Anda di halaman 1dari 24

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RS Undata Palu
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako

REFERAT PSIKIATRI
KONSELING DAN PSIKOTERAPI SUPORTIF

DISUSUN OLEH :
Ni Komang Sri Selvia Ningsih
N 111 15 047

PEMBIMBING KLINIK
dr. Dewi Suryani Angjaya, Sp.KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSU UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016

HALAMAN PENGESAHAN

Nama

: Ni Komang Sri Selvia Ningsih

No. Stambuk

: N 101 15 047

Fakultas

: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Program Studi

: Profesi Dokter

Universitas

: Tadulako

Judul Referat

: Konseling dan Psikoterapi

Bagian

: Ilmu Kedokteran Jiwa


Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
RS UNDATA
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Tadulako
Palu, 12 Agustus 2016
2

Pembimbing Klinik

CO-ASS

(dr. Dewi Suryani Angjaya, Sp.KJ)

(Ni Komang Sri Selvia Ningsih)

BAB I
PENDAHULUAN
Konseling adalah suatu hubungan saling membantu diantara dua orang
dalam situasi saling tatap muka, yang memutuskan untuk: (1) Bekerja sama dalam
upaya membatu klien menolong dirinya sendiri untuk menyelesaikan masalahmasalah tertentu dalam kehidupannya, lebih dapat mengerti dirinya, serta lebih
dapat menyesuaikan diri. (2) Berkomunikasi secara trampil untuk dapat mengenal
hal-hal yang menjadi masalah klien. (3) Terlibat dalam proses yang bertujuan
memberikan ketrampilan, pengetahuan, jangkauan (akses) kepada berbagai
sumberdaya, dan bersikap membantu klien dalam menanggapi masala-masalah
dalam kehidupan klien yang menjadi sebab dari kekuatiran, penderitaan dan
disfungsinya, kemudian mengurangi kekuatiran dan penderitaannya itu, atau
memecahkan permasalahan serta meningkatkan fungsi klien itu. (4) Meneruskan
suatu proses jangka panjang dimana klien di tawari jangkauan (akses) dan
dukungan yang berkelanjutan.
3

Walaupun pada umumnya konseling di lakukan secara individual, tetapi


kadang-kadang pasangan suami istri atw keluarga sebagai satu unit dapat juga
memperoleh konseling.
Psikoterapi merupakan metode pengobatan terhadap gangguan emosional
dengan cara merubah pola berpikir dan pola perasaan agar terjadi keseimbangan
di dalam diri individu tersebut dengan model ilmu kedokteran. Psikoterapi dapat
juga didefenisikan dengan metode pengobatan terhadap gangguan kesulitan yang
bersifat emosional dengan cara psikologi. Dalam psikoterapi sangat diperlukan
hubungan yang baik antara pasien dan dokter.
Psikoterapi dapat diklasifikasikan menurut prosesnya yaitu psikoterapi
suportif, reedukatif, dan rekonstruktif. Bila berdasarkan lamanya ada psikoterapi
jangka pendek dan jangka panjang. Bila dilihat dari jumlah pasiennya, maka ada
psikoterapi individual dan psikoterapi kelompok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konseling
1. Pengertian Konseling
Istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu concilium yang
berarti dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau
menyampaikan. Yaitu membantu individu agar dapat menyadari
dirinyasendiri dan memberikan reaksi terhadap pengaruh-pengaruh
lingkungan yang diterimanya. Selanjutnya, membantu yang bersangkutan
menentukan beberapa makna pribadi bagi tingkah laku tersebut, dan
mengembangkan serta memperjelas tujuan-tujuan dan nila-nilai untuk
perilaku dimasa yang akan datang. Konseling merupakan suatu proses
untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan
dirinya, dan untuk mencapai perkembangan optimal kemampuan pribadi
yang dimilikinya, proses tersebut terjadi setiap waktu. Jadi konseling
adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman
4

siswa difokuskan pada masalah tertentu, untuk diatasi sendiri oleh yang
bersangkutan, dimana ia di beri bantuan pribadi dan langsung dalam
pemecahan masalah itu.
Dengan adanya konseling seorang siswa bisa melakukan suatu
proses konseling, yang ditentukan oleh kehandalan konselor dalam
melakukan wawancara konselor. Karena tujuan dari konseling adalah
terjadinya perubahan pada tingkah laku klien, konselor memusatkan
perhatiannya pada klien, yaitu perubahan yang lebih baik, teratasinya
masalah yang dihadapi klien.
2. Tujuan Konseling
Krumboltz mengklarifikasikan tujuan konseling menjadi tiga macam yaitu :
a. Mengubah perilaku yang salah penyesuaian yaitu: perilaku yang tidak
tepat, yang secara psikologis dapat mengarah atau berupa perilaku yang
patologis. Sedangkan perilaku yang tepat penyesuaian adalah perilaku
yang sehat dan tidak ada indikasi adanya hambatan atau kesulitan mental.
Individu yang salah penyesuaian perlu memperoleh bantuan agar
berkembang kepribadiannya berlangsung secara baik.
b. Belajar membuat keputusan adalah hal yang paling penting bagi klien.
Tujuan konseling bukan penyesuaian dengan tuntutan masyarakat, karena
adanya perubahan sosial, personal, dan politik. Penyesuaian saja sebagai
tujuan konseling dapat merusak klien sendiri. Karena itu klien harus
membuat keputusan yang lebih tepat untuk dirinya dan masa depannya.
c. Mencegah muculnya masalah yaitu: mencegah jangan sampai mengalani
masalah di kemudian hari, mencegah jangan sampai masalah yang di
alami bertambah berat atau berkepanjangan, dan mencegah jangan
sampai masalah yang dihadapi berakibat gangguan yang menetap.
Selain adanya konseling juga terdapat bimbingan yang tak lepas dari proses
suatu konseling.
Konselor juga sekaligus pembimbing, yang dapat diartikan:
P

