Anda di halaman 1dari 12

Reflux Laringitis: Hubungan

antara Symptoms Findings dan


Laringoskopi Indirek
Abstract

Introduction :
Laringoskopi indirek mempunyai peranan penting dalam menentukan reflux
laringitis. Meskipun banyak penemuan non spesifik, beberapa pendapat
mengatakan inflamasi adalah penyebab reflux.

Objective :
Tujuan dari pembelajaran ini adalah evaluasi hubungan antara reflux
symptoms dan penemuan tentang laringoskopi indirek

Methods :
Kami evaluasi 27 pasien dengan gejala penyakit reflux pharyngolaringeal

Results :
Laringoskopi mendemonstrasikan pada semua pasien adanya hipertrofi
commissure posterior dan edema laryngeal. Gejala sering terbanyak adalah
batuk kering dan sensasi benda asing

Conclusion :
Ada hubungan antara penemuan pada laringoskopi dan gejala reflux.

Introduction
Istilah laryngopharyngeal reflux disease (reflux laryngitis) diadopsi tahun
2002 oleh American Academy of Otolaryngology and Head and Neck Surgery dan
mengarah pada manifestasi klinik reflux gastritis pada saluran nafas atas. Bentuk
supraesophageal ini dari gastroesophageal reflux disease (GERD) dinamakan pada
tahun 1994 oleh Koufman dan Cummins, bukan dengan perhatian pada penunjukan
origin reflux, tetapi panggilan atensi pada predominan gejala dan perubahan pada
segmen laryngopharyngeal.
Taksiran pada reflux asam menyebabkan posterior laryngitis bervariasi,
mencapai 80 % kasus, berdasarkan beberapa penulis. Hubungan kausal ini telah
ditelaah oleh technologhical development of devices bahwa dapat mengukur
keasaman pada kedua proximal dan distal esophagus dan faring dan juga fiber
optic, digunakan luas praktik klinik, yang dengan memfasilitasi gambaran laring.
Dalam arti ini, laringoskopi indirek mempunyai peranan penting pada karakterisasi
dari

reflux

laryngitis.

mengasumsikan

Walaupun

penyebab

dari

banyak
inflamasi

penemuan
adalah

nonspesifik,

reflux,

seperti

beberapa
penebalan,

kemerahan dan pembengkakan terkonsentrasi di bagian posterior laring (posterior


laringitis).
Sebuah symptom scale (Reflux Symptom Index [RSI] ditemukan oleh Belafsky
dan kolaborator untuk memfasilitasi diagnosis suspek dan klinikal follow up pada
pharyngolaryngitis. Pasien menilai mereka sendiri pada rentang dari 0 5 dari 9
gejala yang sering menggambarkan penyakit. Nilai di atas 13 dikatakan abnormal.
Pada
berhubungan

kesempatan
dengan

yang

gejala

sama,
pada

mereka

reflux

menemukan

pharyngolaryngitis,

sebuah
Belafsky

skala
dan

kolaborator membuat skor berhubungan dengan pnenemuan laringoskopi (Reflux


Finding Score [RFS]). Terdiri dari skor dari 0 4 ditentukan oleh pemeriksa tentang
8 penemuan laringoskopi: edema subglotis, ventricular obliterasi, eritema /
hyperemia, edema vocal fold, edema laring diffuse, hipertrofi commissure posterior,
granuloma / granulation dan penebalan mucus endolaringeal (8 findings). Skor, di

mana

rentang

(normal)

sampai

26

(paling

buruk),

indikasikan

reflux

pharyngolaryngitis jika lebih besar dari 7.


Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa apakah ada hubungan antara
gejala klinik reflux pharyngolaryngitis (menggunakan RSI) dan penemuan dari
laringoskopi indirek (menggunakan RFS) dan hingga deteksi tanda dari laringoskopi
indirek berkorelasi baik dengan gejala utama dari reflux laryngitis.
Tabel 1. Reflux Symptom Index
During the last month, how did the following problems

0 = No problem;

affect you?

problem

Severe
/

very

Hoarness or a problem with your voice


Clearing your throat
Excess throat mucus or postnasal drip
Diffuculty swallowing food, liquids, or pills
Coughing after you ate or after lying down
Breathing difficulties or choking episodes
Troublesome or annoying cough
Sensations of something sticking in your throat or a lump in

troublesome
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4

5
5
5
5
5
5
5
5

your throat
Heartburn, chest pain, indigestion, or stomach acid coming up

Materials and Methods


Sebuah

survei

dihubungkan

pada

pasien

dengan

gejala

reflux

pharyngolaryngitis pada rumah sakit Gaffree Guinle dari Agustus 2008 Desember
2008. Pasien yang diikutsertakan dieksklusi dari penelitian: perokok; pasien asma,
penyakit paru obstruksi kronik, atau pengobatan sebelumnya dengan proton pump
inhibitors, antacid, atau H1 inhibitors; penyakit laryngeal bawaan, sebelumnya
radioterapi, atau operasi kepala maupun leher; dan pasien jiwa. Proyek ini disetujui
oleh komite etik pada penelitian (no 02 / 2008). Semua pasien yang setuju untuk
partisipasi diperlukan informed dan free consent.
Kami menerapkan skor gejala yang ditemukan Belafsky untuk memfasilitasi
diagnosis klinik dan follow up pada DRFL (Laryngopharyngeal Reflux Disease). Ini
dinilai oleh pasien pada skala dari 0 5 dari 9 gejala sering terdapat pada penyakit.

Nilai di atas 13 dikatakan abnormal. Setelah dilakukan evaluasi awal, pasien


dilakukan pemeriksaan laringoskopi indirek. Belafsky dan kolega juga membuat skor
berhubungan dengan finding of laryngoscopy. Skornya dari rentang 0 (normal) 26
(kemungkinan terburuk), indikasikan DRFL ketika lebih besar dari 7. Pemeriksaan
laringoskopi indirek dilakukan dengan rigid 70 degree fiber Karl Storz brand scope
(Germany), selalu dengan pemeriksa yang sama.

Tabel 2. Reflux Finding Score


Subglottic edema

Absent (0)

Ventricular obliteration

Present (2)
Partial (2)

Erythema / hyperemia

Complete (4)
Arytenoids
only (2)
Diffuse (4)
Mild (1)

Vocal fold edema

Moderate (2)
Severe (3)
Diffuse laryngeal edema

Polypoid (4)
Mild (1)
Moderate (2)
Severe (3)

Posterior

commissure

hypertrophy

Obstructing (4)
Mild (1)
Moderate (2)
Severe (3)

Granuloma

granulation

tissue
Thick endolaryngeal mucus

Obstructing (4)
Absent (0)
Present (2)
Absent (0)
Present (2)

Results
Dari 405 pasien dengan gejala reflux, 27 memenuhi kriteria survei ini. Rata
rata usia pasien adalah 54.5 tahun. Rentang antara 19 dan 81. Mayoritas pasien
adalah wanita (n = 22). Hasil laringoskopi menunjukan bahwa hamper semua
pasien mempunyai hipertrofi commissure posterior (n = 25) dan edema laryngeal
diffuse (n = 21). Keberadaan granuloma laryngeal tidak ditemukan. Rata rata skor
reflux symptom adalah 17.9 (rentang dari 3 sampai 34, standard deviation [SD]
8.82) dan penemuan pada indirek laringoskopi adalah 5.7 (rentang dari 1 sampai
14, SD 3.82). Gejala paling sering ditemui adalah keberadaan episode batuk kering,
sensasi benda asing pada kerongkongan, dan menelan. Pasien dengan klinikal dan
laringoskopi findings besar kemungkinan DRFL menerima terapi komplementari
untuk penyakitnya sendiri (terapi antireflux dan saran untuk perubahan gaya
hidup).
Penelitian transversal digunakan, dan kriteria dievaluasi adalah usia rerata
dan sex, untuk gejala DFRL (RSI) dan indirect laryngoscopy findings (RFS). Korelasi
koefisien pearson untuk parametric variable digunakan

