Anda di halaman 1dari 7

ANESTESI BLOK MANDIBULA

Harry A. Kaiin
Sub. bagian Dental Anestesi, Bagian Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
Bandung.
Abstrak :
Anestesi blok mandibula dapat dilakukan dengan teknik Fisher, teknik Gow-gates atau teknik
Akinosi. Pada dasarnya tujuan ketiga teknik ini sama yaitu menganestesi setengah mandibula pada
sisi yang dianestesi ,perbedaan yang prinsip adalah pada langkah-langkah tekniknya serta daerah saraf
yang teranestesi. Pada makalah ini akan dijelaskan modifikasi teknik Fisher sehingga N. Bukalis dapat
teranestesi tanpa melakukan penyuntikan tambahan.
Pendahuluan :
Anestesi blok rahang bawah biasanya dilakukan apabila kita memerlukan daerah yang
teranestesi luas misalnya pada waktu pencabutan gigi posterior rahang bawah atau pencabutan
beberapa gigi pada satu quadran. Saraf yang dituju pada anestesi blok teknik Gow-Gates adalah N.
Mandibularis sedangkan pada Teknik Akinosi dan Teknik Fisher saraf yang dituju adalah :N.
Alveolaris inferior dan N. Lingualis Dengan teknik GowGates daerah yang teranestesi adalah : Gigi
mandibula setengah quadran, mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa pada daerah penyuntikan
, dua pertiga anterior lidah dan dasar mulut, jaringan lunak lingual dan periosteum, korpus mandibula
dan bagian bawah ramus serta kulit diatas zigoma , bagian posterior pipi dan region temporal..
Sedangkan daerah yang teranestesi pada teknik Akinosi dan Teknik Fisher adalah : gigi gigi
mandibula setengah quadran, badan mandibula dan ramus bagian bawah, mukoperiosteum bukal dan
membrane mukosa didepan foramen mentalis, dasar mulut dan dua pertiga anterior lidah, jaringan
lunak dan periosteum bagian lingual mandibula. Karena N. Bukalis tidak teranestesi maka apabila
diperlukan , harus dilakukan penyuntikan tambahan sehingga pasen menerima beban rasa sakit. Pada
Teknik modifikasi Fisher kita menambahkan satu posisi lagi sebelum jarum dicabut sehingga tidak
diperlukan penusukan ulang yang menambah beban sakit pada pasen.
Anestesi blok teknik Gow-Gates :
Prosedur :
1. Posisi duduk pasien terlentang atau setengah terlentang.
2. Pasien diminta untuk membuka mulut lebar dan ekstensi leher
3. Posisi operator :
a. Untuk mandibula sebelah kanan, operator berdiri pada posisi jam 8 menghadap pasien.
b. Untuk mandibula sebelah kiri , operator berdiri pada posisi jam 10 menghadap dalam arah
yang sama dengan pasien.
4. Tentukan patokan ekstra oral : intertragic notch dan sudut mulut Daerah sasaran: daerah medial
leher kondilus, sedikit dibawah insersi otot pterygoideus eksternus.

5. Operator membayangkan garis khayal yang dibentuk dari intertragic notch ke Sudut mulut pada sisi
penyuntikan untuk membantu melihat ketinggian penyuntikan secara ekstra oral dengan meletakkan
tutup jarum atau jari telunjuk.
6. Jari telunjuk diletakkan pada coronoid notch untuk membantu meregangkan jaringan .
7. Operator menentukan ketinggian penyuntikan dengan patokan intra oral berdasarkan sudut mulut
pada sisi berlawanan dan tonjolan mesiopalatinal M2 maksila.
8. Daerah insersi jarum diberi topical antiseptik.
9. Spuit diarahkan ke sisi penyuntikan melalui sudut mulut pada sisi berlawanan, dibawah tonjolan
mesiopalatinal M2 maksila, jarum diinsersikan kedalam jaringan sedikit sebelah distal M2 maksila .
10. Jarum diluruskan kebidang perpanjangan garis melalui sudut mulut ke intertragic notch pada sisi
penyuntikan kemudian disejajarkan dengan sudut telinga kewajah sehingga arah spuit bergeser ke gigi
P pada sisi yang berlawanan, posisi tersebut dapat berubah dari M sampai I bergantung pada derajat
divergensi ramus mandibula dari telingan ke sisi wajah.
11. Jarum ditusukkan perlahan-lahan sampai berkontak dengan tulang leher kondilus, sampai
kedalamam kira-kira 25 mm. Jika jarum belum berkontak dengan tulang, maka jarum ditarik kembali
per-lahan2 dan arahnya diulangi sampai berkontak dengan tulang. Anestetikum tidak boleh
dikeluarkan jika jarum tidak kontak dengan tulang.
12. Jarum ditarik 1 mm , kemudian aspirasi, jika negatif depositkan anestetikum sebanyak 1,8 2 ml
perlahan-lahan.
13. Spuit ditarik dan pasien tetap membuka mulut selama 1 2 menit .
14. Setelah 3 5 menit pasen akan merasa baal dan perawatan boleh dilakukan.
Anestesi blok teknik Akinosi :
Teknik ini dilakukan dengan mulut pasien tertutup sehingga baik digunakan pada pasen yang
sulit atau sakit pada waktu membuka mulut. Prosedur :
1. Pasien duduk terlentang atau setengah terlentang
2. Posisi operator untuk rahang kanan atau kiri adalah posisi jam delapan berhadapan dengan
pasien.
3. Letakkan jari telunjuk atau ibu jari pada tonjolan koronoid, menunjukkan jaringan pada
bagian medial dari pinggiran ramus. Hal ini membantu menunjukkan sisi injeksi dan
mengurangi trauma selama injeksi jarum.
4. Gambaran anatomi : - Mucogingival junction dari molar kedua dan molar ketiga maksila Tuberositas maksila 5. Daerah insersi jarum diberi antiseptic kalau perlu beri topikal anestesi.
6. Pasien diminta mengoklusikan rahang, otot pipi dan pengunyahan rileks.
7. Jarum suntik diletakkan sejajar dengan bidang oklusal maksila, jarum diinsersikan posterior
dan sedikit lateral dari mucogingival junction molar kedua dan ketiga maksila.