: perangai

: emosi

: mandiri

: bobot

: integritas

: mawas diri

: berani

: intelegent

: nalar

: gagasan
Sehubungan dengan pendapat diatas adalah tepat bahwa seorang

konselor (pembimbing) perlu memiliki perangai yang baik sehingga dapt


menjadi panutan bagi para klien yang dibantunya, dan perangai ini juga
diwarnai oleh emosi yang stabil dan mantab.
Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui
usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya
sehingga menemukan kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
Fungsi bimbingan :
a. Fungsi pengembangan yaitu merupakan fungsi bimbingan dalam
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki individu.
b. Fungsi penyaluran yaitu merupakan fungsi bimbingan dalam
membantu individu memilih dan memantapkan penguasaan karier
atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri
kepribadian lainnya.
c. Fungsi adaptasi yaitu membantu para pelaksana pendidikan khususnya
guru dan wali kelas untuk mengadaptasikan program pendidikan
terhadap latar belakang pendidikan, minat, kamampuan, dan
kebutuhan individu.
d. Fungsi penyesuaian yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu
menemukan penyesuaian diri dan perkembangannya secara optimal.
Dalam bimbingan seorang konselor dapat menguasai dengan sebaik
baiknya, apa dan bagaimana konseling itu, dalam arti memahami,

menghayati, dan menerapkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dengan


berbagai teknik dan teknologinya.
Munro mengemukakan tiga dasar etika konseling yaitu :
a. Kerahasiaan
b. Keterbukaan
c. Tanggung jawab pribadi klien
Konseling yang berhasil dan bersifat etis hanya apabila didasarkan
pada ketiga hal itu. Sebagaimana telah dikemukakan, tujuan konseling
umum bimbingan dan konseling adalah pemeliharaan dan pengembangan
diri klien sepenuhnya. Dalam teori konseling pada dasarnya dapat
dikelompokkan kedalam tiga pendekatan yaitu :
a. Konseling Direktif
b. Non-Direktif
c. Konseling Eklektif
Masing-masing memiliki pandangan yang berbeda, bahkan disana
sini bertolak belakang, terutama tentang hakikat tingkah laku individu dan
timbulnya

masalah.

perbedaan-perbedaan

tersebut

mengakibatkan

timbulnya perbedaan-perbedaan dalam teknik-teknik konseling yang


secara langsung diterapkan terhadap klien.
a. Konseling Direktif
Konseling Direktif, yang karena proses dan dinamika pengentasan
masalahnya mirip penyembuhan penyakit, pernah juga disebut
konseling klinis (clinical counseling). Pendekatan ini dipelopori
oleh E.G. Williamson dan J.G. Darleyyang berasumsi dasar bahwa
klien tidak mampu mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya.
Karena itu, klien membutuhkan bantuan dari orang lain, yaitu
konselor. Dalam konseling direktif, klien bersipat pasif, dan yang aktif
adalah konselor. Dengan demikian, inisiatif dan peranan utama
pemecahan masalah lebih banyak dilakukan oleh konselor. Klien
bersifat menerima perlakuan dan keputusan yang dibuat oleh konselor.
Dalam konseling direktif diperlukan data yang lengkap tentang klien

untuk dipergunakan dalam usaha diagnosis. Konseling direktif ini


sering juga disebut konseling yang beraliran Behavioristik, yaitu
layanan konseling yang berorientasi pada pengubahan tingkah laku
secara langsung. Konseling direktif berlangsung menurut langkahlangkah umum sebagai berikut:
1) Analisis data tentang klien.
2) Pensintesisan data untuk mengenali kekuatan-kekuatan dan
kelemahankelemahan klien.
3) Diagnosis masalah.
4) Prognosis atau prediksi

tentang

perkembangan

masalah

selanjutnya.
5) Pemecahan masalah.
6) Tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling.
Upaya pemecahan masalah didasarkan pada diagnosis yang
pada umumnya berbentuk kegiatan yang langsung ditujukanpada
pengubahan tingkah laku klien.
b. Konseling Non-Direktif
Konseling non-direktif sering juga disebut Client Centered
Therapy Pendekatan ini diperoleh oleh Carl Rogers dari Universitas
Wisconsin di Amerika serikat. Konseling non-direktif merupakan upaya
bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada klien.Melalui
pendekatan ini, klien diberi kesempatan mengemukakan persoalan,
perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas. Pendekatan ini berasumsi
dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah pada dasarnya tetap
memiliki potensi dan mampu mengatasi masalahnya sendiri. Tetapi oleh
karena sesuatu hambatan, potensi dan kemampuannya itu tidak dapat
berkembang

atau

berfungsi

sebagaimana

mestinya.