untuk menilai derajat

korelasi, dan menolak hipotesis null, p 0.05 digunakan. Software digunakan


adalah SPSS (Statistical Package for the Sosial Science), IBM, United States, for
evaluation v.14 for Windows XP, Microsoft, United States.
Analisis

jumlah

gejala

reflux

(RFI)

dan

korelasi

findings

to

indirect

laryngoscopy (RSI), koefisien korelasi Pearson 0.7 (positif kuat) ditemukan, yang
secara statistic signifikan (p 5). Hubungan gejala utama (episode batuk kering,
sensasi benda asing pada kerongkongan, merasa tidak enak tenggorokan dan serak
pada kerongkongan) dengan penemuan laringoskopi indirek utama, sebuah
hubungan korelasi statistic ditemukan antara variable serak dengan edema
subglottic, serak dengan hipertrofi commissure posterior, dan sensasi benda asing
dengan hipertrofi commissure posterior.

Discussion
Salah satu kesulitan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan sampel
yang lebih besar dari pasien, terutama penggunaan obat antireflux dengan
sembarangan, yang berpuncak pada ketidaklengkapan dan pengobatan yang tidak
tepat pada penyakit ini. Masalah lain (atau solusi) adalah pengecualian dari setiap
pasien yang telah menggunakan setiap tembakau di tahun tahun sebelum studi,
membantu kita memilih laring murni, bebas dari peradangan kronis.
Gejala yang paling sering ditemukan adalah adanya episode batuk kering,
sensasi benda asing di tenggorokan, dan nyeri menelan. Tidak ada temuan
mengenai laringoskopi langsung memiliki korelasi positif yang kuat untuk temuan
ini.

Namun,

Kehadiran

sensasi

benda

asing

di

tenggorokan

(globus

pharyngeus) menunjukkan korelasi positif posterior edema ketiga (posterior


komisura),

serta

kehadiran

dari disfonia (suara serak). daerah laring ini lebih rentan terhadap agresi kronis
secara anatomis, terutama setelah adopsi dari posisi terlentang.
Beberapa penulis juga melaporkan disfonia sebagai gejala utama yang lebih
umum di pagi hari karena edema pita suara yang disebabkan oleh episode malam
refluks, meningkat pada siang hari. Sebuah korelasi positif yang lemah (Pearson
korelasi koefisien mendekati 0) ditemukan antara suara serak dan edema lipat
suara, menerima korelasi nol.
Temuan laringoskopi menunjukkan bahwa hampir semua pasien dengan
tanda edema laring berhubungan dengan posterior komisura hipertrofi.
Diagnosis penyakit refluks sebagai penyebab pharyngolaryngitis tidak
sederhana. Meskipun bukti bahwa asosiasi serupa, tidak ada metode yang
menunjukkan tegas hubungan kausal antara reflux dan Laringitis. Selain itu,
endoskopi kurang efisien dalam diagnosis DRFL, karena perubahan ini ditemukan
pada kurang dari 20% dari pasien dengan penyakit ini. Vzquez de la Iglesia et
al diterapkan sama dengan kriteria seleksi dan survei eksklusi dan menemukan
sejenis populasi (sebagian besar perempuan dan pasien dengan usia rata-rata
58,32), merekomendasikan tes terapi (pengobatan empiris)pada pasien dengan
gejala yang sangat sugestif DRFL (skor lebih besar dari 13) dan juga temuan yang

mencurigakan laringoskopi (Skor lebih besar dari 7), dengan proton pump inhibitor
secara penuh dosis selama 4 bulan. Menghubungkan kedua skor, para peneliti
sampai pada kesimpulan bahwa temuan laringoskopi yang paling berguna untuk
diagnosis dan gejala pasien kebanyakan berguna untuk tindak lanjut dan evolusi
perawatan medis.

