PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika sudah menjadi ilmu yang digunakan dalam memecahkan kehidupan
sehari-hari. Membelajarkan matematika perlulah suatu system ataupun teknik
pembelajaran yang baik agar matematika dapat tersampaikan dan juga dapat
dipahami secara baik oleh peserta didik agar tidak terjadi miskonsepsi dalam
pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu kegiaatan yang melibatkan guru, siswa,
dan komponen lainnya yang saling mempengaruhi satu sama lain demi mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Keberhasilan siswa dalam belajar berarti
tercapainya tujuan belajar siswa tersebut (Dimyati, 2009:22). Jadi pilihan strategi
yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh pada
keberhasilan pembelajaran di kelas.
Selama ini, pembelajaran yang ada sebagian besar cenderung bersifat guru
sebagai pusat pmbelajaran. Siswa seakan tertutupi oleh porsi guru yang lebih besar
dalam mengajarkan materi di kelas, sehingga siswa seakan mengalami kekurangan
ruang untuk megutarakan ataupun bertanya tentang materi yang diajarkan oleh guru.
Guru menerangkan dengan metode ceramah atau dikenal dengan ekspositori, lalu
siswa mencatat apa yang disampaiakan oleh guru, dari sini terlihat bahwa interaksi
yang terjadi antara guru dengan siswa masih kurang dengan model pembelajaran
yang seperti itu.
mengamati,
menanya,
mengumpulkan
informasi
atau
eksperimem,
memungkinkan
siswa
menggunakan
cara-cara
informal
untuk
siswa
secara
baik
agar
siswa
dapat
dengan
sendirinya
adalah
keterlaksanaan
penerapan
teknik,
menganalisis
data,
menarik
kesimpulan
dan
pendekatan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab II ini berisi tentang (a) Pembelajaran Matematika Realistik, (b) Pendekatan
Saintifik, (c) Pembelajaran Matematika Realistik dengan Pendekatan Saintifik, (d) )
Kemampuan Berhitung, (e) Kemampuan Estimai Siswa, dan (f) Hasil Penelitian
Terdahulu yang Relevan
A. Pembelajaran Matematika Realistik
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) adalah sebuah pendekatan
belajar matematika yang dikembangkan sejak tahun 1971 oleh sekolompok ahli
matematika dari Freudenthal Institute, Utrecht University di Negeri Belanda.
Pendekatan ini didasarkan pada anggapan Hans Freudenthal (1950-1990) bahwa
matematika adalah kegiatan manusia. Menurut pendekatan ini, kelas matematika
bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa, melainkan
tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi
masalah-masalah nyata. Karena itu siswa tidak dipandang sebagai penerima pasif,
tetapi harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep
matematika di bawah bimbingan guru. Proses penemuan kembali ini
dikembangkan melalui penjelajahan berbagai persoalan duia nyata. Di sini dunia
nyata diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di luar matematika, seperti
kehidupan sehari-hari, lingkungan sekitar, bahkan mata pelajaran lain pun dapat
dianggap sebagai dunia nyata. Dunia nyata digunakan sebagai titik awal
pembelajaran matematika. Untuk menekankan bahwa proses lebih penting
berikut
Gambar 2.1 Matematisasi Konseptual
Dalam pendekatan matematika realistik digunakan istilah matematisasi
yaitu proses mematematikakan dunia nyata, hal ini dilakukan karena pendekaan
ini lebih mengutamakan proses daripada hasil. Menurut traffers matematisasi
10
guided
reinvention
and
progressive
mathematizing,
didactical
11
topik
yang
harus
diantisipasi
dalam
pembelajaran
dan
untuk
proses
pembelajaran
matematika
dengan
dan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
membandingkan
dan
14
Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori
Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori
belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner
(dalam Carin & Sund, 1997). Pertama, individu hanya belajar dan
mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan
melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan
memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan
intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknikteknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk
melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan
memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses
kognitif yang diperluksn dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik.
Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan
pembentukan dan perkembangan skema. Skema adalah suatu struktur mental atau
struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan
mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1995). Skema tidak pernah
berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang
dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan
adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya
seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum,
prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada di dalam
pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang sesuai
15
dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada
sehingga sesuai dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran
diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilsi dan akomodasi.
Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi
apabila siswa bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari
namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu
berada dalam zone of proximal development yaitu daerah terletak antara tingkat
perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan
masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu
(Nur dan Wikandari, 2000:4).
C. Model Pembelajaran Matematika Realistik dengan Pendekatan Saintifik
Untuk menyesuaikan dengan kurikulum 2013 yang mengisyaratkan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik, maka berikut langkahlangkah dalam pembelajaran matematika realistik dengan menggunakan
pendekatan saintifik.
No.
1.
2
3
menyelesaikan permasalahan tersebut
Mennggunakan pengetahuan yang
(exploring)
telah
Mengaitkan
4
5
informasi
16
yang dipelajari
(communicating)
Tabel 2.1 Sintaks PMR dalam Pendekatan Saintifik
D. Kemampuan Berhitung
Dalam pembelajaran permainan berhitung pemula di taman kanak-kanak (2000:1)
dijelaskan bahwa berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk
menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi
pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti
pendidikan dasar. Pengertian kemampuan berhitung permulaan menurut Susanto
(2011:98) adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan
kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan yang
terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan kemampuannya anak
dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah, yang berhubungan dengan
penjumlahan
dan
pengurangan.
Sedangkan
Sriningsih,N
(2008:63)
mengungkapkan bahwa kegiatan berhitung untuk anak usia dini disebut juga
sebagai kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta. Anak
menyebutkan urutan bilangan tanpa menghubungkan dengan benda-benda
konkret. Pada usia 4 tahun mereka dapat menyebutkan urutan bilangan sampai
sepuluh. Sedangkan usia 5 sampai 6 tahun dapat menyebutkan bilangan sampai
seratus. 8 Dari pengertian berhitung diatas, dapat disimpulkan bahwa berhitung
merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak dalam hal matematika
17
satu
dari
10
kemampuan
dasar
dan
18
menggunakan estimasi bukan perhitungan yang eksak (Post, 1992; Jack Bana
& Phuntsho Dolma, 2004).
Penerapan estimasi selain banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,
juga digunakan dalam pembelajaran matematika untuk membangun pemahaman
pada suatu konsep. Hal ini sejalan yang diungkapkan oleh Reys (Post, 1992) yang
menyatakan bahwa estimasi merupakan salah satu jalan alternatif untuk
membangun pemahaman siswa pada konsep pecahan. Misalnya, kapan suatu
1
0, , atau
2
1 1 2
+ =
2 3 5
yang
dikemukakan oleh Silver (Hierbert. 1986) bahwa kesalahan umum yang terjadi
adalah menjumlahkan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan
penyebut, tetapi dengan pengetahuan estimasi, miskonsepsi seperti ini tidak akan
terjadi karena berdasarkan kelogisan dengan cepat diketahui bahwa jawaban
tersebut salah
2
5
1 1
+
2 3 lebih besar dari
1
2 , sehingga jawabannya tidak mungkin
1
2 ).
19
20
Penelitian lainnya yakni dari Muh. Rizal (2011) saat Prosiding Seminar Nasional
Penelitian Pendidikan dan Penerapan MIPA serta penelitian dilakukan di kelas V
SD. Ia menyatakan proses berpikir subjek berkemampuan matematika tinggi
dalam memahami masalah estimasi berhitung adalah proses akomodasi, karena
dapat memahami masalah estimasi yang diberikan melalui pembacaan berulang.
Selain itu dalam memahami masalah estimasi berhitung, ia telah menghubungkan
dengan pengalaman serupa yang pernah dijumpai, sehingga dapat menentukan
bahwa masalah yang dihadapi akan dikerjakan menggunakan estimasi
berdasarkan redaksi pertanyaan dari masalah yang ada.
Penelitian lain yang relevan yakni Tesis dari Abdul Hasan Jauhari pada tahun
2012 dengan judul Pembelajaran Peluang dengan Metode Pembelajaran
Matematika Realistik (PMR) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Keterampilan
Berpikir Siswa Kelas X-4 SMAN 1 Kediri Tahun Ajaran 2012/2013 yang juga
merupakan jenis penelitian kualitatif. Salah satu indikator keberhasilan penelitian
ini adalah keaktifan siswa dalam pembelajaran. Indikator ini telah tercapai setelah
peneliti melakukan siklus ke dua. Hasilnya lebih dari 60% siswa di kelas yang
diteliti berperan aktif dalam pembelajaran pada siklus yang ke dua. Pada tesis ini
dijelaskan hasil dari siklus pertama yang jauh dari indikator yang telah ditetapkan
oleh peneliti terutama pada keaktifan siswa, yaitu kurang dari 30% siswa di kelas
yang aktif dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan metode PMR yang
ditawarkan oleh peneliti masih belum dikenal oleh siswa yang sudah terlebih
dahulu terbiasa dengan pembelajaran ekspositori dengan guru kelasnya, sehingga
21
siswa perlu adaptasi lagi untuk dapat berperan aktif dalam pembelajaran dengan
metode PMR.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah ada tersebut, peneliti menduga
bahwa dengan menggunakan metode PMR atau RME, kemampuan estimasi siswa
dapat meningkat di dalam kelas.
