Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan kehidupan manusia dipenuhi dengan mikroorganisme di
sekelilingnya. Di dalam tubuh manusia, mikroorganisme terdapat pada permukaan
tubuh, di dalam mulut, hidung dan rongga-rongga tubuh lainnya. Mikroorganisme
dapat menyebabkan banyak penyakit yang telah melanda peradaban manusia selama
berabad-abad (Pelczar dan Chan, 2007). Penyakit infeksi merupakan masalah terbesar
di dunia dan merupakan penyakit yang frekuensi kejadiannya masih lebih besar
daripada jenis penyakit yang lain. Penyebab penyakit infeksi adalah bakteri, jamur,
virus dan parasite (Chandra, 2007). Infeksi terjadi karena adanya interaksi antara
mikroorganisme dengan hospes dengan melalui berbagai cara baik melalui saluran
pernafasan, saluran pencernaan yang berasal dari makanan, saluran genitouriner
maupun kontak langsung dengan kulit (Pelczar dan Chan, 2007).
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan mikroorganisme (bakteri,
virus dan parasit), radiasi matahari, dan polusi. Stres emosional atau fisiologis dari
kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya
manusia dilindungi oleh sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama
makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan
tantangan negatif, bagaimanapun dapat menekan sistem pertahanan tubuh, sistem
kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal (Chandra, 2007)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia?
2. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan?
3. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan?
4. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui kulit?
5. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui saluran genitouriner?
1.3 Tujuan
1. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia?
2. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan?
3. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan?
4. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui kulit?
5. Bagaimana cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui saluran genitouriner?
BAB II
ISI
2.1 Cara Masuk Mikroba ke Dalam Tubuh Manusia
1
Gambar 2.1 Silia yang ada pada saluran pernapasan yang menyebabkan saluran
pernapasan bagian bawah sering terbebas dari mikroorganisme (Sumber: Priangle,1991).
Penyebab infeksi pada saluran pernafasan bisa bermacam-macam dan salah satunya
adalah bakteri. Ada berbagai macam bakteri yang bisa menyebabkan infeksi pada saluran
pernapasan. Bakteri-bakteri ini bisa menular melalui berbagai cara seperti melalui udara,
droplet, air, dan lain-lain. Terdapat beberapa bakteri penyebab infeksi saluran pernapasan,
diantaranya Streptococcus pneumoniae, Mycobacterium tuberculosis, Haemophilus
influenzae, Corynebacterium diphtheriae, dan Bordetella pertussis.
a. Streptococcus pneumoniae
Bakteri Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri Gram positif berbentuk
diplokokus dan seperti lanset (lihat gambar 2.2). Namun pada perbenihan tua dapat
nampak sebagai negatif Gram, tidak membentuk spora, tidak bergerak (tidak
berflagel). S. pneunomiae adalah anaerob fakultatif, larut dalam empedu dan merupakan
alfa
hemolitis.
Selubungnya
terutama
dibuat
oleh
jenis
yang
virulen.
S.
pneunomiae tumbuh pada pH normal, yaitu 7,6-7,8, dan jarang terlihat tumbuh pada suhu
di bawah 25C dan di atas 41C, melainkan tumbuh dengan suhu optimum 37,5C.
Glukosa
dan
gliserin
meningkatkan
perkembangbiakannya,
tapi
bertambahnya
tuberculosis kaya akan asam mikolat dan asam lemak lainnya, sehingga menyebabkan
mikroba ini bersifat hidrofobik dan bersifat impermeable terhadap zat warna.
Mycobacterium tuberculosis dikeluarkan melalui sputum dan saluran pernafasan.
