Oleh:
Makbruri
NPM. 1506805572
C. Prinsip
Beberapa virus manusia mempunyai kemampuan untuk berikatan dengan
permukaan sel darah merah dari spesies berbeda. Adanya ikatan antara virus
(antigen) dengan sel darah merah (eritrosit) akan menyebabkan terjadi
hemaglutinasi.
D. Landasan teori
Virus adalah suatu genom yang tertutup dalam selubung protektif. 1 Virus
hanya mengandung salah satu asam nukleat saja (DNA atau RNA). Replikasi
virus memerlukan asam nukleat saja. Virus memerlukan host untuk bias
berkembang biak2. Pada luar hospes, virus terdapat sebagai partikel virus, yaitu
virion. Virion terdiri dari, atas: asam nukleat dan selubung protein yang disebut
kapsid. Partikel virus ini disebut nukleocapsid. Virus dapat merusak seluruh
kompleks sel dan menimbulkan kerusakan jaringan, bercak-bercak nekrosis dan
kepingan lisis. Umumnya hospes virus, yaitu: tumbuh-tumbuhan, hewan dan
mikroorganisme.3
Uji Hemaglutinasi (HA) atau Hemaglutination Test (HA Test) terjadi pada
virus yang memiliki hemaglutinin pada permukaan partikel virus, jika berikatan
dengan reseptor khusus pada eritrosit. Hasil dari uji HA dapat diperoleh dengan
cepat, hasil dari tes ini didasarkan ada/tidaknya ikatan hemaglutinasi eritrosit pada
partikel virus (virion). Terkadang dalam uji HA, ikatan hemaglutinasi dapat
dikacaukan oleh sifat elusi virus dikarenakan terdapat aktivitas enzim
neuraminidase dari virus yang dapat merusak ikatan antara eritrosit dengan virus 4.
Aktivitas hemaglutinasi dan neuraminidase diperankan oleh dua glikoprotein
utama pada permukaan virus, yaitu: hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA)5.
Gen Hemaglutinin (HA), adalah molekul glikoprotein selubung virus yang
ii.
iii.
Yellow tip
iv.
Timer/jam
v.
Wadah pembuangan
ii.
iii.
F. Cara kerja
1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu.
2. Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) dengan lengkap dan benar.
3. Ditambahkan 50l larutan PBS pada mikroplate well B1 s.d H1
4. Ditambahkan 50l larutan PBS pada mikroplate well B2 s.d H2
5. Ditambahkan 100l antigen pada mikroplate well A1 dan A2
6. Ditambahkan 50 l larutan PBS pada mikroplate well A3 dan A4 ( sebagai
kontrol)
7. Dilakukan pengenceran berseri pada suspensi virus H1N1, yaitu:
a. Dari mikroplate well A1 diambil 50l suspensi virus H1N1, kemudian
dipindahkan ke well B1 dihomogenkan; dari well B1 diambil 50l
suspensi virus H1N1, dan dipindahkan ke well C1 dihomogenkan, dan
pengenceran diatas dilakukan seterusnya sampai ke well H1, setelah
suspensi pada well H1 homogen, diambil 50l dan dibuang.
b. Dari mikroplate well A2 diambil 50l suspensi virus H1N1, kemudian
dipindahkan ke well B2 dihomogenkan; dari well B1 diambil 50l
suspensi virus H1N1, dan dipindahkan ke well C2 dihomogenkan, dan
pengenceran diatas dilakukan seterusnya sampai ke well H2, setelah
suspensi pada well H2 homogen, diambil 50l dan dibuang.
8. Mikroplate pada well A1 s.d H1; A2 s.d H2; dan A3 s.d A4 diisi dengan
50l SDM.