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini berisi (a) pendekatan dan jenis penelitian, (b) kehadiran dan peran
peneliti di lapangan, (c) kancah penelitian, (d) subjek penelitian, (e) data dan
sumber data, (f) perangkat dan instrumen penelitian, (g) pengumpulan data, (h)
analisis data, evaluasi dan refleksi, (i) pengecekan keabsahan data, (j) prosedur
penelitian, dan (k) kriteria keberhasilan tindakan.
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitarif. Menurut
Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 1991:3) mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut Sumadayo
22
dilakukan di akhir siklus, apabila hasil observasi masih belum memenuhi kriteria
keberhasilan, maka dilanjutkan ke siklus ke dua dengan memperhatikan refleksi
pada siklus pertama sebagai bahan acuan untuk memperbaiki proses pengajaran
(tindakan) dalam kelas.
Bandungrejosari,
24
Kecamatan Sukun, Kota Malang, Propinsi Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan
pada bulan Januari sampai Februari 2016 pada tahun ajaran 2015/2016.
D. Subjek Penelitian
Kelas yang diteliti adalah kelas IV D SDN Bandungrejosari 1 Malang yang terdiri
dari 41 siswa, dengan rincian 16 siswa perempuan dan 25 siswa laki-laki. Pada
kelas tersebut, banyak siswa yang masih kesulitan memahami materi estimasi.
siswa
dalam
menyelesaikan
soal
menaksir
(estimasi)
3.2.
1
3.2.
2
26
oleh peneliti terdiri dari RPP pada pertemuan pertama dan kedua siklus 1. Pada
pelaksanaan tes akhir siklus, peneliti tidak menyertakan RPP. Sebelum digunakan
dalam penelitian RPP dikonsultasikan pada dosen pembimbing dan guru kelas
mata pelajaran matematika di sekolah tempat penelitian kemudian diadakan revisi
apabila diperlukan.
2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Penggunaan LKS dalam pembelajaran adalah sebagai media sekaligus bahan ajar
pendukung dalam rangkaian tahap PMR yaitu kerja tim. LKS berfungsi sebagai
alat bantu siswa untuk belajar, sehingga apa yang dipelajari siswa dalam kerja tim
terstruktur dan jelas. LKS berisi permasalahan untuk didiskusikan dengan
kelompok. Sama halnya dengan RPP, sebelum digunakan LKS terlebih dahulu
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan juga guru kelas mata pelajaran
matematika agar sesuai dengan kurikulum yang digunakan oleh sekolah tempat
penelitian.
3. Lembar Tes Tertulis (Pretest dan Postest)
Lembar tes ini digunakan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi
yang dipelajari. Lembar tes ini diberikan di akhir siklus. Sama seperti perangkat
yang lain, sebelum digunakan lembar tes terlebih dahulu dikonsultasikan dengan
dosen pembimbing dan juga guru kelas mata pelajaran matematika yang
bersangkutan dengan mengacu pada materi yang telah dipelajari sebelumnya oleh
siswa, dalam hal ini materi yang dipilih untuk penelitian.
27
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto,
2010:203). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas lembar
observasi, lembar validasi, dan catatan lapangan.
1. Lembar Observasi
Menururt Arikunto (2005:30) Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan
dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara
sistematis. Observasi dilakukan untuk mengamati dan mengetahui aktivitas dan
kinerja guru dalam proses pembelajaran matematika realistik, observasi ini juga
dilakukan untuk melihat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Lembar Validasi
Lembar validasi yang dibuat dalam penelitian ini terdiri dari lembar validasi RPP,
lembar validasi observasi aktivitas guru dan siswa, lembar validasi LKS, dan
lembar validasi tes (pretest dan postest). Validasi yang digunakan peneliti adalah
validasi ahli yang dilakukan oleh seorang dosen matematika Universitas Negeri
Malang. Masing-masing lembar validasi tersebut terdiri dari empat komponen
yaitu petunjuk pengisian, aspek yang akan dinilai, hasil validasi serta kritik.