8. Arahkan ujung jarum menjauhi ramus mandibula dan jarum dibelokkan mendekati ramus
dan jarum akan tetap didekat N. Alveolaris inferior.
9. Kedalaman jarum sekitar 25 mm diukur dari tuberositas maksila.
10. Aspirasi, bila negatif depositkan anestetikum sebanyak 1,5 1,8 ml secara perlahan-lahan.
Setelah selesai , spuit tarik kembali.
Kelumpuhan saraf motoris akan terjadi lebih cepat daripada saraf sensoris. Pasien dengan trismus
mulai meningkat kemampuannya untuk membuka mulut.
Teknik Fisher :
Prosedur :
Posisi pasien duduk dengan setengah terlentang. Aplikasikan antiseptic didaerah trigonum retromolar.
Jari telunjuk diletakkan dibelakang gigi terakhir mandibula, geser kelateral untuk meraba linea
oblique eksterna., . Kemudian telunjuk digeser kemedian untuk mencari linea oblique interna, ujung
lengkung kuku berada di linea oblique interna dan permukaan samping jari berada dibidang oklusal
gigi rahang bawah.
Posisi I : Jarum diinsersikan dipertengahan lengkung kuku , dari sisi rahang yang tidak dianestesi
yaitu regio premolar.
Posisi II : Spuit digeser kesisi yang akan dianestesi, sejajar dengan bidang oklusal dan jarum
ditusukkan sedalam 5 mm, lakukan aspirasi bila negatif keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk
menganestesi N. Lingualis.
Posisi III : Spuit digeser kearah posisi I tapi tidak penuh lalu jarum ditusukkan sambil menyelusuri
tulang sedalam kira-kira 10-15 mm. Aspirasi dan bila negative keluarkan anestetikum sebanyak 1 ml
untuk menganestesi N. Alveolaris inferior. Setelah selesai spuit ditarik kembali.
Teknik modifikasi Fisher :
Setelah kita melakukan posisi III, pada waktu menarik kembali spuit sebelum jarum lepas dari
mukosa tepat setelah melewati linea oblique interna ,jarum digeser kelateral ( kedaerah trigonum
retromolar ), aspirasi dan keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi N. Bukalis.
Kemudian Spuit ditarik keluar.
Kesimpulan :
Untuk melakukan anestesi blok rahang bawah dapat dilakukan dengan memilih salah satu teknik yaitu
teknik Gow-gates, Akinosi atau teknik Fisher . Apabila kita memilih teknik Fisher dan N. bukalis
perlu dianestesi maka modifikasi teknik Fisher dapat digunakan.
Kepustakaan :
Gustainis,JF., and Peterson, 1981: An Alternatif method of mandibular nerve block, JADA V ( 103 ) :
33 36
Jastak,JT Cs,: 1995, Local anesthesia of the oral cavity, Philadelphia, W.B. Saubders Company..
Malamed, SF., 1994, Handbook of local anesthesia, 4 nd Ed., St. Louis, Mosby year book.

