Bab 1 - Filsafat Pancasila
Bab 1 - Filsafat Pancasila
Pendidikan Kewarganegaraan
1 FILSAFAT PANCASILA
Overview
1.
2.
3.
1-1
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
Konsep Filsafat
A. Pengertian
Berbagai pandangan mengenai definisi filsafat muncul sejak dulu. Memang
diakui bahwa pada hakikatnya sukar sekali memberikan definisi mengenai
filsafat, karena tidak ada definisi yang definitif. Oleh karena itu, beberapa
pengertian filsafat dapat dilihat di bawah ini :
1.
2.
1-2
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
Fungsi Filsafat
Filsafat memiliki sejarah yang panjang. Sebagai induk atau ibu dari segala ilmu
pengetahuan saat itu, filsafat dituntut dapat menjawab berbagai permasalahan
yang ada, mulai dari permasalahan manusia, masyarakat, ekonomi, negara,
kesehatan, dan sebagainya. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya ilmu
pengetahuan lainnya yang berkembang.
Dengan semakin berkembangnya masyarakat dan permasalahannya,
filsafat tidak lagi dapat menjadi satu-satunya solusi masyarakat. Oleh karena
itu, satu demi satu pengetahuan lahir akibat tuntutan kebutuhan penyelesaian
permasalahan yang ada. Lahirnya Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan
Kemasyarakatan, Ilmu Kedokteran, Ilmu Pengetahuan Manusia, Ilmu Ekonomi,
dan lain-lain telah mampu menjawab permasalahan masyarakat tersebut.
Mereka berkembang secara simultan menjawab tantangan jaman.
Pesatnya pertumbuhan ilmu pengetahuan menyebabkan munculnya
disiplin ilmu yang semakin spesifik (lebih khusus). Berbagai ilmu spesifik
tersebut bermunculan di muka bumi yang perannya sangat dibutuhkan oleh
masyarakat sekitar. Spesialisasi yang terjadi sedemikian rupa sehingga
hubungan antara cabang dan ranting ilmu pengetahuan semakin kompleks.
Hubungan-hubungan tersebut ada yang masih dekat, tetapi ada pula yang telah
jauh. Bahkan ada yang seolah-olah tidak mempunyai hubungan. Ketika ilmuilmu pengetahuan tersebut terus berusaha memperdalam dirinya, maka pada
kedalaman tertentu akhirnya sampai juga pada filsafat. Sehubungan dengan
keadaan tersebut di atas, filsafat dapat berfungsi sebagai sistem interdisipliner.
Filsafat dapat berfungsi menghubungkan ilmu-ilmu pengetahuan yang telah
kompleks tersebut. Filsafat dapat berfungsi sebagai tempat bertemunya
berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Cara ini dapat pula digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Sebagai ilustrasi, sekelompok ilmuwan yang sedang membuat pesawat terbang
tidak saja wajib meneliti konsep umum tentang pembuatan pesawat terbang
1-3
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
1-4
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
Berfilsafat adalah segala proses berpikir atau merenung secara kritis, radikal,
konseptual, koheren, rasional, komprehensif, universal, spekulatif, sistematik
dan bebas. Filsafat juga memiliki beberapa sifat dasar, yaitu mempunyai tingkat
keumuman yang tinggi, tidak faktawi (mendasarkan pada fakta-fakta yang ada),
berkaitan dengan makna, berkaitan dengan nilai, dan implikatif (memunculkan
pertanyaan-pertanyaan baru, jawaban yang diperoleh tidak pernah
memuaskan sehingga muncullah pertanyaan baru). Metode dalam filsafat ada
empat macam, yaitu:
1. Metode Analisis, yaitu melakukan perincian terhadap istilah-istilah
atau pertanyaan-pertanyaan ke dalam bagian-bagiannya, agar dapat
menangkap makna yang dikandungnya.
2. Metode Sintesis, yaitu melakukan penggabungan semua pengetahuan
yang diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia.
3. Metode Analitiko Sintesis, yaitu penggabungan antara metode
sintesis dan analisis dengan melakukan perincian terhadap istilah atau
pernyataan, kemudian mengumpulkan kembali suatu istilah atau
pengetahuan itu untuk menyusun suatu rumusan umum.