Infeksi terjadi melalui muntahan atau saluran pernafasan. Lesion utama terjadi pada paruparu dan limfoglandula. Bakteri Mycobacterium tuberculosis bisa menyebabkan penyakit
tuberkulosis dimana bakteri ini menyebabkan infeksi pada saluran nafas dan
menyebabkan luka pada pembuluh dalam paru-paru (Pieters, 2004). Mekanisme
penyebaran bakteri Mycobacterium tuberculosis ditunjukkan oleh gambar 2.4.
c. Haemophilus influenzae
Bakteri Haemophilus influenzae mempunyai ukuran (1 m X 0.3 m). Bakteri ini
berbentuk cocobacillus dan tergolong bakteri Gram negatif serta tergolong anaerob
fakultatif (Eliastam, 2001). Struktur bakteri Haemophilus influenzae ditunjukkan oleh
gambar 2.5.
Sifat endotoksin ini mirip dengan sifat endotoksin-endotoksin yang dihasilkan oleh
kuman negative gram lainnya.
ditransmisikan ke inang lainnya melalui air, makanan, atau jari jari tangan yang
terkontaminasi.
pencernaan penderita.
terjadi radang usus (enteritis). Radang usus serta penghancuran lamina propria alat
pencernaan oleh penyususpan (proliferasi) salmonella inilah yang menimbulkan diare,
karena salmonella menghasilkan racun yang disebut cytotoxin dan enterotoxin
(Dharmojono, 2001).
Salmonella mungkin terdapat pada makanan dalam jumlah tinggi, tetapi tidak
selalu menimbulkan perubahan-perubahan dalam hal warna, bau maupun rasa dari
makanan tersebut. Semakin tinggi jumlah salmonella di dalam suatu makanan,
semakin besar timbulnya gejala infeksi yang mengkonsumsi makanan tersebut dan
semakin cepat waktu inkubasi sampai timbulnya gejala infeksi. Makanan-makanan
yang sering terkontaminasi oleh salmonella yaitu telur dan hasil olahannya, ikan dan
hasil olehannya, daging ayam, daging sapi serta susu dan hasil olahannya seperti es
krim dan keju (Supardi dan sukamto, 1999). Pathogenesis dari bakteri salmonella
dapat dilihat pada gambar 2.9.
untuk
10
Gambar
2.10
Penyakit
gastroenteritis.pada
tubuh
manusia
(sumber
http://isehat.blogspot.co.id/2012/12/gastroenteritis.html
b. Septisemia
Septikemia adalah suatu keadaan dimana terdapatnya multiplikasi bakteri
dalam darah (bakteremia). Istilah lain untuk septikemia adalah Blood poisoning atau
Bakteremia dengan sepsis Sepsis adalah istilah klinis yang dipakai untuk suatu
bakterimia yang bergejala. Septisemia oleh Salmonella menunjukkan ciri-ciri demam,
anoreksia dan anemia. Infeksi ini terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Lesi-lesi
dapat menyebabkan osteomielitis, pneumonia, abses pulmonari, meningitis dan
endokarditis. Spesies utama yang menyebabkan septisemia. Gambar penyakit
septicemia dapat dilihat pada gambar 2.11.
11
Gambar
2.11
Penyakit
septicemia
dijaringan
kulit
pada
bayi
(sumber:
http://stek.org/health-fitness/problems-of-septicemia/)
c. Demam-demam enteric
Salmonella Typhi dapat hidup di dalam tubuh manusia. Patogenesis demam
tifoid melibatkan 4 proses mulai dari penempelan bakteri ke lumen usus, bakteri
bermultiplikasi di makrofag Peyers patch, bertahan hidup di aliran darah dan
menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke lumen
intestinal. Bakteri Salmonella Typhi bersama makanan atau minuman masuk ke dalam
tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam banyak
bakteri yang mati. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus, melekat pada
sel mukosa kemudian menginvasi dan menembus dinding usus tepatnya di ileum dan
yeyunum. Sel M, sel epitel yang melapisi Peyers patch merupakan tempat bertahan
hidup dan multiplikasi Salmonella Typhi.
