RS Undata Palu
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako
REFERAT PSIKIATRI
KONSELING DAN PSIKOTERAPI SUPORTIF
DISUSUN OLEH :
Ni Komang Sri Selvia Ningsih
N 111 15 047
PEMBIMBING KLINIK
dr. Dewi Suryani Angjaya, Sp.KJ
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
No. Stambuk
: N 101 15 047
Fakultas
Program Studi
: Profesi Dokter
Universitas
: Tadulako
Judul Referat
Bagian
Pembimbing Klinik
CO-ASS
BAB I
PENDAHULUAN
Konseling adalah suatu hubungan saling membantu diantara dua orang
dalam situasi saling tatap muka, yang memutuskan untuk: (1) Bekerja sama dalam
upaya membatu klien menolong dirinya sendiri untuk menyelesaikan masalahmasalah tertentu dalam kehidupannya, lebih dapat mengerti dirinya, serta lebih
dapat menyesuaikan diri. (2) Berkomunikasi secara trampil untuk dapat mengenal
hal-hal yang menjadi masalah klien. (3) Terlibat dalam proses yang bertujuan
memberikan ketrampilan, pengetahuan, jangkauan (akses) kepada berbagai
sumberdaya, dan bersikap membantu klien dalam menanggapi masala-masalah
dalam kehidupan klien yang menjadi sebab dari kekuatiran, penderitaan dan
disfungsinya, kemudian mengurangi kekuatiran dan penderitaannya itu, atau
memecahkan permasalahan serta meningkatkan fungsi klien itu. (4) Meneruskan
suatu proses jangka panjang dimana klien di tawari jangkauan (akses) dan
dukungan yang berkelanjutan.
3
siswa difokuskan pada masalah tertentu, untuk diatasi sendiri oleh yang
bersangkutan, dimana ia di beri bantuan pribadi dan langsung dalam
pemecahan masalah itu.
Dengan adanya konseling seorang siswa bisa melakukan suatu
proses konseling, yang ditentukan oleh kehandalan konselor dalam
melakukan wawancara konselor. Karena tujuan dari konseling adalah
terjadinya perubahan pada tingkah laku klien, konselor memusatkan
perhatiannya pada klien, yaitu perubahan yang lebih baik, teratasinya
masalah yang dihadapi klien.
2. Tujuan Konseling
Krumboltz mengklarifikasikan tujuan konseling menjadi tiga macam yaitu :
a. Mengubah perilaku yang salah penyesuaian yaitu: perilaku yang tidak
tepat, yang secara psikologis dapat mengarah atau berupa perilaku yang
patologis. Sedangkan perilaku yang tepat penyesuaian adalah perilaku
yang sehat dan tidak ada indikasi adanya hambatan atau kesulitan mental.
Individu yang salah penyesuaian perlu memperoleh bantuan agar
berkembang kepribadiannya berlangsung secara baik.
b. Belajar membuat keputusan adalah hal yang paling penting bagi klien.
Tujuan konseling bukan penyesuaian dengan tuntutan masyarakat, karena
adanya perubahan sosial, personal, dan politik. Penyesuaian saja sebagai
tujuan konseling dapat merusak klien sendiri. Karena itu klien harus
membuat keputusan yang lebih tepat untuk dirinya dan masa depannya.
c. Mencegah muculnya masalah yaitu: mencegah jangan sampai mengalani
masalah di kemudian hari, mencegah jangan sampai masalah yang di
alami bertambah berat atau berkepanjangan, dan mencegah jangan
sampai masalah yang dihadapi berakibat gangguan yang menetap.
Selain adanya konseling juga terdapat bimbingan yang tak lepas dari proses
suatu konseling.
Konselor juga sekaligus pembimbing, yang dapat diartikan:
P
: perangai
: emosi
: mandiri
: bobot
: integritas
: mawas diri
: berani
: intelegent
: nalar
: gagasan
Sehubungan dengan pendapat diatas adalah tepat bahwa seorang
masalah.
perbedaan-perbedaan
tersebut
mengakibatkan
tentang
perkembangan
masalah
selanjutnya.
5) Pemecahan masalah.
6) Tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling.
Upaya pemecahan masalah didasarkan pada diagnosis yang
pada umumnya berbentuk kegiatan yang langsung ditujukanpada
pengubahan tingkah laku klien.
b. Konseling Non-Direktif
Konseling non-direktif sering juga disebut Client Centered
Therapy Pendekatan ini diperoleh oleh Carl Rogers dari Universitas
Wisconsin di Amerika serikat. Konseling non-direktif merupakan upaya
bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada klien.Melalui
pendekatan ini, klien diberi kesempatan mengemukakan persoalan,
perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas. Pendekatan ini berasumsi
dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah pada dasarnya tetap
memiliki potensi dan mampu mengatasi masalahnya sendiri. Tetapi oleh
karena sesuatu hambatan, potensi dan kemampuannya itu tidak dapat
berkembang
atau
berfungsi
sebagaimana
mestinya.