4. Metode Dialog Sokrates, yang merupakan dialog antara dua
pendirian yang berbeda.
1.1.2
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
Kelima sila dari Pancasila pada hakikatnya adalah suatu nilai. Nilai-nilai yang
merupakan perasaan dari sila-sila Pancasila tersebut adalah: nilai ketuhanan,
nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Nilai itu
selanjutnya menjadi sumber nilai bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara
Indonesia.
Secara etimologi, nilai berasal dari kata value (Inggris) yang berasal dari
kata valere (Latin) yang berarti kuat, baik, berharga. Dengan demikian secara
sederhana, nilai (value) adalah sesuatu yang berguna.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik, dan berguna bagi manusia.
Nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas yang menyangkut jenis dan
minat. Nilai adalah suatu penghargaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal
yang menjadi dasar penentu tingkah laku manusia, karena suatu hal itu
berguna (useful), keyakinan (belief), memuaskan (satisfying), menarik
(interesting), menguntungkan (profitable), dan menyenangkan (pleasant).
Adapun ciri-ciri nilai adalah sebagai berikut:
- Suatu realitas abstrak
Nilai bersifat abstrak, seperti sebuah ide, dalam arti tidak dapat
ditangkap melalui indra, yang dapat ditangkap adalah objek yang
memiliki nilai. Misal, gandum akan bernilai kemakmuran bila dibagikan
dan diterima secara adil. Kemakmuran adalah abstrak, tetapi gandum
adalah riil. Sebuah pantai akan bernilai keindahan apabila dilukis atau
difoto. Keindahan adalah abstrak sedangkan pantai bersifat riil.
Contohnya lagi keadilan, kecantikan, kedermawanan, kesederhanaan
adalah hal-hal yang abstrak. Meskipun abstrak, nilai merupakan suatu
realitas, sesuatu yang ada dan dibutuhkan manusia.
- Bersifat normatif
Nilai mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan. Misalnya nilai
keadilan, kesederhanaan. Orang hidup mengharapkan mendapat
keadilan. Kemakmuran adalah keinginan setiap orang. Jadi, nilai bersifat
normatif, suatu keharusan (das sollen) yang menuntut diwujudkan
dalam tingkah laku.
1-6
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
1-7
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
2.
3.
4.
Pendidikan Kewarganegaraan
Nilai-nilai kehidupan
Dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang penting dalam kehidupan,
seperti kesejahteraan, keadilan, kesegaran.
Nilai-nilai kejiwaan
Dalam tingkatan ini terdapat nilai kejiwaan yang sama sekali tidak
bergantung pada keadaan jasmani atau lingkungan.
Nilai-nilai kerohanian
Dalam tingkatan ini terdapat modalitas nilai yang suci dan tidak suci.
Nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi.
Dalam filsafat Pancasila juga disebutkan bahwa ada 3 (tiga) tingkatan nilai, yaitu
nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.
1. Nilai dasar, yaitu nilai yang mendasari nilai instrumental. Nilai dasar
adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat sedikt
banyak mutlak. Kita menerima nilai dasar itu sebagai sesuatu yang
benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi.
2. Nilai instrumental, yaitu nilai sebagai pelaksanaan umum dari nilai
dasar. Umumnya berbentuk norma sosial dan norma hukum yang
selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme
lembaga-lembaga negara. Nilai ini dapat mengikuti setiap
perkembangan zaman, baik dalam negeri maupun dari luar negeri.
Nilai ini dapat berupa Tap MPR, UU, PP, dan peraturan perundangan
yang ada untuk menjadi tatanan dalam pelaksanaan ideologi Pancasila
sebagai pegangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
3. Nilai praktis, yaitu nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam
kenyataan. Nilai praktis sesungguhnya menjadi batu ujian, apakah nilai
dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat
Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral. Nilai-nilai dalam
Pancasila termasuk dalam tingkatan nilai dasar. Nilai dasar ini mendasari nilai
berikutnya, yaitu nilai instrumental. Nilai dasar itu mendasari semua aktivitas
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai dasar bersifat
fundamental dan tetap.
1-8
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
1-9
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
b.