Bakteri mencapai folikel limfe usus halus menimbulkan tukak pada mukosa
usus. Tukak dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Kemudian
mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi
sistemik sampai ke jaringan Reticulo Endothelial System(RES) di organ hati dan
limpa. Setelah periode inkubasi, Salmonella Typhi keluar dari habitatnya melalui
duktus torasikus masuk ke sirkulasi sistemik mencapai hati, limpa, sumsum tulang,
kandung empedu dan Peyers patch dari ileum terminal. Ekskresi bakteri di empedu
dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui feses. Endotoksin
merangsang makrofag di hati, limpa, kelenjar limfoid intestinal dan mesenterika untuk
melepaskan produknya yang secara lokal menyebabkan nekrosis intestinal atau pun
sel hati dan secara sistemik menyebabkan gejala klinis pada demam tifoid. Manusia
merupakan host tunggal untuk S. typhi, ciri-cirinya antara lain lesu, anoreksia, sakit
kepala, kemudian diikuti oleh demam. Pada waktu tersebut S. typhi sedang menembus
dinding usus dan masuk ke dalam saluran limfa. Melalui saluran darah S. typhi
menyebar ke bagian tubuh lain. Insidensi kematian yaitu antara 2 - 10%; lebih 3%
penderita demam tifoid menjadi carrier kronik. gambar penyakit demam tifoid aat
dilihat pada gambar 2.12.
12
Gambar 2.12 proses terjadinya Demam tifoid pada tubuh manusia. Sumber :
https://obatdemamtifoidblog.wordpress.com/2016/03/08/obat-demam-tifoid-qnc-jellygamat/)
2. Bakteri E.coli
13
yang bersifat pathogen, E. coli O157: H7 memiliki beberapa factor virulen yang
membantu bakteri menyerang induk semangnya yaitu saluran pencernaan manusia.
Shiga like toxin (SLT) atau shiga toxin yaitu Stx1dan Stx2 adalah salah satu factor
virulen dari E. coli O157: H7 yang utama. .interaksi antara entheromorphoragic E.coli
(EHEC) dan sel epitel pada bakteri E.colli dapat dilihat pada gambar 2.13.
Toxin yang dihasilkan oleh E. coli O157: H7 dalam lumen usus manusia dapat
masuk ke lapisan usus bagian lebih dalam, akibat adanya factor virulen yang lain
yaitu intimin. Faktor virulen intimin dapat menyebabkan munculnya attaching dan
effacing lesions sehingga terjadi locus of
EHEC menghasilkan factor protein EspA dan EspB yang dapat membantu terjadinya
penempelan pada epithel usus, dengan dibantu adanya gene eae yang terdapat pada
bakteri EHEC. Setelah bakteri EHEC berhasil menempel pada epithel usus dan
menimbulkan lesi maka bakteri dan toxin yang telah dihasilkan dalam lumen usus
dapat menembus ke bagian lapisan yang lebih dalam dan menembus lapisan endothel
sehingga masuk kedalam aliran darah. Factor virulen hemolysin (hlyA) dikode oleh
adanya factor plasmid yang terdapat di dalam bakteri EHEC. Pada Gambar 2.14 dapat
dilihat proses penempelan bakteri enterohemorrhagic E. coli (EHEC) pada permukaan
lumen usus. EHEC yang menempel pada sel epithel akhirnya menyebabkan terjadinya
attaching dan effacing lesion yang diikuti dengan lepasnya microvilli serta terjadinya
bentuk perlekatan pedestal. Kemudian Shiga toxin yang telah dihasilkan akan
masuk ke bagian yang lebih dalam dan meninggalkan lumen sehingga menyebabkan
efek sistemik.
Gambar 2.14 .interaksi antara entheromorphoragic E.coli dalam tubuh (EHEC) dan
sel epitel (Sumber : COX, J., 2000.)