Lembar validasi digunakan untuk mendapatkan data tentang kevalidan instrumen
penelitian dan perangkat pembelajaran yang digunakan. Setelah menyusun lembar
validasi peneliti mendiskusikannya dengan dosen pembimbing atau guru SDN
28
G. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini didapat dari berbagai instrumen berikut.
1. Pretest
29
Pretest dilakukan untuk mengukur kemampuan awal siswa sebagai acuan untuk
keberhasilan progress dan meningkatnya hasil belajar siswa. Pretest dilakukan di
awal siklus atau sebelum dilakukan pembelajaran.
2. Postest
Postest dilakukan untuk mengukur ketercapaian hasil belajar siswa terhadap
suatu materi yang telah dipelajari oleh siswa dengan peneliti dengan metode
pembelajaran matematika realistik melalui pendekatan saintifik. Postest ini
dilakukan setelah pengajaran atau di akhir siklus. Apabila hasil dari postest masih
belum memenuhi kriteria keberhasilan, maka akan dilanjutkan siklus ke dua oleh
peneliti.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada beberapa siswa yang ada dalam
lingkup penelitian dan juga guru kelas yang bersangkutan untuk memperjelas
hasil yang diperoleh ataupun keluhan-keluhan yang ada selama proses
pembelajaran. Guru kelas juga diharapkan memberkan informasi-informasi
kemajuan dari siswanya selama atau setelah peneliti melakukan pembelajaran
dengan metode PMR melalui pendekatan saintifik.
4. Hasil Observasi
Hasil observasi berisi catatan dari peneliti dan juga observer tentang keaktifan
siswa di dalam kelas pada saat proses belajar mengajar yang disesuaikan dengan
instrumen dan rubrik penilaian yang telah dibuat oleh peneliti.
30
5. Catatan Lapangan
Catatan lapangan berisi tentang catatan peneliti yang tidak tercantum dalam
hasil observasi, catatan ini dilakukan pada saat proses belajar mengajar
berlangsung.
Sv
Smax
31
Interval
4 <v 5
Kategori
Sangat valid
3< v 4
Valid
2<v 3
Kurang valid
1<v 2
Tidak Valid
(Diadopsi dari Arikunto, 2009:245)
Keterangan:
Jika lebih dari 50% validator mengatakan valid, maka disimpulkan perangkat dan
instrumen penelitian valid.
2. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Data yang diperoleh dari lembar pengamatan dihitung dengan pedoman
perhitungan sebagai berikut.
p=
Sp
100
Smax
32
Interval
90 p 100
Kategori
Sangat Baik
80 p 89
Baik
70 p 79
Cukup
60 p 69
Kurang
0 p 59
Sangat Kurang
R
100
SM
Dengan
SM
peneliti
Setelah itu dihitung presentase ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan
rumus
33
KB=
Sk
100
S
Dengan
KB
Sk
Evaluasi dan refleksi dilakukan setelah analisis data. Evaluasi dilakukan untuk
memeriksa apakah pembelajaran pada siklus tersebut sudah sesuai dengan
prosedur yang telah diencanakan. Sedangkan refleksi dilakukan untuk memberi
pembenahan atau perbaikan terhadap proses pembelajaran yang sudah
berlangsung agar kendala yang sudah ada tidak terulang lagi pada siklus
selanjutnya.
34
ada.
Pada
penelitian
ini
menggunakan
triangulasi
teknik
yaitu
membandingkan hasil tes dengan hasil observasi dan hasil diskusi siswa dengan
LKS yang dikerjakan.
3. Pemeriksaan Sejawat
Pemeriksaan sejawat yaitu melakukan diskusi tentang proses dan hasil penelitian
dengan dosen pembimbing atau rekan mahasiswa yang sedang atau telah
melakukan penelitian tindakan kelas sebelumnya, baik penelitian kualitatif
maupun penelitian kuantitatif. Selain itu peneliti juga melakukan diskusi dengan
observer yang telah terlibat dalam pengumpulan data terutama tentang proses
pembelajaran yang dilakukan peneliti.