1-10
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
1-11
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
1.3
Pendidikan Kewarganegaraan
1-12
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
Sesuatu yang terjadi dalam suatu masyarakat dan menjadi ciri atau identitas
nasional biasanya mempunyai indikator sebagai berikut:
1. Identitas nasional menggambarkan pola perilaku yang terwujud melalui
aktivitas masyarakat sehari-harinya. Identitas ini menyangkut adatistiadat, tata kelakuan, dan kebiasaan. Ramah tamah, hormat kepada
orang tua, dan gotong royong merupakan salah satu identitas nasional
yang bersumber dari adat-istiadat dan tata kelakuan.
2. Lambang-lambang yang merupakan ciri dari bangsa dan secara simbolis
menggambarkan tujuan dan fungsi bangsa. Lambang-lambang negara ini
biasanya dinyatakan dalam undang-undang, seperti Garuda Pancasila,
bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan.
3. Alat-alat pelengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
seperti bangunan, teknologi, dan peralatan manusia. Identitas yang
berasal dari alat perlengkapan ini seperti bangunan yang merupakan
tempat ibadah (borobudur, prambanan, masjid, dan gereja), peralatan
manusia (pakaian adat, teknologi bercocok tanam), dan teknologi
(pesawat terbang, kapal laut, dan lain-lain).
4. Tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa. Identitas yang bersumber dari
tujuan ini bersifat dinamis dan tidak tetap seperti budaya unggul,
prestasi dalam bidang tertentu, seperti di Indonesia dikenal dengan
bulu tangkis.
Bagi bangsa Indonesia, pengertian parameter identitas nasional tidak merujuk
hanya pada individu (adat-istiadat dan tata laku), tetapi berlaku pula pada
suatu kelompok Indonesia sebagai suatu bangsa yang majemuk, maka
kemajemukan itu merupakan unsur-unsur atau parameter pembentuk
identitas yang melekat dan diikat oleh kesamaan-kesamaan yang terdapat pada
segenap warganya. Unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia
berdasarkan ukuran parameter sosiologis adalah sebagai berikut:
1.
Suku Bangsa
Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif
(ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis
kelamin. Indonesia dikenal bangsa dengan banyak suku bangsa, dan
menurut statistik hampir mencapai 300 suku bangsa. Setiap suku
1-13
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
Kebudayaan
Kebudayaan menurut ilmu sosiologis termasuk kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan adat-istiadat. Kebudayaan sebagai
parameter identitas nasional bukanlah sesuatu yang bersifat individual.
Apa yang dilakukan sebagai kebiasaan pribadi bukanlah suatu
kebudayaan. Kebudayaan harus merupakan milik bersama dalam suatu
kelompok, artinya para warganya memiliki bersama sejumlah pola-pola
berpikir dan berkelakuan yang didapat dan dikembangkan melalui
proses belajar. Hal-hal yang dimiliki bersama ini harus menjadi sesuatu
yang khas dan unik, yang akan tetap memperlihatkan diri di antara
berbagai kebiasaan-kebiasaan pribadi yang sangat variatif.
3.
Bahasa
Bahasa adalah identitas nasional yang bersumber dari salah satu
lambang suatu negara. Bahasa adalah merupakan satu keistimewaan
manusia, khususnya dalam kaitan dengan hidup bersama dalam
masyarakat adalah adanya bahasa. Bahasa manusia memiliki simbol yang
menjadikan suatu perkataan mampu melambangkan arti apa pun,
sekalipun hal atau barang yang dilambangkan artinya oleh suatu kata
tidak hadir di situ.
Di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili
banyaknya suku-suku bangsa atau etnis namun bahasa Melayu dahulu
dikenal sebagai bahasa penghubung berbagai etnis yang mendiami
kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa komunikasi di antara sukusuku di nusantara, bahasa Melayu juga menempati posisi bahasa
transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan nusantara
yang digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan pedagang
asing. Pada tahun 1928 Bahasa Melayu mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Pada tahun tersebut, bahasa Melayu ditetapkan menjadi
1-14
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
Kondisi Geografis
Kondisi geografis merupakan identitas yang bersifat alamiah.
Kedudukan geografis wilayah negara menunjukkan tentang lokasi
negara dalam kerangka ruang, tempat, dan waktu, sehingga untuk
waktu tertentu menjadi jelas batas-batas wilayahnya di atas bumi.
