daerah luar yang tidak terganggu, dimana mirip dengan rekomendasi dari Hansbo (1987) dan
Bergado et al (1991). Hanya saja Sathananthan et al. (2008) menggunakan cavity expansion
theory(CET), mengikuti Cam Clay model, untuk menganalisa jarak dari smear zone akibat
mandrel yang menusuk tanah. Prediksi mereka di periksa dengan test lab. skala besar dimana
jarak dari smear zone ini dihitung berdasarkan respon dari tegangan air pori berlebih saat
mandrel menusuk tanah, perubahan permeabilitas arah lateral, dan penurunan aliran air
menuju drain.
Gambar 2.18 Penentuan Smear Zone menggunakan rasio permeabilitas dan kadar air
Sathananthan dan Indraratna, 2006
elemen yang lebih kecil. Dengan cara seperti ini, sebuah sistem yang mempunyai derajat
kebebasan yang tidak terhingga dapat didekatkan dengan sejumlah elemen yang mempunyai
derajat kebebasan tertentu. Jadi dapat dikatakan metode elemen hingga ini adalah suatu
analisa pendekatan. Untuk mendapatkan hasil yang cukup akurat, maka elemen kontinyu
harus dibagi menjadi elemen-elemen hingga yang kecil sehingga setiap elemen bias bekerja
secara simultan. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui deformasi ataupun tegangan
yang terjadi pada suatu elemen yang disebabkan oleh distribusi beban atau gaya.
100 KPa
Eoed
Modulus kekakuan
oedometer
(oedometer stiffness)
z
2.
3.
4.
Dalam model tanah lunak, digunakna hubungan logaritmik antara regangan volume, v
dengan tegangan efektif rata-rata, p yang diformulasikan sbb:
Virgin Compression
Line
Gouw, 2012
Saat unloading-reloading tanah diasumsikan berperilaku elastik dan mengikuti hukum
Hooke.
Selama proses unloading reloading, tegangan pra-konsolidasi(tegangan terbesar atau
tegangan maksimum yang pernah dialami) selalu konstan. Dalam pembebanan di garis Virgin
Compression Line (primary loading), tegangan maksimum selalu meningkat, menyebabkan
terjadinya deformasi volumetrik plastik yang irreversible.
Dalam kondisi seperti uji triazial, dimana
berikut:
Dimana
sebagai berikut
Pp adalah tegangan prakonsolidasi yang merupakan fungsi dari regangan plastis sebagai
berikut:
Dimana
pressure).
Model tanah lunak menggunakan beberapa parameter sebagai berikut:
* = modified compression index
* = modified swelling index
c
= kohesi
= sudut dilatansi
Dalam model tanah lunak, bila dilakukan undrained analysis dalam PLAXIS 2D hanya bisa
digunakan pilihan undrained A. Effective stress path yang dihasilkan tidak akan tepat, dan
akan menghasilkan undrained shear stregth yang tidak realistik. Dengan demikian harus
dilakukan analisa hasil perhitungan terhadap nilai kuat geser undrained.
Nilai sudut geser dalam efektif tidak diperkenankan 0, namun apabila nilai ini terlalu
tinggi akan menghasilkan hasil yang tidak realistik, maka nilai yang direkomendasikan
adalah cv yaitu nilai sudut geser kritis (critical state friction angle).
Dalam tanah lunak pada umumnya tidak ditemukan sudut dilatansi . Maka dari itu,
pada pemodelan di PLAXIS 2D nilai dapat dimasukkan sama dengan nol.
Nilai poison ratio lebih merupakan konstanta elastik dalam tanah lunak, dan nilainya
beriksar 0,1-0,2. Input default dalam PLAXIS 2D adalah 0,15. Untuk kondisi pembebanan
nilai poisson ratio umumnya tidak berpengaruh besar. Namun sebaliknya, pada kondisi
unloading nilai poisson ratio berperan cukup penting.
