Pendahuluan
Nyeri menggambarkan suatu fungsi biologis. Ini menandakan adanya
kerusakan atau penyakit di dalam tubuh. The International Association for The Study
of Pain mendefinisikan nyeri sebagai suatu pengalaman sensoris dan emosional yang
tidak menyenangkan dihubungkan dengan kerusakan jaringan nyata atau potensial
terjadinya kerusakan jaringan, atau digambarkan dalam keadaan yang berkaitan
dengan kerusakan tersebut.1,2
Nyeri kronik didefinisikan sebagai nyeri yang berubah menjadi sesuatu nyeri
yang sulit diobati dan berlangsung lama dan menetap bervariasi dari 1 sampai 6 bulan.
Nyeri kronik bukanlah gejala tetapi merupakan penyakit yang harus ditangani
dengan semestinya dan melibatkan multidisipliner keilmuan. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi nyeri, membangun coping ability untuk memaksimalkan fungsi, serta
meningkatkan kualitas hidup.3,4
Nyeri kronik mengenai sejumlah besar anak-anak. Anestesi pediatrik akan
menemukan nyeri kronik pada anak pada kondisi di ruang operasi untuk suatu
prosedur, permintaan konsultasi dari spesialis lain, ataupun saat pelayanan nyeri akut.
Anak dengan nyeri abdomen, nyeri punggung, dan nyeri sendi sebaiknya dirawat
untuk evaluasi dan terapi serta dikonsultasikan pada pelayanan nyeri akut. Nyeri
punggung telah dilaporkan mengenai 50% anak pada usia pertengahan remaja, dan
nyeri perut terjadi setiap minggu mencapai 17%. Pada anak, tujuan penanganan nyeri
adalah menyembuhkan pasien agar dapat kembali beraktivitas seperti sekolah dan
memaksimalkan sosialisasi dengan temannya.3,4
Mayoritas keluhan nyeri kronik pada anak adalah nyeri kepala, nyeri abdomen
kronik atau non-maligna berulang, nyeri ekstremitas neuropatik terutama distrofi
refleks simpatik, fibromyalgia, nyeri dada, nyeri sendi serta nyeri kanker. Terdapat
beberapa kondisi medis kronik yang sangat berhubungan dengan nyeri seperti sickle
cell disease, epidermolysis bullosa, cystic fibrosis dan kanker. Nyeri kepala, nyeri
pada dada dan perut umumnya terjadi pada anak dengan cystic fibrosis. Sickle cell
disease dapat menyebabkan nyeri pada bagian tubuh mana, namun nyeri pada tulang,
punggung, dada, pinggul yang paling menonjol. Nyeri pada sendi dan kulit banyak
terjadi pada epidermolysis bullosa.3,4
adanya
kerusakan
jaringan
dan
disebabkan
oleh
faktor
emosional
(psikologikal).1
Nyeri kronik didefinisikan sebagai nyeri yang bertahan lebih lama
dibandingkan proses penyembuhan secara alami, nyeri ini dihubungkan dengan
beberapa tipe proses kerusakan atau penyakit dan nyeri berlangsung lebih dari 3
sampai dengan 6 bulan. Bonico mendefinisikan nyeri kronik sebagai nyeri yang
bertahan secara terus menerus melebihi 1 bulan yang ditandai dengan syndrome nyeri
kronik pada aspek kognitif dan perilaku. Nyeri kronik dapat berupa nosiseptif,
neuropati atau campuran keduanya. Pasien dengan nyeri kronik biasanya tidak
terdapat gangguan neuroendokrin dan memiliki gangguan afektif. 1,2
Pada literatur lain nyeri kronik didefinisian sebagai sebuah fenonema yang
kompleks, sehingga sulit didefinisikan secara utuh. Maka kombinasi definisi
ditentukan sebagai berikut :1,2
a.
Sakit yang diluar kebiasaan dimana dia membutuhkan waktu yang lama dan terus
menerus serta ditandai dengan adanya kelainan patologis yang kronik.
b.
Adanya sakit yang menetap dimana dia tidak respon dengan terapi metode yang
biasanya untuk mengendalikan nyeri.
c.
meliputi nyeri kepala tipe migraine, nyeri kepala tipe tegang (tension-type
headache/TTH), nyeri kepala tipe cluster, dan trigeminal neuralgia. Nyeri kepala
sekunder adalah nyeri kepala disebabkan oleh trauma kepala dan leher, spasme otot,
kelainan vaskular, gangguan intrakranial non-vaskular, infeksi (kranium, mata,
telinga, hidung, sinus), penyakit gigi/mulut, gangguan homeostasis, gangguan
psikiatri.3,4
Nyeri kepala tipe migraine (khususnya migraine tanpa aura) dan nyeri kepala
tipe tegang merupakan tipe nyeri kepala yang paling sering dijumpai pada anak.