9. Mikroplate digoyang untuk mencampurkan semua campuran SDM dengan
suspensi H1N1
10. Mikroplate diinkubasi selama 30menit s.d 60menit, pada suhu ruang (22 0250C).
11. Mikroplate pada well kontrol diamati untuk melihat apakah SDM telah
mengendap semua
12. Diamati hasil reaksi pada semua well mikroplate, dan hasilnya dicatat
G. Hasil praktikum
1. Interpretasi hasil
Positif (+)
Negatif (-)
Kontrol
Dari gambar uji HA diatas (gambar 3), disajikan dalam bentuk tabel,
sebagai berikut:
Well
A (Pengenceran 1)
B (Pengenceran 1/2)
C (Pengenceran 1/4)
D (Pengenceran 1/8)
E (Pengenceran 1/16)
F (Pengenceran 1/32)
G (Pengenceran 1/64)
H (Pengenceran 1/128)
Hasil
16HAU
H. Pembahasan
Titer antibodi adalah pengenceran tertinggi yang menunjukkan aglutinasi
atau presipitasi, untuk menentukan titer antibodi dapat dibuat pengenceran
serial serum, dan selanjutnya ditambahkan sejumlah antigen yang konstan dan
campuran larutan tersebut diinkubasi dan diperiksa untuk aglutinasi atau
presipitasi.
D. Landasan teori
Virion dari beberapa keluarga virus berikatan dengan sel darah dan
menyebabkan hemaglutinasi. Bila antibodi spesifik dan antigen virus
dicampur sebelum ditambahi sel darah merah, hemaglutinasi akan dihambat.
Uji penghambatan hemaglutinasi ternyata sensitif (kecuali untuk togavirus)
dan sangat spesifik, karena uji itu mengukur antibodi yang berikatan pada
protein permukaan yang mudah mengalami perubahan antigenik. Selain itu,
uji ini sederhana mengidentifikasi isolat dari virus yang menyebabkan
hemaglutinasi.8 Beberapa virus mampu mengaglutinasikan sel darah merah.
Kemampuan ini sebagai contoh dari aktivitas biologik dan aktivitas ini dapat
dihambat oleh antibodi tertentu. Sisi partikel virus yang spesifik dapat
berinteraksi dengan reseptor mukoprotein pada sel darah merah dan
permukaan sel lain. Interaksi dari sisi reseptor dan virion membuat aglutinasi
sel darah merah menjadi tampak. Enzim virus neuraminidase memecah ikatan
antara virus dan sel, dan melepas keduanya ke dalam larutan. Antigen adalah
bagian virus yang mengandung ikatan dan antigen dari virus digunakan untuk
uji hemaglutinasi.9
Tes
ini
kemudian
disebut
uji
hambatan
hemaglutinasi
haemaglutinasi,
sedangkan
haemaglutinasi
merupakan
terjadinya aglutinasi darah yang disebabkan oleh haemaglutinin dari virus atau
bakteri.
Prinsip dari uji HI lambat, adalah mengetahui adanya antibodi yang
mampu menghambat proses hemaglutinasi oleh virus. Uji ini untuk
menentukan titik antibodi terhadap hemaglutinasi virus. Bila terdapat antibodi
dalam jumlah mencukupi untuk membentuk kompleks dengan virion,
hemaglutinasi dihambat, dan eritrosit mengendap. Sebaliknya bila antibodi
terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi maka eritrosit diaglutinasi oleh
virus dan membentuk endapan.11
Hemaglutinasi oleh virus dapat dihitung dan dibawah kondisi standar
dalam cairan dapat dilihat. Reaksi HA dapat dihambat oleh serum immune
(antibodi) yang spesifik. Beberapa strain virus dapat ditunjukkan virulensinya
dalam aktivitas HA dengan eritrosit mammalia dan dalam panas yang stabil.
Antigen yang tidak signifikan tidak dapat dilaporkan.12
ii.
iii.
Yellow tip.
iv.
Timer/Jam
v.
Wadah pembuangan.
ii.
iii.
iv.
v.
F. Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) dengan lengkap dan benar.