Bahkan setelah 60 tahun penelitian, baik diagnosis dan pengobatan GERD dan
extraesophageal refluks telah menjadi Target dari beberapa studi karena sifat
kontroversial mereka. Standar emas pemantauan pH pada diagnosis telah
dipertanyakan oleh beberapa penulis, yang telah menyatakan bahwa selain
untuk menguji tidak memiliki sensitivitas 100%, elektroda di saluran pencernaan
mengganggu kebiasaan makan pasien yang mempengaruhi hasil dan akibatnya
diagnosis. Penelitian lain harus membangun konsensus tentang diagnosis dan
pengobatan

pasien

dengan

penyakit

refluks

pharyngolaryngeal

untuk meningkatkan kualitas hidup pada pasien ini.

Conclusion
Setelah menganalisis datba yang disajikan, kami menyimpulkan bahwa ada
korelasi positif yang kuat antara temuan laringoskopi tidak langsung dan gejala
refluks antara pasien yang berpartisipasi dalam studi yang bersangkutan; Gejala
paling umum seperti episode batuk kering, sensasi benda asing di tenggorokan, dan
nyeri menelan. Selanjutnya, ada hubungan yang signifikan secara statistik antara
gejala suara serak dan sensasi benda asing dengan Temuan dari posterior komisura
hipertrofi di laringoskopi tidak langsung.

Kesulitan
bernapas/episode
tersedak

Edema
subglo
tis

Penghilan
gan
ventrikuler

Eritem/
hipere
mis

0.192

0.323

0.158

Hipertr
ofi
komisu
ra
posteri
or
0.237

Mukosa
tebal
endolaring
eal

Granulom
a/
jaringan
granulasi

Edema
difusa
laringe
al

Ed
m
lip
vo

0.273

0.235

Suara
serak/masalah
dengan suara
Kelebihan lendir
tenggorokan/post
nasal drip
Nyeri menelan

0.565

0.176

0.093

0.431

0.274

0.102

0.215

-0.053

0.278

0.387

0.242

-0.01

0.2

-0.035

0.093

0.175

-0.125

0.105

References
1. Koufman JA, Aviv JE, Casiano RR, Shaw GY. Laryngopharyngeal reflux: position
statement of the committee on speech, voice, and swallowing disorders of the
American Academy of Otolaryngology- Head and Neck Surgery. Otolaryngol Head
Neck Surg 2002; 127(1):3235
2. Wang L, Liu X, Liu YL, et al. Correlation of pepsin-measured laryngopharyngeal
reflux

disease

with

symptoms

and

signs.

Otolaryngol

Head

Neck

Surg

2010;143(6):765771
3. Koufman JA, CumminsMM. The prevalence and spectrum of reflux in laryngology:
a prospective study of 132 consecutive patients with laryngeal and voice disorders.
1994. Available at: http:// legacy.library.ucsf.edu/tid/trj60d00. Accessed 8 September
2014
4. Eckley CA, Rios LdaS, Rizzo LV. Salivary egf concentration in adults with reflux
chronic

laryngitis

before

and

after

treatment:

preliminary

results.

Braz

Otorhinolaryngol 2007;73(2):156160
5. Koufman JA. The otolaryngologic manifestations of gastroesophageal reflux
disease (GERD): a clinical investigation of 225 patients using ambulatory 24-hour
pH monitoring and an experimental investigation of the role of acid and pepsin in
the development of laryngeal injury. Laryngoscope 1991;101(4 Pt 2, Suppl 53):178
6. Nostrant TT. Gastroesophageal reflux and laryngitis: a skeptics view. Am J Med
2000;108(4, Suppl 4a):149S152S
7. Eckley CA, Costa HO. Comparative study of salivary pH and volume in adults with
chronic laryngopharyngitis by gastroesophageal reflux disease before and after
treatment. Braz J Otorhinolaryngol 2006;72(1):5560
8. Katz PO. Ambulatory esophageal and hypopharyngeal pH monitoring in
patientswith hoarseness.AmJ Gastroenterol 1990;85(1): 3840
9. Ulualp SO, Toohill RJ, Hoffmann R, Shaker R. Pharyngeal pH monitoring in patients
with posterior laryngitis. Otolaryngol Head Neck Surg 1999;120(5):672677

