Mini Review
Presented by
Putri Wulan Sukmawati
Consultants:
Prof. M. Sjaifullah Noer, dr., SpA(K)
Dr. Ninik A. Soemyarso, dr., SpA(K)
Dr. Risky Vitria Prasetyo, dr., SpA(K)
M. Riza Kurniawan, dr., SpA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lupus serebral terjadi pada 24%-50% dari semua pasien di
Amerika Serikat penyakit ini merupakan salah satu manifestasi yang
paling sulit untuk didiagnosa sebagai lupus serebral. Kemajuan dalam
pencitraan dan analisis laboratorium telah memberikan kontribusi
untuk diagnosis awal dan lebih spesipik bagi lupus serebral.
Meskipun
peningkatan
dalam
kemampuan
untuk
mengobati
Bab 2
Lupus Nefritis
Lupus
eritematosus
sistemik
(SLE)
merupakan
penyakit
adalah
penyakit
autoimun
yang
ditandai
dengan
rasio
jender
wanita
dan
laki-laki
antara
atau
gips
seluler
dalam
urin),
jantung
(pleuritis/
sendi
(arthritis),sistem
adalah
yang
perlu
meningkat,
gambaran
klinis
untuk
kasus
SLE
itu
yang
kewaspadaan
dokter
upaya penyebarluasan
perlu
diketahui
sehingga
Bab 3
Patogenesis Kejang pada Lupus Nefritis
6, 7
10
penelitian
ini
cukup
bermakna
(500)
dan
waktu
dengan
kriteria
disepakati
sebagai
mekanisme
yang
3.5 Trombosis
Thrombosis intracranial, penyakit arteri serebral, trombosis,
arteri karotis, sinus trombosis intracranial, pseudotumor serebri.
a. Insiden stroke iskemik pada pasien dengan SLE meningkat [33,
34, 35; untuk review, lihat referensi 1] dan telah terbukti dalam
beberapa
kasus terjadi
karena
oklusi
arteri
besar [10].
Aterosklerosis
dini
diduga
terlibat
dalam
oklusi
ini
oklusi
dan
adalah
kasus
telah
III.1: Lesi Punktat Kecil White Matter. Lesi ini diduga disebabkan infark
kecil dan angiopati pembuluh darah kecil (lihat I.4: angiopati pembuluh
darah kecil). Kesimpulan. lesi punktat kecil white matter memenuhi kriteria
1 dan 4 dan diterima sebagai mekanisme.
III.2: Plak Demielinisasi di Otak dan Batang Otak
(Terminologi MeSH: SLE dengan penyakit demielinasi; MRI).
Argumen untuk jenis demielinasi ini secara klinis dan histologis.
(A) Klinis. Bentuk reversibel dan relaps dari beberapa sindrom CNS pada
pasien dengan SLE [88, 89] menyerupai gambaran MS relaps, terutama
penyakit demielinasi. Reversibilitas tanda-tanda klinis, tidak patognomik
untuk demielinasi inflamasi, seperti yang ditunjukkan oleh TIA dan
pemulihan setelah serangan.
(B) Pencitraan. Perubahan fokal white matter otak divisualisasikan oleh
MRI umumnya dianggap karena infark iskemik dan edema, seperti yang
ditampilkan dari sebuah analisis dari 27 pasien [90], spektroskopi
pencitraan [91] dan review terbaru [48].
(C) Histologi. Daerah bulat atau oval kecil vakuolasi myelin dengan
beberapa derajat kerusakan akson, atau daerah nekrosis white matter
dengan vakuolasi myelin di pinggiran lesi, ditemukan pada tiga pasien
SLE berusia 13, 21 dan 42 tahun [44, 92, 93]. Dua dari mereka,
daerahnya jelas terlokalisir di sekitar vena. Perubahan diamati di seluruh
substantia alba otak, ganglia basalis dan batang otak dan substantia alba
sumsum tulang belakang. Pasien dengan ensefalopati subakut, mielopati
atau keduanya. Lesi ini diduga disebabkan ensefalomielitis demielinasi
akut (ADEM) yang memperberat SLE [92, 93]. ADEM merupakan kejadian
langka dan umumnya mengenai anak-anak. Pada pasien dengan SLE
terdefinisi inkomplit, tampak beberapa lesi oval dengan nekrosis atau
vakuolasi mielin terutama di pinggiran white matter sumsum tulang
10
patologis mielopati SLE telah dilakukan pada satu kasus yang pasti SLE
[44] dan pada dua pasien lainnya yang belum diberi kriteria diagnosis SLE
[94]. Perubahan histologis pada pasien SLE dan satu pasien dengan SLE
tak terdefinisi meliputi vakuolasi myelin atau nekrosis daerah oval,
terutama di pinggiran white matter. Lesi pasien kedua dengan SLE tak
terdefinisi mirip dengan yang terlihat pada kasus SLE yang dijelaskan
sebelum tahun 1980 [41]. Mielopati telah muncul pada kasus terakhir ini
selama berbulan-bulan [41]. Pada penyelidikan post-mortem, degenerasi
white matter melibatkan mielin dan akson terlihat pada segmen serviks
hingga sakral dan di sekeliling cord, paling parah di pinggiran. Vakuolasi
mielin terlihat pada batas lesi, berbatasan dengan white matter normal
[41]. Kompresi sumsum tulang belakang berkembang pada pasien dengan
hematoma subdural spinal atau epidural (untuk review, lihat
referensi 1, pasal 17, 18: Subdural dan epidural hematoma).