Letak geografis tersebut menentukan corak dan tata susunan ke dalam
dan akan dapat diketahui pula situasi dan kondisi lingkungannya. Bangsa
akan mendapat pengaruh dari kedudukan geografis wilayah negaranya.
Letak geografis ini menjadi khas dimiliki oleh sebuah negara yang dapat
membedakannya dengan negara lain.
Unsur Sejarah
Bangsa Indonesia mengalami kehidupan dalam beberapa situasi dan
kondisi sosial yang berbeda sesuai perubahan jaman. Bangsa Indonesia
secara ekonomis dan politik pernah mencapai era kejayaan di wilayah
Asia Tenggara. Kejayaan dalam bidang ekonomi bangsa Indonesia pada
era pemerintahan kerajaan Majapahit dan Sriwijaya, rakyat mengalami
kehidupan ekonomi yang sejahtera, sedangkan dalam bidang politik
memiliki kekuasaan negara hingga seluruh wilayah nusantara yang
meliputi wilayah jajahan Belanda (sekarang wilayah NKRI) hingga
wilayah negara Filipina, Singapura, Malaysia, bahkan sebagian wilayah
Thailand. Namun, kejayaan ini mengalami keruntuhan akibat
menghilangnya jiwa kebersamaan (persatuan dan kesatuan) di antara
bangsa dalam pemerintahan Majapahit dan Sriwijaya tersebut.
Keruntuhan pemerintahan Majapahit dan Sriwijaya ini
berimplikasi pada terciptanya pemerintahan kerajaan di masing-masing
1-15
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
1-16
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
2.
Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional
adalah meliputi tiga unsur, yaitu akal budi, peradaban (civility), dan
pengetahuan (knowledge).
a. Akal budi
Akal budi adalah sikap dan perilaku yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia dalam interaksinya antara sesama (horizontal) maupun
antara pimpinan dengan staf, anak dengan orang tua (vertikal),
atau sebaliknya. Bentuk sikap dan perilaku sebagaimana yang
tersebut di atas, adalah hormat-menghormati antarsesama,
sopan santun dalam sikap dan tutur kata, dan hormat pada
orang tua.
b. Peradaban (civility)
Peradaban yang menjadi identitas nasional bangsa Indonesia
adalah dapat dilihat dari beberapa aspek yang meliputi aspek
ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan hankam. Identitas nasional
dalam masing-masing aspek yang dimaksud adalah:
(1) Ideologi adalah sila-sila dalam Pancasila
(2) Politik adalah demokrasi langsung dalam pemilu langsung
presiden dan wakil presiden serta kepala daerah tingkat I
dan II kabupaten/kota,
(3) Ekonomi adalah usaha kecil dan koperasi
(4) Sosial adalah semangat gotong royong, sikap ramah tamah,
murah senyum, dan setia kawan
(5) Hankam adalah sistem keamanan lingkungan (siskamling),
sistem perang gerilya, dan teknologi kentongan dalam
memberikan informasi bahaya, dan sebagainya
c. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional
meliputi:
(1) Prestasi anak bangsa dalam bidang olahraga bulutangkis
dunia
1-17
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
Budaya Unggul
Budaya unggul adalah semangat dan kultur kita untuk mencapai
kemajuan dengan cara kita harus bisa, kita harus berbuat terbaik,
kalau orang lain bisa, mengapa kita tidak bisa. Dalam UUD 1945,
menyatakan bahwa bangsa Indonesia berjuang dan mengembangkan
dirinya sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat, bersatu, maju,
makmur, serta adil atau berkesejahteraan. Untuk mencapai kualitas
hidup demikian, nilai kemanusiaan, demokrasi dan keadilan dijadikan
landasan ideologis yang secara ideal dan normatif diwujudkan secara
konsisten, konsekuen, dinamis, kreatif, dan bukan indoktriner.
4.