Untuk

mengembangkan dan mengfungsikan kembali kemampuannya itu klien


itu memerlukan bantuan. Bertitik tolak dari anggapan dan pandangan
tersebut, maka dalam konseling, inisiatif dan peranan utama pemecahan
masalah diletakkan dipindak klien sendiri, sedangkan kewajiban dan

peranan utama konselor adalah menyiapkan suasana agar potensi dan


kemampuan yang ada pada dasarnya ada pada diri klien itu berkembang
secara optimal, dengan jalan menciptakan hubungan konseling yang
hangat dan permisif. Suasana seperti itu akan memungkinkan klien
mampu memecahkan masalahnya. Dalam suasana seprti itu konselor
merupakan agen pembangunan yang mendorong terjadinya perubahan
pada diri klien tanpa konselor sendiri banyak masuk dan terlibat
langsung dalam proses perubahan tersebut. Menurut Rogers, adalah
menjadi tanggung jawab klien untuk membantu dirinya. Ssalah satu
prinsip yang dalam konseling nondirektif adalah mengupayakan agar
klien mencapai kematangannya, produktif, merdeka, dan dapat
menyesuaikan

diri

dengan

baik.

Sesuai

dengan

teori

yang

mendasarinya, yaitu teori Rogers tentang hakikat manusia dan tingkah


lakunya, pendekatan konseling non-direktif sering juga disebut
konseling

yang

beraliran

Humanistik. Aliran

ini

menekankan

pentingnya pengembangan potensi dan kemampuannya secara hakiki


ada pada setiaap individu. Potensi dan kemampuan yang berkembang
itu menjadi penggerak bagi upaya individu untuk mencapai tujuantujuan hidupnya.
c.

Konseling Eklektif
Adalah pandangan yang berusaha menyelidiki berbagai macam
metode, teori atau doktrin. Capuzzi dan Gross mengemukakan bahwa
dalam penerapan eklektif ada tiga aliran konseling yaitu :
1) Formalisme ini akan menerima atau tidak sama sekali sebuah teori.
2) Sinkretisme Kalangan ini akan menerapkan teori-teori yang dipelajari,
tanpa perlu melihat kerangka dan latar belakang teori itu
dikembangkan.
3) Eklektikisme Prinsipnya setiap teori memiliki kelemahan dan
keunggulan.

Pendekatan

eklektif

yaitu

konselor

menjalankan

konseling sesuai dengan situasi kliennya. Mereka tidak bekerja secara


serampangan, emosional, popularitas, interes khusus, edeologi, atau
atas kemauannya sendiri. Lebih dari itu pendekatan eklektif itu sendiri

secara konstan berkembang dan berubah sesuai dengan ide, konsep


dan teknik serta hasil-hasil riset mutakhir. Eklektif mengutamakan
aspek kondisi psikologis, daripada sifat kepribadiaan (personality
trait). Sebagai fokus sentral yang lain dari kepribadiaan. Menurut
Eklektif kebutuhan dasar klien adalah mencapai dan memelihara
kemungkinan tertinggi dari level integrasinya sepanjang waktu.
Dengan hal ini berarti klien memiliki keadaan psikologis dan
memandang kesadaran sebagai pusat utamanya.
4) Asumsi Konseling Eklektif memiliki sejumlah asumsi dasar berkaitan
dengan proses konseling. Asumsinya yaitu:
a. Tidak ada teori yang dapat menjelaskan situasi klien.
b. Pertimbangan profesional atau pribadi konselor.
Menurut Gilliland asumsi-aumsi diatas ditunjang oleh kenyataan :
a. Tidak ada dua klien atau situasi klien yang sama.
b. Setiap klien dan konselor adalah pribadi yang berubah dan
berkembang.
c. Konselor yang eklektif meenunjukkan fleksibilitas dalam
perbendaharaan aktivitas.
d. Klien adalah pihak yang paling tau dengan problemnya.
e. Kepuasaan klien lebih diutamakan diatas pemenuhan kebutuhan
konselor.
f. Konselor dan proses konseling dapat salah dan dapat tidak mampu
untuk melihat secara jelas atau cepat berhasil dalam setiap
konseling atau situasi klien.
g. Banyak perbedaan pendekatan yang strategis berguna bagi
konseptualisasi dan pemecahan setiap masalah.
h. Secara umum, efektivitas konseling adalah proses yang dikerjakan
i. Dengan klien bukan Kepada atau Untuk klien.
3. Teknik-teknik dalam Konseling
Ada beberapa teknik dalam konseling yaitu :
a. Perilaku Attending.
Disebut juga sebagai perilaku menghampiri klien yang mencakup
komponen kontak mata, bahasa badan, dan bahasa lisan.perilaku
attending yang baik adalah merupakan tiga kombinasi komponen
10