Untuk
diri
dengan
baik.
Sesuai
dengan
teori
yang
yang
beraliran
Humanistik. Aliran
ini
menekankan
Konseling Eklektif
Adalah pandangan yang berusaha menyelidiki berbagai macam
metode, teori atau doktrin. Capuzzi dan Gross mengemukakan bahwa
dalam penerapan eklektif ada tiga aliran konseling yaitu :
1) Formalisme ini akan menerima atau tidak sama sekali sebuah teori.
2) Sinkretisme Kalangan ini akan menerapkan teori-teori yang dipelajari,
tanpa perlu melihat kerangka dan latar belakang teori itu
dikembangkan.
3) Eklektikisme Prinsipnya setiap teori memiliki kelemahan dan
keunggulan.
Pendekatan
eklektif
yaitu
konselor
menjalankan
perasaan
yaitu
keterampilan
konselor
untuk
dapat
11
menyimpan
rahasia
batin,
menutup
diri,
atau
tidak
mampu
12
rujukan, pandangan atau perilaku klien, agar klien mengerti, dan berubah
melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
j. Mengarahkan (Directing)
Untuk mengajak klien berpartisipasi secara penuh di dalam proses
konseling, perlu ada ajakan dan arahan dari konselor. Atau dengan kata
lain mengarahkan untuk melakukan sesuatu.
k. Menyimpulkan sementara (Summarizing)
Supaya pembicaraan maju secara bertahap dan arah pembicaraan
makin jelas, maka setiap periode waktu tertentu bersama klien perlu
menyimpulkan pembicaraan. Kebersamaan itu amat diperlukan agar klien
mempunyai pemahaman bahwa keputusan mengenai dirinya menjadi
tanggung jawab klien, sedangkan konselor hanyalah membantu. Mengenai
kapan suatu pembicaraan akan disimpulkan banyak tergantung kepada
feeling konselor. Tujuannya:
1) Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik
(feed back) dari hal-hal yang telah dibicarakan.
2) Untuk menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap
3) Untuk meningkatkan kualitas diskusi
4) Mempertajam atau memperjelas focus pada wawancara konseling
l. Memimpin (leading)
Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak melantur atau
menyimpang,
seorang
konselor
harus
mampu
memimpin
arah
13
14
dan bangsanya. Dan yang paling penting lagi, agar bias meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan klien, menjadi manusia seimbang antara
pengembangan intelektual-sosial-emosional, dan moral religious.
B. PSIKOTERAPI
Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional
seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan
professional secara sukarela dengan maksud hendak menghilangkan,
mengubah atau menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi prilaku yang
terganggu dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.
Dalam psikoterapi, hubungan dokter pasien serta pengenalan pemindahan dan
hambatan adalah sangat penting.
Cara-cara psikoterapi dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
psikoterapi suportif dan psikoterapi genetic-dinamik.
1. Psikoterapi suportif ( supresif atau non spesifik)
Tujuan psikoterapi jenis ini ialah:
a. Menguatkan daya tahan mental yang dimilikinya
b. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang
lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri.
c. Meningkatkan kemampuan adaptasi lingkungan.
d. Mengevaluasi situasi kehidupan pasien saat ini, beserta kekuatan serta
kelemahannya, untuk selanjutnya membantu pasien melakukan
perubahan realistik apa saja yang memungkinkan untuk dapat
berfungsi lebih baik.
Kriteria Pemilihan: Pasien yang sangat sehat yang berhadapan dengan
krisis yang melanda pasien dengan defisit ego.
Lama Terapi : Beberapa hari, bulan, atau tahun-sesuai kebutuhan.
16
dan
manipulasi
lingkungan.
Terapis
bersikap
aktif,
meyer)
Konseling terapetik
17
- Terapi case-work
- Reconditioning
- Terapi kelompok yang reedukatif
- Terapi somatic
b. Psikoterapi rekonstruktif
Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknaya di
alam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas
daripada struktur kepribadian dan pengluasan daripada pertumbuhan
persuasi,
sugesti,
penjaminan
kembali,
bimbingan
dan
penyuluhan (konseling).
1. Ventilasi atau katarsis ialah membiarkan pasien mengeluarkan isi hati
sesukanya. Sesudahnya biasanya ia merasa lega dan kecemasannya
(tentang penyakitnya) berkurang, karena ia kemudian dapat melihat
masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya. Hal ini dibantu oleh
dokter dengan sikap yang penuh pengertian (empati) dan dengan
anjuran. Jangan terlalu banyak memotong bicaranya (menginterupsi).
Yang dibicarakan ialah kekhawatiran, impuls-impuls, kecemasan,
masalah keluarga, perasaan salah atau berdosa.