Bakteri E. coli O157: H7 terdapat dalam lumen saluran pencernaan ternak sapi
yang sehat. Proses pemotongan hewan yang kurang higienis di rumah potong dapat
14
Dharmojono,2001)
3. Shigella dysenteriae
15
E.colli. (sumber:
penyebab
disentri adalah Shigella dysentriae dengan gejala klinis meliputi nyeri perut dan
demam. Shigella dysenteriae memproduksi eksotoksin yang dapat mempengaruhi
saluran pencernaan dan susunan saraf pusat. Eksotoksin merupakan protein yang
bersifat antigenik yaitu merangsang produksi antitoksin sehingga dapat mematikan
penderita. Shigella dysenteriae memproduksi eksotoksin yang dapat mempengaruhi
saluran pencernaan dan susunan saraf pusat. Eksotoksin merupakan protein yang
bersifat antigenik yaitu merangsang produksi antitoksin sehingga dapat mematikan
penderita. Gambar pathogenesis pada bakteri shigella sp dapat dilihat pada gambar
2.17.
( sumber:
Aguskrino, 2012)
Shigella dysenteriae berpindah dari penderita melalui fecal-oral seperti melalui
makanan, tangan, air yang terkontaminasi feses penderita, dan lalat. Shigella
dysenteriae merupakan bakteri intraseluler fakultatif. Shigella dysenteriae menyerang
manusia dengan menginvasi dan memfagositosis sel epitel mukosa Shigella
dysenteriae kemudian keluar dari vakuola fagositik dan bermultiplikasi serta
menyebar di dalam sitoplasma yang pada akhirnya menyebar ke sel lain di dekatnya.
16
4. Vibrio cholera
Gambar 2.20 proses patogenesis bakteri Helicobacter pylori pada manusia( dikutip
dari NEJM, 2010 )
2.4 Cara Masuk Mikroba melalui Kulit
Suatu mikroorganisme yang membuat kerusakan atau kerugian terhadap tubuh inang,
disebut sebagai patogen. Sedangkan kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan
penyakit disebut patogenisitas. Ketika suatu mikroorganisme memasuki inang yang
memasuki jaringan tubuh dan memperbanyak diri, mikroorganisme dapat menimbulkan
infeksi. Jika keadaan inang rentan terhadap infeksi dan fungsi biologinya rusak, maka hal
ini
dapat
menimbulkan
suatu
penyakit.
Patogen
merupakan
beberapa
jenis
mikroorganisme atau organisme lain yang berukuran yang lebih besar yang mampu
menyebabkan penyakit (Wilson & Price, 1995).
Suatu mikroorganisme yang bersifat patogen pertama kali harus mencapai
jaringan inang dan memperbanyak diri sebelum melakukan kerusakan. Dalam banyak
kasus, hal yang dibutuhkan pertama kali adalah mikroorganisme harus menembus kulit,
19
membrane mukosa, atau epitel intestin, permukaan yang secara normal bertindak sebagai
barrier mikroorganisme. Melintasi kulit masuk ke lapisan subkutan hampir selalu terjadi
melalui luka baik tergores, tercakar, tergigit hewan, teriris pisau, atau apapun yang
menyebabkan kulit luka berdarah, dan jarang dilakukan patogen menembus melewati
kulit yang utuh. Permukaan mukosa ditutupi oleh selapis tipis mukus, yang tersusun dari
beberapa senyawa karbohidrat. Lapisan ini merupakan barrier pertama yang dilalui oleh
patogen ketika memasuki inang (Rampengan, 2008).
Contoh mikroorganisme yang masuk melalui kulit
1) Staphylococcus aureus
Salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri adalah bisul. Bisul
adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan di sekitarnya (lihat gambar 2.21),
yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus (lihat gambar 2.22) (Wilson et al.,
1995). Bisul terjadi ketika suatu area dari jaringan menjadi terinfeksi dan sistem
kekebalan tubuh mencoba untuk melawannya. Sel darah putih bergerak melalui
dinding pembuluh darah ke daerah infeksi dan masuk dalam jaringan yang rusak.
Selama proses ini terbentuk nanah. Nanah adalah penumpukan cairan, sel darah putih
yang mati, jaringan mati, dan bakteri atau benda asing lainnya (Medlineplus, 2012).
