Anda di halaman 1dari 4

Pemeriksaan Diagnostik Jantung

Diagnosis MCI biasanya berdasar pada riwayat penyakit sekarang, EKG,


dan
serangkaian enzim serum. Prognosis tergantung pada beratnya obstruksi
arteri dan dengan
sendirinya banyaknya kerusakan jatung. Pemeriksaan fisik selalu
dilakukan, namun hal ini
tidak cukup untuk menegakkan diagnosis.
a. Riwayat pasien
Pengambilan riwayat pasien dilakukan dalam dua tahap; riwayat penyakit
sekarang
dan riwayat penyakit dahulu serta riwayat kesehatan keluarga. Riwayat
pasien memberikan data subjektif. Dokter yang teliti juga akan mencari
data malalui interpretasi EKG dan pemeriksaan rangkain enzim.
b. Elektrokardiogram
EKG memberi informasi mengenai elektrofisiologi jantung. Melalui
pembacaan dari
waktu ke waktu, dokter mampu memantau perkembangan dan resolusi
suatu MCI. Lokasi
dan ukuran relative infark juga dapat ditentukan dengan EKG.
Meskipun ada berbagai teknologi baru yang mampu menyajikan data
diagnostik yang sama,
namun EKG masih tetap merupakan instrument diagnostic pilhan pertama
karena dapat
digunakan di tempat tidur dan non invasif. Ekokardiogram digunakan
untuk evaluasi lebih
jauh mengenai fungsi jantung, khususnya fungsi ventrikel. Kegunaan EKG
adalah :
Mengetahui kelainan-kelainan irama jantung (aritmia)
Mengetahui kelainan-kelainan miokardium (infark, hipertrophy atrial dan
ventrikel)
Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung
Mengetahui adanya gangguan elektrolit
Mengetahui adanya gangguan perikarditis
c. Enzim dan isaoenzim serum
Pemeriksaan rangkaian enzim meliputi kinase dan laktat dehidroginase.
Kreatin
kinase dengan isoenzimnya (CK dengan CK-MB) dipandang sebagai
indikator yang paling
sensitif dan dapat dipercaya diantara semua enzim jantung dalam
menegakkan diagnosa
infark miokardium.
Laktat dehidrogenase (LDH) kurang bisa dipercaya sebagai sebagai
indikator

kerusakan jantung akut seperti CK. Tetapi, karena reaksinya lebih lambat
dan meningka lebih
lama dari enzim jantung lainnya, LDH sangat berguna untuk mendiagnosa
MCI pada pasien
yang mungkin mengalami MCI akut tetapi terlambat dibawa kerumah
sakit. Ada lima macam
isoenzim LDH, tetapi hanya dua yang penting untuk mendiagnosa MCI
akut yaitu dan . dan
kadarnya tinggi di jantung, ginjal dan otak, namun normalnya kadar lebih
tinggi disbanding .
Apabila melebihi , maka keadaan ini disebut terbalik, menunjukkan
adanya MI akut.
d. Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
missal hipokalemi,
hiperkalemi.
e. Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan
dengan proses inflamasi.
f. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI, menunjukkan inflamasi.
g. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut
atau kronis.
h. AGD
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
i. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
j. Foto rontgen dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau
aneurisma
ventrikuler. Foto rontgen dada sering menunjukkan bentuk jantung yang
normal. Pada pasien
hipertensi dapat terlihat jantung membesar dan kadang-kadang tampak
adanya kalsifikasi
arkus aorta.
k. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina
pektoris.

Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark jantung akut


sering dilakukan
pemeriksaan enzim CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meningkat
kadarnya pada
infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal.
Pemeriksaan lipid darah
seperti kolesterol, HDL, LDL, trigliserida dan pemeriksaan gula darah perlu
dilakukan untuk
mencari faktor risiko seperti hiperlipidemia dan/atau diabetes melitus.
l. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau
dinding
ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
m. Pemeriksaan pencitraan nuklir
Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia
missal lokasi
atau luasnya IMA
Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
n. Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding
regional dan
fraksi ejeksi (aliran darah).
o. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya
dilakukan
sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi
ventrikel kiri (fraksi
ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati
bedah jantung
angioplasty atau emergensi.
p. Digital subtraksion angiografi (PSA)
Teknik yang digunakan untuk menggambarkan.
q. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup
ventrikel,
lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan
darah.
r. Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering
dilakukan
sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.

W, James W. Acute Coronary Syndromes (Heart Attack; Myocardial Infarction;


Unstable Angina). Merck Manual Home Health Handbook. 2013

Anda mungkin juga menyukai