Anda di halaman 1dari 4

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1

Karakteristik Responden yang Memiliki Stigma


Stigma adalah fenomena negatif yang kuat yang terjadi di masyarakat, dan

terkait erat dengan nilai dan norma yang ditempatkan pada beragam identitas
sosial (Kesrepro, 2007). Stigma pun terbagi atas tiga bentuk yaitu stigma rendah
yang membuat seseorang mendiskriminasi melalui pikirannya, stigma sedang
yang membuat seseorang sudah mendiskriminasi melalui tindakan secara
langsung dan stigma tinggi yang membuat sudah mendiskriminasi secara
langsung hingga mengganggu kehidupan dari ODHA sendiri. Berdasarkan data
yang didapatkan bahwa mayoritas usia yang memiliki stigma sedang adalah usia
dewasa (26-35) sebanyak 22 orang (81,5%). Hal ini mungkin dikarenakan pada
usia dewasa seseorang sudah bisa memilih keputusannya sendiri. Usia dewasa
adalah usia produktif bagi seseorang untuk mengambil setiap keputusan dari apa
yang dia tahu dan apa yang dia percaya (Wawan, 2010). Hasil penelitian Cipto
(2006) juga mengatakan bahwa stigma terhadap status HIV/AIDS yang didapatkan
oleh ODHA lebih tinggi di lingkungan masyarakat dewasa (71,4%), daripada
masyarakat remaja dan lansia.
Berdasarkan data yang didapatkan bahwa wanita lebih banyak memiliki
stigma rendah 7 orang (17,1%), sedang 30 orang (73,2%) dan tinggi 4 orang
(9,8%). Hal ini mungkin dikarenakan wanita memiliki rasa kekhawatiran yang
lebih tinggi seperti penelitian Hastjarjo (2008) yang menyatakan wanita memiliki
pemikiran yang rumit sehingga menyebabkan kecemasan yang tinggi ini
44

45

diakibatkan karena hormon yang meningkat atau dilepaskan pada saat tertentu.
Herek (2012) juga

menemukan bahwa ekspresi nyata dari stigmatisasi HIV/

AIDS di Amerika pada tahun 2009, 1 dari 5 wanita dewasa yang disurvei
mengatakan mereka "takut" dan jijik berhubungan dengan ODHA. Hasil ini
juga sejalan dengan penelitian Diaz (2011) yang mengambil data 5000 anak muda
umur 14 tahun sampai 22 tahun di Cape Town, Afrika Selatan mengemukakan
bahwa determinan yang potensial untuk munculnya stigma ODHA diantaranya
adalah jender, hasil analisisnya menunjukkan bahwa laki- laki

rata-rata

menunjukkan tingkat stigma yang lebih rendah dari pada perempuan.


Berdasarkan data didapatkan bahwa mayoritas masyarakat tidak berkerja
memiliki stigma rendah sebanyak 11 orang (23,9%), sedang 30 orang (65,2%),
tinggi 5 orang (10,9%). Seseorang yang tidak berkerja mungkin akan
mempengaruhi pola pikir seseorang itu sendiri sehubungan dengan penelitian
Chen (2007) yang menyatakan tidak berkerja mempengaruhi stigma dan
diskriminasi karena sesorang yang berkerja atau lama berkerja cenderung
mempunyai wawasan yang lebih luas dan pengalaman yang lebih banyak dimana
hal ini memegang peranan penting dalam merubah perilaku seseorang.
Kesalahpahaman atau kurang lengkapnya pengetahuan masyarakat tentang
HIV/AIDS seringkali berdampak pada stigmatisasi (sangat buruk) terhadap
ODHA (Kristina, 2005). Hal ini juga berhubungan dengan faktor ekonomi sejalan
dengan penelitian Goffman (2012) bahwa dukungan ekonomi mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap diskriminasi kepada ODHA.

46

Berdasarkan data didapatkan bahwa masyarakat dengan tamatan SMA


paling banyak memiliki stigma dengan stigma rendah 6 orang (13,6%), stigma
sedang 32 orang (72,7%) dan stigma tinggi 6 orang (13,6%) terhadap orang
dengan HIV/AIDS. Tamatan SMA mungkin mempengaruhi dari tingkat
pengetahuan masyarakat tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian Sudikno
(2011) yang menyatakan semakin tingginya pendidikan seseorang akan
mempengaruhi tindakan dan pemikiran orang tersebut.
Kristina (2005) menunjukkan bahwa 72% orang yang berpendidikan cukup
(SMU) kurang menerima ODHA dan hanya 5% yang cukup menerima.

6.2

Hubungan Pengetahuan Kesehatan Tentang Penularan HIV/AIDS


Dengan Stigma Masyarakat Pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara tahun 2015
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara pengetahuan kesehatan tentang penularan HIV/AIDS dengan


stigma masyarakat pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Hal ini disebabkan
karena pengetahuan kesehatan tentang penularan HIV/AIDS tidak menjadi faktor
utama yang mempengaruhi stigma masyarakat, namun masih ada faktor-faktor
lain yang bisa juga mempengaruhi stigma seseorang seperti faktor perilaku dan
faktor adat, dll. Goffman (2012) juga mengemukakan istilah stigma merujuk pada
keadaan suatu kelompok sosial yang membuat identitas terhadap seseorang atau
kelompok tidak hanya berdasarkan pengetahuan namun juga sifat fisik, perilaku,
ataupun sosial yang dipersepsikan menyimpang dari norma-norma dalam
komunitas tersebut.

47

Menurut penelitian Herek (2012) stigma yang terjadi pada ODHA bukan
saja karena infeksi yang dialaminya atau lebih sering dikarenakan perilaku seperti
penyalahgunaan narkotika dan seksual yang menyimpang yang dianggap
penyebab orang tersebut terinfeksi. Faktor lain yang berpengaruh terhadap stigma
dan diskriminasi adalah faktor kepatuhan terhadap agama. Kepatuhan terhadap
nilai-nilai agama para petugas kesehatan dan para pemimpin agama mempunyai
peran dalam pencegahan dan pengurangan penularan HIV (Diaz, 2011).
Namun berbeda dengan penelitian Bradley (2009) yang menyatakan
pengetahuan tentang HIV/AIDS sangat mempengaruhi bagaimana individu
tersebut akan bersikap terhadap penderita HIV/AIDS. Stigma dan diskriminasi
terhadap ODHA muncul berkaitan dengan ketidaktahuan tentang mekanisme
penularan HIV, perkiraan risiko tertular yang berlebihan melalui kontak biasa dan
sikap negatif terhadap kelompok sosial yang tidak proporsional yang dipengaruhi
oleh epidemi HIV/AIDS juga dinyatakan oleh Herek (2009) yang mungkin
dikarenakan oleh perbedaan sampel dan waktu pengambilan sampel.

Anda mungkin juga menyukai