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/anestesi_blok_mandibula.pdf

Anestesi Blok Pada Maksila


Blok Nervus Alveolaris Superrior Anterior
Titik suntik terletak pada lipatan mukolabial sedikit mesial dari gigi kaninus, Arahkan jarum keapeks
kaninus, anastetikum dideponir perlahan ke atas apeks akar gigi tersebut.
Injeksi yang dilakukan pada kedua kaninus biasanya bisa menganastesi keenam gigi anterior. Injeksi
N.Alvolaris Superrior Anterior biasanya sudah cukup untuk prosedur operatif. Untuk ekstraksi atau
bedah, diperlukan juga tambahan injeksi palatinal pada region kaninus atau foramen incisivum.
Blok Nervus Alveolaris Superrior Posterior
Blok syaraf alveolaris superior posterior diperoleh dengan menempatkan jarum didistal molar
terakhir, ke atas dan medial, bersudut 45, memungkinkan deposisi larutan 1,5 ke permukaan disto
bukkal maxilla.
Komplikasi umum dari teknik ini adalah bila beberapa pembuluh darah plexus vena pterigoid pecah,
menimbulkan haematoma. Karena obat-obat analgesia lokal, teknik infiltrasi meliputi deposisi hanya
1 ml larutan digunakan.
Gigi-gigi molar kecuali akar molar satu
Processus alveolaris bagian bukkal dari gigi molar termasuk periosteum.
Jaringan ikat dan membran mukosa
Anatomi landmarks :
Lipatan zygomatikus pada maxilla
Processus zygomatikus pada maxilla
Tuberositas maxilla
Bagian anterior dan processus coronoideus dari ramus mandibula.
Tekniknya :
Bila anestesi adalah nervus alveolaris superior posterior dexter
Operator berdiri sebelah kanan depan.Masukkan jari telunjuk kiri kita ke vestibulum oris sebelah
kanan penderita, kemudian jari telunjuk pada daerah lipatan mukobukkal di sebelah posterior gigi
premolar dua sampai teraba proccesus zygomaticus. Lengan kita turun kebawah sehingga jari telunjuk
membuat sudut 90 terhadap oklusal plane gigi rahang atas, dan membentuk sudut 45 bidang sagital
penderita. Hal ini dapat dilakukan bilamana penderita dalam keadaan setengah tutup mulut, sehingga
bibir dan pipi dapat ditarik kelateral posterior. Jari telunjuk disisi merupakan pedoman tempat
penusukan jarum ambil spoit yang telah disiapkan, dan sebelumnya tempat yang akan disuntik harus
dilakukan desinfeksi terlebih dahulu. Arah jarum harus sejajar dengan jari kita, penusukan jarum
sedalam - inch. Aspirasi, jika tidak darah yang masuk, keluarkan larutan secara perlahan-lahan
sebanyak 1,5 cc.

Blok Nervus Intra Orbital


Blok infraorbital paling sering digunakan. Pinggir intra orbital dapat teraba dengan menggunakan
ujung jari pertama, notah infraorbital dapat diidentifikasi. Dengan ujung jari tetap pada posisi ini, ibu
jari dapat digunakan untuk menarik bibir atas. Ujung jarum dimasukkan jauh ke dalam sulkus di atas
apeks premolar kedua dan meluas segaris dengan sumbu panjang gigi sampai sedalam 1,5-2 cm baru
larutan analgesic didepositkan . pembengkakan jaringan dapat
diraba dibalik jari pertama bila letak ujung jarum, tepat. Biarkan keadaan ini selama 3 menit, untuk
memastikan diperolehnya analgesia yang memadai.
Saraf yang teranestesi :
- Nervus alveolaris superior, anterior dan medium
- Nervus infra orbital