sehingga akan memudahkan konselor untuk membuat klien terlibat


pembicaraan dan terbuka.
Attending yang baik dapat:
1) Meningkatkan harga diri klien
2) Menciptakan suasana yang aman
3) Mempermudah ekspresi perasaan klien yang bebas.
b. Empati
Ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien,
merasa dan berfikir bersama klien. Empati dilakukan bersamaan dengan
attending. Dengan kata lain, tanpa perilaku attending tidak aka nada
empati. Empati ada dua macam yaitu:
1) Empati primer
Yaitu suatu bentuk empati yang hanya memahami perasaan, pikiran,
keinginan, dan pengalaman klien. Tujuannya adalah agar klien
terlibat pembicaraan yang terbuka.
2) Empati tingkat tinggi
Yaitu apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran,
keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh
klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.
c. Refleksi
Yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan kembali kepada
klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai hasil
pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya, refleksi ada tiga
jenis yaitu:
1) Refleksi

perasaan

yaitu

keterampilan

konselor

untuk

dapat

memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan verbal dan non


verbal klien.
2) Refleksi pengalaman yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan
pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan prilaku verbal
dan non verbal klien.
3) Refleksi pikiran yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan ide,
pikiran, pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku
verbal dan non verbal klien.
d. Eksplorasi
Yaitu suatu keterampilan konselor untuk menggali perasaan,
pengalaman, dan pikiran klien. Hal ini penting karena kebanyakan klien

11

menyimpan

rahasia

batin,

menutup

diri,

atau

tidak

mampu

mengungkapkan pendapatnya dengan terus terang.


e. Menangkap pesan utama (parapharasing)
Yaitu untuk memudahkan klien memahami ide, perasaan, dan
pengalamannya. Seorang konselor perlu menangkap pesan utamanya, dan
menyatakannya secara sederhana dan mudah difahami, disampaikan
dengan bahasa konselor sendiri. Hal ini perlu karena sering klien
mengemukakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya berbelit,berputar
atau panjang.
f. Bertanya untuk membuka pertanyaan (open question)
Kebayakan calon konselor sulit untuk membuka percakapan
dengan klien. Hal ini karena sulit menduga apa yang dipikirkan klien
sehingga pertanyaan menjadi pas. Untuk memudahkan membuka
percakapan seorang konselor dilatih keterampilannya bertanya dalam
bentuk open-ended yang memungkinkan munculnya pernyataanpernyataan
baru dari klien.
g. Bertanya tertutup (Closed Questions)
Pertanyaan konselor tidak selalu terbuka (open questions), akan
tetapi juga ada yang tertutup yaitu bentuk-bentuk pernyataan yang sering
dimulai dengan kata-kata apakah, adakah, dan harus dijawab klien dengan
kata ya atau tidak atau dengan kata-kata singkat.
h. Dorongan minimal
Upaya utama seorang konselor agar kliennya selalu terlibat dalam
pembicaraan dan dirinya terbuka (self-disclosing). Yang dimaksud
dorongan minimal adalah suatu dorongan langsung yang singkat terhadap
apa yang dikatakan klien, dan memberikan dorongan singkat seperti: oh..,
ya, terus.., lalu.., dan Keterampilan ini bertujuan untuk membuat agar
klien terus berbicara dan dapat mengarahkan agar pembicaraan mencapai
tujuan.
i. Interprestasi
Yaitu upaya konselor utuk mengulas pemikiran, perasaan dan
perilaku atau pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori yang
dinamakan teori teknik interprestasi. Tujuannya untuk memberikan

12

rujukan, pandangan atau perilaku klien, agar klien mengerti, dan berubah
melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
j. Mengarahkan (Directing)
Untuk mengajak klien berpartisipasi secara penuh di dalam proses
konseling, perlu ada ajakan dan arahan dari konselor. Atau dengan kata
lain mengarahkan untuk melakukan sesuatu.
k. Menyimpulkan sementara (Summarizing)
Supaya pembicaraan maju secara bertahap dan arah pembicaraan
makin jelas, maka setiap periode waktu tertentu bersama klien perlu
menyimpulkan pembicaraan. Kebersamaan itu amat diperlukan agar klien
mempunyai pemahaman bahwa keputusan mengenai dirinya menjadi
tanggung jawab klien, sedangkan konselor hanyalah membantu. Mengenai
kapan suatu pembicaraan akan disimpulkan banyak tergantung kepada
feeling konselor. Tujuannya:
1) Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik
(feed back) dari hal-hal yang telah dibicarakan.
2) Untuk menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap
3) Untuk meningkatkan kualitas diskusi
4) Mempertajam atau memperjelas focus pada wawancara konseling
l. Memimpin (leading)
Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak melantur atau
menyimpang,

seorang

konselor

harus

mampu

memimpin

arah

pembicaraan sehingga nantinya mencapai tujuan.