Bisul dapat ditularkan antara orang melalui kontak langsung dengan kulit,
diantaranya yang pertama melalui memeras, menggaruk dengan menyentuh bagian
yang terinfeksi, yang kedua menggunakan pakaian, handuk atau seperai yang belum
dicuci setelah digunakan oleh seseorang yang menderita infeksi kulit, ketiga
menggunakan alat dandanan (misalnya gunting kuku, pinset dan pisau cukur) yang
telah digunakan oleh seseorang yang menderita infeksi kulit, dan tidak mencuci
tangan dengan teliti.
Gambar 2.21. Bisul yang menyerang punggung akibat infeksi bakteri Staphylococcus
aureus
20
(Sumber: http://www.obatherbal.com.)
21
orang tertentu yang memiliki gejala borok kulit, bisul atau infeksi persendian atau
tulang. Pernah ada juga beberapa kasus di mana penyakitnya menyebabkan orang
jatuh sakit setelah banyak tahun sudah berlalu sejak infeksi pertama. Dalam kasuskasus tersebut, bakterinya telah dibawa oleh yang bersangkutan dan telah menjadi
aktif oleh karena sistem kekebalannya menjadi lebih lemah. Diagnose meliodosis
dibuat dengan cara mengembangkan bakterinya melalui pemeriksaan laboratorium
terhadap darah, ludah, air kencing, atau usapan dari abses atau borok yang tidak
sembuh-sembuh (Department of health, 2012).
Gambar 2.24 Luka atau borok sebagai tempat masuknya bakteri Burkholderia pseudomallei
(Sumber: http://www.pediatriconcall.com.)
3) Virus Varicella zoster
22
Cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster
(lihat gambar 2.25) yang menimbulkan bintik kemerahan di kulit yang
menggelembung maupun tidak, melepuh, dan terasa gatal (lihat gambar 2.26). Masa
inkubasi virus penyebab cacar ini sekitar 2-3 minggu. Biasanya awal gejala ditandai
dengan naiknya suhu tubuh (Martin, dkk., 2009).
Virus varicella zoster dapat masuk kedalam tubuh orang lain melalui kontak
langsung dengan kulit penderita, Seperti berjabat tangan, atau bersentuhan langsung
dengan gelembung bintik yang pecah. (Martin, dkk., 2009).
Gambar 2.27 Pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter akibat gejalah-gejalah yang
ditimbulkan oleh inveksi Virus Dengue
(Sumber: www.kalbemed.com)
24
ketentraman hidup manusia, karena apabila sekali gejala klinis penyakit rabies timbul
maka biasanya diakhiri dengan kematian. Penularan penyakit rabies ini dapat Melalui
gigitan hewan yang terinfeksi oleh virus rabies (lihat gambar 2.30) (Utami dan
Sumiarto, 2010).
25
Gambar 2.29 Virus Rabies yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan
manusia.
(Sumber: Priangle,1991)
Gambar 2.30 penularan penyakit rabies melalui gigitan anjing yang terinveksi virus
Rabies yang mengakibatkan penyakit radang pada otak.
(Sumber: Utami dan Sumiarto, 2010).
6) Clostridium tetani.
Tetanus atau lockjaw adalah penyakit akut yang menyerang sistem saraf pusat
yang ditandai dengan kontraksi otot berkepanjangan (Rampengan, 2008). Gejala
klinis utama disebabkan oleh tetanospasmin, suatu neurotoksin yang diproduksi oleh
spore-forming bakteri gram positif obligat anaerob Clostridium tetani (lihat gambar
2.31). Infeksi seringkali timbul melalui Spora Clostridium tetani yang biasanya masuk
kedalam tubuh melalui luka pada kulit karena terpotong, tertusuk ataupun luka bakar
serta pada infeksi tali pusat (Tetanus Neonatorum) (Novie, dkk., 2012). Apabila
penyakit berlanjut maka akan terjadi pula spasme otot pada daerah mulut (trismus
atau lockjaw), yang akan diikuti dengan kekakuan dan spasme pada seluruh otot di
bagian tubuh yang lain (lihat gambar 2.32). 4-8 Pasien dalam keadaan sadar penuh
dan menampakkan ekspresi wajah kaku dan ketakutan akan timbul kembali spasme
berulang (Novie, dkk., 2012)
Tetanus masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia meskipun
telah terjadi penurunan insidens sejalan dengan pelaksanaan program imunisasi
terhadap tetanus.
