Keywords:
pharmacy; self
medication; drug
information given;
tooth pain.
Kata kunci:
apotek;
swamedikasi;
pemberian informasi
obat; nyeri gigi.
PENDAHULUAN
Article History:
Received: 29 Oct 2015
Published: 1 Nov 2015
47
| Muharni, dkk.
Tampan
dibandingkan
Pelaksanaan
swamedikasi
kesalahan-kesalahan
pengobatan
banyak
pengobatan.
(medication
error)
terjadi
Pekanbaru
banyak
dengan
berkembang
kecamatan-kecamatan
lainnya.
Kesalahan
disebabkan
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
Swamedikasi
merupakan
kegiatan
yang
sudah
semakin
tinggi
dan
menyebabkan
masyarakat
khususnya
dalam
peningkatan
48
| Muharni, dkk.
1.
Apoteker
2.
60
3.
63,80
Baik
63,10
Baik
Total
63,20
Baik
Cukup baik
lainnya
sedikit
sekali
memberikan
49
| Muharni, dkk.
pelaksana
tenaga
swamedikasi.
swamedikasi.
Seharusnya
mengabdikan
dirinya
dalam
bidang
dan
swamedikasi [9].
kesehatan
serta
memiliki
pengetahuan
jelas
pelaksana
kepada
masyarakat
atapun
Tabel 2. Sikap tenaga kefarmasian yang memberikan informasi pada swamedikasi nyeri gigi
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
50
Informasi Obat
Khasiat Obat
Efek Samping Obat
Cara Pemakaian Obat
Dosis Obat
Waktu Pemakaian Obat
Lama Pemakaian Obat
Kontra Indikasi Obat
Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat
Cara Penyimpanan Penyimpanan Obat
Cara Memperlakukan Obat yang masih Tersisa
Cara Membedakan Obat yang masih baik dan sudah rusak
Total
Skor (%)
Kriteria Penilaian
65,33
55,33
85,33
60
82,76
42
50,67
84
65,33
65,33
56,76
64,78
Baik
Cukup baik
Sangat Baik
Cukup baik
Sangat baik
Cukup baik
Cukup baik
Sangat baik
Baik
Baik
Cukup baik
Baik
| Muharni, dkk.
di apotek.
yang
diberikan
kefarmasian.
persentase
nilai
pemberian
informasi
oleh
Pemberian
tenaga
kefarmasian
informasi
adalah
kepada
untuk
51
| Muharni, dkk.
pelaksana
mendapatkan
swamedikasi
berhak
swamedikasi.
waspada.
pemberian informasi untuk cara pemakaian
tenaga
pelaku
tersebut.
kefarmasian
menganggap
52
| Muharni, dkk.
konsumsi.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
informasi yang dilakukan oleh tenaga kefarmasian
di apotek memperoleh penilaian baik dengan
persentase 63,10% yaitu pemberian informasi oleh
apoteker cukup baik dengan persentase 53,3%,
tenaga teknis kefarmasian sangat kurang baik
dengan persentase 10% dan untuk asisten tenaga
kefarmasian kurang baik dengan persentase 36,7%.
Informasi yang paling banyak disampaikan ketika
swamedikasi nyeri gigi yaitu cara pemakaian obat
kategori sangat baik dengan persentase 85,33%.
Pemberian informasi oleh tenaga kefarmasian yang
berada di apotek masih bersifat pasif atau hanya
akan memberikan informasi jika ditanya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tjay, H. T., & Rahadja, K. (2007). Obat-obat Penting. Jakarta.
PT. Elex Media Komputindo,
2. Zeenot, S. (2013). Pengelolaan dan Penggunaan Obat Wajib
Apotek. Yogyakarta. D-Medika.
3. Hartwig, M, S., & Wilson, L, M. (eds.). (2006). Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Vol 2, Jakarta.
4. Hantoro, D, T., Pristiany, L., Athiyah, U., & Yuda, A. (2014).
Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku Swamedikasi Obat
Anti-Inflamasi Nonsteroid Oral Pada Etnis Arab Di Surabaya.
Jurnal Farmasi Komunitas, 1(2), 45-48.
5. Maya, D, R., & Merry, T, A. (2010). Evaluasi Perilaku Pengobatan
Sendiri Terhadap Pencapaian Program Indonesia Sehat Tahun
2010. Prosiding Seminar Nasional Unimus 2010. 73-80.
6. Ipang, D., dan Yosephine, D, H. (2011). Swamedikasi yang Baik
dan Benar. Yogyakarta. PT Citra Aji Parama.
7. Anonim. (2014). Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru. http://
pekanbarukota.bps.go.id/ diakses 12 Januari 2015.
8. Anonim. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas
Terbatas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
9. Susilowati, E. (2011). Teknik Pelayanan Swamedikasi, http://
www.putraindonesiamalang.or.id/ diakses pada tanggal 7 Mei
2015.
10. Anonim. (2004). Standar Kompetensi Farmasis Indonesia. Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia.
11. Anonim. (2014). Undang-Undang No. 36 tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
53