Anda di halaman 1dari 5

Anatomi

Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang
dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya sehingga menjadi kavum nasi kanan dan kiri.
Setiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior
(Corbrigde,1998).
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai ala nasi, tepat dibelakang nares anterior,
disebut sebagai vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang memiliki banyak kelenjar
sebasea dan rambut-rambut yang disebut dengan vibrise (Ballenger 1997;Hilger 1989).
Septum Nasi
Dinding medial rongga hidung adalah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang rawan, dilapisi
oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periostium pada bagian tulang sedangkan
diluarnya dilapisi juga oleh mukosa hidung (Hollinshead 1996; Corbridge 1998).
Bagian tulang terdiri dari:
1. Lamina perpendikularis os etmoid
Lamina perpendikularis os etmoid terletak pada bagian supero-posterior dari septum nasi
dan berlanjut ke atas membentuk lamina kribriformis dan Krista gali.
2. Os Vomer
Os vormer terletak pada bagian postero-inferior. Tepi belakang os vomer merupakan
ujung bebas dari septum nasi.

3. Krista nasiis os maksila

Tepi bawah os vomer melekat pada krista nasiis os maksila dan os palatina.
4. Krista nasiis os palatine (Lund 1997; Corbridge 1998)
Bagian tulang rawan terdiri dari
1. Kartilago septum (kartilago kuadrangularis)
Kartilago septum melekat dengan erat pada os nasi, lamina perpendikularis os etmoid, os
vomer dan krista nasiis os maksila oleh serat kolagen.
2. Kolumela
Kedua lubang berbentuk elips disebut nares, dipisahkan satu sama lain oleh sekat tulang
rawan dan kulit yang disebut kolumela (Lund 1997; Corbridge 1998).

Dinding lateral rongga hidung dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontsalis os
maksila, os lakrimalis, konka inferior dan konka media yang merupakan bagian dari os etmoid,
konka inferior, lamina perpendikularius os palatum, dan lamina pterigoides medial. Pada dinding
lateral terdapat empat buah konka. Yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah konka inferior,
kemudian yang lebih kecil adalah konka media, yang lebih kecil lagi konka superior, sedangkan
yang terkecil ialah konka suprema dan konka suprema biasanya rudimenter. Konka inferior
merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka
media, superior, dan suprema merupakan bagian dari labirin etmoid. Diantara konka-konka dan
dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang dinamakan dengan meatus. Tergantung dari
letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior, medius dan superior. Dinding inferior
merupakan dasar hidung yang dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus horizontal
os palatum (Ballenger 1997; Hilger 1989).
Dinding superior atau atap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os
nasi, prosesus frontalis os maksila, korpus os etmoid dan korpus os sphenoid. Sebagian besar atap
hidung dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui filament-filamen n.olfaktorius yang berasal
dari permukaan bawah bulbus olfaktorius berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan
permukaan kranial konka superior (Ballenger 1997; Hilger 1989).
Perdarahan
Bagian postero-inferior septum nasi diperdarahi oleh arteri sfenopalatina yang merupakan
cabang dari arteri maksilaris (dari arteri karotis eksterna). Septum bagian antero-inferior
diperdarahi oleh arteri palatina mayor (juga cabang dari arteri maksilaris) yang masuk melalui
kanalis insisivus. Arteri labialis superior (cabang dari arteri fasialis) memperdarahi septum bagian
anterior mengadakan anastomose membentuk pleksus Kiesselbach yang terletak lebih superfisial
pada bagian anterior septum. Daerah ini disebut juga Littles area yang merupakan sumber
perdarahan pada epistaksis (Lund 1997).
Arteri karotis interna memperdarahi septum nasi bagian superior melalui arteri etmoidalis
anterior dan superior (Lund 1997).

Bagian bawah rongga hidung mendapat perdarahan dari cabang arteri maksilaris interna,
diantaranya ialah ujung arteri palatina mayor dan arteri sfenopalatina yang keluar dari foramen
sfenopalatina bersama nervus sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung
posterior konka media. Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari cabang-cabang arteri
fasialis (Ballenger 1997).
Vena sfenopalatina mengalirkan darah balik dari bagian posterior septum ke pleksus
pterigoideus dan dari bagian anterior septum ke vena fasialis. Pada bagian superior vena
etmoidalis mengalirkan darah melalui vena oftalmika yang berhubungan dengan sinus sagitalis
superior (Lund 1997).
Persarafan
Bagian antero-superior septum nasi mendapat persarafan sensori dari nervus etmoidalis
anterior yang merupakan cabang dari nervus nasosiliaris yang berasal dari nervus oftalmikus
(n.V1). Sebagian kecil septum nasi pada antero-inferior mendapatkan persarafan sensori dari
nervus alveolaris cabang antero-superior. Sebagian besar septum nasi lainnya mendapatkan
persarafan sensori dari cabang maksilaris nervus trigeminus (n.V2). Nervus nasopalatina
mempersarafi septum bagian tulang, memasuki rongga hidung melalui foramen sfenopalatina
berjalan berjalan ke septum bagian superior, selanjutnya kebagian antero-inferior dan mencapai
palatum durum melalui kanalis insisivus (Hollinshead 1966).
Sistem limfatik
Aliran limfatik hidung berjalan secara paralel dengan aliran vena. Aliran
limfatik yang berjalan di sepanjang vena fasialis anterior berakhir pada limfe
submaksilaris (Lund 1997).

Anda mungkin juga menyukai