3. Pemeriksaan uji HI, yaitu:
a. Pada mikroplate well B1 s.d H1 dan B2 s.d H2 diisi dengan 25l
larutan PBS.
b. Pada mikroplate well B5 s.d H5 dan B6-H6 diisi dengan 25l larutan
PBS.
c. Pada mikroplate well A3 dan A4 diisi dengan 50l larutan PBS
(sebagai kontrol).
d. Ditambahkan 50l serum positif pada well A1 dan A2, serta 50l
serum negatif pada well A5 dan A6
e. Pengenceran bertingkat pada suspensi serum/antibodi positif, yaitu:
1. Dari
mikroplate
pada
well
A1
diambil
25l
suspensi
mikroplate
pada
well
A2
diambil
25l
suspensi
mikroplate
serum/antibodi
pada
well
A5
diambil
negatif,
dan
dipindahkan
25l
ke
suspensi
well
B5
2. Dari
mikroplate
serum/antibodi
pada
well
A6
diambil
negatif,
dan
dipindahkan
25l
ke
suspensi
well
B6
Negatif (-)
Dari uji HI diatas (gambar 6), disajikan dalam bentuk tabel, sebagai
berikut:
Well
A (Pengenceran 1)
B (Pengenceran 1/2)
C (Pengenceran 1/4)
D (Pengenceran 1/8)
5
6
Serum/Antibodi
negatif
-
E (Pengenceran 1/16)
F (Pengenceran 1/32)
G (Pengenceran 1/64)
H
(Pengenceran
1/128)
Hasil
I. Pembahasan
+
-
+
-
> 128
> 128
Prinsip HI adalah dengan uji ini diharapkan reaksi aglutinasi dari virus dan
SDM dapat dicegah dengan antibodi spesifik yang terdapat dalam serum. Pada
uji HI ini kita melihat reaksi antibodi terhadap hemaglutinasi virus, bila
terdapat antibodi dalam jumlah yang cukup untuk membentuk kompleks
dengan virion virus, hemaglutinasi SDM akan dihambat, sehingga terjadi
pengendapan SDM (Reaksi Positif), sebaliknya bila antibodi terdapat dalam
jumlah yang tidak cukup maka SDM akan diaglutinasi oleh virus dan tidak
terbentuk endapan (Reaksi negatif).
Dari hasil pengujian ini, diamati pada titer serum/antibodi positif pada uji
HI, dimana titer dapat dinyatakan sebagai kebalikan dari pengencer tertinggi
serum/antibodi positif yang masih dapat berikatan dengan virus H1N1,
sehingga akan terbentuk endapan SDM didasar well.
Hasil Positif didapatkan pada well A1 s.d E1dan A2 s.d E2 dimana
terdapat endapan SDM didasar well, yang berarti serum/antibodi spesifik
berikatan dengan virus H1N1. Hasil Positif juga terlihat pada well kontrol
(A3 dan A4), yang berisi SDM tanpa antigen dan antibodi, terjadi
pengendapan SDM .
Hasil negatif didapatkan pada well A5 s.d H5 dan A6 s.d H6 dimana tidak
terbentuk endapan SDM di dasar well, yang disebabkan karena adanya
aglutinasi SDM, karena terjadi ikatan antara SDM dan virus H1N1. Aglutinasi
ini terjadi disebabkan karena tidak ada/kurangnya antibodi spesifik terhadap
virus H1N1.
Pada pengerjaan praktikum ini, perlu diteruskan pengenceran berseri dari
serum/antibodi spesifik untuk mendapatkan hasil titer serum/antibodi spesifik
yang sebenarnya. Pada praktikum ini, pengerjaan uji HA dilakukan secara
duplo, hal ini untuk meningkatan ketelitian pengerjaan, sehingga hasil yang
didapatkan lebih akurat.