- Nervus palpebra inferior


- Nervus nasalis lateralis
- Nervus labialis superior
Daerah yang teranestesi :
- Gigi incisivus sampai premolar
- Akar mesio bukkal dari molar satu
- Jaringan pendukung dari gigi tersebut
- Bibir atas dan kelopak atas
- Sebagian hidung pada sisi yang sama
Anatomi Landmark :
- Infra orbital ridge
- Supra orbital notch
- Gigi anterior dan pupil mata
Tekniknya :
A. Intra oral approach
Dudukkan penderita, kemudian buka mulut sampai daratan oklusal gigi rahang atas
membentuk 45 dengan garis horizontal, dan penderita disuruh melihat ke arah depan Kita
menggambarkan suatu garis khayal yang lurus, berjalan vertikal melalui pupil mata ke infra orbital
dan gigi premolar dua rahang atas. Bila sudah menemukan infra orbital notch, maka jari telunjuk yang
kita pakai palpasi, kita gerakkan ke bawah kira-kira cm, disinilah akan kita temukan suatu
cekungan dimana letaknya foramen infra orbital. Setelah ditemukan foramen infra orbital, maka jari
telunjuk tetap diletakkan pada tempat foramen infra orbitalis untuk mencegah tembusnya jarum
mengenai bola mata. Bibir atas diangkat dengan ibu jari Lakukan desinfeksi pada muko bukkal regio
premolar dua rahang atas Pergunakan jarum 27 gauge dan 1 5/8 inch. Jarum suntikan tersebut
ditusukkan pada lipatan muko bukal regio premolar dua rahang atas, mengikuti arah garis khayalan
yang telah dibuat. Untuk mengurangi rasa sakit, pada saat jarum menembus mukosa, injeksikan
beberapa strip larutan, kemudian jarum tersebut diteruskan secara perlahan-lahan, hingga mencapai
foramen intra orbitalis, maka dapat dirasakan oleh jari yang kita letajjan pada foramen tersebut.
Aspirasi, kemudian keluarkan anestetikum sebanyak 1-1 cc (jumlah larutan tersebut tergantung dari
kebutuhan)
B. Extra oral approach
Indikasi :
bila intra oral approach tidak dapat dilakukan, misalnya ada peradangan.
Tekniknya :
Tentukan letak foramen intra orbital (sama dengan teknik pada intra oral approach)
Pada waktu akan di tusuk jarum, penderita dianjurkan menutup mata untuk mencegah kemungkinan
bahaya untuk mata. Titik insersi jarum kira-kira 1 cm di bawah foramen infra orbital, kita
memasukkan jarum dengan membuat sudut 45, dan jarum tersebut diluncurkan sesuai dengan arah
garis khayalan sejajar 1 cm, kemudian keluarkan secara perlahan-lahan larutan anestetik. Ujung jarum
dimasukkan melalui papila nasopalatina sampai ke lubang masuk kanalis insisivus. Bila tulang
berkontak dengan jarum, jarum harus ditarik kira-kira 0,5-1 mm. Kira-kira 0,1-0,2 ml larutan
didepositkan, larutan tidak boleh dikeluarkan terlalu cepat karena dapat menimbulkan rasa tidak enak.
Jaringan akan memucat, dan timbulnya analgesia cukup cepat.

Blok Nervus Naso Palatinus


Nervus naso palatinus keluar dari foramen incisivus. Daerah yang teranestesi adalah bagian
bukkal dari palatum durum sampai gigi caninus kiri dan kanan.
Anatomi Landmark :
- Incisivus papilla

- Incisivus centralis
Tekniknya :
Incisivus papilla ini sangat sensitif, eleh karena itu pada penusukan jarum yang pertama harus
disuntikkan beberapa tetes anestetikum. Kemudian jarum tersebut diluncurkan dalam arah paralel
dengan longaxis gigi incisivus, dan tetap dalam garis median. Jarum tersebut diluncurkan kira-kira 2
mm kemudian larutan anestesi dikeluarkan secara perlahan-lahan sebanyak 0,5 cc. Jarum yang
digunakan adalah jarum yang pendek. Analgesia palatum pada salah satu sisi sampai kekaninus dapat
diperoleh dengan mendepositkan 0,5-0,75 ml larutan pada syaraf palatina besar ketika syaraf keluar
dari foramen palatina besar. Secara klinis, jarum dimasukkan 0,5 cm. Suntikan diberikan perlahan
karena jaringan melekat erat. Mukosa dapat memutih, dan ludah dari kelenjar ludah minor dapat
dikeluarkan.

Blok Nervus Palatinus Anterior


Syaraf ini keluar dari foramen palatinus major. Daerah yang teranestesi adalah bagian posterior dari
palatum durum mulai dari premolar
Anatomi Landmark :
- Molar dua dan tiga maxilla
- Tepi gingiva sebelah palatinal dari molar dua dan molar tiga maxilla
- Garis khayal yang kita buat dari 1/3 bagian tepi gingiva sebelah palatinal ke arah garis tengah
palatum.
Indikasi :
Untuk anestesi daerah palatum dari premolar satu sampai molar tiga
Untuk operasi daerah posterior dari palatum durum.
Tekniknya :
Nervus palatinus anterior keluar dari foramen palatinus mayor yang terletak antara molar dua, molar
tiga dan 1/3 bagian dari gingiva molar menuju garis median. Jika tempat tersebut telah ditentukan,
tusuklah jarum dari posisi berlawanan mulut (bila di suntikkan pada sebelah kanan, maka arah jarum
dari kiri menuju kanan). Sehingga membentuk sudut 90 dengan curve tulang palatinal. Jarum tersebut
ditusukkan perlahan-lahan hingga kontak dengan tulang kemudian kita semprotkan anestetikum
sebanyak 0,25-0,5 cc.4,5,6

Anda mungkin juga menyukai