m. Fokus
Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat focus
melalui perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien.
n. Konfrontasi
Yaitu suatu teknik konseling yang menantang klien untuk melihat
adanya diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa
badan (perbuatan), ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan
kepedihan dan sebagainya. Tujuan teknik ini adalah:
1) Mendorong klien mengadakan penelitian diri secara jujur
2) Meningkatkan potensi klien
3) Membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi, konflik, atau
kontradiksi dalam dirinya.
o. Menjernihkan (Clarifying)

13

Yaitu suatu keterampilan untuk menjenihkan ucapanucapan klien


yang samar-samar, kurang jelas, dan agak meragukan. Tujuannya adalah:
1) Mengundang klien untuk menyatakan pesannya dengan jelas, ungkapan
kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis.
2) Agar klien menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan perasaannya.
p. Memudahkan (Facilitating)
Yaitu suatu keterampilan membuka komunikasi agar klien dengan
mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan
pengalamannya secara bebas. Sehingga komunikasi dan partisipasi
meningkat dan proses konseling berjalan efektif.
q. Diam
Apakah diam itu teknik konseling?, sebenarnya diam amat penting
dengan cara attending. Diam bukan berarti tidak ada komunikasi, akan
tetapi tetap ada yaitu melalui perilaku nonverbal. Yang paling ideal diam
itu paling tinggi 5-10 detik dan selebihnya dapat diganti dengan dorongan
minimal. Tujuan diam adalah:
1) Menanti klien sedang berfikir
2) Sebagai proses jika klien ngomong berbelit-belit
3) Menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas
berbicara
r. Mengambil Insiatif
Hal ini perlu dilakukan konselor manakala klien kurang
bersemangat utuk berbicara, sering diam, sering diam, dan kurang
partisipasif. Konselor mengucapkan katakata yang mengajak klien untuk
berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Tujuannya adalah:
1) Mengambil insiatif jika klien kurang semangat
2) Jika klien lambat berfikir untuk mengambil keputusan
3) Jika klien kehilangan arah pembicaraan
s. Memberi nasehat
Pemberian nasehat sebaiknya dilakukan jika klien memintannya.
Walaupun demikian, konselor tetap harus mempertimbangkannya, apakah
pantas untuk memberi nasehat atau tidak. Sebab dalam memberi nasehat
tetap di jaga agar tujuan konseling yakni kemandirian klien, harus tetap
tercapai.
t. Pemberian informasi

14

Dalam hal informasi yang diminta klien, sama halnya dengan


pemberian nasehat. Jika konselor tidak memiliki informasi sebaiknya
dengan jujur katakana bahwa tidak mengetahui hal itu.
u. Merencanakan
Menjelang akhir sesi konseling, konselor harus dapat membantu
klien untuk dapat membuat rencana berupa suatu program untuk action,
perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya. Suatu rencana yang
baik adalah hasil kerjasama konselor dengan klien.
v. Menyimpulkan
Pada akhir sesi konseling, konselor membantu klien untuk
menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut:
1) Bagaimana keadaan perasaan klien saat ini terutama mengenai
kecemasan
2) Memantapkan rencana klien
3) Pokok-pokok yang akan dibicarakan selanjutnya.
4. Pengertian konseling individual
Konseling individual mempunyai makna spesifik, dalam arti
pertemuan konselor dengan klien secara individual, dimana terjadi
hubungan konseling yang bernuansa rap port, dan konselor berupaya
memberikan bantuan untuk mengembangkan pribadi klien, serta klien
dapat mengantisipasi masalah-masalah yang dihadapinya. Konseling
individual adalah kunci semua kegiatan bimbingan dan konseling karena
jika menguasai teknik-teknik konseling individual berarti akan mudah
menjalankan proses bimbingan konseling yang lain.
Jadi proses konseling individual merupakan relasi antara konselor
dengan klien dengan tujuan agar dapat mencapai tujuan klien. Dengan kata
lain tujuan konseling adalah tujuan klien itu sendiri. Hal ini perlu karena
sering kejadian terutama pada konselor pemula atau yang kurang
frofesional, bahwa subjektivitas dia amat menonjol di dalam proses
konseling, seolaholah mengutamakan tujuan konselor, sementara tujuan
klien terabaikan. Dan tanggung jawab konselor dalam proses konseling
adalah mendorong untuk mengembangkan potensi klien, agar dia mampu
bekerja efektif, produktif, dan menjadi manusia mandiri. Serta membuat
klien agar mencapai kehidupan yang berguna untuk keluarga, masyarakat,
15

dan bangsanya. Dan yang paling penting lagi, agar bias meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan klien, menjadi manusia seimbang antara
pengembangan intelektual-sosial-emosional, dan moral religious.