Pengencaran serum/antibodi spesifik perlu dilakukan untuk mendapatkan
hasil titer serum/antibodi spesifik yang sebenarnya. Pada praktikum ini
didapatkan hasil uji HI, yaitu: 16.
J. Kesimpulan
Hasil titer uji HI (antibodi spesifik terhadap virus H1N1), adalah: 16.
PRAKTIKUM 3
D. Landasan teori
1. Pengertian
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA), adalah suatu teknik
biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi
kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel. Dalam pengertian
sederhana, sejumlah antigen yang tidak dikenal ditempelkan pada suatu
permukaan, kemudian antibodi spesifik dicucikan pada permukaan tersebut,
sehingga akan berikatan dengan antigennya. Antibodi ini terikat dengan suatu
enzim, dan pada tahap terakhir, ditambahkan substansi yang dapat diubah oleh
enzim menjadi sinyal yang dapat dideteksi.
enzim melalui biokonjugasi. Diantara tiap tahap, plate harus dicuci dengan
larutan deterjen lembut untuk membuang kelebihan protein atau antibodi yang
tidak terikat. Setelah tahap pencucian terakhir, dalam plate ditambahkan
substrat enzimatik untuk memproduksi sinyal yang visibel, yang menunjukkan
kuantitas antigen dalam sampel.
ELISA mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam memeriksa suatu
sampel, yaitu:
kelebihan teknik ELISA, antara lain :
i.
ii.
iii.
iv.
v.
Jenis antibodi yang dapat digunakan pada uji dengan teknik ELISA ini
hanya jenis antibodi monoklonal (antibodi yang hanya mengenali satu
antigen).
ii.
iii.
iv.
pembacaan
harus
dilakukan
dengan
cepat
(pada
Direct ELISA
Teknik ini seringkali digunakan untuk mendeteksi dan mengukur
konsentrasi antigen pada sampel direct ELISA, menggunakan suatu
antibodi spesifik (monoklonal) untuk mendetaksi keberadaan antigen yang
diinginkan pada sampel yang diuji.
Pada direct ELISA, pertama mikroplate diisi dengan sampel yang
mengandung antigen yang diinginkan, sehingga antigen tersebut dapat
menempel pada bagian dinding-dinding lubang mikroplate, lalu antibodi
yang telah ditautkan dengan enzim signal dimasukkan ke dalam lubanglubang mikroplate, sehingga dapat berinteraksi dengan antigen yang
diinginkan. Kemudian, ke dalam lubang-lubang mikroplate tersebut
ditambahkan substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal, sehingga
enzim yang tertaut dengan antibodi yang telah berinteraksi dengan antigen
yang diinginkan akan berinteraksi dengan substrat dan menimbulkan
signal dapat dideteksi.
ii.
Indirect ELISA
Teknik indirect ELISA ini pada dasarnya juga merupakan teknik
ELISA yang paling sederhana, hanya saja dalam teknik indirect ELISA
yang dideteksi dan diukur konsentrasinya merupakan antibodi. indirect
ELISA menggunakan suatu antigen spesifik (monoklonal), serta antibodi
sekunder spesifik tertaut enzim signal untuk mendeteksi keberadaan
antibodi yang diinginkan pada sampel yang diuji.
Pada indirect ELISA, pertama mikroplate diisi dengan larutan yang
mengandung antigen spesifik, sehingga antigen spesifik tersebut dapal
menempel pada bagian dinding lubang mikroplate, kemudian larutan
sampel yang mengandung antibodi yang diinginkan dimasukkan ke
dalam lubang-lubang mikroplate, sehingga terjadi terjadi interaksi antara
antigen spesifik dengan antibodi yang dinginkan. Lalu ke dalam lubang
mikroplate dimasukkan larutan yang berisi antibody sekunder spesifik
tertaut enzim signal, sehingga pada lubang mikroplate tersebut terjadi
interaksi antara antibodi yang diinginkan, dengan antibodi sekunder
spesifik tertaut enzim signal. Pada tahap akhir indirect ELISA,
ditambahkan substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal, lalu
enzim yang tertaut dengan antibodi sekunder speifik yang telah
berinteraksi dengan antibodi yang diinginkan akan bereaksi dengan
substrat dan menimbulkan signal yang dapat dideteksi.
iii.