Nilai M dalam PLAXIS 2D otomatis dihitung berdasarkan nilai
user dengan rumus sebagai berikut:
2.9 PLAXIS 2D
PLAXIS 2D adalah sebuah paket program dalam dunia teknik sipil yang dibuat
berdasarkan metode elemen hingga dan telah dikembangkan sedemikian rupa, sehingga dapat
digunakan untuk melakukan analisa deformasi, penurunan, ataupun stabilitas dalam bidang
Geoteknik. Tahap pemodelan dalam program PLAXIS 2D sendiri dapat dilakukan secara
grafis, sehingga memungkinkan pembuatan suatu model elemen hingga yang cukup
kompleks menjadi lebih cepat dan mudah. Sedangkan untuk semua tools dan komponen di
dalam program PLAXIS 2D juga sudah dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mendukung
hasil komputasi yang mendetail. Untuk tahap perhitungan dalam program PLAXIS 2D
sendiri, dilakukan secara otomatis dengan berdasarkan kepada prosedur numerik. Pada bagian
output program PLAXIS 2D, users dapat menampilkan data-data yang diperlukan bilamana
diperlukan untuk mendesain suatu proyek. Terdapat pula menu curve yang dapat digunakan
untuk membuat kurva dengan meninjau pada poin tertentu yang dikenal dengan nodal.
Perkembangan program PLAXIS 2D dimulai pada tahun 1987 di Universitas Delft
(Technical University of Delft) atas inisiatif dari Departemen Tenaga Kerja dan Pengelolaan
Sumber Daya Air Belanda (Dutch Department of Public Works and Water Management).
Tujuan awal dari program PLAXIS 2D adalah untuk menganalisa tanggul-tanggul yang
dibangun pada tanah lunak di dataran rendah wilayah Holland. Kemudian program PLAXIS
2D dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat menganalisa dan menyelesaikan masalahmasalah yang lebih kompleks dalam seluruh aspek perencanaan Geoteknik lainnya.
Pada program PLAXIS 2D, model struktur Geoteknik dapat dimodelkan dengan 2
cara yaitu plane strain dan axi-simetri. Model (plane strain) biasa digunakan untuk model
geometri dengan penampang melintang yang cukup seragam, dengan kondisi tegangan dan
kondisi pembebanan yang terjadi cukup panjang dalam arah tegak lurus terhadap penampang.
Perpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan
tidak terjadi atau bernilai nol. Walaupun diasumsikan tidak terjadi,tegangan normal pada arah
tegak lurus terhadap bidang penampang tetap diperhitungkan sepenuhnya dalam analisa.
Sedangkan untuk model axi-simetri biasa digunakan untuk struktur Geoteknik yang
berbentuk lingkaran dengan bidang penampang radial yang cukup seragam dan kondisi
pembebanan mengelilingi sumbu aksial. Untuk deformasi dan kondisi tegangan diasumsikan
tersebar rata mengelilingi arah radial. Dalam model axi-simetri koordinat (x) menyatakan
radius, sedangkan untuk koordinat (y) menyatakan sumbu simetris dalam arah aksial.
Gambar 2.23 Perbedaan 6 titik nodal dengan 15 titik nodal (atas stress points, bawah nodes)
Sumber: manual PLAXIS
Dalam model analisa regangan bidang (plane-strain), gaya yang disebabkan adanya
perpindahan dinyatakan dalam gaya persatuan lebar dalam arah tegak urus penampang.
Sedangkan dalam model analisa axi-simetri, gaya yang dihasilkan merupakan gaya yang
bekerja pada bidang batas yang membentuk busur lingkaran sebesar 1 radian yang saling
berhadapan.
2.10
Analisa Undrained
Dalam memodelkan elemen tanah di program elemen hingga terutama PLAXIS 2D,
biasa dapat dilakukan dalam kondisi drained dan kondisi undrained. Hal ini dipengaruhi oleh
kecepatan air untuk masuk/keluar dari tanah pada waktu tertentu saat tanah tersebut diberikan
beban. Sehingga kondisi drained dan undrained dalam program elemen hingga tergantung
pada pemodelan yang dilakukan pada saat tanah diberikan beban.
