dari sinar yang membentur kemudian kita bisa mengontrol sudut dari
benturan maka kita bisa menentukan jarak antar atom (geometri dari latis).
Persamaan ini adalah persamaan utama dalam difraksi. Secara praktis
sebenarnya nilai n pada persamaan Bragg diatas nilainya 1. Sehingga cukup
dengan persamaan 2d sin = . Dengan menghitung d dari rumus Bragg
serta mengetahui nilai h, k, l dari masing-masing nilai d, dengan rumusrumus yang telah ditentukan tiap-tiap bidang kristal kita bisa menentukan
latis parameter (a, b dan c) sesuai dengan bentuk kristalnya.
Dimana :
Crystallite size (satuan: nm) dinotasikan dengan symbol (D)
FWHM (Line broadening at half the maximum intensity), Nilai yang
dipakai adalah nilai FWHM setelah dikurangi oleh the instrumental line
broadening (satuan: radian) dinotasikan dengan symbol (B)
Braggs Angle dinotasikan dengan symbol ()
X-Ray wave length dinotasikan dengan symbol ()
K Adalah nilai konstantata Shape Factor (0.8-1) dinotasikan dengan
symbol (K)
Perlu diingan disini adalah: Untuk memperoleh hasil estimasi ukuran kristal
dengan lebih akurat maka, nilai FWHM harus dikoreksi oleh "Instrumental
Line Broadening" berdasarkan persamaan berikut [4-9].
Dimana :
FWHMsample adalah lebar puncak difraksi puncak pada setengah maksimum
dari sampel benda uji dan FWHM standard adalah lebar puncak difraksi material
standard yang sangat besar puncaknya berada di sekitar lokasi puncak
sample yang akan kita hitung.
Contoh Estimasi Crystallite size menggunakan X-Ray Diffraction
Analysis
Gambar 5: Penulis sedang melakukan sampel analisis menggunakan XRD Bruker 8 Advance
Setelah data hasil uji sampel menggunakan XRD diperoleh, Data hasil analisa
yang diperoleh tersimpan dalam format RAW.data, yang kemudian data
tersebut dianalisa menggunakan Software EVA, data hasil uji sampel yang
diperoleh adalah berupa peak seperti gambar dibawah ini.
Sekilas
Tentang
Struktur
Atom
Suatu
Unsur
Setiap atom terdiri dari inti yang sangat kecil yang terdiri dari proton dan
neutron, dan di kelilingi oleh elektron yang bergerak. Elektron dan proton
mempunyai muatan listrik yang besarnya 1,60 x 10 -19 C dengan tanda
negatif untuk elektron dan positif untuk proton sedangkan neutron tidak
bermuatan listrik. Massa partikel-partikel subatom ini sangat kecil: proton
dan neutron mempunyai massa kira-kira sama yaitu 1,67 x 10 -27 kg, dan
lebih besar dari elektron yang massanya 9,11 x 10 -31 kg. Setiap unsur kimia
dibedakan oleh jumlah proton di dalam inti, atau nomor atom (Z). Untuk
atom yang bermuatan listrik netral atau atom yang lengkap, nomor atom
adalah sama dengan jumlah elektron. Nomor atom merupakan bilangan
bulat dan mempunyai jangkauan dari 1 untuk hidrogen hingga 94 untuk
plutonium yang merupakan nomor atom yang paling tinggi untuk unsur yang
terbentuk secara alami. Massa atom (A) dari sebuah atom tertentu bisa
dinyatakan sebagai jumlah massa proton dan neutron di dalam inti.
Walaupun jumlah proton sama untuk semua atom pada sebuah unsur
tertentu, namun jumlah neutron (N) bisa bervariasi. Karena itu atom dari
sebuah unsur bisa mempunyai dua atau lebih massa atom yang disebut
isotop. Berat atom berkaitan dengan berat rata-rata massa atom dari isotop
yang terjadi secara alami. Satuan massa atom (sma) bisa digunakan untuk
perhitungan berat atom. Suatu skala sudah ditentukan dimana 1 sma
didefinisikan sebagai 1/12 massa atom dari isotop karbon yang paling
umum, karbon 12 (12 C) (A = 12,00000). Dengan teori tersebut, massa
proton dan neutron sedikit lebih besar dari satu, dan,
AZ+N
Berat atom dari unsur atau berat molekul dari senyawa bisa dijelaskan
berdasarkan sma per atom (molekul) atau massa per mol material. Satu mol
zat terdiri dari 6,023 x 10 23 atom atau molekul (bilangan Avogadro). Kedua
teori berat atom ini dikaitkan dengan persamaan berikut: 1 sma/atom
(molekul) = 1 g/mol Sebagai contoh, berat atom besi adalah 55,85
sma/atom, atau 55,85 g/mol. Kadang-kadang penggunaan sma per atom
atau molekul lebih disukai; pada kesempatan lain g/mol (atau kg/mol) juga
digunakan.
Referensi :
1.
www.terrachem.de
2.
Callister,Jr, W.D., Rethwisch, D.G,. Materials Science and Engineering
An Introduction 8Th, John Wiley & Sons, Inc. 2009.
3.
Saryanto, H., "High Temperature Oxidation Behavior of Fe80Cr20
Alloys Implanted with Lanthanum and Titanium Dopant" Master Thesis,
Universiti Tun Hussein Onn Malaysia, Malaysia, 2011.
4.
Abdullah, M & Khairurrijal,. "Review: Karakterisasi Nanomaterial" J.
Nano Saintek. Vol. 2 No. 1, Feb. 2009.
5.
Abdullah, M., Isakndar, F., Okuyama, K. and Shi, F.G,. J. Appl. Phys. 89,
6431, 2001.
6.
7.
Itoh, Y. Abdullah, M and Okuyama, K,. J. Mater. Res. 19, 1077, 2004.
8.
P. Scherrer, Bestimmung der Grsse und der inneren Struktur von
Kolloidteilchen mittels Rntgenstrahlen, Nachr. Ges. Wiss. Gttingen 26
(1918) pp 98-100.
9.
J.I. Langford and A.J.C. Wilson, Scherrer after Sixty Years: A Survey and
Some New Results in the Determination of Crystallite Size, J. Appl. Cryst. 11
(1978) pp 102-113.