Oleh: Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M. Pd Tema Perkuliahan: Gambaran umum perkuliahan pengembangan desain pembelajaran selama satu semester kedepan, kontrak perkuliahan, pembahasan tugas-tugas, syarat kelulusan, plagiarism dan berbagai macam seluk-beluknya, dan pembagian kelompok kerja. Konsep Penting yang telah Dipahami: Penulisan jurnal mingguan per-pertemuan sebenarnya mengingatkan saya pada saat kuliah jenjang S1 dulu. Kalau boleh saya sedikit menengok kebelakang, ada beberapa matakuliah yang mensyaratkan kepenulisan jurnal belajar sebagai pekerjaan rumah untuk mahasiswa. Matakuliah yang diampu oleh Ibu Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M. Pd termasuk salah satunya. Jurnal belajar mingguan yang kami tulis dahulu memang memberikan hasil signifikan pada kemampuan menulis kami. Belum pernah saya lakukan penelitian terkait jurnal belajar, tapi setidaknya dari yang saya amati pada teman-teman offering BBB 2009 ada perubahan pada sikap mereka. Kemampuan menyusun argumen dan keberanian berpendapat merupakan perubahan yang menonjol, sangat mudah mengamati perubahan skill mereka. Akankah perubahan yang sama terjadi pada temanteman baru saya, offering D 2016? Wallahua`lam bisshawaf Bertemu dengan dosen saya membangkitkan kenangan masa lalu yang cukup complicated. Tubuh saya berada di Bio 210, tetapi ingatan saya terbang melanglangbuana melintasi ruang dan waktu. Semester tiga kala itu, sekitar tahun 2010, enam tahun yang lalu saya dan teman-teman mengikuti
matakuliah zoologi avertebrata. Mahasiswa baru seumur jagung,
yang melangkahkan kakinya malu-malu memasuki ruang di gedung O5 langsung ditempa dengan keras dan gigih oleh para dosen dan asisten dosen. Kami semua matang, menjadi sosok yang tegap berdiri sekarang karena mampu melewati gemblengan itu. Benar memang kata Bapak Wakil Rektor Dua UM saat penyambutan mahasiswa baru pascasarjana, mahasiswa harus menyiapkan mental karena kuliah di UM ibarat digodhok dalam kawah candradimuka. Berlandaskan prinsip tholabul `ilmi, saya niatkan berproses dalam kawah yang menggelegak itu, menahan panasnya, menikmati setiap cucuran keringat, meneguhkan hati dikala suasana terasa menyesakkan, bersahabat dengan cobaan dari Tuhan, ikhlas dan tawakkal, insyaAllah akan membuahkan hasil yang tidak mengecewakan. Lamunan saya harus terhenti disitu, dihadapan saya sekarang perkuliahan sedang berlangsung. Karakter dosen kami yang interaktif membuat perkuliahan siang itu terasa mengalir lembut. Perkuliahan dibuka dengan filosofi pendidikan di abad ke21, isu yang sudah cukup lama berdengung di telinga saya. Paham terhadap isu pendidikan abad ke-21 saya rasa menjadi kunci utama untuk bisa berdiri di stage yang sama dengan negara-negara adidaya yang telah lama, mendalam, dan komprehensif membahas isu tersebut. Pendidikan abad ke-21 apabila ditilik berdasarkan waktu start sebenarnya merujuk pada awal tahun 2001. Mengapa bukan tahun 2100? Ya, karena sistem penanggalan Gregorian tidak mengenal abad ke-0, sehingga semua sebutan abad seharusnya memiliki selisih 100 tahun, misalnya abad ke-19 berarti dimulai pada tahun 1801 dan seterusnya. Tidak heran jika negara-negara yang menempati posisi tinggi pada parameter
pendidikan sudah membahas isu ini lebih dari 10 tahun yang
lalu, respect! Secara substansial, atau lebih membumi jika disebut isi, apa sih yang menjadi bottom line dari isu pendidikan abad ke21? Ada tiga ranah yang menjadi perhatian utama, antara lain life and career skills; learn and innovation skills; information, media and technology skills. Terdengar sangat renyah di telinga bukan?, nice, jujur saya mengagumi kemampuan asimilasi, evaluasi, dan multi-perspektif dari pencetus pendidikan abad ke21 ini, sangat membumi pun berwawasan global. Bak kacang ora ninggal lanjaran (ini menurut saya, sih). Ijinkan saya membahas satu-persatu ranah yang menjadi concern utama. Life and career skills keterampilan hidup dan berkarya, dapat di breakdown menjadi beberapa item yang menarik untuk diperbincangkan oleh kaum intelek. Kemampuan ini meliputi fleksibilitas dan adaptabilitas dari peserta didik; inisiatif dan self-regulate; interaksi sosial dan multicultural; produktivitas dan akuntabi-litas; kepemimpinan dan tanggungjawab. Ranah kedua, learning and innovation skills keterampilan belajar dan berinovasi, menggawangi poin-poin kemampuan berikut. Berpikir kritis dan mengatasi masalah; komunikasi dan kolaborasi, kreativitas dan inovasi. Ranah ketiga, information, media and technology skills keterampilan teknologi dan media informasi, terdiri dari poin berikut: literasi informasi, lliterasi media, dan literasi ICT. Untuk mengawal dan memastikan peserta didik mampu menguasai ketiga ranah tersebut, diperlukan standardisasi pada beberapa bidang, antara lain: penilaian, kurikulum, profesionalisme pendidik, dan pembelajaran inovatif. Pembelajaran abad ke-21 adalah langkah besar yang memang diperlukan oleh Indonesia untuk mengejar ketertinggalannya.
Konsep yang Belum Dipahami:
Saya lebih memilih untuk meninjau filosofi pendidikan sebagai langkah awal untuk memahami konsep pendidikan. Hal ini saya lakukan karena landasan filosofi pendidikan berperan sebagai alat keep-on-track pada berbagai konsep pendidikan. Kutipan dari John Dewey berikut adalah hal yang menarik perhatian saya, if we teach today`s student as we taught back in the day, we rob them of tomorrow. Mindblown! Apabila kita berkutat pada cara lama yang tidak efektif dan efisien dalam mendidik peserta didik, sama halnya kita merampas, masa depan mereka. Pertanyaan yang Muncul: Upaya Meningkatkan Pemahaman dan Keterampilan:
Reminder for my self:
Kaki menapak bumi Tangan meraih langit Sebanyak apapun harta yang dikumpulkan manusia, Setinggi apapun derajat dan pangkatnya di dunia, Sejatinya dia adalah hamba dari Tuhan-Nya
Dokumen Serupa dengan jurnal 1 Pengembangan Desain Pembelajaran