Kondisi undrained adalah kondisi dimana tidak ada pergerakan atau aliran air pori
dari tanah dan tidak ada perubahan volume tanah. Pada keadaan ini, beban luar yang bekerja
akan menimbulkan tegangan air pori berlebih di dalam tanah karena pembebanan dilakukan
dalam waktu yang relatif cepat. Sedangkan yang dimaksudkan untuk kondisi drained adalah
kondisi dimana air terdapat pergerakan/aliran air pori dari tanah. Pada keadaan ini beban luar
yang bekerja tidak menimbulkan tegangan air pori berlebih karena pembebanan yang
dilakukan dalam waktu yang relatif lambat. Oleh sebab itu air masih tetap dapat bergerak
masuk atau keluar dari tanah. Secara sederhana kondisi drained dan undrained dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Kondisi drained
- Tanah ber-permeabilitas tinggi
- Beban luar bekerja dalam waktu relatif lambat
- Perilaku jangka pendek tanah tidak kritis
- Perilaku jangka panjang kritis
2. Kondisi undrained
- Tanah ber-permeabilitas rendah
- Beban luar bekerja dalam waktu relatif cepat
- Perilaku jangka pendek tanah kritis
- Perilaku jangka panjang tidak kritis
Untuk mengetahui kapan kondisi drained dan undrained harus dianalisa, dapat
dilakukan sebagai berikut (Vermeer & Meir, 1998):
= Permeabilitas tanah
Eoed
= Modulus oedometer
= Waktu konstruksi
Tv
= Time factor
Secara umum analisa undrained dilakukan dalam parameter tegangan total, sehingga
pemodelan kondisi undrained tidak sesederhana pemodelan dalam kondisi drained. Dalam
PLAXIS 2D, kondisi undrained dapat dimodelkan dalam 3 parameter input dengan hasil
yang berbeda-beda yang dikenal dengan istilah analisa Undrained A, Undrained B, Undrained
C. Berikut adalah detail dan perbedaan dari tiap analisa :
1. Undrained A (Method A)
Perhitungan dengan analisa Undrained A dilakukan dalam analisa tegangan efektif,
dimana digunakan parameter kuat geser efektif dan parameter kekakuan efektif. Pada
analisa ini dapat dihasilkan nilai tegangan air pori yang terjadi. Namun tepat atau
tidaknya perhitungan tergantung pada model dan parameter tanah. Sedangkan untuk kuat
geser undrained (Su), bukan merupakan parameter input melainkan merupakan hasil dari
model konstitutif yang akan digunakan. Kuat geser undrained ini harus diperiksa dengan
data hasil sesungguhnya.
Berikut adalah detail parameter yang digunakan dalam Undrained A :
-
Jenis Analisa
Tipe material
Kuat geser tanah efektif
Kekakuan tanah efektif
2. Undrained B (Method B)
Jenis Analisa
Tipe material
Kuat geser tanah efektif
Kekakuan tanah efektif
3. Undrained C (Method C)
Perhitungan dengan analisa Undrained C dilakukan dalam analisa tegangan total,
dimana digunakan parameter kekakuan undrained dan parameter kuat geser undrained.
Pada analisa ini tidak dapat dihasilkan nilai tegangan air pori, sehingga hasil analisa
tegangan efektif harus diinterpretasikan sebagai tegangan total. Sedangkan untuk kuat
geser undrained (Cu = Su) merupakan parameter input. Sehingga analisa ini tidak akan
memberikan kesalahan perhitungan dalam kestabilan undrained. parameter yang
digunakan dalam Undrained C :
-
Jenis Analisa
Tipe material
Kuat geser tanah efektif
Kekakuan tanah efektif