Anda di halaman 1dari 3

COST RECOVERY

Oleh: Mey Dei Tiara

Berbicara mengenai cost recovery berarti berbicara mengenai isu panas


yang ada dalam area pengelolaan minyak dan gas bumi. Beberapa pihak
mengatakan bahwa cost recovery adalah konsekuensi logis dari pengelolaan migas
yang menggunakan prinsip bagi hasil. Beberapa pihak lain mengatakan bahwa
cost recovery rawan penyalahgunaan dan akibatnya akan menurunkan penerimaan
negara dari sektor migas.
Pengertian Cost Recovery
Cost Recovery adalah istilah untuk biaya yang dibayarkan pemerintah
kepada kontraktor untuk mengganti biaya investasi dan biaya operasi dari
aktivitas kontraktor migas selama melakukan eksplorasi, eksploitasi dan
pengembangan di blok migas yang tengah dikerjakan. Biaya ini diluar pembagian
keuntungan dari penjualan migas. Pembayaran cost recovery dalam sistem
kontrak Production Sharing Contract (sistem yang dianut oleh Indonesia, sedikit
penjelasan tentang sistem migas pernah saya share di kesempatan sebelumnya,
(http://gumilaration.blogspot.com/2013/06/sekilas-banget-tentang-sistemkontrak.html) recovery cost dibayarkan dalam bentuk pembagian hasil produksi
migas (minyak dan/atau gas bumi).
Apapun jenis kontrak migas yang diterapkan dalam sebuah proyek
pengembangan lapangan migas, mekanisme cost recovery ini akan selalu ada,
hanya pada beberapa sistem lain terdapat perbedaan nama. Pada sistem konsesi
(negara pemilik sumber daya alam hanya menerima pendapatan dari pajak dan
royalti) cost recovery dikenal dengan istilah cost deduction, sedangkan pada
sistem service contract (perusahaan kontraktor hanya memperoleh pembayaran
jasa), mekanisme cost recovery dikenal dengan istilah reimbursement.
Kelompok biaya yang akan dibayar dikembalikan kepada kontraktor melalui
mekanisme cost recovery mencakup:

Biaya Operasional: setiap biaya pelaksanaan eksploitasi blok migas terhitung


mulai dari terjadinya produksi komersial. Besaran ini akan dibayarkan pada

tahun fiskal yang sama.


Biaya Eksplorasi: setiap biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan
eksplorasi dimulai pada hari pertama eksplorasi sampai pada dimulainya
produksi komersial yang pertama. Biasanya pengembalian dibayarkan dengan

rate tertentu setiap tahun.


Biaya Pengembangan: setiap biaya yang dikeluarkan untuk memelihara atau
melakukan tindakan khusus untuk mengembangkan atau menjaga laju
produksi dari blok migas. Pengembalian umumnya dibayarkan dengan rate
tertentu setiap tahun.

Masalah Penggelembungan Investasi (Goldplating)


Mengingat setelah mencapai produksi komersial biaya eksplorasi,
eksploitasi dan pengembangan akan diganti setiap tahun dengan mekanisme cost
recovery, tentu muncul pertanyaan tentang apakah mungkin kontraktor melakukan
penggelembungan investasi agar mendapatkan biaya pengganti yang besar
nantinya? Jawabannya mungkin, dan cukup sering terjadi serta menjadi isu yang
cukup panas dalam dunia industri migas. Istilah ini dikenal dengan istilah
goldplating dimana perusahaan kontraktor melakukan investasi yang sebenarnya
tidak terlalu diperlukan.
Dari penjelasan diatas, jelas negara akan dirugikan dari aktivitas goldplating
ini, sebab dengan terjadinya kenaikan dalam biaya investasi makan besaran cost
recovery akan bertambah, dan berakibat pada turunnya penerimaan oleh negara.
Namun pertanyaan selanjutnya adalah siapa yang diuntungkan?
Benny Lubiantara dalam bukunya Ekonomi Migas: Tinjauan Aspek
Komersial Kontrak Migas menjelaskan dengan memberikan ilustrasi sebagai
berikut. Kita ibaratkan sebuah blok migas dikelola dengan sistem PSC dengan
kesepakatan pembagian hasil produksi dengan proporsi 85% untuk negara dan
15% untuk kontraktor. Kemudian terdapat goldplating sebesar 10, maka kenaikan
biaya ini berakibat penurunan bagian pemerintah sebesar 8.5 dan kontraktor
sebesar 1.5 (besarnya penurunan terbagi proporsional terhadap rasio hasil bagi

tersebut). Jika mengacu pada penjelasan tersebut, maka aktivitas goldplating ini
akan merugikan baik bagi negara maupun bagi kontraktor. Lantas siapa yang
diuntungkan? Menurut Benny Lubiantara yang diuntungkan adalah oknum,
dimana oknum inilah yang akan menikmati mark-up sebesar 10 tersebut. Dan
perlu dicatat bahwa oknum ini bisa siapa saja, bisa bagian dari perusahaan migas
kontraktor, oknum dalam perusahaan penyedia jasa (service companies) atau tidak
menutup kemungkinan oknum dari kalangan pemerintah itu sendiri.
Dengan memilih menggunakan Production Sharing Contract sebagai sistem
kontrak pengelolaan sektor hulu migas seharusnya peluang terjadinya goldplating
dapat diperkecil. Sebab pada sistem PSC pengawasan negara relatif lebih ketat,
sebab dalam sistem ini kontraktor berada dibawah pengawasan negara dalam
mengelola blok migas yang disepakati.
Referensi:
Dwiki

Drajat

Gumilar.

2014.

http://ksatria-

v.tumblr.com/post/67091244545/sekilas-tentang-cost-recovery-dalam-industrimigas. (Diakses pada Sabtu, 20 Juni 2015 Pukul 12.35 WIB)

Anda mungkin juga menyukai