10. DeMeester TR, Johnson LF. The evaluation of objective measurements of


gastroesophageal reflux and their contribution to patient management. Surg Clin
North Am 1976;56(1):3953
11. Dent J, Dodds WJ, Friedman RH, et al. Mechanism of gastroesophageal reflux in
recumbent asymptomatic human subjects. J Clin Invest 1980;65(2):256267
12. Hirschowitz BI. A critical analysis, with appropriate controls, of gastric acid and
pepsin secretion in clinical esophagitis. Gastroenterology 1991;101(5):11491158
13. Bumm R, Feussner H, Hlscher AH, Jrg K, Dittler HJ, Siewert JR. Interaction of
gastroesophageal reflux and esophageal motility. Evaluation by ambulatory 24-hour
manometry and pH-metry. Dig Dis Sci 1992;37(8):11921199
14.

Fiorucci

S,

Santucci

L,

Chiucchi

S,

Morelli

A.

Gastric

acidity

and

gastroesophageal reflux patterns in patients with esophagitis. Gastroenterology


1992;103(3):855861
15. Smit CF, Tan J, Mathus-Vliegen LM, MathusVliegen LM, Devriesse PP, Brandsen
M, Grolman W, Schouwenburg PF. High incidence of gastropharyngeal and
gastroesophageal reflux after total laryngectomy. Head Neck 1998;20(7):619622
16. Shaw GY, Searl JP. Laryngeal manifestations of gastroesophageal reflux before
and after treatment with omeprazole. South Med J 1997;90(11):11151122
17. Belafsky PC, Postma GN, Koufman JA. The validity and reliability of the reflux
finding score (RFS). Laryngoscope 2001;111(8): 13131317
18. Qadeer MA, Swoger J, Milstein C, et al. Correlation between symptoms and
laryngeal signs in laryngopharyngeal reflux. Laryngoscope 2005;115(11):19471952
19. Belafsky PC, Postma GN, Koufman JA. Validity and reliability of the reflux
symptom index (RSI). J Voice 2001;16(2):2747
20. Book DT, Rhee JS, Toohill RJ, Smith TL. Perspectives in laryngopharyngeal reflux:
an international survey. Laryngoscope 2002; 112(8 Pt 1):13991406
21. Ford CN. Evaluation and management of laryngopharyngeal reflux. JAMA
2005;294(12):15341540

22. Wendl B, Pfeiffer A, Pehl C, Schmidt T, Kaess H. Effect of decaffeination of coffee


or tea on gastroesophageal reflux. Aliment Pharmacol Ther 1994;8(3):283287
23. Martins RHG. Manifestaes otorrinolaringolgicas relacionadas doena do
refluxo

gastroesofgico.

Um

tema

inesgotvel!!!.

Braz

Otorhinolaryngol

2007;73(2):1416
24. Vzquez de la Iglesia F, Fernndez Gonzlez S, Gmez MdeL. Laryngopharyngeal
reflux: correlation between symptoms and signs by means of clinical assessment
questionnaires

and

fibroendoscopy.

Is

this

sufficient for

diagnosis?

Acta

Otorrinolaringol Esp 2007;58(9):421425


25. Sataloff RT. Commentary. Arch Otolaryngol Head Neck Surg 2010; 136(9):914
915 [doi:10.1001/archoto.2010.145]

Anda mungkin juga menyukai