Prevalensi migraine 2,7%-10%, lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan
perempuan dengan usia 4-7 tahun, dan prevalensi setara pada usia 7-11 tahun,
kemudian rasio berubah menjadi 3 : 1 (perempuan : laki-laki) setelah usia 11 tahun.3
Pasien dengan nyeri kepala diperiksa riwayat neurologis secara lengkap dan
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan radiologis, untuk mengeksklusi infeksi,
vaskulitis, patologi lain yang menyebabkan nyeri kepala sekunder. Red flag tanda dan
gejala diindikasikan untuk mengesampingkan kondisi yang mendasari sebagai
penyabab nyeri kepala. Terdapat riwayat genetik pada nyeri kepala tipe migraine dan
nyeri kepala tipe tegang yang kronik. 50%-77% anak dengan migraine memiliki
riwayat keluarga dengan migraine khususnya pada maternal. Hubungan genetik yang
paling jelas telah ditemukan pada hemiplegic migraine.3,4
Evaluasi terdiri dari keseluruhan riwayat yang meliputi deskripsi onset dan
berhubungan dengan penyakit lainnya atau kondisi lain seperti menarche, stress,
olahraga, dan lainnya; waktu timbulnya nyeri kepala seperti durasi, frekuensi, saat
munculnya sepanjang hari; karakteristik seperti tempat nyeri, derajat beratnya nyeri,
keseragaman nyeri, dan berkaitan dengan gejala lain (rinorea, fotofobia, fonofobia,
nausea, scotomata), faktor pemulihan seperti obat-obatan, tidur; gejala neurologis
seperti perubahan visual, kelemahan, keseimbangan. Pemeriksaan fisik, EEG,
laboratorium, dan radiologi tentunya harus mengesampingkan penyakit organik.4
Tabel 1. Red flag Nyeri Kepala
Muntah terus-menerus
Tanda neurologis fokal
Tanda meningeal
Demam yang tidak jelas
Peningkatan tekanan intrakranial
Perubahan perilaku atau status mental
Nyeri kepala tiba-tiba
Nyeri kepala pada pagi hari
Bowel Disease, malrotasi dengan volvulus intermiten, infeksi atau obstruksi saluran
kemih, penyakit pankreas, penyakit kandung kemih, penyakit hepar, alergi makanan,
sindrom malabsorpsi, penyakit parasit, keganasan, penyakit pelvis), karakteristik
penyakit, indetifikasi gambaran psikososial, dan tatalaksana psikiatri untuk
memperbaiki coping skills dan meminimalkan stres. Hal ini penting saat terapi nyeri
berfokus terutama pada strategi nonfarmakologis karena banyak penyebab organik
nyeri sulit untuk disembuhkan. 3,4
Riwayat penyakit sekarang berfokus pada nyeri meliputi tempat, durasi,
tingkat dan waktu puncak nyeri, kualitas, intensitas, faktor yang meringankan dan
memperberat nyeri, hubungan dengan gejala lain, pemeriksaan dan terapi yang telah
diberikan. Intensitas nyeri sering dinilai dengan skala numerik 0-10 untuk anak
berumur lebih dari 8 tahun. Deskripsi kualitas nyeri seperti rasa terbakar/panas,
tertusuk-tusuk, pegal, berdenyut, kesemutan, kebas/mati rasa, dan lainnya,
dapat memberikan petunjuk tipe nyeri yang dialami anak. Nyeri seperti terbakar/panas
dan kesemutan menunjukkan nyeri neuropatik. Nyeri seperti tertusuk-tusuk, kencang,
pegal dapat menunjukkan dari otot atau tulang. Nyeri seperti berdenyut kemungkinan
dari vaskular. Nyeri seperti kram sering menunjukkan sering menunjukkan spasme
otot. Dalam evaluasi nyeri kronik, tanda dan gejala red flag adalah hal yang penting
karena mengarahkan keseriusan penyakit. 3
Tabel 2. Red flag Nyeri Abdomen
Nyeri kuadran kanan atas kanan bawah persisten
Disfagia
Muntah persisten
Perdarahan gastrointestinal (hematemesis/ hematoskezia)
Riwayat keluarga : inflammatory bowel disease, celiac disease, peptic ulcer disease
Nyeri perut yang membangunkan anak
Arthritis
Diare nokturnal
Penurunan berat badan
Demam yang tidak jelas
Keringat malam
Hepatosplenomegali, Massa, Lesi perianal
Disfungsi neurologis
Perlambatan pertumbuhan linear
Bilious Emesis
Nyeri tekan sudut kostovertebra
Pengobatan FGIDs adalah multidisiplin meliputi obat-obatan, intervensi
psikologis, dan edukasi. Bagian yang paling penting dari pendekatan ini adalah untuk
membangun tujuan yang realistis, yang sering berarti pengembalian fungsi hidup
agen
seperti
methotrexate,
6 minggu. Pendekatan alternatif adalah menempatkan kateter saraf perifer untuk blok
terus menerus.3
Farmakoterapi Nyeri
DaftarPustaka
1.
2.
MedicalPublishingFourEdition,2006:359412.
NagnaJ,BajwaZ.DefinitionsandClassificationofPain.In:Principles&
PracticeofPainMedicine2nd Edition.Editors:Warfield,CarolA.;Bajwa,
3.
ZahidH.2004McgrawHill
AlexandraSzabovaandKennethGoldschneider.ChronicPain.In:APractice
4.
AnesthesiaforInfantandChildren.4thEdition.2009.
ElliotKrane.PainManagementinChildren.DivisionofPediatricAnesthesia
5.
andPainManagementLucileSalterPackardChildrensHospital.2005.
WHO guidelines on the pharmacological treatment of persisting pain in
children with medical illnesses. Geneva : World Health Organization,
6.
2012.
RussellK.Portenoy,MD.PediatricPainManagement.In:PainManagement.
American
cmeonline.com/pain_mgmt/.../ama_painmgmt_m6.pdf