Kesimpulan. Masih banyak-pertanyaan yang belum terjawab terkait
neuropati dan mielopati optik terinduksi SLE. Degenerasi white matter
pada saraf optik dan saraf tulang belakang sesuai dengan kriteria 1 dan 4
dan diterima untuk dimasukkan sebagai mekanisme.
III.4:
Leukoensefalopati
(Terminologi
MeSH:
SLE
dengan
leukoensefalopati).
Seperti ditunjukkan dalam laporan kasus, leukoensefalopati dapat
berkembang di otak dan batang otak pasien SLE dalam beberapa hari,
minggu atau periode yang lebih panjang [55, 105-109]. Lesi mungkin
sebagian besar atau sebagian reversibel dan dalam kasus tersebut diduga
disebabkan edema. Pada kebanyakan pasien, penyebab pasti belum
teridentifikasi. Leukoensefalopati pernah ditemukan pada pasien dengan
sindrom pseudotumor serebri [108].
Hal yang menarik adalah leukoensefalopati tipe reversibel dapat
berkembang sebagai hipertensi emergensi dan terkait hubungannya
dengan terapi obat (siklosporin, tacrolimus, interferon-a, FK 506,
eritropoietin) atau trombotik trombositopenik purpura dan gangguan lain
[110, 111]. lesi ini mendominasi pada kebanyakan kasus di bagian
11
posterior otak, lobus oksipital, parietal dan atau temporal, menyebar dari
sana ke bagian lain. Pada sebagian besar pasien mereka menimbulkan
sindrom ensefalopati dengan kehilangan penglihatan dan tanda-tanda
neurologis lainnya [sindrom leukoensefalopati posterior (PLS)]. PLS telah
didiagnosis pada dua pasien dengan lupus nephritis (Kriteria SLE tidak
diberikan) [110]. Beberapa pasien dengan SLE tak terdefinisi digambarkan
memiliki
keluhan
penglihatan
dan
lesi
white
matter
reversibel
12
13
Pada
beberapa
pasien,
sindrom
SSP
disebabkan
14
Infark iskemik dan perdarahan terjadi tiba-tiba dan dalam beberapa kasus
mungkin
membutuhkan
intervensi,
seperti
trombolisis
dari
arteri
penyelidikan
dan
konfirmasi.
Pencegahan
dan
cara
TABEL 5
Antibodi
Antibodi antineuron
Target
Sindrom
50kDa protein membrane sinapsis [120];
52 kDa protein neuron Gangguan kognitif?
Antibodi antiribosom P
[116]
Protein ribosom P0, P1, Psikosis, depresi [121]
Antibodi antineurofilamen
APL
P2 [121]
205 dan 160 kDa [122]
B-glikoprotein I [123]
Gangguan
Myelin? [124]
125]
Indirek,
oleh
kognitif
efek
15
[13,
darah
16
Daftar Pustaka
1. Jennekens FG, Kater L (2002) The central nervous system in
systemic lupus erythematosus. Part 2. Pathogenetic mechanisms of
clinical syndromes: a literature investigation. Rheumatology 41, 619630.
2. Horbach DA, van Oort E, Donders RC et al. (1996) Lupus
anticoagulant is the strongest risk factor for both venous and arterial
thrombosis in patients with systemic lupus erythematosus. Comparison
between different assays for the detection of antiphospholipid
antibodies. Thrombosis and haemostasis 76, 916-924.
3. Greaves M (1999) Antiphospholipid antibodies and thrombosis.
Lancet 354, 1031.
4. Ferro D, Basili S, Roccaforte S et al. (1999) Determinants of
enhanced thromboxane biosynthesis in patients with systemic lupus
erythematosus. Arthritis and rheumatism 42, 2689-2697.
5. Asherson RA, Derksen RH, Harris EN et al. (1987) Chorea in systemic
lupus erythematosus and "lupus-like" disease: association with
antiphospholipid antibodies. Seminars in arthritis and rheumatism 16,
253-259.
6. Herranz MT, Rivier G, Khamashta MA et al. (1994) Association
between antiphospholipid antibodies and epilepsy in patients with
systemic lupus erythematosus. Arthritis and rheumatism 37, 568-571.
7. Liou HH, Wang CR, Chen CJ et al. (1996) Elevated levels of
anticardiolipin antibodies and epilepsy in lupus patients. Lupus 5, 307312.
8. Mitsias P, Levine SR (1994) Large cerebral vessel occlusive disease
in systemic lupus erythematosus. Neurology 44, 385-393.
9. Lavalle C, Pizarro S, Drenkard C et al. (1990) Transverse myelitis: a
manifestation of systemic lupus erythematosus strongly associated
with antiphospholipid antibodies. The Journal of rheumatology 17, 3437.
10. Mok CC, Lau CS, Chan EY et al. (1998) Acute transverse
myelopathy in systemic lupus erythematosus: clinical presentation,
treatment, and outcome. The Journal of rheumatology 25, 467-473.
11. Alarcon-Segovia D, Estanol B, Garcia-Ramos G et al. (1997)
Antiphospholipid antibodies and the antiphospholipid syndrome.
Clinical relevance in neuropsychiatric systemic lupus erythematosus.
Annals of the New York Academy of Sciences 823, 279-288.
12. Wahl DG, Guillemin F, de Maistre E et al. (1997) Risk for venous
thrombosis related to antiphospholipid antibodies in systemic lupus
erythematosus--a meta-analysis. Lupus 6, 467-473.
17