B. PSIKOTERAPI
Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional
seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan
professional secara sukarela dengan maksud hendak menghilangkan,
mengubah atau menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi prilaku yang
terganggu dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.
Dalam psikoterapi, hubungan dokter pasien serta pengenalan pemindahan dan
hambatan adalah sangat penting.
Cara-cara psikoterapi dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
psikoterapi suportif dan psikoterapi genetic-dinamik.
1. Psikoterapi suportif ( supresif atau non spesifik)
Tujuan psikoterapi jenis ini ialah:
a. Menguatkan daya tahan mental yang dimilikinya
b. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang
lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri.
c. Meningkatkan kemampuan adaptasi lingkungan.
d. Mengevaluasi situasi kehidupan pasien saat ini, beserta kekuatan serta
kelemahannya, untuk selanjutnya membantu pasien melakukan
perubahan realistik apa saja yang memungkinkan untuk dapat
berfungsi lebih baik.
Kriteria Pemilihan: Pasien yang sangat sehat yang berhadapan dengan
krisis yang melanda pasien dengan defisit ego.
Lama Terapi : Beberapa hari, bulan, atau tahun-sesuai kebutuhan.

16

Mekanisme : Pasien dianjurkan untuk datang sekali (atau lebih) seminggu,


untuk beberapa minggu atau bulan (kadang ada pula yang mencapai
tahunan). Termasuk pula disini intevensi krisis yang singkat (untuk 1-3
pertemuan). Terapis berurusan dengan gejala pasien, tetapi hanya sedikit
mengolah proses alam nirsadarnya dan tidak berupaya mengubah
kepribadian. Pertahanan psikologik diperkuat dan teknik yang digunakan
antara lain menenangkan, sugesti, mengeluarkan semua masalah,
abreaction,

dan

manipulasi

lingkungan.

Terapis

bersikap

aktif,

menunjukkan minat, berempati dan hangat (dengarkan pasien), mengerti


hal-hal yang menjadi perhatian pasien, dan menolong pasien untuk
menetukkan arah. Medikasi juga dapat diberikan.
Cara-cara psikoterapi suportif antara lain sebagai berikut:

Ventilasi atau (psiko-) kataris


Persuasi atau bujukan (persuasion)
Sugesti
Penjaminan kembali ( reassurance)
Bimbingan dan penyuluhan
Terapi kerja
Hipno-terapi dan narkoterapi
Psikoterapi kelompok
Terapi prilaku
2. Psikoterapi wawasan (atau genetic-dinamik, atau insight psychotherapy)
dibagi menjadi psikoterapi reedukatif dan psikoterapi rekonstruktif.
a. Psikoterapi reedukatif:
Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya
lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk
menyesuaikan diri kembali, memodifikasi tujuan dan membangkitkan

serta mempergunakan potensi kreatif yang ada.


Cara-cara psikoterapi reedukatif antara lain:
Terapi hubungan antar-manusia (relationship-therapy)
Terapi sikap (attitude therapy)
Terapi wawancara (interview therapy)
Analisa dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik Adolf

meyer)
Konseling terapetik

17

- Terapi case-work
- Reconditioning
- Terapi kelompok yang reedukatif
- Terapi somatic
b. Psikoterapi rekonstruktif
Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknaya di
alam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas
daripada struktur kepribadian dan pengluasan daripada pertumbuhan

kepribadian dengan pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru.


Cara-cara psikoterapi rekonstruktif antara lain:
Psikoanalisa Freud
Psikoanalisa non-freud
Psikoterapi yang berorientasi kepada psikoanalisa

Cara : asosiasi bebas, analisa mimpi, hipoanalisa/sintesa, narkoterapi,


terapi main, terapi seni, terapi kelompok analitik.

Beberapa jenis psikoterapi suportif


Semua dokter kiranya harus dapat melakukan psikoterapi suportif jenis
katarsis,

persuasi,

sugesti,

penjaminan

kembali,

bimbingan

dan

penyuluhan (konseling).
1. Ventilasi atau katarsis ialah membiarkan pasien mengeluarkan isi hati
sesukanya. Sesudahnya biasanya ia merasa lega dan kecemasannya
(tentang penyakitnya) berkurang, karena ia kemudian dapat melihat
masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya. Hal ini dibantu oleh
dokter dengan sikap yang penuh pengertian (empati) dan dengan
anjuran. Jangan terlalu banyak memotong bicaranya (menginterupsi).
Yang dibicarakan ialah kekhawatiran, impuls-impuls, kecemasan,
masalah keluarga, perasaan salah atau berdosa.
2. Persuasi ialah penerangan yang masuk akal tentang timbulnya gejalagejala serta baik-buruknya atau fungsinya gejala-gejala itu. Kritik diri
sendiri oleh pasien penting untuk dilakukan. Dengan demikian maka
impuls-impuls yang tertentu dibangkitkan, diubah atau diperkuat dan
impuls-impuls yang lain dihilangkan atau dikurangi , serta pasien
18