Suku Bangsa
Identitas nasional dalam aspek suku bangsa adalah adanya suku bangsa
yang majemuk. Majemuk atau aneka ragamnya suku bangsa dimaksud
adalah terlihat dari jumlah suku bangsa lebih kurang 300 suku bangsa
dengan bahasa dan dialek yag berbeda. Populasinya pada tahun 2007
adalah 225 juta jiwa. Dari jumlah tersebut diperkirakan separuhnya
adalah suku bangsa etnis Jawa. Sisanya adalah suku bangsa yang
mendiami wilayah Indonesia di luar Jawa, seperti suku Makassar-Bugis
(3,68%), Batak (2,04%), Bali (1,88%), Aceh (1,4%), dan suku-suku
lainnya. Sedangkan suku bangsa atau etnis Tionghoa hanya berjumlah
2,8% tetapi menyebar ke seluruh wilayah Indonesia dan mayoritas
mereka bermukim di perkotaan.
5.
Agama
Identitas nasional dalam aspek agama adalah masyarakat agamis dan
memiliki hubungan antarumat seagama dan antarumat beragama yang
rukun. Di samping itu, menurut UU no.16/1969, negara Indonesia
1-18
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
1.4
Bahasa
Bahasa adalah salah satu atribut bangsa di samping sebagai identitas
nasional. Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa melayu yang
merupakan bahasa penghubung (lingua franca) berbagai etnis yang
mendiami kepulauan nusantara. Bahasa melayu ini pada tahun 1928
ditetapkan oleh pemuda dari berbagai suku bangsa Indonesia dalam
peristiwa Sumpah Pemuda sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia.
1-19
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
1-20
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
1.4.2
Pendidikan Kewarganegaraan
2.
3.
4.
1-21
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
politik dan rezim politik merupakan hal yang tak terpisahkan dari
proses integrasi nasional.
1.4.3.
Hakikat Negara
A. Arti Negara
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, negara mempunyai dua pengertian
berikut :
Pertama, negara adalah organisasi di suatu wilayah yang mempunyai
kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati rakyatnya.
Kedua, negara adalah kelompok sosial yang menduduki wilayah atau
daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah
yang efektif, mempunyai satu kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak
menentukan tujuan nasionalnya.
Sedangkan pengertian negara menurut pendapat para ahli, antara lain sebagai
berikut :
1. Negara ialah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang
telah berkediaman di wilayah tertentu (Georg Jellinek).
2. Negara adalah organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu
golongan atau bangsanya sendiri (Kranenburg).
3. Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur
atau mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat (Roger
F. Soultau).
4. Negara adalah organisasi kekuasaan masyarakat yang mempunyai
daerah tertentu di mana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya
sebagai sovereign (Soenarko).
5. Negara merupakan organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis
dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal (George
Wilhelm Fredrich Hegel).
6. Negara ialah suatu organisasi masyarakat atau kumpulan manusia
yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama (R.
Djokosoetono).
1-22
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
7.
8.
B.
Pendidikan Kewarganegaraan
Unsur-unsur Negara
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
1.
2.
3.
C.
1.
1-24
Pendidikan Kewarganegaraan
Teori Ketuhanan
Teori ini muncul setelah lahirnya agama-agama besar di dunia,
yaitu Islam dan Kristen. Dengna demikian, teori ini dipengaruhi
oleh paham keagamaan. Menurut teori ketuhanan, terjadinya
negara adalah kehendak Tuhan, didasari kepercayaan bahwa
segala sesuatu berasal dari Tuhan dan terjadi atas kehendak
Tuhan.
Munculnya paham teori ini karena orang yang beragama
yakin bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa (paham monoteisme) dan
Dewa-Dewa (paham politeisme) yang menciptakan alam semesta
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
1-25
Teori Perjanjian
Teori perjanjian muncul sebagai reaksi atas teori hukum alam dan
kedaulatan Tuhan. Mereka menganggap kedua teori tersebut
belum mampu menjelaskan dengan baik bagaimana terjadinya
negara. Teori ini dilahirkan oleh pemikir-pemikir Eropa menjelang
abad Pencerahan. Mereka adalah Thomas Hobbes, John Locke,
J.J. Rousseau, dan Montesquieu.
Menurut teori perjanjian, negara terjadi sebagai hasil
perjanjian antarmanusia individu. Manusia berada dalam dua
keadaan, yaitu keadaan sebelum bernegara dan keadaan setelah
bernegara. Negara pada dasarnya adalah wujud perjanjian dari
masyarakat sebelum bernegara tersebut untuk kemudian menjadi
masyarakat bernegara.