26
Gambar 2.32. Clostridium tetani yang meneyebabkan spasme otot pada daerah mulut
yang diikuti dengan kekakuan dan spasme pada seluruh otot di bagian tubuh yang lain
(Sumber: Novie, dkk., 2012).
2.5 Cara Masuk Mikroba melalui Saluran Genitouriner
Sistem genitouriner merupakan sistem yang terdiri dari sistem urinarius dan sistem
genitalia. Dimana sistem urinarius dibagi menjadi traktus urinarius bagian atas dan bagian
bawah. Traktus urinarius bagian atas terdiri dari ginjal, pelvis renalis dan ureter,
sedangkan traktus urinarius bagian bawah terdiri dari vesika urinaria dan uretra. Untuk
sistem genitalia eksterna pada pria dan wanita berbeda, pada pria terdiri dari penis, testis
dan skrotum; sedangkan wanita berupa vagina, uterus dan ovarium (Snell, Richard S.
2000).
Menurut Departemen Farmakologi dan Terapeutik (2007) infeksi saluran kemih
adalah sebuah kondisi medis umum yang mengakibatkan angka morbiditas dan mortalitas
yang signifikan. 50 - 60% dari wanita akan mengalami ISK setidaknya satu kali dalam
27
hidup mereka. Mencapai 10% dari wanita menopause mengalami sekali ISK setiap tahun.
Sedangkan pria memiliki insidensi ISK yang jauh lebih rendah (5 per 10.000 per tahun).
ISK secara umum diklasifikasikan sebagai infeksi yang melibatkan saluran kemih
bagian atas atau bawah :
1. Infeksi saluran kemih bawah
a. Sistitis
Sistitis (cystitis) adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat
infeksi oleh bakteri. Sistitis merupakan inflamasi kandung kemih yang disebabkan
oleh penyebaran infeksi dari uretra (Nursalam & Fransisca, 2009).
Penyakit ini disebabkan oleh berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam
kandung
kemih.
Infeksi
kandung
kemih
menunjukkan
adanya
invasi
Gambar 2.33 Pielonefritis kronis mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan (Sumber : Novie, dkk., 2012).
Menurut Coyle dan Prince (2005) dari berbagai macam penyakit ISK yang disebabkan
oleh mikroba diatas umum mikroorganisme dapat masuk ke dalam saluran kemih dengan tiga
cara yaitu:
1. Asenden yaitu jika masuknya mikroorganisme adalah melalui uretra dan cara inilah
yang paling sering terjadi.
2. Hematogen (desenden), disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi pada ginjal
yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui peredaran darah.
3. Jalur limfatik, jika masuknya mikroorganisme melalui sistem limfatik yang
menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun yang terakhir ini jarang terjadi.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia terbagi menjadi 4, yaitu melalui saluran
perafasan, saluran pencernaan, kulit dan saluran genitouriner.
2. Mikroba dapat masuk kedalam saluran pernapasan melalui berbagai cara, diantaranya
bersin, kontak dengan penderita, dan udara.
3. Mikroba dapat masuk kedalam saluran pencernaan melalui berbagai cara, diantaranya
melalui bahan makanan atau minuman dan melalui jarijari tangan yang
terkontaminasi mikroorganisme pathogen
4. Mikroba dapat masuk kedalam kulit melalui berbagai cara, diantaranya mealui luka
baik tergores, tercakar, tergigit hewan, teriris pisau, atau apapun yang menyebabkan
kulit luka berdarah, dan jarang dilakukan patogen menembus melewati kulit yang
utuh
5. Mikroba dapat masuk kedalam saluran geitouriner melalui berbagai cara, diantaranya
melalui jalur asenden, desenden, dan limfatik.
3.2 Saran
1
Penulis juga menyarankan kepada para mahasiswa untuk lebih meningkatkan minatnya
serta pemahamannya mengenai cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia agar
31