2. Persuasi ialah penerangan yang masuk akal tentang timbulnya gejalagejala serta baik-buruknya atau fungsinya gejala-gejala itu. Kritik diri
sendiri oleh pasien penting untuk dilakukan. Dengan demikian maka
impuls-impuls yang tertentu dibangkitkan, diubah atau diperkuat dan
impuls-impuls yang lain dihilangkan atau dikurangi , serta pasien
18
dibebaskan dari impuls-impuls yang sangat mengganggu. Pasien pelanpelan menjadi yakin bahwa gejala-gejalanya akan hilang.
3. Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran
pada pasien atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejalagejala akan hilang. Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang
meyakinkan dan otoritas profesional serta menunjukan empati. Pasien
percaya pada doketr sehingga kritiknya berkurang dan emosinya
terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia mengharapharapkan sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak terdapat gangguan
kepribadian yang mendalam, maka sugesti akan efektif, umpamanya
pada reaksi konversi yang baru dan dengan konflik yang dangkal atau
pada nerosa cemas sesudah kecelakaan. Sugesti dengan aliran listrik
(faradisasi) atau dengan masasi kadang-kadang juga menolong, tetapi
perbaikan itu cenderung untuk tidak menjadi tetap karena pasien
menganggap pengobatan itu dari luar dirinya. Jadi sugesti harus diikuti
dengan reedukasi. Anak-anak dan orang-orang dengan inteligensi yang
sedikit kurang serta pasien yang berkepribadian tak matang atau
histerik lebih mudah disugesti. Jangan memaksa-maksa pasien dan
jangan memberikan kesan bahwa dokter menganggap ia membesarbesarkan gejalanya. Jangan mengganggu rasa harga diri pasien. Pasien
harus percaya bahwa gejala-gejalanya akan hilang dan bahwa tidak
terdapat kerusakan organic sebagai penyebab gejala-gejala itu. Ia harus
diyakinkan bahwa bila gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi karena ia
sendiri mengenal maksud gejala-gejala itu dan bahwa timbulnya gejala
itu tidak logis.
4. Penjaminan Kembali atau reassurance dilakukan melalui komentar
yang halus atau sambil lalu dan pertanyaan yang berhati-hati, bahwa
pasien mampu berfungsi secara adekuat., dapat juga diberi secara tegas
berdasarkan kenyataan atau dengan menekankan pada apa yang telah
dicapai oleh pasien.
5. Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus
yang berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar ia
19
20
untuk
memperkokoh
pernikahan
melalui
pengembangan
komunikasi antara suami isteri. Akan tetapi bila pola komunikasi sudah
patologis, maka sebaiknya dilakukan terapi keluarga, konseling pernikahan
atau terapi kelompok.
Terapi kelompok berguna untuk pasien yang:
Segan terhadap psikoterapi individual karena takut, tak percaya
kepada terapis, bersaing keras dengan terapis, melawan figure orang
tua.
Tidak
atau
kurang
berpengalaman
dengan
saudara-saudara
Terapi Perilaku
Terapi perilaku berusaha menghilangkan masalah perilaku khusus secepatcepatnya dengan mengawasi perilaku belajar pasien. Ada tiga cara untuk
menguasai atau mengubah perilaku manusia, yaitu:
1) Perilaku dapat diubah dengan mengubah peristiwa-peristiwa yang
mendahuluinya, yang membangkitkan bentuk prilaku khusus itu.
Umpamanya seoaranga anak yang tidak berprestasi disekolah dan
nakal dikelas hanya dengan seorang guru tertentu dapat menjadi
efektif dan rajin bila ia dipindahkan ke kelas lain diajar oleh guru yang
lain.
22
2) Suatu jenis perilaku yang timbul dalam suatu keadaan tertentu dapat
diubah atau dimodifikasi. Umpamanya seoarang anak dapat diajar
untuk melihat dirinya sendiri dalam suatu kegiatan kompromi yang
konstruktif dan tidak menunjukkan ledakan amarah bila ia
menghadapi frustasi.
3) Akibatnya suatu perilaku tertentu dapat diubah dan demikian perilaku
itu dapat dimodifikasi.
Pendekatan perilaku memang makin lama makin banyak diterapkan,
bukan hanya untuk meringankan atau menghilangkan gejala psikiatri,
akan tetapi dipakai juga dalam bidang pendidikan, social dan keadaan lain
diluar klinik.
DAFTAR PUSTAKA
23
Benjamin J. Sadock & Virginia A. Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis.
Kaplan & Sadock Edisi 2. EGC. Jakarta.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke
dua. Badan penerbit FKUI, Jakarta.
Erman Amti, prayitno. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 2009).
Hallen, 2002. Bimbingan Konseling, Penerbit Ciputat
2002),
24