dibebaskan dari impuls-impuls yang sangat mengganggu. Pasien pelanpelan menjadi yakin bahwa gejala-gejalanya akan hilang.
3. Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran
pada pasien atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejalagejala akan hilang. Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang
meyakinkan dan otoritas profesional serta menunjukan empati. Pasien
percaya pada doketr sehingga kritiknya berkurang dan emosinya
terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia mengharapharapkan sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak terdapat gangguan
kepribadian yang mendalam, maka sugesti akan efektif, umpamanya
pada reaksi konversi yang baru dan dengan konflik yang dangkal atau
pada nerosa cemas sesudah kecelakaan. Sugesti dengan aliran listrik
(faradisasi) atau dengan masasi kadang-kadang juga menolong, tetapi
perbaikan itu cenderung untuk tidak menjadi tetap karena pasien
menganggap pengobatan itu dari luar dirinya. Jadi sugesti harus diikuti
dengan reedukasi. Anak-anak dan orang-orang dengan inteligensi yang
sedikit kurang serta pasien yang berkepribadian tak matang atau
histerik lebih mudah disugesti. Jangan memaksa-maksa pasien dan
jangan memberikan kesan bahwa dokter menganggap ia membesarbesarkan gejalanya. Jangan mengganggu rasa harga diri pasien. Pasien
harus percaya bahwa gejala-gejalanya akan hilang dan bahwa tidak
terdapat kerusakan organic sebagai penyebab gejala-gejala itu. Ia harus
diyakinkan bahwa bila gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi karena ia
sendiri mengenal maksud gejala-gejala itu dan bahwa timbulnya gejala
itu tidak logis.
4. Penjaminan Kembali atau reassurance dilakukan melalui komentar
yang halus atau sambil lalu dan pertanyaan yang berhati-hati, bahwa
pasien mampu berfungsi secara adekuat., dapat juga diberi secara tegas
berdasarkan kenyataan atau dengan menekankan pada apa yang telah
dicapai oleh pasien.
5. Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus
yang berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar ia

19

lebih sanggup mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan


hubungan antar manusia, cara berkomunikasi, bekerja dan belajar dan
sebagainya.
6. Penyuluhan atau konseling ialah suatu bentuk wawancara untuk
membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat
mengatasi suatu maaslah lingkungan atau Dapat menyesuaikan diri.
Konseling biasanya dilakukan sekitar masalah pendidikan, pekerjaan,
pernikahan dan pribadi. Kerja kasus social (social casework) secara
tradisional didefinisikan sebagai suatu proses bantuan oleh seorang
yang terlatih kepada seorang pasien yang memerlukan satu atau lebih
pelayanan social khusus. Fokusnya ialah pada masalah luar atau
keadaan social dan tidak pada gangguan dalam individu itu sendiri.
Tidak diadakan usaha untuk mengubah pola dasar kepribadian pasien,
karena tujuannya ialah hendak menangani masalah situasi pada tingkat
realistic. Terapi kerja dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada
pasien, ataupun berupa latihan kerja tertentu agar ia terampil dalam hal
itu dan berguna baginya untuk mencari nafkah kelak.
7. Hipnosa dapat membantu psikoterapi, akan tetapi apa yang dapat
dicapai dengan hipnosa dalam psikoterapi dapat juga dicapai dengan
cara yang lain tanpa hipnosa. Hipnosa hanya dapat mempercepat
pengaruh psikoterapi. Hal yang penting dalam hipnosa adalah sugesti
(bukan kekuatan kemauan terapis hipnotisir). Kesadaran pasien
menyempit dan menurun, akhirnya ia hanya menerima rangsangan dari
hipnotisir, ia masuk dalam keadaan trance mulai dari ringan sampai
trance yang dalam dengan kekakuan otot diseluruh badan. Dalam
hipnosa dapat dilakukan analisa konflik-konflik dan sintesa, atau
sintesa dilanjutkan sesudah pasien sadar kembali. Dalam hal ini sugesti
dalam waktu hipnosa dan sugesti sesudah hipnosa dapat dipakai.
8. Narkoterapi secara intravena disuntikkan suatu hipnotikum dengan
efek yang pendek (umpamanya pentothal atau amital natrium). Dalam
keadaan setengah tidur, pasien diwawancarai, konflik dianalisa lalu
disintesa. Bahan yang timbul sewaktu narkoterapi dapat juga dipakai