Sandwich ELISA
Sandwich ELISA, menggunakan antibodi primer spesifik untuk
menangkap antigen yang diinginkan dan antibodi sekunder tertaut enzim
signal untuk mendeteksi keberadaan antigen yang diinginkan. Pada
dasarnya, prinsip kerja dari sandwich ELISA mirip dengan direct,
ELISA hanya saja pada direct,, larutan antigen yang diinginkan tidak
perlu dipurifikasi. Namun, karena antigen yang diinginkan tersebut harus
dapat berinteraksi dengan antibodi primer spesifik dan antibodi sekunder
spesifik tertaut enzim signal, maka teknik
pengaplikasiannya,
sandwich
ELISA lebih
banyak
iv.
Competitive ELISA
Competitive ELISA, merupakan pengembangan teknik ELISA
terdahulu. Prinsip dasar dari teknik ini, adalah dengan menambahkan
suatu kompetitor ke dalam lubang mikroplate. Teknik ELISA kompetitif
ini dapat diaplikasikan untuk mendeteksi keberadaan antigen atau
antibodi.
Mikroplate ELISA.
ii.
iii.
ELISA reader
iv.
Inkubator
v.
Yellow tip.
vi.
Timer/Jam.
vii.
Pipet
viii.
Wadah pembuangan.
ii.
Antibodi 1, yaitu:
a. Antibodi spesifik terhadap protein M
b.
iii.
iv.
v.
vi.
Streptavidine-HRP (1/20000).
vii.
viii.
ix.
Kertas tissue
F. Cara kerja
buffer.
(Penambahan antibodi 2): 50 L antibodi anti rabbit berlabel biotin
buffer.
(Penambahan
substrat
OPD):
50
Substrat
OPD
(O-
A
B
C
D
E
F
G
H
1
0.32
5
0.36
9
0.04
9
0.04
8
0.04
8
0.04
6
0.04
3
0.05
6
2
0.37
1
0.42
9
0.04
6
0.04
5
0.04
4
0.05
3
0.03
9
0.05
8
3
0.35
3
0.38
5
0.04
4
0.04
5
0.03
9
0.03
7
0.04
0.04
4
4
0.27
5
0.33
0.04
3
0.04
9
0.03
8
0.03
7
0.03
7
0.04
5
0.53
1
0.33
8
0.04
3
0.04
4
0.04
6
0.03
8
0.03
8
0.03
5
6
0.13
1
0.32
0.04
4
0.05
0.03
6
0.03
8
0.03
7
0.03
8
7
0.21
1
0.27
4
0.04
2
0.05
8
0.04
7
0.03
9
0.03
9
8
0.23
5
0.19
4
0.04
1
0.04
6
0.04
1
0.03
9
0.04
0.04
0.04
9
0.15
5
0.12
8
0.04
4
0.04
8
0.03
6
0.04
5
0.03
9
0.04
8
10
0.05
9
0.08
6
0.04
3
0.04
7
0.03
7
0.04
5
0.05
7
0.05
4
11
0.06
1
0.06
6
0.04
8
0.04
9
0.03
6
0.04
0.04
3
0.05
7
12
0.04
9
0.05
4
0.04
6
0.04
8
0.03
6
0.04
3
0.04
5
0.04
1
1:10
24
0.07
3
0.04
5
0.04
5
1:20
48
0.06
4
0.04
9
0.04
0
positi
f
negat
if
kontr
ol
1:2
0.34
7
0.04
9
0.04
6
1:4
0.40
0
0.04
6
0.05
3
1:8
0.36
9
0.04
5
0.03
7
1:16
0.30
3
0.04
6
0.03
7
1:32
0.43
5
0.04
4
0.03
8
1:64
0.22
6
0.04
7
0.03
8
1:12
8
0.24
3
0.05
0
0.03
9
1:25
6
0.21
5
0.04
4
0.03
9
1:51
2
0.14
2
0.04
6
0.04
5
1:40
96
0.05
2
0.04
7
0.04
3
1/4
positi
f
0.2975
negat
if
-0.0005
Rata- Rata
kontrol
1/8
0.36
9
0.04
5
0.4
0.04
6
1/16
0.30
3
0.04
6
1/32
0.43
5
0.04
4
1/64
0.22
6
0.04
7
1/12
8
0.24
3
0.05
1/25
6
0.21
5
0.04
4