Pendapat lain dikemukakan oleh G. Jellinek, yaitu terjadinya
negara dapat dilihat secara primer dan sekunder. Perkembangan
negara secara primer membicarakan tentang bagaimana
pertumbuhan negara mulai dari persekutuan atau kelompok
masyarakat yang sederhana berkembang menjadi negara yang
modern. Menurut Jellinek, terjadinya negara secara primer
melalui empat tahapan, yaitu:
a. Persekutuan masyarakat,
b. Kerajaan,
c. Negara, dan
d. Negara demokrasi.
Perkembangan negara secara sekunder membicarakan tentang
bagaimana terbentuknya negara baru yang dihubungkan dengan
masalah pengakuan. Jadi, yang terpenting adalah muncul tidaknya
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
1-26
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
g.
D.
Pendidikan Kewarganegaraan
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
4.
5.
Pendidikan Kewarganegaraan
1-28
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
4.
E.
Pendidikan Kewarganegaraan
Klasifikasi Negara
2.
1-29
Bentuk positif
Monarki
Aristokrasi
Demokrasi
Bentuk negatif
Tirani
Oligarki
Monokrasi
Bentuk negara ditinjau dari sisi konsep dan teori modern terbagi
menjadi dua, yaitu:
a. Negara Kesatuan, yaitu negara yang merdeka dan berdaulat,
dengan satu pemerintah pusat yang berkuasa dan mengatur
seluruh daerah. Dalam pelaksanaannya, negara kesatuan terbagi
dua, yaitu:
Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi, di mana seluruh
persoalan yang berkaitan dengan negara langsung diatur dan
diurus oleh pemerintah pusat.
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
3.
F.
Pendidikan Kewarganegaraan
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
2.
3.
4.
5.
6.
Pendidikan Kewarganegaraan
Teritorial Negara
Kekuatan negara juga tergantung seberapa luas wilayah negara, yang
terdiri atas darat, laut, dan udara, letak geografis dan situasi negara
tetangga. Semakin luas dan strategis, maka negara tersebut akan semakin
kuat.
Sumber Daya Alam
Kekuatan negara tergantung pada kondisi alam atau material buminya,
berupa kandungan mineral, kesuburan, kekayaan laut, dan hutan.
Semakin tinggi kekayaan alam, maka negara tersebut semakin kuat,
negara yang kaya akan minyak, agroindustri, dan manufaktur akan
menjadi negara yang tangguh.
Kapasitas Pertanian dan Industri
Sektor pertanian mempengaruhi kekuatan negara, karena pertanian
memasok kebutuhan pokok seperti beras, sayur mayur, dan lauk pauk.
Tingkat budaya, usaha warga negara dalam bidang pertanian, industri dan
perdagangan yang maju, menjamin kecukupan pangan atau swasembada
pangan sehingga negara menjadi kuat.
Kekuatan Militer dan Mobilitasnya
Kekuatan militer dan mobilitasnya sangat menentukan kekuatan negara,
negara yang mempunyai jumlah anggota militer, dan kualitas personel
dan peralatan yang baik akan meningkatkan kemampuan militer dalam
mempertahankan kedaulatan negara.
Elemen Kekuatan yang Tidak Berwujud
Segala faktor yang mendukung kedaulatan negara, berupa kepribadian
dan kepemimpinan, efisiensi birokrasi, persatuan bangsa, dukungan
internasional, reputasi bangsa (nasionalisme), dan sebagainya.
1.4.4
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
hidup bersatu sebagai satu keluarga bangsa karena adanya persamaan nasib,
cita-cita, dan karena berasal dalam ikatan wilayah atau wilayah yang sama.
Kesadaran demikian melahirkan paham nasionalisme, paham kebangsaan, yang
pada gilirannya melahirkan semangat untuk melepaskan diri dari belenggu
penjajahan. Selanjutnya nasionalisme memunculkan semangat untuk
mendirikan negara bangsa dalam merealisasikan cita-cita, yaitu merdeka dan
tercapainya masyarakat yang adil dan makmur.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang penting
bagi pembentukan bangsa Indonesia antara lain:
1. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah penjajahan
bangsa asing lebih kurang selama 350 tahun.
2. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari
belenggu penjajahan.
3. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang
membentang dari Sabang sampai Merauke.
4. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan
suatu bangsa.
Negara Indonesia tidak terjadi begitu saja. Kemerdekaan Indonesia diraih
dengan perjuangan dan pengorbanan, bukan pemberian. Terjadinya negara
Indonesia merupakan proses atau rangkaian tahap yang berkesinambungan.
Rangkaian tahap perkembangan tersebut digambarkan sesuai dengan keempat
alinea dalam pembukaan UUD 1945. Secara teoretis, perkembangan negara
Indonesia terjadi sebagai berikut:
1. Terjadinya negara tidak sekadar dimulai dari proklamasi, tetapi adanya
pengakuan akan hak setiap bangsa untuk memerdekakan dirinya. Bangsa
Indonesia memiliki tekad kuat untuk menghapus segala penindasan dan
penjajahan suatu bangsa atas bangsa lain. Inilah yang menjadi sumber
motivasi perjuangan (Alinea I Pembukaan UUD 1945).
2. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Perjuangan
panjang bangsa Indonesia menghasilkan proklamasi. Proklamasi barulah
mengantarkan ke pintu gerbang kemerdekaan. Jadi, dengan proklamasi
tidaklah selesai kita bernegara. Negara yang kita cita-citakan adalah
menuju pada keadaan merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur
(Alinea II Pembukaan UUD 1945).
1-32
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
3.
4.
Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh karena itu, berdasarkan kenyataan yang ada, terjadinya negara Indonesia
bukan melalui pendudukan, pemisahan, penggabungan, pemecahan, atau
penyerahan. Bukti menunjukkan bahwa negara Indonesia terbentuk melalui
proses perjuangan (revolusi). Dokumentasi proses perjuangan dan
pengorbanan dalam pembentukan negara ini tertata rapi dalam unsur produk
hukum negara ini, yaitu Pembukaan UUD 1945.
---------------
1-33
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
Rangkuman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Filsafat adalah alat untuk mencapai atau mencari kebenaran sejati. Namun
perlu diingat bahwa tidak selamanya filsafat digunakan untuk mencapai
kebenaran.
Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis
dan rasional tentang Pancasila dalam bangunan bangsa dan negara
Indonesia
Pengertian Pancasila sebagai filsafat pada hakikatnya adalah suatu nilai
Nilai adalah suatu penghargaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal
yang menjadi dasar penentu tingkah laku manusia, karena suatu hal itu
berguna (useful), keyakinan (belief), memuaskan (satisfying), menarik
(interesting), menguntungkan (profitable), dan menyenangkan (pleasant).
Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila
Pancasila sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945,
alinea IV yang telah ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan
hidup masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota
persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, dan
adat istiadat.
Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu
daerah yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai
suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Jadi, meeeka diikat oleh
kekuasaan politik, yaitu negara.
Unsur-unsur negara adalah: rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat
1-34
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
1-35
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
Pilihan Ganda
1.
A.
B.
C.
2.
A.
B.
C.
1,2,3
1,3
2,4
3.
A.
B.
C.
Analisis
Sintesis
Analitiko Sintesis
4.
A.
B.
C.
1-36
D.
E.
4
1,2,3,4
D.
E.
Dialog Sokrates
Dialisis
D.
E.
2,4
1,2,3,4
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
5.
A.
B.
C.
D.
E.
6.
Suku Bangsa
Kebudayaan
Bahasa
Kondisi Geografis
A.
B.
C.
1,2,3
1,3
2.4
A
B
C
8
A
B
C
1-37
D.
E.
4
1,2.3.4
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
Van Vollen Hoven, seorang sarjana dari Belanda menyatakan fungsi negara
dibagi dalam:
1.
Regeling, membuat peraturan;
2.
Bestuur, menyelenggarakan pemerintahan;
3.
Rechtspraak, fungsi mengadili;
4.
Politie, fungsi ketertiban dan keamanan.
A
B
C
1,2,3
1,3,4
2,3,4
10
A
B
C
D
E
1,2,4
1,2,3,4
1-38
D
E
1,2,4
1,2,3,4
Filsafat Pancasila
Politeknik Telkom
Pendidikan Kewarganegaraan
Latihan
1.
1-39
Filsafat Pancasila