J. Prosedur Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan minimal
dua siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari empat tahap seperti yang
dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, yaitu tahap perencanaan (planning),
35
36
Investigasi Awal
Observasi Tindakan
Perencanaan
Siklus I
Refleksi Tindakan
Revisi Perencanaan
Observasi Tindakan
Perencanaan
Siklus II
Refleksi Tindakan
Revisi Perencanaan
dan seterusnya
37
Memasuki tahap penelitian maka, tahap pertama dalam melakukan penelitian ini
adalah tahap perencanaan (planning). Berikut langkah-langkah yang dilakukan
oleh peneliti dalam merencanakan penelitian, antara lain: 1) menyiapkan
perlengkapan yang digunakan sebelum dilakukan penelitian dan akan digunakan
pada saat proses penelitian, 2) menuju ke sekolah yang akan diteliti untuk
melakukan investigasi awal, 3) merencanakan skenario pelaksanaan penelitian.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyiapkan semua perlengkapan yang
dibutuhkan saat penelitian, antara lain lembar observasi dan catatan lapangan.
Kedua instrumen tersebut berguna untuk merekam segala kondisi yang ada di
lapangan. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian di SDN Bandungrejosari 1
Malang.
Selanjutnya, peneliti menuju ke sekolah, SDN Bandungrejosari 1 Malang, untuk
mendapat konfirmasi kapan diadakannya studi pendahuluan dan observasi untuk
penelitian ini. Setelah mendapat konfirmasi dari guru Matematika, peneliti datang
kembali ke sekolah guna melakukan studi pendahuluan dan observasi. Peneliti
melakukan studi pendahuluan ini dengan cara melakukan wawancara kepada guru
Matematika dan juga beberapa siswa kelas IV SDN Bandungrejosari 1 Malang.
Selain wawancara, peneliti mendapat informasi dari hasil belajar siswa terdahulu
mengenai permasalahan pada materi peluang. Setelah melakukan studi
penahuluan dan observasi, peneliti beserta guru merencanakan skenario penelitian
tindakan kelas yang mana peneliti juga terjun langsung ke kelas dan menjadi
38
pengajar sehingga peneliti mengetahui apa yang menjadi permasalah pokok serta
menerapkan langsung solusi yang disarankan oleh peneliti.
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan skenario yang sudah disepakati
oleh peneliti dan juga guru Matematika. Kemudian, dilanjutkan tahap pengamatan
atau observasi yang sesungguhnya. Menurut Indrawati,dkk (2007), fungsi
pengamatan (observation) sebagai metode pembantu dalam penelitian yang
bersifat eksploratif, lebih mendalam sebagi penunjang wawancara. pengamatan
(observation) akan membantu untuk mengontrol atau memeriksa di lapangan,
sejauh mana hasil wawancara tersebut sesui dengan fakta yang ada. Maka dari itu,
pada penelitian ini, peneliti menjadi observer dan guru yang melakukan
pengamatan sesuai indikator yang ingin dicapai peneliti.
Selanjutnya, setelah melakukan pengamatan (observation), peneliti dapat
melakukan refleksi (reflexion) kemudian menarik kesimpulan dari apa yang telah
direncanakan hingga berakhirnya pelaksanaan. Pada tahap ini, peneliti mengambil
sampel refleksi dari siswa juga guru matematika kelas yang bersangkutan guna
mendapatkan data untuk menarik kesimpulan secara subjektif juga objektif.
Selanjutnya, hasil refleksi ini digunakan untuk memperbaiki perencanaan (revise
planning) berikutnya.
39
dikategorikan
minimal
Baik,
Hkemampuan
estimasi
siswa
78
40
DAFTAR RUJUKAN
Darajanaka, Ilmi. 2010. Makalah Pembelajaran Matematika Indonesia 2010. IndoMS
JME Vol. 6 pp 64-70.
Dimyanti, Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Eagle, Cyber. 2014. Definisi Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013. (online),
(http://www.akademia.edu/definisi.pendekatan.saintifik.kurikulum.2013.h
tml), diakses 20 November 2015.
Fauzan, Ahmad, Slttenhaar, Dick, Plomp, Tjeerd. 2003. Traditional Mathematics
Education vs. Realistic Mathematics Education: Hoping for Changes.
Gravemeije. 1994. Realistic Mathematics Education Method for Better Learning
Mathematics.
41
43