20

dalam sintesa sesudah pasien sadar kembali. Narkoterapi dengan


narkoanalisa dan narkosintesa itu membantu psikoterapi.
Psikoterapi kelompok
Pembagian kerja psikoterapi berdasarkan prosesnya dibagi manjadi
psikoterapi suportif, reedukatif, dan psikoterapi rekonstruksi. Bila dilihat
dari lamanya, maka ada psikoterapi jangka pendek dan psikoterapi jangka
panjang. Bila dilihat dari jumlah pasien maka ada psikoterapi individual
dan psikoterapi kelompok. Bila kelompok ini terdiri dari para anggota satu
keluarga, maka disebut terapi keluarga. Bila hanya suami istri disebut
konseling pernikahan (marriage counseling). Terapi keluarga (family
therapy) dan konseling pernikahan dilakukan bila keadaan keluarga atau
pernikahan itu sendiri yang menjadi sumber stress atau penyebab
gangguan jiwa. Sukar untuk mengobati satu orang saja bila interaksi atau
pola komunikasi itu yang patologis, karena semua anggota keluarga
merupakan kesatuan dan mereka terus menerus saling mempengaruhi.
Khusus untuk suami isteri, ataupun pasangan lain (kedua-duanya pria atau
wanita) yang sering bekerja sama dan masih dapat berfungsi secara normal
maka latihan-latihan (encounter) sangat berguna untuk mengembangkan
komunikasi dan saling pengertian yang lebih dalam. Jumpa nikah atau
marriage encounter sudah tersebar diseluruh dunia sebagai cara yang
efektif

untuk

memperkokoh

pernikahan

melalui

pengembangan

komunikasi antara suami isteri. Akan tetapi bila pola komunikasi sudah
patologis, maka sebaiknya dilakukan terapi keluarga, konseling pernikahan
atau terapi kelompok.
Terapi kelompok berguna untuk pasien yang:
Segan terhadap psikoterapi individual karena takut, tak percaya
kepada terapis, bersaing keras dengan terapis, melawan figure orang

tua.
Tidak

atau

kurang

berpengalaman

dengan

saudara-saudara

mempunyai sikap bertentangan dengan saudara-saudara; kurang


berpartisipasi dalam lingkunagn, mempunyai pengalaman keluarga
yang merusak; tidak atau suka menyesuaikan diri dalam kelompok.
21

Mempunyai intelegensi yang rendah

Agar proses kelompok dapat berjalan lebih lancar maka:

Individu harus diterima sebaik-baiknya, sebagaimana dia adanya.


Pembatasan yang tidak perlu dihindarkan.
Pernyataan verbal yang tak tertahankan dibiarkan keluar.
Reaksi-reaksi dalam interaksi kelompok dinilai.
Pembentukan kelompok harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
para anggota secara perorangan.

Fase-fase terapi kelompok secara singkat pada umumnya ialah:

Penyatuan kelompok dengan terbentuknya identifikasi kelompok


Interaksi dalam kelompok dengan melihat pada dinamika kelompok
Pengertian dan penyelesaian dinamika dengan timbulnya wawasan.

Tujuan terapi kelompok ialah membebaskan individu dari stress,


membantu para anggota kelompok agar dapat mengerti lebih jelas sebab
kesukaran mereka, terbentunya mekanisme pembelaan yang lebih baik
yang dapat diterima dan yang lebih memuaskan.

Terapi Perilaku
Terapi perilaku berusaha menghilangkan masalah perilaku khusus secepatcepatnya dengan mengawasi perilaku belajar pasien. Ada tiga cara untuk
menguasai atau mengubah perilaku manusia, yaitu:
1) Perilaku dapat diubah dengan mengubah peristiwa-peristiwa yang
mendahuluinya, yang membangkitkan bentuk prilaku khusus itu.
Umpamanya seoaranga anak yang tidak berprestasi disekolah dan
nakal dikelas hanya dengan seorang guru tertentu dapat menjadi
efektif dan rajin bila ia dipindahkan ke kelas lain diajar oleh guru yang
lain.

22

2) Suatu jenis perilaku yang timbul dalam suatu keadaan tertentu dapat
diubah atau dimodifikasi. Umpamanya seoarang anak dapat diajar
untuk melihat dirinya sendiri dalam suatu kegiatan kompromi yang
konstruktif dan tidak menunjukkan ledakan amarah bila ia
menghadapi frustasi.
3) Akibatnya suatu perilaku tertentu dapat diubah dan demikian perilaku
itu dapat dimodifikasi.
Pendekatan perilaku memang makin lama makin banyak diterapkan,
bukan hanya untuk meringankan atau menghilangkan gejala psikiatri,
akan tetapi dipakai juga dalam bidang pendidikan, social dan keadaan lain
diluar klinik.

DAFTAR PUSTAKA

Kapita Selekta Kedokteran jilid 1. 2001. Media Aesculapicus : Fakultas


Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Maramis.2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press:
Surabaya
Tomb, David A. 2004. Buku Saku Psikiatri edisi 6. EGC : Jakarta

23

Benjamin J. Sadock & Virginia A. Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis.
Kaplan & Sadock Edisi 2. EGC. Jakarta.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke
dua. Badan penerbit FKUI, Jakarta.
Erman Amti, prayitno. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 2009).
Hallen, 2002. Bimbingan Konseling, Penerbit Ciputat

(Jakarta: ciputat pres,

2002),

24

Anda mungkin juga menyukai