1/51
2
0.14
2
0.04
6
1/102
4
1/204
8
1/409
6
0.073
0.064
0.052
0.045
0.049
0.047
0.0495
Grafik ELISA
0.5
0.4
0.3
OD 490nm
0.2
0.1
0
-0.1
Pengenceran
positif
negatif
kontrol
I. Pembahasan
Pada praktikum ini menggunakan teknik Indirect ELISA. Tujuan dari uji
ELISA ini adalah untuk mengukur titer antibodi yang paling tinggi yang dapat
berikatan dengan baik, sehingga dihasilkan reaksi warna yang paling baik
pada pengukuran pada ELISA reader, proses ini juga disebut optimasi ELISA.
Pengujian dilakukan menggunakan suspensi antigen/Protein M dari virus
H1N1, dengan serum yang mengandung antibodi spesifik antigen/Protein M
dari virus H1N1 (serum post vaksinasi) dan serum yang tidak mengandung
antibodi spesifik terhadap virus H1N1 (serum yang tidak divaksinasi).
Mikroplate pada well A1 s.d A12, B1 s.d B12, C1 s.d C12, D1 s.d D12, F1
dan F2 telah diisi dengan 60l larutan Coated- Antigen (protein M) 25g/mL,
dan
diinkubasi
37oC,
selama
60
menit.
Bahan
plate
polystyrene
tidak berisi antibodi spesifik menandakan titik optimasi. Pada praktikum ini
didapatkan pada titer pengenceran antibodi 1/4 ( Mean absorbansi antibodi
spesifik = 0,400 mean absorbansi antibodi nonspesifik 0.046, selisih = 0.354 ).
Dalam pengerjaan ELISA ini perlu memperhatikan beberapa hal agar
mendapatkan hasil yang valid, yaitu harus memperhatikan ketelitian pengerjaan,
teknik pipetting, suhu dan waktu yang tepat. Dalam praktikum ini dilakukan duplo
untuk mengurangi ketidaktelitian, akan tetapi masih terjadi beberapa kesalahan,
seperti pada well A5 yang nilai absorbasinya cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan well sebelumnya, dan nilainya sangat jauh berbeda dengan duplonya .
Kesalahan ini terjadi karna pada saat pengisian well duplo mungkin karena
ketidaktelitian dalam pengerjaan, pippeting ataupun karena mikropipet yang tidak
terkalibrasi. Kedepannya hal ini harus dibenahi.
J. Kesimpulan
Titer antibodi yang baik pada konsentrasi antigen 25g/mL adalah: 1/4.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Campbell NA, Reece JB. Biology. 6th ed. San Fransisco: Pearson
Education Inc; 2002
2.
Becker WM, KleinsmithLJ, Hardin J. The World of The Cell. 4 th ed. San
Fransisco: Addison Wesley Longman, Inc; 2000
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Fenner F. Virology Veteriner. 2nded. New York: Academic Press Inc; 1993.
9.
10.
11.
12.
13.
Pandu. Test ELISA [internet]. Juni 2012 [cited 26 Maret 2016]. Available
from: http://pandudingin.blogspot.com/2012/04/elisa-test.html.